Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibuprofen merupakan golongan obat anti inflamasi non steroid

derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme

ibuprofen adalah menghambat isoenzim siklooksigenase-1 dan

siklooksigenase-2 dengan cara mengganggu perubahan asam arakidonat

menjadi prostaglandin. Enzim siklooksigenase berperan dalam memacu

pembentukan prostaglandin dan tromboksan asam arakidonat, sedangkan

prostaglandin adalah molekul pembawa pesan pada proses inflamasi atau

peradangan. Efek analgetik ibuprofen adalah sama seperti aspirin. Efek

analgetik obat tersebut terlihat dengan memberikan dosis 1200-2400 mg

sehari (Wilmana dan Gan, 2007). Penggunaan ibuprofen untuk

mengurangi penyakit sebagai analgetik-antipiretik. Ibuprofen ketika

digunakan secara oral akan diabsorpsi secara cepat oleh usus dengan

konsentrasi puncak dalam plasma terjadi dalam waktu1-2 jam. Ibuprofen

akanterikat oleh protein plasma sekitar 90-99%. Metabolisme ibuprofen

melalui hidroksilasi maupun karboksilasi. Ekskresi ibuprofen sangat cepat

sekitar lebih dari 90% pada urin dalam bentuk metabolit (Tjay dan

Raharja, 2002).

Ibuprofen sering diresepkan sebagai analgetik-antipiretik terutama

pada anak-anak. Ibuprofen lebih sering digunakan karena obat ini

cederung lebih aman dibandingkan dengan obat yang memiliki khasiat


2

sama seperti parasetamol. Ibuprofen sering digunakan tetapi obat ini

memiliki permasalahan kelarutan pada proses formulasi. Karakteristik

ibuprofen termasuk dalam Biopharmaceutics Classification System (BCS)

kelas II dengan ciri sifat permeabilitas tinggi dan kelarutannya rendah

(Amidon dkk., 1995). Obat yang termasuk dalam karakteristik BCS kelas

II memiliki ciri bioavailabilitasobat tergantung pada jenis sediaan dan

kecepatan pelepasan zat aktifnya. Ibuprofen ketika diformulasikan perlu

pengatasan masalah kelarutan obat tersebut. Teknik yang digunakan untuk

memperbaiki kelarutan obat BCS kelas II antara lain dengan penggunaan

kosolven, pembentukan kompleksasi (misalnya dengan pembentukan

kompleks inklusi dengan penambahan zat pengompleks seperti β-

siklodekstrin), dan pendekatan melalui prodrug(Agoes, 2012).

Kelarutan suatu bahan obat merupakan faktor penentu dalam

keberhasilan proses preformulasi dan formulasi sediaan obat yang dapat

mempengaruhi bioavailabilitas dalam proses terapi. Sebelum obat

diabsorpsi oleh tubuh, obat harus mengalami proses pelarutan terlebih

dahulu. Setelah obat sudah terlarut, maka obat akan dapat mengalami

proses absorpsi, sehingga pada akhirnya dapat memberikan efek

farmakologi yang diinginkan dalam jangka waktu tertentu (Florence dan

Attwood, 2006).

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatan kelarutan ibuprofen

melalui pembentukan kompleks antara ibuprofen dengan beta-

siklodekstrin (β-siklodekstrin) menggunakansoftware Design Expert versi


3

7.1.3(DX7) dengan metodefactorial design danmetode simplex lattice

design. Berdasarkan pustaka yang telah dipelajari ditemukan adanya 2

nilai pKa ibuprofen yaitu 5,2 dan 4,39(USP XXXII, 2009). Penentuan pKa

sendiri pada penelitian ini perlu dilakukan karena pKa dapat digunakan

untuk mengetahui stabilitas dan kelarutan optimum suatu obat (Shargel

dkk., 2005). Ibuprofen memiliki kelarutan yang sukar larut dalam air yang

dapat membatasi aplikasi obat secara biologi sehingga diperlukan

kompleksasi dengan β-siklodekstrin. Peningkatan kelarutan ibuprofen

dengan menggunakan β-siklodekstrin ini dilakukan karena β-siklodekstrin

dapat meningkatkan kelarutan ibuprofen yang sukar larut dalam air.

