Anda di halaman 1dari 61

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karna berkat rahmat dan
karunia_NYA lah penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul SEMINAR
AWAL STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI RUANG UNIT GAWAT
DARURAT RSUD PELEMBANG BARI TAHUN 2018
Laporan ini di susun sebagai salah satu laporan Praktek Klinik S1 keperawatan
dan dalam kesempatan ini kami melakukan pengkajian data di ruamg bedah RSUD
palembang BARI penyusunan laporan ini tidak lepas dari partisipasi pihak yang telah ikut
serta memberikan masukan saran dan bimbingan sehingga maklah ini dpat di selesaikan.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menuampaikan terimakasih kepada
yang terhormat:
1. dr .Hj. Makiani, SH.,MM.,MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
2. dr. M. Ayus Astoni, Sp. PD.K-GEH, FINASIM, MARS, sebagai Wakil Direktur
Pelayanan Rumah Sakit Palembang BARI.
3. Dr. dr. Chairil Zaman M.Sc Sebagai Drektur STIKes Binahusada Palembang
4. Anggi Pratiwi, S.Kep,Ns,M.Kep Sebagai Ketua Program Studi Keperawatan
STIKes Binahusada Palembang.
5. dr. Syarifah Farida, M.Kes sebagai Ka. Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
6. dr. Hadi Asyik, SpA sebagai Ketua Komite Medika Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
7. Mewi Andriani SKM.,M.Kes Sebagai Kabid Penujang Medis Dan Pendidikan
Rumah Sakit Umum Daerah BARI.
8. Masrianah, S.Kep.,Ns., M.kes sebagai Kabid Kerawatan Rumah Sakit Umum
Palembang BARI.
9. Rizka Primananda SKM sebagai Ka. Seksi Diklat dan Litbang Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI.
10. Supartini S.Kep, Ners. Sebagai Kepala Ruangan Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Umum Palembang BARI.

i
11. Lasmi Hindayani S.Kep, Ners. Sebagai Pembimbing Klinik Di Ruang Unit Gawat
Darurat RSUD Palembang BARI.
12. Alkhusari, S.Kep,Ns,M.Kes,M.Kep Sebagai Pembimbing Akademik STIKes Bina
husada Palembang.
13. Semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah Seminar Praktik Klinik ini
dapat Penulis Selesaikan.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banayak
kekurangan yang ada dalam makalah in, untuk itu penulis sangat mengharapkan
segenap kritik dan saran yang bersipat mendidik dan membanmgun guna
kemajuan lebih baik pada laporan berikutnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang setimpal atas
bimbingan dan bantuan yang telah di berikan kepada penulis. Akirnya penulis
mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Palembang, Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastroenteritis merupakansalah satu masalah kesehatan utama di Indonesia
karenaseringdialamimasyarakatsertamenjadisalahsatupenyebabutamakematian.
Menurut WHO padatahun 2008, terdapat 2milyar kasus gastroenteritis
didunia, sekitar 3,5 jutakematianpertahundisebabkanoleh gastroenteritis
ataudiareakut, dimana 80% darikematianinimengenaianak–anakdibawahumur 5
tahun. Di AmerikaSerikat, diperkirakan 200 –300 juta episode gastroenteritis
akuttimbul
Tiaptahunnya, mengakibatkan 73 jugadoktermemeriksapasien yang bersangkutan,
1,8 jutaperawatan di rumahsakitdan 3.100 kematian.Sedangkan di ASEANrata-
rata anak-anakdanbalitamengalami gastroenteritis pertahunnya (Soebagyo,2008).
Gastroenteritis adalahperadanganpadalambung, ususkecil,
danususbesardenganberbagaikondisipatologis dari saluran gastrointestinal
denganataupuntanpadisertaimuntah, sertaketidaknyamanan
abdomen(ArifMuttaqin&Kumala Sari, 2011)
Berdasarkanrisetkesehatandasar, 2007 olehKemenkespenyakitdiare menjadi
penyebab utama kematian bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Gastroenteritis
akut banyak ditemukan dalam praktek dokter sehari–hari di Indonesia.
Gastroenteritis akut merupakan penyebab utama kematian di
dunia, terutama di daerah berkembang. Gastroenteritis akut banyak mengenai
anak dibandingkan dewasa.Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta juga banyak
ditemukan pasien yang menderita gastroenteritis pravelensinya ± 60-70%.
Kebanyakan dari pasien gastroenteritis tersebut, paling lama berada di rumah sakit
–5 hari, pasien sudah berhenti BAB dengan konsistensi cair.Pada umumnya
penyebab gastroenteritis adalah infeksi, dikarenakan sanitasi lingkungan serta
kesadaran masyarakat tentang kesehatan masih buruk. Walaupun demikian,

1
penyebab lain juga perlu diwaspadai. Bila sudah terjadi gastroenteritis harus
diobati sesegera mungkin
Diare pada anakmerupakan masalah pada kesehatan dengan angka kematian
yang masih tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun. Masalah ini memerlukan
pelaksanaan yang tepat dan memadai. Secara umum penatalaksaan diare akut
ditunjukan untuk mencegah dan mengobati,dehidrasih,gangguan keseimbangan
elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang
spesifik. Gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk memperoleh
hasil yang baik maka pengobatan harus rasional.
Dari hasil pengamatan kami mendapatkan jumlah anak yang masuk RS
PALEMBANG BARI dengan gastroenteritis mencapai 49 anak pada bulan
september-oktober 29 2018.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik mengambil judul
asuhan keperawatan pada An “G“ dengan Gastroentritis diruangan Instalasi Gawat
Darurat RSUD Palembang BARI.

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien
Gastroentritis di ruangan Unit Gawat Darurat RSUD Palembang BARI.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian pada An “G”dengan Gastroenteritis
2. Merumuskan diagnosa yang muncul pada An “G”dengan Gastroenteritis
3. Melakukan intervensi keperawatan pada An “G”dengan Gastroenteritis
4. Melakukan implementasi keperawatan pada An “G”dengan
Gastroenteritis
5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada An “G” dengan
Gastroenteritis

2
Waktu dan tempat
1.3.2 Waktu
Waktu pelaksanaan dilakukan pada tanggal 29 sampai 04 Oktober 2018
1.3.3 Tempat
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di ruangan Unit Gawat Darurat RSUD
Palembang BARI Tahun 2018.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Selayang Pandang Rumah Sakit Bari Palembang


2.1.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur
penunjang pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan yang merupakan
satu-satunya rumah sakit umum milik pemerintah kota palembang. Rumah Sakit
umum Daerah Palembang BARI terletak di jalan panca usaha No. 1 kelurahan 5
Ulu Darat Kecamatan Seberang Ulu, dan berdiri di atas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati.
Sejak tahun 2001 dibuat jalan alternative dari jalan Jakabaring menuju RSUD
Palembang BARI. Saat ini sedang diupayakan pembangunan jalan langsung
menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.

