Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang


telah memberikan nikmat kesempatan, nikmat kesehatan, sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini.

Dengan tugas ini, kami pribadi merasa bersyukur karena pandangan


kami, dengan tugas ini bisa memberikan dorongan pada pribadi kami untuk
menambah pengetahuan dibidang ilmu hukum sehingga secara tidak langsung
wawasan saya tentang hukum-hukum yang berlaku di Indonesia semakin
meluas.

Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang


terkait atau ikut memberikan kontribusi dengan baik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih kepada
dosen mata kuliah ini yang telah mengarahkan kami dalam pembuatan
makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca serta dapat


menambah pengetahuan tentang hukum-hukum di Indonesia dengan baik.
Dan tidak lupa saya mengucapkan permohonan maaf apabila dalam
pembuatan makalah ini terdapat kesalahan maupun kekurangan dalam hal-hal
tertentu. Saya berharap nantinya pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun.

Mataram 16 oktober 2018

penyusun

1
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASLAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI RISIKO
B. JENIS-JENIS RISIKO BANK SYARIAH
C. MANAJEMEN RISIKO BANK SYARIAH
BAB III PENUTUP
A. KSEIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bank syariah akan selalu berhadapan dengan berbagai jenis resiko dengan
kompleksitas bergam dan melekat pada kegiatan usahanya. Resiko dalam
konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik dapat
diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan yang berdampak negatif
terhdapa pendapatan dan permodalan bank.
Situasi eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat yang
diikuiti dengan semakin kompleksnya resiko kegiatan usaha perbankan
sehingga diperlukan penerapan manajemen resiko yang matang. Penerapan
manajemen resiko akan memberikan manfaat yang baik kepada perbankan
maupun otoritas pengawasan perbankan. Manajemen resiko dibutuhkan untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan berbagai macam resiko.
Krisis finansial dunia yang terjadi mulai 2008, dan berlanjut hingga saat ini,
semakin menegaskan perlunya penerapan manajemen resiko secara konsisten.
Dibandingkan dengan krisis finansial 1998 perbankan indonesia sudah lebih
siap. Mekanisme yang terdapat pada perbankan syariah, tidak dapat terlepas
pada resiko dalam menjalakan roda usahanya.
Oeh karena itu, bank syariah harus dapat mengidentifikasi setiap resiko yang
dihadapi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan resiko?
2. Apa saja jenis-jenis resiko bank syariah?
3. Bagaiaman manajemen resiko bank syariah?
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu resiko
2. Mengetahui apa jenis-jenis resiko bank syariah
3. Mengetahui bagaimana jenis-jenis resiko bank syariah

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI RISIKO
Resiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa
tertentu. Resiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian
potensial, baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan
yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Resiko
juga dapat danggap sebagai kendala dalam pencapaian suatu tujuan ( surata
Edaran Bnak Indonesia No.13 tahun 2011).
Pada masa dekade ini, indutri perbankan dihadapkan dengna resiko
yang semakin kompleks akibat kegiatan uasah bank yanng beragam
mengalami perkembangan pesat sehingga mewajibkan bank untuk
meningkatkan kebutuhan akan penerapan manajemen resiko untuk
meminimalisai resiko yang terkait dengan kegiatan usaha perbankan.
Masa depan industri perbankan syariah akan sangat bergantung pada
kemampuannya untuk merespon perubahan dalam dunia keuangan. Fenomena
globalisasi dan revolusi teknologi informasi, menjadikan ruang lingkup
perbankan syariah sebagai lembaga keuangan telah melampaui batas
perundang-undang suatu negara.
Adapaun tujuan manajemen resiko adalah:
1. Menyediakan informasi tentang resiko kepada pihak regulator
2. Memastkan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable
3. Meminimalisai kerugian dari berbagai resiko yang bersifat
uncontrolled
4. Mengukur eksposur dan pemusatan resiko
5. Mengalokasikan modal dan membatasi resiko

