Tgs Apt Kiko
Tgs Apt Kiko
PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah organisasi dalam bidang jasa pelayanan kesehatan. Dalam
penyelenggaraan upaya pelayanan pada pasien rumah sakit didukung oleh banyak jenis
keterampilan SDM baik yang berbentuk profesi maupun non profesi. Rumah sakit bermutu
adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan melalui penyelenggaraan pelayanan secara
paripurna pada unit-unit gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, ruang tindakan, dan ruang
perawatan khusus.
Transisi pelayanan kesehatan merupakan proses perpindahan pasien dari satu tempat
pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan lainnya atau terjadi perubahan tenaga kesehatan
dan tingkat pelayanan kesehatan dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinyaa
utama. Dalam hal komunikasi kesehatan pada pelayanan kesehatan primer harus dimulai
dengan dialog atau diskusi anatara berbagai pihak seperti petugas kesehatan dan warga lokal.
Tantangan utam adalam komunikasi kesehatan teruama dalam promosi kesehatan adalah
bagaimana cara merangkul pelayanan primer dalam mensukseskan promosi kesehatan yang
diberikan.
dititikberatkan salah satunya pada penyakit kronis. Pasien dengan penyakit risiko untuk
1
kesehatan serta mendapatkan poli medikas. Untuk menjamin keselamatan pasien dan kualitas
pelayan serta mencegah adverse drug event maka informasimengenai penobatan pasien harus
di transfer secara akurat dan efisein diantara seluruh tenaga profesional kesehatan yang
Pada saat terjadi transisi pelayanan kesehatan, apoteker sebagai ahli pengobatan dan
bagian dari tim pelayanan kesehatan memilikitanggung jawab terhadap seluruh kebutuhan
pasien terkait pengobatnnya serta mendampingi pasien dalam mencapai tujuan terapi mereka.
Adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan apoteker diharapkan mampu
1 Mengetahui definisi dari komunikasi yang efektif baik antara dokter, apoteker,
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi berasal dari bahasa lain “communis” yang berarti “bersama”. Sedangkan
berbagaiinformasi atau pengetahuan, memberi gagasan atau bertukar pikiran, informasi, atau
Komunikasi dapat dilakukan secara verbal atau nonverbal, verbal berarti dengan kata-
kata baik secara lisan maupun tertulis, sedangkan nonverbal verbal berarti tanpa kata-kata.
(Machfoedz, 2009)
Komunikasi merupakan salah satuaspek penting yang mutlak dikuasi oleh seorang
handal dalam komunikasi akan mampu memberikan penjelasan dengan baik dan jelas kepada
pengguna jasa atau layanan kefarmasian baik itu pasien, tenaga kesehatan maupun pihak lain
yang terkait pekerjaanya. Seorang apoteker yang komunikatif tentunya tidak cukup dengan
hanya mampu menjelaskan saja tetapi akan menjadi nilai tambah jika dapat memberi
Idealnya, seorang farmasis baik diminta ataupun tidak harus selalu pro aktif
pasien merasa aman dengan obat yang dibeli. (Susanty dan Haryanti, 2007)
3
Tingkat kejelasan pengertian yang diberikan apoteker tentang obatnya sangatlah
penting . istilah medik selalu harus dihindari karena kebanyakn pasien tidak akan mengerti
dengan kata-kata umum yang digunakan dalam lingkungan medik. Pasien jarang bertanya arti
suatu istilah medik, menganggap itu sebagai suatu informasi yang tidak berguna. Menguasai
suatu kosa kata yang cukup sederhana bagi pasien untuk dimengerti sewaktu menerapkan
suatu pengobatan, sangat penting untuk keberhasilan edukasi. Pasien yang gagal mengerti
intruksi dari resep sering menyebabkan gagal kemauan karena itu informasi harus disajikan
Komunikasi verbal ialah komunikasi dalam bentuk percakapan atau tertulis. Setiap
orang dalam berkomunikasi secara verbal dalam menyampaikan pesan atau informasi.
(Machfoedz, 2009)
Komunikasi verbal, yaitu lisan, dapat berlangsung dalam bentuk tatap muka langsung,
seorang berhadapan dengan seorang, kelompok kecil, dalam pertemuan, dalam penyajian,
disertai kata-kata. Seorang farmasis harus menyadari pentingnya komuniasi nonverbal dalam
pelayanan KIE, karena itu seorang farmasis secara tetap memperhatikan berbagai tanda
4
Banyak studi menunjukan bahwa komunikasi nonverbal, sama pentingnya dengan
komunikasi verbal. Ada berbagai kaidah yang mudah diingiat apabila memberikan KIE pada
Proses komunikasi pada hakekatnya adalah penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan,
informasi, opini, dan lain-lain. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan,
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat,
gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan”
Proses komunikasi secara sekunder adalah penyampaian pesan oleh seorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
berada di tempat jauh atau jumlah banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah,
5
Proses pelaksaan KIE (Komunikasi, informasi, dan Edukasi) disini adalah
Banyak teknik dapat diterapkan dalam berkomunikasi. Teknik komunikasi yang banyak
Untuk dapat menjadi pendengar yang baik diperlukan sikap sebagai berikut:
6
2. Menyampaikan Informasi
kepada pasien dan keluarga. Tujuan tindakan ini adalah untuk memfasilitasi klien dalam
berikut:
unsur-unsur yang terkandung dalam proses komunikasi. Unsur itu adalah sumber (resource),
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana yang
dimaksud oleh pengirim pesan , pesan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima dan tidak ada hambatan untuk hal itu.(Hardjana, 2003) Komunikasi yang efektif
terjadi bila pendengar (penerima berita) menangkap dan menginterprestasikan ide yang
disampaikan dengan tepat seperti apa yang dimaksud oleh si pembicara pengirim pesan).
Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mengupayakan proses komunikasi
Sensitivitas ini sangatlah penting dalam penentuan cara komunikasi serta pemilihan
media komunikasi. Hal-hal yang bersifat penting dan pribadi paling baik dibicarakan
7
secara langsung dan tatap muka, dan dengan demikian mengurangi adanya
Hal ini menjadi penting dalam seseorang mengerti komunikasi yang disampaikan.
Komunikasi sering kali disampaikan secara non verbal atau lebih dikenal dengan
body language. Perngertian akan body language yang bisa berbeda sesuai dengan
Hal ini sangatlah penting terutama dalam mengkomunikasikan keadaan yang bersifat
sensitif. Umpan balik menjadikan komunikasi lebih efektif karena dapat memberikan
kepastian mengenai sejauh mana komunikasi yang diadakan oleh seseorang sumber
Komunikasi semacam ini memungkinkan kita dengan baik lawan bicara, melihat
body language, melihat mimik lawan bicara, serta menghilangkan panjangnya rantai
5) Komunikasi Efektif
beberpa pihak yaitu pasien, dokter, apoteker, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.
Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dengan keluarganya dan pasien
pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Dimana kondisi ini sangat berpengaruh pada
Komunikasi yang efektif justru tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama.
Komunikasi efektif terbukti memerlukan sedikt waktu karena dokter terampil mengenali
kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya
8
komunikasi yang efektif antara dokter,apoteker, perawat dan pasien merupakan kondisi yang
diharapkan sehingga seorang dokter atau farmasis dapat melakukan manajemen pengelolaan
9
BAB III
PEMBAHASAN
perawtan kesehatan apapun, karena tidak ada profesi tunggal yang dapat memenuhi
kebutuhan semua pasien. Akibatnya kualitas layanan yang baik akan tergantung pada
profesional yang bekerja sama dalam tim interprofesional. Komunikasi yang efektif antara
interprofesional kesehatan juga penting untuk memberikan pengobatan yang efektif fan
profesional juga telah diakui oleh keperawatan, kedokteran gigi, dokter, farmasi dan
komunikasi, dan mengintegrasikan pelayan dalam tim untuk memastikan perawatan yang
Presepsi pasien terhadap kualitas kesehatan yang diterimanya sangat bergantung pada
kualitas interaksi pasien dengan petugas kesehatan. Terdapat banyak penelitian yang
mendukung bahwa komunikasi yang efektif dapat berdampak pada kualitas kesehatanpasien
dan masyarakat. Diperkirakan 1/3 dari orang dewasa yang mengalami penyakit kronik dapat
menghemat penggunaan obat, oleh karena komunikasi antara petugas kesehatan yang baik.
Akan tetapi pada penelitian lain mengatakan bahwa 1/3 dari pasieen yang dirawat dirumah
sakit tidak dapat mengenali diagnosis dan nama dari obat yang diberikan kepada pasien pada
10
saat pasien keluar darirumah sakit. Hal ini merupakan indikasi dari kegagalan komunikasi
muncul kepermukaan, disebabkan oleh kedua belah pihak yaitu antara petugas kesehatan
dengan pasien. Hal ini tercermin dari perilaku pasien yang karena ketidaktahuannya
Banyak halangan yang dijumpai dalam membangun komunikasi efektif antara petugas
kesehatan dan pasien, antara lain yatu pasien merasa cemas berlebihan, pasien tidak
menerima penjelasan dokter mengenai kondisinya, dan pemikiran pasien yang tidak realistis.
11
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
pengetahuan, memberi gagasan atau bertukar pikiran, informasi, atau yang sejenisnya dengan
tulisan atau ucapan. Komunikasi dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal,
komunikasi tidak hanya satu arah tetapi komunikasi yang baik harus dilakukan melalui dua
arah sehingga menghasilkan feedback yang di harapkan. Terdapat banyak teknik- teknik yang
Komunikasi yang baik antara sesama petugas penyedia layanan kesehatan dengan
pasien, sangat di butuhkan haldilakukan agar terjaminnya kualitas hidup pasien sehingga
dengan meningkatnya kualitas hidup pasien akan memberikan dampat yang positif kepada
pelayanan kesehatan.
Komunikasi yang efektif justru tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama.
Komunikasi efektif terbukti memerlukan sedikt waktu karena dokter terampil mengenali
kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya
komunikasi yang efektif antara dokter,apoteker, perawat dan pasien merupakan kondisi yang
diharapkan sehingga seorang dokter atau farmasis dapat melakukan manajemen pengelolaan
12
Daftar Pustaka
Aryani, N. Dkk. Jurnal of Health, Vol 1., No.1. 2017. Komunikasi Efektif Dalam Praktek
Diponegoro. Semarang
Menawati, dkk. Jurnal Kedokteran, Syiah Kuala. Volume 15 Nomor 2. 2015. Pentingnya
Siregar, C. J. 2005. Farmasi Klinik Teori Penerapan. Penerbit buku kedokteran, ECG.
Jakarta
13