2.1.2 Visi Misi Dan Motto


 Visi
Menjadi Rumah Sakit Unggul,Amanah dan Terpercaya di Indonesia
 Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kesehatan dengan
berorientasi pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu
berdasarkan pada etika dan profesialisme yang menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan
dan pelatihan di Indonesia.

 Motto
“KESEMBUHAN DAN KEPUASAN PELANGGAN ADALAH
KEBAHAGIAAN KAMI ”

4
2.1.3 Sejarah
1. Sejarah Berdirinya
1) Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI
merupakan gedung poliklinik/puskesmas panca usaha.
2) Pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI
dengan SK Depkes nomor 1326/ Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10
November 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C
3) Kepmenkes RI Nomor; HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status
akreditasi penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, tanggal 7 November 2003.
4) Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status
Akreditasi penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, tanggal 5 Februari 2008.
5) Kepmenkes RI Nomor: 241/MENKES/SK/IV/ 2009 tentang peningkatan
kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi kelas B,
tanggal 2 April 2009.
6) Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan
keputusan Walikota Palembang No. 915. B tahun 2008 tentang penetapan
RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola
pengolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
7) KARS-SERT/363/1/2012 tentang status Akreditasi Lulus Tingkat Lengkap
kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 25 Januari
2012.
8) Telah terakreditasi tingkat paripurna : Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit
Nomor : KARS/SERT/99/IV/2015 Tanggal 2 April 2015

5
2. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
1) Tahun 1986 s.d 1995 ; dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala Poloklinik/
Puskesmas Panca Usaha
2) Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, SpOG
sebgai Direktur RSUD Palembang BARI
3) Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksanaan Tugas dr.H.Dachlan
Abbas,SpB.
4) Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksanaan Tugas dr.M.Faisal
Soleh,SpPD.
5) Tanggal 14 November 2000 s.d 16 Januari 2012 : dr.Hj. Indah Puspita,
H.A, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6) Tanggal 17 Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, M.M,MARS,
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI

2.1.4 Pelayanan
 Perawatan Rawat jalan :
1. Klinik Penyakit Dalam
2. Klinik Bedah
3. Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Klinik Anak
5. Klinik Mata
6. Klinik THT
7. Klinik Syaraf
8. Klinik Kulit dan Kelamin
9. Klinik Jiwa
10. Klinik Rehablitas Medik
11. Klinik Jantung
12. Klinik Gigi
13. Klinik Psikologi
14. Klinik Tumbuh Kembang
15. Klinik Paru

6
16. Klinik Umum ( Karyawan )
17. Medical check up

 Pelayanan Rawat inap :


1. Perawatan VVIP & VIP
2. Perawatan umum kelas I
3. Perawatan umum kelas II
4. Perawatan umum laki-laki kelas III
5. Perawatan umum perempuan kelas III
6. Perawatan anak kelas I,II,III
7. Perawatan bedah kelas III
8. Perawatan ICU
9. Perawatan ICCU
10. Perawatan kebidanan kelas VIP.I,II,III
11. Perawatan Nifas kelas III
12. Perawatan Neonatus/NICU/PICU
13. Bedah sentral

 Pelayanan Penunjang :
1. Rehabilitas medik
2. Farmasi 24 jam
3. Radiologi 24 jem
4. Laboratorium klinik 24 jam
5. Patologi anatomi
6. Bank darah
7. Hemodialisa
8. Instalasi Pemulasaran Jenazah
9. Instalasi Pemeliharaan Lingungan (IPL)
10. Instalasi Laundry
11. Instalasi Gizi
12. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)

7
13. CSSD

2.1.5 Fasilitas Kendaraan Operasional


1. Ambulance 118
2. Ambulance Bangsal
3. Ambulance Siaga Bencana
4. Ambulance Trauma Center
5. Mobil Jenazah

2.2 Gasrtoentritis
2.2.1 Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil, dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastroenteritis dengan ataupun
tanpa disertai muntah, serta ketidak nyamanan abdomen (Muttaqin & Sari, 2011).

Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan


gejala diare dengan ataupun tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh (Ardiansyah,2012).

Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang
disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit yang pathogen (Haryono,2012)

2.2.2 Etiologi
Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit,
terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis ocialc. Dehidrasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan ocial air dan atau keseimbangan serum
elektrolit. Setiap kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari
merupakan hilangnya air dari tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan
apabila ocial melampaui 15% (Soegijanto, 2002).

8
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005,
etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas.
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus.
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium
coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides
stercoralis.
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. (Simadibrata, 2006).

Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman ocialc dan apatogen seperti shigella, ocialc, E.
Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus
aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia
makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau
asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,
alergi dan sebagainya.
b. Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur
terutama canalida.
2. Diare ocial (ocial ocialc) disebabkan oleh:
a. Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan
mineral.
b. Kurang kalori protein.
c. Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

9
Sedangkan menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam
beberapa yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri,
infeksi virus (enteovirus, ocialcss, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,
astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,
strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas
homunis) jamur (canida albicous).
b. Infeksi parenteral
Ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA)
ocialcs/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.

2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
a. Faktor makanan
b. Faktor psikologis

2.2.3 Anatomi dan Fisiologi

10
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis,
asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan
lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.

2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap

11
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausiumTekak terdiri dari:
a) Bagian superior
Bagian yang sangat tinggi dengan hidung. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga
b) Bagian media
Bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media disebut
orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah.
c) Bagian inferior
Bagian yang sama tinggi dengan laring. bagian inferior disebut laring
gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
d) Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. Kardia.
2. Fundus.

12
3. Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot


berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

1. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

3. Usus halus (usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M
sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah
Luar ). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)

13
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang
normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal
dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)


Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya
sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang
berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa
Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.

14
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki
pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.

4. Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Usus besar
terdiri dari :

- Kolon asendens (kanan)


- Kolon transversum
- Kolon desendens (kiri)
- Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna


beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah
diare.

5. Usus Buntu (Sekum)


Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam
istilahanatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang
besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian
atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

15
6. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis
yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung
dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing
bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam
sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

7. Rektum dan Anus


Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran

16
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

8. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan
erat dengan duodenum (usus dua belas jari).Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar
yaitu :
- Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
- Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan
hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna
protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif.
Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga
melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

9. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.
Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau
hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke

17
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-
pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan
proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat
gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.

10. Kandung Empedu


Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk
buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh
untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar
7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan
karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan
hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.Empedu memiliki 2 fungsi
penting yaitu:
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.

2.2.4.Manifestasi klinis
Menurut Widjaja (2006), tanda dan gejala penyakit diare pada anak yaitu:
1. Anak menjadi cengeng atau gelisah.
2. Suhu badannya meninggi.
3. Tinja menjadi encer, berlendir, atau berdarah.
4. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
5. Anusnya lecet.
6. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
7. Muntah sebelum atau sesudah diare.
8. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
9. Dehidrasi

18
2.2.5 Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh
infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan
atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi
cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan
hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar
yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap
oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b) Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan
aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus,
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula.Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3) Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.Pendapat lain menurut Jonas
(2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare jugadapat terjadi
akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme

19
memproduksi toksin. enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (E. Coli
dan Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung dalam peningkatan
pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal

Menurut Suriadi (2010), akibat terjadinya diare baik akut maupun kronis adalah :
a. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan
elektrolit yang berlebihan.
b. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan
elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transfort aktif akibat rangsangan
toksin terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area
permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan
absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan
intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini
terjadi pada sindrom malabsorbsi. Serta meningkatnya motilitas intestinal dapat
mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.