4
B. JENIS-JENIS RISIKO BANK SYARIAH
Berikut adalah jenis-jenis resiko dalam perbankan syariah menurut
peraturan Bank Indonesia No.13/12/PBI/2011 tentang penerapan manajemen
resiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit usaha syariah)
1. Manajemen resiko pembiayaan/kredit
Penyebab utama terjadinya resiko kredit adalah terlalu mudahnya Bank
memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu ditunut
untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehngga penilaian kresit kurang
cermat dlam mengantisipasi berbagai kemungkinan resiko usaha yang
dibiayai.
2. Manajemen resiko pasar
Resiko kerugian yang terjadi pada potofolio yang dimiliki oleh bank
akibat adanya pergerakan variabel pasar berupa nilai tukar dan suku
bunga.
3. Manajemen resiko operasional
Merupakan resiko yang disebabkan oleh ketidak cukupan atau tidak
berfungsinya proses internal, kegagalan sistem atau yang mempengaruhi
operaional bank.
4. Manajemen resiko likuiditas
Resiko yang disebabkan oleh ketidak mampuan bank untuk memnuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo.
5. Manajemen resiko kepatuhan
Disebabkan oleh ttidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan yang ada, baik
ketentuan internal maupun eksternal.
6. Manajemen resiko hukum
Resiko yang disebabkan oleh adana kelemahan aspek yuridis, seperti:
adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendukung atau kelemahan perjanjian seperti tidak terpenuhinya syarat
keabsahan atau pengikatan agunan yang tidak sempurna.

5
7. Manajemen resiko strategis
Resiko yang disebabkan oleh adanya penerapan dan pelaksanaan strategi
bank yang tidak tepat, pengamblan keputusan bisnis yang tidak tepat atau
bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan perubahan perundang-
undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
8. Manajemen resiko reputasi
Disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan
bank atau adanya persepsi negatif terhadap bank
9. Resiko imbal hasil
Resiko akibatkan perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan kepada
nasabah karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank
dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dan
pihak ketiga.
10. Resiko investasi
Resiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang
dibaiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil.

C. MANAJEMEN RISIKO BANK SYARIAH


1. Defenisi Manajemen Resiko
Manajemen Resiko diartikan sebagai rangkaian prosedur dan metodologi
yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan resiko yang timbul dati kegiatan usaha Bank.
2. Manajemen Risiko Pembiayaan Bank Syariah
Risiko pembiayaan muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali
cicilan pokok dan yang diberikannya atau investasi yang sedang
dilakukannya. Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah
terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi
karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga

6
penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai
kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.
Resiko menjadi semakin terlihat manakala perekonomian mengalami
krisis atau resesi. Kelesuan ekonomi akan berdampak langsung pada
menurunnya omzet penjualan perusahaan, sehingga perusahaan akan
mengalami kesulitan untuk dapat memenuhi kewajiban membayar utang-
utangnya. Demikian pula jika terjadi kenaikan tingkat bunga.
Kerugian bagi bank semakin bertambah apabila ternyata jaminan bagi
pemberian kredit tidaklah memadai atau meng-cover pinjaman yang
diberikan. Bank akan mengalami kesulitan yang berat jika ia terbelit
dengan masalah kredit macet yang terlampau besar.
a. Pembiayaan Ijarah : Resiko yang timbul dan penyebabnya
1) Jika barang milik bank, timbul resiko tidak produktifnya
asset iajarah karena tidak adanya nasabah.
2) Jika barang bukan milik bank, timbul resiko rusaknya
barang oleh nasabah karena pemakaian tidak normal.
3) Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewakan bank
kemudian disewakan kepada nasabah, timbul resiko tidak
performnya pemberi jasa.