Diharapkan dengan pembentukan kompleks inklusi antara ibuprofen

dengan β-siklodekstrin dapat meningkatkan efektifitas

ibuprofen.Penetapan parameter termodinamika terjadinya kompleksasi

dilakukan dengan melihat perubahan gugus fungsional yang terjadi antara

ibuprofen dengan β-siklodekstrinyang dievaluasi secara spektrofotometri

inframerah dan optimasinyamenggunakan metodesimplex lattice

design.Pengujiandan optimasi kelarutan ibuprofen dilakukansecara

spektrofotometri ultraviolet-visibel dengan menggunakanmetode factorial

design.

Studi literatur menunjukan bahwa banyak publikasi ilmiah yang

mempelajari sifat kelarutan ibuprofen, tetapi penulis belum menemukan

publikasi yang meneliti tentang pembentukan kompleks ibuprofen dengan

β-siklodekstrin dengan melihat perubahan gugus fungsional yang terjadi


4

setelah dievaluasi secaraspektrofotometri inframerah dan optimasinya

menggunakan metode simplex lattice design terhadap kelarutan ibuprofen.

Evaluasi kelarutan ibuprofen dilakukan secaraspektrofotometri ultraviolet-

visibel yang dioptimasimenggunakan metode factorial design. Penelitian

ini dilakukan karena dapat mengkaji nilai pKa dan mengetahui pengaruh

pembentukan kompleks ibuprofen dengan β-siklodekstrin terhadap

kelarutan ibuprofen. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh

data pKa yang tepat. Selain itu, data kelarutan ibuprofen yang ditingkatkan

oleh pembentukan kompleks β-siklodekstrin diharapkan dapat digunakan

untuk data pendukung dalam proses preformulasi maupun formulasi dari

obat tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut dapat dirumuskan

beberapa masalah antara lain:

1. Berapakah nilai pKa ibuprofen berdasarkan penelitian ini ?

2. Bagaimana kompleks ibuprofen dengan β-siklodekstrin yang

dievaluasi secaraspektrofotometriinframerah dan optimasinya dengan

metode simplex lattice design?

3. Bagaimana pengaruh komposisi β-siklodekstrin, suhu, dan pH

penelitian ini terhadap senyawa kompleks ibuprofen dengan β-

siklodekstrin terhadap kelarutan yang dianalisis dengan

metodefactorial design?
5

C. Keaslian Penelitian

Sejauh ini banyak penelitian terkait kelarutan dan kompleksasi obat

tetapi untuk penelitian tentang penentuan pKa dan pengaruh pembentukan

senyawa kompleks ibuprofen dengan β-siklodekstrin terhadap

kelarutanibuprofen yang dioptimasi dan dianalisis menggunakan software

Design Expert versi 7.1.3(DX7) belum ditemukan, ini yang menunjukan

kebaharuan penelitian ini.

Penelitian terkait kelarutan dan pembentukan senyawa kompleks

yang telah dilakukan olehKooster dkk.(2001)yaitu meneliti mengenai

kompleksasi antara ofloksasin dengan β-siklodekstrin, dimana senyawa

kompleks ini menunjukan peningkatan kelarutan ofloksasin dalam air

sekitar 2,6 kali.

D. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi dan pengetahuan tentang kajian nilai pKa

dan mengetahui pengaruh pembentukan kompleks ibuprofen dengan β-

siklodekstrin terhadap kelarutan ibuprofenyang dioptimasi dan dianalisis

menggunakan software Design Expert versi 7.1.3. Dari penelitian ini

diharapkan data pKa yang tepat dan kelarutan yang ditingkatkan dengan

pembentukan kompleks ibuprofen dengan β-siklodekstrin menjadi data

pendukung dalam proses preformulasi maupun formulasi dari obat

tersebut.
6

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

1. Tujuan umum

Mengetahui pKa dan pengaruh pembentukan kompleks ibuprofen

dengan β-siklodekstrin terhadap peningkatan kelarutan ibuprofen.

2. Tujuan Khusus

a. Menentukan nilai pKa ibuprofen.

b. Mendapatkan kompleks ibuprofen dengan β-siklodekstrin yang

terbentuk dan optimasinya dievaluasi secara spektrofotometri

inframerah denganmetode simplex lattice design.

c. Menentukan pengaruh komposisi β-siklodekstrin, suhu, dan pH

penelitian ini terhadap senyawa kompleks ibuprofen dengan β-

siklodekstrin terhadap kelarutan.

Anda mungkin juga menyukai