20
2.2.6 Patoflow

Fak. Mal Absorbsi Fak. Makanan


(karbohidrat,lemak, (makan, basi Fak. Psikologi ( rasa
protein beracun, alergi takut dan cemas
makanan

Penyerapan sari-sari makanan sel


pencernaan tidak adekuat

isi rongga usus berlebihan

Terdapatnya zat-zat Gangguan sekresi Meningkatnya


makanan tidak dapat mobilitas usus
di serap

Meningkatnya
sekresi air dan Kesempatan usus
Tekanan osmotik elektrolit menyerap makanan
meningkat berkurang

Mengeluarkan
isinya
Rebsorbsi di
dalam usus
terganggu

Bab Sering
Inflamasi sel
komsistensi cair
pencernaan

Meningkatnya Meningkatnya suhu


Kulit disekitar anus Tubuh bereaksi tubuh
sekresi & elektrolit
lecet & teriritasi, terhadap invasi
muntah kemerahan mikroorganisme
& gatal

21
Kerusakan Dehidrasi Meningkatnya suhu Mual
intergritas kulit tubuh

Devisit volume Anoreksia


cairan Hipertermi

Nutrisi Kurang dari


kebutuhan

Sumber : Arif Muttaqin (2011). Suriadi (2010) dan Modivikasi.

22
2.2.7 penatalaksanaan
Menurut Arif Mansjoer (2007), penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri
atas :
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, Empat hal penting yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Jenis cairan
2. Jumlah cairan
3. Jalan masuk atau cara pemberian cairan
4. Jadwal pemberian cairan
b. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
c. Terapi simpomatik

2.2.8 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium penting dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang


tepat, sehingga dapat memnerikan terapi yang tepat pula (Suharyono, 2004).
Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak dengan diare, yaitu:

1. Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan


kultur
2. Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini test), lemak, dan
kultur urine.

23
2.3 Asuhan keperawatan gastroenteritis
A. Pengkajian
 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran dapat compas mentis sampai koma
tergantung beratnya kondisi penyakit yang dialami, tanda-tanda vital
biasanya normal kecuali bila ada komplikasi lebih lanjut, badan
tampak lemas.
b. Sistem pernafasan : terjadi perubahan pola dan frekuensi pernafasan
menjadi lebih cepat akibat nyeri, penurunan ekspansi paru.
c. Sistem kardiovaskuler : mungkin ditemukan adanya pendarahan
sampai shok, tanda-tanda kelemahan, kelelahan yang ditandai
dengan pucat, mukosa bibir kering dan pecah- pecah tekanan darah
dan nadi meningkat.
d. Sister pencernaan : mungkin ditemukan adanya mual munta perut
kembung, penurunan bising usus karena puasa, penurunan berat
badan, dan kontifasi, keadaan telinga, kesimetrisan, ada tidaknya
sekret atau lesi, ada tidaknya nyeri tekan uji kemampuan
pendengaran dengan tes rinne webbel, dan schwabach. Biasanya
tidak ada sistem pendengaran.
e. Sistem muskuluskeletal : biasanya ditemukan kelemahan dan
keterbatasan gerak akibat nyeri
f. Sistem integumen : adanya luka kurangnya volume cairan
g. Sistem indokrin : dikaji riwayat dan gejala-gejala yang berhubungan
dengan penyakit indokrin, priksa ada tidaknya pembesaran tiroid dan
kelenjar getah bening biasanya tidak ada keluhan pada sistem
indokrin.

24
2.3.1 Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : klien mengatan berak Hiperperistaltik Gangguan rasa
kuning kehijauan nyaman (nyeri
bercampur lendir
DO : Turgor kulit menurun,
mulut kering, malas makan
DS : Pasien mengatakan output yang berlebihan Gangguan
bahwa mengalami perut keseimbangan cairan
kembung
DO : setelah dilakukan
perkusi diketahui klien
distensi, klien tampak
menahan kesakitan.
Peristaltik : 40x/ menit
Skala nyeri :
P : sebelum dan sesudah
BAB
Q : nyeri seperti teremas
R : pada regio epigastrium
S : skala nyeri 5
T : sering

2.3.2 Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d hiperperistaltik
2. Gangguan keseimbangan cairan b/d output yang berlebihan
3. Kerusakan integritas kulit b/d ekresi/BAB sering.

25
2.3.3 Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. 1. Nyeri akut b.d 1. Pain level Managemen nyeri :
inkontinuitas 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian
(terputusnya) 3. Comfort level nyeri komprensif yang
jaringan. Noc meliputi lokasi,
1. Mampu mengontrol karateristik, konsep,
nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas,
nyeri, mampu intesitas dan faktor
menggunakan teknik prncetus.
nonfarmakologi untuk 2. Berikan informasi
mengurangi nyeri, mengenai nyeri seperti
mencari bantuan) penyebab nyeri berapa
2. Melaporkan bahwa lama nyeri dan
nyeri berkurang antisipasi dari ketidak
dengan menggunakan nyamanan
manajemen nyeri 3. Kolaborasi pemberian
3. Mampu mengenali terapi analgetik
nyeri ( skala 4. Motifasi pasien untuk
intensitas, frekuensi, istirahat atau tidur yang
dan tanda nyeri) adekuat untuk
Menyatakan rasa nyaman membantu penurunan
setelah nyeri berkurang nyeri
2. Gangguan NOC: NIC :
keseimbangan cairan ❖Fluid balance ● Pertahankan catatan intake

b/d output yang ❖Hydration dan output yang akurat


● Monitor status hidrasi (
berlebihan ❖Nutritional Status : Food
kelembaban membran
Berhubungan dengan: and
mukosa, nadi adekuat,
- Kehilangan volume Fluid Intake
tekanan darah ortostatik ),
cairan secara Setelah dilakukan tindakan
jika
keperawatan selama….. defisit
aktif diperlukan
volume cairan teratasi dengan
- Kegagalan ● Monitor hasil lab yang
kriteria
mekanisme sesuai dengan retensi cairan
hasil:
pengaturan (BUN , Hmt , osmolalitas
❖Mempertahankan urine
urin, albumin, total protein )
output

26
DS : sesuai dengan usia dan BB, BJ ● Monitor vital sign setiap
- Haus urine normal, 15menit – 1 jam

DO: ❖Tekanan darah, nadi, suhu ● Kolaborasi pemberian


tubuh cairan IV
- Penurunan turgor
dalam batas normal ● Monitor status nutrisi
kulit/lidah
❖Tidak ada tanda tanda ● Berikan cairan oral
- Membran
dehidrasi, ● Berikan penggantian
mukosa/kulit kering
Elastisitas turgor kulit baik, nasogatrik sesuai output (50
- Peningkatan denyut –
membran mukosa lembab,
nadi, penurunan 100cc/jam)
tidak ada rasa haus yang
tekanan darah, berlebihan ● Dorong keluarga untuk
penurunan Orientasi terhadap waktu dan membantu pasien makan
volume/tekanan nadi tempat baik Kolaborasi dokter jika tanda