Penyelesaian :
1) Resiko yang timbul karena ketiadaan nasabah merupakan
bussines risk yang tidak dapat dihindari.
2) Jika resiko timbul karena pemakaian di luar normal, Bank
dapat menetapkan kovenan ganti rugi kerusakan barang
yang tidak disebabkan oleh pemakaian normal.
3) Jika resiko yang timbul karena tidak perform-nya pemberi
jasa, Bank dapat menetapkan kovenan bahwa resiko

7
tersebut merupakan tanggung jawab nasabah karena
pemberi jasa dipilih sendiri oleh nasabah.
b. Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT).
Resiko yang bisa timbul adalah ketidakmampuan nasabah
membayar angsuran dalam jumlah besar di akhir periode.
Sedangkan penyebabnya yaitu jika pembayaran dilakukan dengan
sistem Ballon Payment (pembayaran angsuran dalam jumlah besar
di akhir periode). Risiko tersebut dapat diselesaikan dengan cara
memperpanjang jangka waktu sewa.
c. Pembiayaan Salam dan Istishna
Karena kedua skim ini barang diserahkan di akhir akad, maka
resiko yang akan dihadapi adalah gagal serah barang dan resiko
jatuhnya harga barang. Cara untuk meyelesaikannya adalah
sebagai berikut :
1) Resiko jatuhnya harga barang diantisipasi dengan menetapkan
bahwa jenis pembiayaan ini hanya dilakukan atas dasar
kontrak/pesanan yang telah ditentukan harganya.
2) Resiko gagal serah dapat diantisipasi bank dengan menetapkan
kovenan resiko kolateral 220 %, yaitu 100 % lebih tinggi
daripada rasio standar 120 %.
d. Pembiayaan Mudharabah/Musyarakah
Kontrak mudharabah dijalankan oleh bank syariah, merupakan
suatu kontrak peluang investasi yang mengandung banyak risiko
tinggi. Sebab model kontrak tersebut sarat dengan asymmetric
information. Arsimetrik informasi adalah kondisi yang
menunjukkan sebagai investor mempunyai informasi dan yang
lainnya tidak memilikiinya. Arsimetrik informasi yang dilakukan
agen dalam kontrak keuangan biasanya berbentuk moral hazard
dan adverse selection. Sadr dan Iqbal mengatakan : adverse

8
selection terjadi pada kontrak utang ketika peminjam memiliki
kualitas yang tidak baik atas kredit diluar batas ketentuan tingkat
keuntungan tertentu, dan moral hazard terjadi ketika melakukan
penyimpangan atau menimbulkan risiko yang lebih besar dalam
kontrak.
Dalam kontrak mudharabah, ketika proses produksi dimulai,
maka agen menunjukkan etika baiknya atas tindakan yang telah
disepakati bersama. Namun setelah berjalan, muncul tindakan
yang tidak terkendalikan yaitu moral hazard ( tindakan yang tidak
dapat diamati) dan adserve selection ( etika pengusaha yang secara
melekat yang tidak dapat diketahui oleh pemilik modal). Dari
uraian di atas, terlihat bahwa masalah asimetrik informasi adalah
sangat berhubungan erat dengan masalah keuangan atau investasi.
Terlebih jika dikaitkan dengan kontrak keuangan mudharabah.
Penyimpangan-penyimpangan berupa asymmetric information
dalam kontrak mudharabah dapat diminimalisasikan, sehingga
dapat mengoptimalkan hasil investasinya. Dalam kaitan ini Presley
dan Session menunjukkan cara-cara untuk mengendalikan
asimetrik informasi dalam kontrak mudharabah yang dikenal
dengan istilah “ incentive compatible constraints “.
Model yang disarankan oleh Presley dan Session tersebut
kemudian diadopsi oleh Karim (2000) untuk mengendalikan
penerapan pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia.
Karim menjelaskan, bahwa : untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko asimetrik informasi (moral hazard), maka bank
syariah (BMI) menerapkan sejumlah batasan-batasan tertentu
ketika menyalurkan pembiayaan kepada mudharib yaitu :
1) Menerapkan batasan agar porsi modal dari pihak mudharib-nya
lebih besar dan atau mengenakan jaminan.

9
2) Menetapkan syarat agar mudharib melakukan bisnis yang
risiko operasionalnya lebih rendah
3) Menetapkan syarat agar mudharib melakukan bisnis dengan
arus kas yang transparan
4) Menetapkan syarat agar mudharib melakukan bisnis yang
biaya tidak terkontrolnya rendah.