- Pengisian vena Jumlah dan irama pernapasan cairan berlebih muncul

dalam batas normal meburuk


menurun
Elektrolit, Hb, Hmt dalam ● Atur kemungkinan tranfusi
- Perubahan status
batas ● Persiapan untuk tranfusi
mental
normal ● Pasang kateter jika perlu
- Konsentrasi urine
pH urin dalam batas normal ● Monitor intake dan urin
meningkat output setiap 8 jam
Intake oral dan intravena
Temperatur tubuh
adekuat
meningkat
- Kehilangan berat
badan secara
tiba-tiba
- Penurunan urine
output
- HMT meningkat
- Kelemahan

27
Kerusakan integritas - TiTissue Pressure management
kulit b.d ekresi/BAB integrity : skin - Mobilisasi pasien
sering. and mucous setiap dua jam sekali
membranes - Monitor status pasien
Batasan karakteristik - Hemodyalisis - Memandikan pasien
akses dengan sabun dan
- Kerusakan Kriteria hasil : air hangat
lapisan kulit - Inegritas kulit yang Insision site care
- Gangguan baik bisa - Membersihkan,
permukaan kulit dipertahankan memantau dan
(epidermis) (sensasi,elastisitas, meningkatkan proses
- Invasi stuktur temperatur,hidrasi, penyembuhan
tubuh pigmentasi) pada luka yang ditutup
Faktor yang - Tidak ada luka/lesi jaitan,klip
berhubungan: pada kulit atau streples
- Eksternal - Perfusi jaringan
- Zat kimia,radiasi baik
- Usia yang - Menunjukan
ekstrim pemahaman dalam
- Kelembapan proses perbaikan
- Hipertermia kulit dan
- Faktor mekanik mencegah
- Lembab terjadinya cidera
- IMobilitas fisik berulang
- Medikasi - Mampu
Internal melindungi kulit
- Perubahan status dan
cairan mempertahankan
- Peruahan turgor kelembaban kulit
- Kondisi dan perawatan
ketidakseimbang alami
an nutrisi
- Penurunan
sirkulasi
- Tonjolan tulang
- Gangguan
sensasi
- Penurunan
imunologis

28
2.4 PEMASANGAN NASOGASTRIK TUBE ( NGT )
2.4.1 Definisi
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung,
juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini
digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, pengetahuan dan kemampuan perawat
dalam memasukan dan melakukan perawatan NGT adalah sangat dibutuhkan.
Bagi anak-anak,kebutuhan akan NGT disebabkan oleh beberapa kondisi
seperti anomali anatomi jalan makanan; oesophagus atau alat eliminasi,
kelemahan reflek menelan, distress pernafasan atau tidak sadarkan diri.
Keselamatan adalah selalu menjadi perhatian,dimana kerjasama perawat pasien
dan keluarga sangat dibutuhkan dan pada sebagian anak terkadang agak sedikit
dipaksakan.
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung,
juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini
digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).
Tindakan pemasangan Selang Nasogastrik adalah proses medis yaitu
memasukkan sebuah selang plastik ( selang nasogastrik, NG tube) melalui hidung,
melewatI tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung.

3.4.2 Tujuan dan Manfaat Tindakan


Naso Gastric Tube digunakan untuk:
1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung(cairan,udara,darah,racun)
2. Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi
lambung
4. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia

29
5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan
operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi
isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia)
2.4.3 Nutrisi Enteral
Nutrisi Enteral merupakan pemberian nutrient melalui saluran cerna
dengan menggunakan sonde (tube feeding).Nutrisi enteral direkomendasikan bagi
pasien-pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara volunter
melalui asupan oral.Pemberian nutrisi enteral dini (yang dimulai dalam 12 jam
sampai 48 jam setelah pasien masuk ke dalam perawatan intensif [ICU]) lebih
baik dibandingkan pemberian nutrisi parenteral.
Manfaat dari pemberian nutrisi enteral antara lain:
 Mempertahankan fungsi pertahanan dari usus
 Mempertahankan integritas mukosa saluran cerna
 Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna
 Mengurangi proses katabolic
 Menurunkan resiko komplikasi infeksi secara bermakna
 Mempercepat penyembuhan luka
 Lebih murah dibandingkan nutrisi parenteral
 Lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih pendek dibandingkan
dengan Nutrisi Parenteral
 Pasien-pasien yang dapat diberikan nutrisi enteral adalah mereka yang
tidak bisa makan, tidak dapat makan, dan tidak cukup makan (ASPEN,
1998)
“Bila usus bekerja, gunakanlah.” Kalimat yang sudah sering diucapkan
berulang-ulang kali itu, merupakan panduan untuk pemberian dukungan
nutrisi.Biasanya, adanya bunyi usus dan flatus merupakan indikator bahwa
saluran cerna berfungsi, khususnya pada pasien-pasien paska
pembedahan.Namun, penelitian menunjukkan bahwa motilitas saluran cerna yang
menurun pada periode paska operasi ini, hanya mempengaruhi lambung dan usus
besar (kolon), dan tidak mempengaruhi fungsi usus halus.Berkurangnya ataupun

30
hilangnya bunyi usus tidak perlu sampai menghambat pemberian nutrisi enteral
(Lewis et al 2001).

2.4.4 Implementasi (Pemasangan) Ngt


Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui
nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang
memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam
lambung.Pelaksana harus seorang professional kesehatan yang berkompeten
dalam prosedur dan praktek dalam pekerjaannya.
Pengetahuan dan ketrampilan dibutuhkan untuk melakukan procedure dengan
aman adalah :
1. Anatomi dan fisiologi saluran gastro-intestinal bagian atas dan
system pernafasan.
2. Kehati-hatian dalam procedure pemasangan dan kebijaksanaan
penatalaksanaan NGT.
Pengetahuan mendalam pada pasien ( misalnya : perubahan anatomi dan fisiologi
yang dapat mambuat sulitnya pemasangan NGT tersebut

2.4.5 Peralatan
- Slang nasogastrik (ukuran tergantung pada kebutuhan pasien)
- Pelumas/ jelly
- Spuit berujung kateter 60 ml
- Stetoskop
- lampu senter/ pen light
- klem
- Handuk kecil
- Tissue
- Spatel lidah
- Sarung tangan dispossible

31
- Plester
- Kidney tray
- Bak instrumen

2.4.6 Langkah Pelaksanaan


1. Cuci tangan dan atur peralatan
2. Jika memungkinan, jelaskan prosedur kepada klien dan keluarga
3. Identifikasi kebutuhan ukuran NGT klien
4. Bantu klien untuk posisi semifowler
5. Posisi klien yang diperlukan :
 Posisi untuk memudahkan memasukan NGT adalah semi sitting
position atau
high-Fowler jika tidak ada kontra indikasi (misalnya pasien dengan
patah tulang belakang).
 Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan
dominant kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan
kiri).Periksa dan perbaiki kepatenan nasal: Minta klien untuk
bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain
tersumbat, ulangi pada lubang hidung.

2.4.7 Evaluasi
Setelah melakukan proses keperawatan baik dari hasil pengkajian diagnosa
perencananaan pemasangan NGT perlu dikaji hasil yang diharapkan sudah
tercapai atau belum. Pengkajian yang terus – menerus terhaap kriteria hasil yang
diharapkan sehingga tercapai tindakan keperawatan yang berkualitas.
1. Tidak terjadi komplikasi aspirasi, nasal irritation, sinusitis, epistaxis,
rhinorrhea,
skin erosion or esophagotracheal fistula sebagai dampak dari
pemasangan NGT.

32
2. Tingkat pengetahuan pasien dan keluarga akan bertambah, bisa diajak
berkerjasama dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara utuh
baik pengkajian, menentukan masalah, perencanaan, pelaksanaan juga
evaluasi.
3. Kebutuhan pasien terpenuhi secara adekuat baik berupa kebutuhan
nutrisi maupun cairan.

33
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An “G” DENGAN
GASTROENTERITIS DI RUANG UNIT GAWAT
DARURAT RSUD PALEMBANG BARI
TAHUN 2018

TANGGAL ketika a) masuk : 30.10.2018 b) Pengkajian : 30.10.2018

3.1 Data Pasien


a. Identitas Pasien
Nama : An. “G”
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : lrng. Prajurit Nangyu perum Mbri Blok C.
Dx. Medik : 55.64.60
b. Penanggung jawab pasien :
Nama : Ny “N”
Umur : 35 thn
Pendidikan : Smp
Status Pernikahan : Menikah
Alamat :lrng. Prajurit Nangyu perum Mbri Blok C.

34
PENGKAJIAN

- Alasan utama datang ke RS : Diare

- Keluhan utama (saat pengkajian) : Bab Cair

- Riwayat kesehatan sekarang : ibu os. Mengeluh os.


mencret dengan Bab cair, Bab kuning kehijauan dengan cair lebih banyak.

- Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada

- Riwayat pengobatan dan alergi : tidak ada alergi

- Riwayat kesehatan dahulu : Campak

PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
Sakit/nyeri :  Berat (8-10)  Sedang (4-7)  Ringan (0-3)

Status gizi :  Normal (BB ideal)  Gemuk (BB >10% ideal)  Kurus
(BB<10% ideal)

Sikap :  Tenang  Gelisah  Menahan nyeri

Personal hygiene : - Mandi : x/hari

- Kuku :  hitam  bersih

- Rambut :  kotor  bersih

- Kulit :  kotor  bersih

Lain-lain :
………………………………………………………………………………………
……………

35
2. Data Sistematik
a. Sistem Persepsi Sensori
Pendengaran:  Normal  Kerusakan ka/ki  Tuli ka/ki  Alat bantu
dengar  Tinitus

Penglihatan :  Normal  Kaca mata  Lensa kontak  Kerusakan


ka/ki  Kebutaan ka/ki  Katarak ka/ki

Pengecap, Penghidu :  Normal  Gangguan indera pengecap  Gangguan


indera penghidu

Peraba : Normal Gangguan indera peraba

Lain-lain :

………………………………………………………………………………………
……..

b. Sistem Penglihatan

Nyeri tekan :  : ada OD/OS  tidak OD/OS

TIO : ……………..mmHg, Visus : VOD :……………, VOS : ……………..

Lapang pandang :  Normal  Hemianopia  Kuandrantanopia

 Skotoma

Kesimetrisan mata :  simetris  tidak simetris  Eksoftalmus OD/OS


Ensoftalmus OD/OS

Alis : Pertumbuhan rambut :  sempurna  tidak, disebabkan


oleh……………

Kelopak mata :  Normal  Ptosis  Kemerahan  lesi  Krusta 


pembengkakan  Entropion  Ektropion  Trikiasis  Madorisis

36
Konjungtiva : Palpebra :  Normal (merah muda dan mengkilat)  Kemerahan
 Pembengkakan

Benjolan :  Folikel  Papil  Litiasis

Konjungtiva : Bulbi :  Normal  Pembengkakan  Edema (kimosis)

Sklera : Warna :  Putih OD/OS  Kekuningan OD/OS

Kornea :  Normal Kekeruhan :  Infiltrat  Sikatrik :  Nebula 


Makula Leukoma

Reflek :  Ada OD/OS  Tidak OD/OS

Pupil :  Isokor  Anisokor Diameter:  Normal (2-6mm)  Kontriksi


OD/OS (<2mm)  Dilatasi OD/OS(>6mm).

Respon cahaya :  Ada OD/OS  Tidak OD/OS

a. Sistem Pernafasan
Frekuensi : 24 x/menit, Kualitas : Normal  Dangkal  Cepat

Batuk : ya / tidak Suara napas :  Bersih  Ronchi: basah/kering

Bunyi napas :  Vesikuler  Bronko-vesikuler  Stridor  Wheezing 


Bronkeal  Trakeal

Sumbatan jalan nafas :  Sputum  Lendir  Darah

Lain-lain
:……………………………………………………………………………………
………….

b. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah : …../ mmHg

Denyut nadi : 105 x/menit, Irama :  Teratur  Tidak teratur

Bunyi jantung : Normal  Tambahan: …………………………..

37
Kekuatan :  Kuat  Lemah, Akral :  Hangat  Dingin

Pengisian kapiler :  3 detik > 3 detik

Edema :  Tidak ada  Ada di …………

Lain-lain :
………………………………………………………………………………………
……..

3. Sistem Saraf Pusat


Kesadaran :  CM  Apatis  Somnolen  Soporous  Coma

GCS = 15 E=4 v=5 M=6

Bicara :  Normal  Tak jelas  Kacau  Aphasia :  Nominal

 Ekspresif  Reseptif, Disphasia : …………………………………….

Pupil : Isochor  Anisochor

Orientasi waktu : Baik  Buruk

Orientasi tempat :  Baik Buruk

Orientasi orang :  Baik  Buruk

Lain-lain :
………………………………………………………………………………………
……..

4. Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan : Normal MeningkatMenurun

Diet : tidak ada

Porsi makan : ………………

Keluhan : Mual  Muntah

38
Bibir :  Normal  kering  pecah-pecah

Mulut dan tenggorokan :  Normal  Lesi  Hematemesis

Kemampuan mengunyah :  Normal  Kurang  Kesulitan

Kemampuan menelan :  Normal  nyeri telan

Perut :  Normal  Hiperperistaltik  Tidak ada bising usus

 Kembung  Nyeri tekan kuadran ……… / bagian …………….

Colon dan rectum : B.a.b :  Normal  Konstipasi ….. hari  Diare


……. x/……. Jam  Inkontinensia  Melena

Rectal toucher : …………………………..(data sekunder)

lain-lain :
………………………………………………………………………………………
……….

5. Sistem Muskuloskeletal
Rentang gerak :  Penuh  Terbatas

Keseimbangan dan cara jalan :  Tegap  Tidak tegap

Kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari :  Mandiri  Dibantu


sebagian  Dibantu sepenuhnya  Menggunakan alat bantu berupa
…………

Genggaman tangan :  Sama kuat  Lemah kanan/kiri

Otot kaki :  Sama kuat  Lemah kanan/kiri

Akral :  Hangat  dingin

Fraktur :  tidak ada  ada, gambarkan


…………………………………………

39
Lain-lain :
………………………………………………………………………………………
………

6. Sistem Integumen
Warna kulit :  Normal  Pucat  Sianosis  Ikterik

 Lainnya : ……………………………………………………………………

Turgor :  Baik  Buruk,

Luka :  Tidak ada  Ada : luas : …………………, pada


:……………………, gambarkan :…………………………

Memar :  Tidak ada  Ada pada ………………….

Kemerahan :  Tidak ada  Ada pada ………………….

Lain-lain :
………………………………………………………………………………………
……..

7. Sistem Reproduksi
Infertil : Ada  Tidak ada

Masalah menstruasi : Ada  Tidak ada

Skrotum :  Edema  Ulkus  nyeri tekan

Testis :  Edema Massa

Prostat :  Massa  Nyeri tekan

Payudara :  Kontur  Simetris  Inflamasi  Jaringan parut

Lain-lain :
………………………………………………………………………………………
……..

40
8. Sistem Perkemihan
Urine : Jumlah/24 jam :……….cc

Warna :  kuning jernih  coklat  merah Pancaran urine :  kuat 


lemah  bercabang

@ B.a.k ……..cc  Disuria  Nokturia  Retensi  Hematuri

 Nyeri tak terkontrol  inkontinensia  oliguri  poliuri  oligouri

Vesica urinaria :  nyeri tekan  kosong  penuh

Lain-lain :
………………………………………………………………………………………
……..

9. Data penunjang
(Hasil pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium,)

Tanggal pemeriksaan: 30.10.2018 / jam 18:56

Hasil :

Hasil pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Hematologi
Hemoglobin 9.5 14.0-16.0 g/dl
Basofil 0 0.0-1.0 %
Segmen 70 2.0-6.0 %
Limfosit 30 20.0-40.0 %%
Monosit 0 2.0-8.0 %

41
1. ANALISA DATA
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS : keluarga os. Mengatakan Meningkatnya Nutrisi Kurang dari
kebutuhan
bahwa anaknya tidak nafsu mobilitas usus
makan /susu
DO : Kesempatan usus
 KU : lemah menyerap
 Bising usus (+) makanan
berkurang

Inflamasi sel
pencernaan

Inflamasi sel
pencernaan

Meningkatnya
suhu tubuh

Mual

Anoreksia

Nutrisi kurang
dari kebutuhan
2. DS : - Terdapatnya zat- Kerusakan
intergritas kulit
DO : zat makanan tidak

42
 KU : tampak lemah dapat dserap
 An. Tampak menangis
Tekanan osmotik
meningkat

Rebsorbsi di
dalam usus
terganggu

Bab sering
konistensi cair

Kulit disekitar
anus teriritasi,
kemerahan dan
gatal

Kerusakan
integritas kulit
3. DS : Inflamasi sel Hipertermi
 keluarga os. pencernaan
Mengatakan badan
anaknya panas, Tubuh bereaksi
 keluarga os terhadap invasi
mengatakan An. mikroorganisme
Muntah
 kelarga os mengatakan Meningkatnya
mata os tampak selalu suhu tubuh
melihat keatas secara

43
terus menerus Hipertermi

DO :
 KU : Tampak gelisah
 An. Tampak gelisah

II. Prioritas Masalah


1. Hipertermi
2. Devisit volume cairan
3. Nutrisi Kurang dari kebutuhan
4. Kerusakan intergritas kulit

III. Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi b.d proses penyakit ditandai dengan badan teraba panas dan
kondisi lemas
2. Devisit volume cairan bd diare
3. Nutrisi Kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan dalam mencerna
makanan (mual&muntah)
4. Kerusakan intergritas kulit

44
IV. Intervensi keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1) Nutrisi kurang NOC: Kaji adanya alergi makanan
a. Nutritional status: 1. Kolaborasi dengan ahli
dari kebutuhan
Adequacy of gizi untuk menentukan
Berhubungan
nutrient jumlah kalori
dengan :
b. Nutritional Status : dan nutrisi yang dibutuhkan
Ketidakmampuan
food and Fluid pasien
untuk memasukkan
Intake ▪ Yakinkan diet yang
atau mencerna
c. Weight Control dimakan mengandung tinggi
nutrisi oleh karena
Setelah dilakukan serat untuk
faktor
tindakankeperawatan mencegah konstipasi
biologis,
selama….nutrisi ▪ Ajarkan pasien bagaimana
psikologis atau
kurangteratasi dengan membuat catatan makanan
ekonomi.
indikator: harian.
DS:
❖Albumin serum ▪ Monitor adanya penurunan
- Nyeri abdomen
❖Pre albumin serum BB dan gula darah
- Muntah
▪ Monitor lingkungan selama
- Kejang perut ❖Hematokrit
makan
- Rasa penuh tiba- ❖Hemoglobin
▪ Jadwalkan pengobatan dan
tiba setelah makan ❖Total iron binding
tindakan tidak selama jam
DO: capacity
makan
- Diare
❖Jumlah limfosit
▪ Monitor turgor kulit
- Rontok rambut
▪ Monitor kekeringan,
yang berlebih
rambut kusam, total protein,
- Kurang nafsu
Hb dan
makan
kadar Ht
- Bising usus
▪ Monitor mual dan muntah
berlebih
▪ Monitor pucat, kemerahan,
- Konjungtiva
dan kekeringan jaringan
pucat
konjungtiva
- Denyut nadi
▪ Monitor intake nuntrisi
lemah
▪ Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat

45
nutrisi
▪ Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan.
▪ Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
▪ Kelola pemberan anti
emetik:.....
▪ Anjurkan banyak minum
▪ Pertahankan terapi IV line
▪ Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan
cavitas oval
2) Kerusakan NOC : NIC : Pressure
integritas kulit Tissue Integrity : Skin and Management
Mucous ▪ Anjurkan pasien untuk
berhubungan Membranes menggunakan pakaian yang
dengan : Wound Healing : primer longgar
Eksternal : dan sekunder ▪ Hindari kerutan pada
- Hipertermia atau Setelah dilakukan tempat tidur
hipotermia tindakan ▪ Jaga kebersihan kulit agar
- Substansi kimia keperawatan selama….. tetap bersih dan kering
- Kelembaban kerusakan ▪ Mobilisasi pasien (ubah
- Faktor mekanik integritas kulit pasien posisi pasien) setiap dua jam
(misalnya : alat teratasi dengan sekali
yang kriteria hasil: ▪ Monitor kulit akan adanya
dapat ❖Integritas kulit yang kemerahan
menimbulkan luka, baik bisa ▪ Oleskan lotion atau
tekanan, dipertahankan (sensasi, minyak/baby oil pada derah
restraint) elastisitas, temperatur, yang tertekan Monitor
- Immobilitas fisik hidrasi, pigmentasi) aktivitas dan mobilisasi
Radiasi Tidak ada luka/lesi pada pasien

46
- Usia yang kulit ▪ Monitor status nutrisi
ekstrim Perfusi jaringan baik pasien
- Kelembaban kulit Menunjukkan pemahaman ▪ Memandikan pasien
- Obat-obatan dalam proses perbaikan dengan sabun dan air hangat
Internal : kulit dan mencegah ▪ Kaji lingkungan dan
- Perubahan status terjadinya sedera peralatan yang menyebabkan
metabolik berulang tekanan
- Tonjolan tulang Mampu melindungi kulit ▪ Observasi luka : lokasi,
- Defisit imunologi dan mempertahankan dimensi, kedalaman luka,
- Berhubungan kelembaban kulit dan karakteristik,warna cairan,
dengan dengan perawatan alami granulasi, jaringan nekrotik,
perkembangan Menunjukkan tanda-tanda infeksi lokal,
- Perubahan terjadinya proses formasi traktus
sensasi penyembuhan ▪ Ajarkan pada keluarga
- Perubahan status luka tentang luka dan perawatan
nutrisi (obesitas, luka
kekurusan) ▪ Kolaburasi ahli gizi
- Perubahan status pemberian diae TKTP,
cairan vitamin
- Perubahan ▪ Cegah kontaminasi feses
pigmentasi dan urin
- Perubahan ▪ Lakukan tehnik perawatan
sirkulasi luka dengan steril
- Perubahan turgor ▪ Berikan posisi yang
(elastisitas kulit) mengurangi tekanan pada
luka
DO:
- Gangguan pada
bagian tubuh
- Kerusakan lapisa
kulit (dermis)
- Gangguan
permukaan kulit
(epidermis)

3) Hipertermi NOC: NIC :


Berhubungan Thermoregulasi ▪ Monitor suhu sesering

47
dengan : mungkin
- penyakit/ trauma Setelah dilakukan tindakan ▪ Monitor warna dan suhu
- peningkatan keperawatan kulit
metabolisme selama………..pasien ▪ Monitor tekanan darah,
- aktivitas yang menunjukkan : nadi dan RR
berlebih Suhu tubuh dalam batas ▪ Monitor penurunan tingkat
- dehidrasi normal kesadaran
DO/DS: dengan kreiteria hasil: ▪ Monitor WBC, Hb, dan
● kenaikan suhu ❖Suhu 36 – 37C Hct
tubuh diatas ❖Nadi dan RR dalam ▪ Monitor intake dan output

rentang ▪ Berikan anti piretik:


rentang normal normal ▪ Kelola
● serangan atau Antibiotik:…………………
❖Tidak ada perubahan
konvulsi (kejang) ……..
warna
● kulit kemerahan ▪ Selimuti pasien
kulit dan tidak ada pusing,
● pertambahan RR ▪ Berikan cairan intravena
merasa nyaman
● takikardi ▪ Kompres pasien pada lipat
● Kulit teraba paha dan aksila
panas/ hangat ▪ Tingkatkan sirkulasi udara
▪ Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
▪ Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
▪ Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
▪ Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)

48
v. Implementasi dan evaluasi
N NO Tanggal dan Implementasi Evaluasi
O DX jam

1. 1. 30 okt 2018  Mengkaji adanya alergi S : ibu os


Nutrisi makanan Kolaborasi mengatakan sudah
dengan ahli gizi untuk
kurang dari mau minum susu ?
menentukan jumlah
kebutuhan kalori dan nutrisi yang
makan
dibutuhkan pasien O : KU : tampak
 Meyaakinkan diet yang membaik
dimakan mengandung Ttv :
tinggi serat untuk
Td : -
mencegah konstipasi
Nd : 105 x / menit
 Mengajarkan pasien
bagaimana membuat Rr : 24x / menit
catatan makanan S : 36,0 C
harian. Skala nyeri :
 Memoonitor adanya
2(rentang 0-10)
penurunan BB dan gula
Ekspresi wajah :
darah
 Memonitor lingkungan
tenang
selama makan A : masalah teratasi
 Memonitor turgor kulit sebagian
P : intervensidi
lanjutkan
2. 2. Kerusakan  Menganjurkan pasien S : ibu os.
integritas kulit untuk menggunakan Mengatakan
pakaian yang longgar
tidak adanya
 Menghindari kerutan
pembengkakan
pada tempat tidur
 Menjaga kebersihan kulit /robekan dll
agar tetap bersih dan O : pasien
kering dapat
 Memobilisasi pasien

49
(ubah posisi pasien) beraktifitas (
setiap dua jam sekali
bergerak)
 Memonitor kulit akan
Ekspresi wajah
adanya kemerahan
: tenang dan
 mengoleskan lotion atau
minyak/baby oil pada rileks
derah yang tertekan Ttv
Monitor aktivitas dan Td : -
mobilisasi pasien
Nd : 107 x / menit
 Memonitor status nutrisi
Rr : 23x / menit
pasien
S : 36,4 C
Skala nyeri : 2
(Rentang 0-10)
A : masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
3. 3. Hipertermi  Memonitor suhu sesering S : pasien
mungkin mengatakan badan
 Memonitor warna dan suhu
terasa segar dan tidak
kulit
terasa lemas lagi
 Memonitor tekanan darah,
nadi dan RR O : pasien dapat
 Memonitor penurunan tingkat melakukan aktifitas
kesadaran Ekspresi wajah :
 Memonitor WBC, Hb, dan
tampak tenang dan
Hct
rileks
 Memonitor intake dan output
Ttv
Td : 120/80
Nd : 115 x / menit
Rr : 22x / menit
S : 36,0 C
Skala nyeri : 1

50
A :masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dihentikan

51
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam makalah ini akan dibahas masalah keperawatan pada pasien dengan
asuhankeperawatan pada An. “G” dengan Gastroenteritisdi ruangan UGD RSUD
Palembang Bari. Asuhan Keperawatan tersebut ditetapkan sesuai dengan tahap
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian
Pengumpulan data dilakukan dengan mengguanakan format pengkajian
keperawatan yang telah di tetapkan. Pengumpulan data yang dilakukan melalui
wawancara dengan pasien dan keluarga, observasi dan dari pendokumentasian
keperawatan di ruangan, serta di dapatkan dari data penujang pengkajian data
yang di lakukan pada tanggal 30 Oktober 2018, mendapatkan hasil mengenai
gambaran kesehatan pada asuhan keperawatan pada An “G” dengan
Gastroenteritisdengan indikasi sedang di ruang UGD RSUD palembang BARI
Tahun 2018, pengkajian yang kami lakukan pada pasien ternnyata memiliki
kesamaan dengan pengkajian secara teoritis.
Pengkajian adalah tahap awal tahap awal dari proses keperawatan untuk
menyimpulkan data dasar guna menentukan asuhan keperawatan yang akan di
butuhkan dalam penyampaian data penulis menggunakan metode observasi dan
pemeriksaan fisik.
Pengkajian di lakukan pada tanggal 30 Oktober 2018 di RSUD palembang
BARI di UGD. Pada An “G” usia 4bulan, pasien terlihat sakit dan pasien tampak
menangis.

52
4.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menjelaskan suatu pernyataan tentang sttus pasien atau
masalah aktual ataupun potensial, perawatan menggunakan proses keperawatan
untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan pasien
yang di pertanggung jawabkan. Diagnosa keperawatan An “G” adalah:
1. Nutrisi Kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan dalam mencerna
makanan (mual&muntah)
2. Devisit volume cairan bd diare
3. Kerusakan intergritas kulit
4. Hipertermi b.d proses penyakit ditandai dengan badan teraba panas dan
kondisi lemas
Diagnosa keperawatan yang kami dapatkan memiliki kesamaan dengan
diagnosa secara teoritis dan sesuai dengan NANDA (2015-2017).

4.3 Intervensi keperawatan


Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan yang akan di laksanakan
untuk mmmembantu pasien dalam masalah pasien mengadapi kesehatannya
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di temukan dan di prioritaskan
sebelumnya. Intervensi keperawatan yang di lakukan sesuai dengan teorotis NIC
atau NOC ) dari rencana kegiatan. Pada masalah nyeri : pain level, resiko infeksi
perawatan luka post op, dan intoleransi aktifitas kecemeasan yang berlebihan.

4.4 Implementasi
Tindakan keperawatan yang di laksanakan kelompok sesuai dengan rencana
keperawatan yang di tetapkan. Sebelum melakuklan tindakan, kami membuat
rencana keperawatan dan setiap kali berintraksi dengan pasien kami meng
evaluasi kemampuan pasien sesuai dengan kriteria hasil dan indikator yang telah
kami buat. Tindakan keperawatan sesuai shift dinas yang ada (pagi,siang dan
malam). Tindakan keperawatan dilakukan dalam waktu tiga hari dan intervensi di
lanjutkan karna kondisi pasien memperhatikan dan pasien blum di perbolehkan
pulang oleh dokter.

53
4.5 Pembahasan NGT
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung,
juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini
digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).
Tujuan dan Manfaat TindakanNaso Gastric Tube digunakan untuk:
 Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung(cairan,udara,darah,racun)
 Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
 Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi
lambung
 Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
 Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan
operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi
isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia)

4.6 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap di mana proses penilaian dicapai meliputi
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.. Evaluasi keperawatan dilakukan setiap
selesai melakukan tindakan dan dilakukan evaluasi ulang ke pasien sebelum
dilakukan pertukaran shift. Evaluasi yang kami lakukan sesuai dengan teoritis
yakni berdasarkan analisis SOAP (subjektif, Objektif, Analisis dan Planning).
Planning dihentikan karena pasien diperbolehkan pulang oleh dokter.
Pendokumentasian yang kami lakukan dengan melakukan pencatatan setiap
respon perkembangan pasien mulai dari pengkajian, diagnosia
keperawatan,intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
hasil tindakan. Setiap kali melakukan handover, kami mengorder pasien baik dari
pengobatan farmakologi atau non farmakologi harus disertai tanda tangan kami
dan mengobservasi langsung ke pasien.
Berdasarkan Diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan implementasi
keperawatan yang kami lakukan pada saat merawat pasien semuanya berhasil
dengan baik, kondisi pasien kembali normal, pasien menunjukan perbaikan level

54
nyeri, pasien mengatakan cukup mengerti tentang perawatan luka operasi. Dari
seluruh kegiatan keperawatan yang kami lakukan sama dengan teoritis. Karena
pada dasarnya konsep suatu penyakit harus ditangani dengan ilmu pengatahuan
baik teoritis, penelitian dan penemuan akan tentang tindakan, pencegahaan dan
pengobatan untuk pasien.

55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada An “G” dengan
Gastroenteritisdi ruang UGD RSUD Palembang BARI, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastroenteritis di
fokuskan pada masalah yang dialami pasien dengan dibandingkan teoritis
yang ada, pengkajian inidilakukan pada tanggal 30 oktober 2018
2. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada An ”G” dengan Gastroenteritis
di ruang UGD RSUD Palembang BARI, diagnosa yang muncul pada
dasarnya sudah hampir sesuai dengan diagnosa yang ada dalam asuhan
keperawatan teoritis.
3. Dalam pemberian impelmentasi yang dilakukan selama 3 hari pencapaian
target yang diinginkan telah tercapai.
4. Keberhasilan tidaknya proses keperawatan itu salah satunya disebabkan
karena adanya kerjasama, baik itu di antara tim kesehatan dalam hal
pelayanan kesehatan maupun kerjasama antara parawat atau petugas
kesehatan lain dengan pasien itu sendiri.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi RSUD Palembang BARI
Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan melalui intervensi yang dapat diterapkan dalam
mengatasi pasien dengan diagnosa Gastroenteritis
5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang
Diharapkan pada institusi pendidikan untuk menambah referensi
secara teoritis yang berkaitan dengan asuhan keperawatan dengan
diagnosa Gastroenteritis

56
5.2.3 Bagi pasien
Diharapkan kepada pasien dengan adanya informasi yang diberikan
oleh tenaga kesehatan Pasien mengerti dan mampu meningkatkan
kualitas kesehatan yang lebih baik lagi.

57
DAFTAR PUSTAKA

- Ardiansyah,Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta.


Diva PressCarpenito,Linda Jual. 2007. Buku saku Diagnosa Keperawatan.
Edisi ke-10. Alih bahasa oleh Yasmin Asih.Jakarta: EGC Davey, Patrick.
- At A Glance Medicine. Jakarta. Erlangga Dermawan. D & R Tutik.2010.
Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta. Gosyen
Publishing
- Rineka Cipta Widoyono. Penyakit Tropis: epidemiologi, penularan,
pencegahan, & pemberantasannya. Jakarta. Erlangga Carpenito,
- Lynda Juan.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 10.Jakarta :
EGC.Crain, William.2007.Teori Perkembangan:Konsep dan Aplikasi
ed.3.Yogyakarta.
- Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan
keperawatan Medikal Bedah.Jakata :
- Salemba Medika.Mansjoer, Arif. 2007.Kapita Selekta Kedokteran.FKUI :
Media Aesculapius.Nanda Internasional.2011.
- Suriadi dan Yuliani, Rita.2010.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi
2.Jakarta : Sagung Seto.
- Sodikin.2011Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilier.Jakarta : Salemba Medika.Webb,
- Canaby A, Evans L and Freeman ( 2002 ) Nursing care of patients with
nasogastric feedingtube. British Journal of Nursing 11 (6 )
- http://e-learning-keperawatan.blogspot.com/2009/01/tindakan-pemasangan-
nasogastric-tube.html

58

Anda mungkin juga menyukai