Batasan atau syarat tersebut merupakan bagian dari proses


monitoring dan supervisi bank syariah atas pembiayaan
mudharabah yang disalurkan. Hasil penelitian Sadr dan Iqbal
(2000) menyimpulkan bahwa : dengan meningkatkan pengawasan
dan pemantauan, meminimalisasi asimetrik informasi dapat
memperkecil terjadinya masalah agensi.

e. Pembiayaan Murabahah
Resiko yang akan timbul yaitu tidak bersaingnya bagi hasil
kepada dana pihak ketiga. Sedangkan penyebab adalah kenaikan
DCMR (Direct Competitors Market Rate), kenaikan ICMR
(InDirect Competitors Market Rate), kenaikan ECRI (Expected
Competitive Return For Investors). Solusinya yaitu dengan
menetapkan jangka waktu maksimal pembiayaan dengan
mempertimbangkan :
1) Tingkat (marjin) keuntungan saat ini dan prediksi perubahan di
masa mendatang yang berlaku di pasar perbankan syariah
(DCMR) semakin cepat perubahan DCMR, semakin pendek
jangka waktu maksimal pembiayaan.
2) Suku bunga kredit saat ini dan prediksi perubahannya di masa
mendatang yang berlaku di pasar perbankan konvensional
(ICMR). Semakin cepat perubahan ICRM, semakin pendek
jangka waktu maksimal pembiayaan.

10
3) Ekspektasi bagi hasil kepada Dana Pihak Ketiga yang
kompetitif di pasar perbankan syariah. Semakin besar
perubahan ekspektasi tersebut diperkirakan akan terjadi
semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayaan.
3. Fungsi Manajemen Resiko
a. Menetapkan arah dan risk appetite dengan mengkaji ulang secara
berkala dan menyetujui risk exposure limits yang mengikuti perubahan
strategi perusahaan.
b. Menetapkan limit umumnya mencakup pemberian kredit, penempatan
non kredit, asset liability management, trading dan kegiatan lain
seperti derivatif dan lain-lain.
c. Menetapkan kecukupan prosedur atau prosedur pemeriksaan (audit)
untuk memastikan adanya integrasi pengukuran resiko, kontrol sistem
pelaporan, dan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
d. Menetapkan metodologi untuk mengelola resiko dengan menggunakan
sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi dengan sistem
komputerisasi sehingga dapat diukur dan dipantau sumber resiko
utama terhadap organisasi Bank.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan paparan makalah kami di atas, ada beberapa yang perlu
dipahami yaitu bahwa tidak ada satupun bisnis atau investasi yang tidak
mengandung risiko. Risiko yaitu ketidakpastian daripada kerugian
(uncertainlt of loss).
Oleh karenanya, perlu adanya penerapan manajemen dalam rangka
meminimalisir risiko-risiko tersebut sehingga bank dapat meningkatkan
profitabilitasnya. Untuk menerapkan manajemen tersebut memang tidak
mudah dan oleh karena itu harus ada suatu kerjasama antara satu dengan
yang lainnya sehingga terbentuklah sistem manajemen yang kuat.
Tak lain dengan bank konvensional, bank syariah juga menghadapi
risoko yang tak jauh berbeda. Perbedaan yang paling mendasar yaitu bank
syariah tidak akan berhadapan langsung dengan risiko tingkat suku bunga,
karena bank syariah tidak menggunakan instrumen tersebut dalam
operasionalnya.
Akan tetapi, jika di pahami dengan saksama, bank syariah lebih syarat
dengan risiko-risiko karena bank syariah menggunakan produk-produk
yang rentan terhadap risiko seperti mudharabah dan musyarakah.
Kesimpulannya, manajemen risiko disini sangatlah penting dan
mendukung berhasil tau tidaknya bank dalam melaksanakan tugasnya.
Tidak hanya kerjasama intern, kerjasama ekstern juga harus diperhatikan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, Risiko dalam perbankan dan asuransi, http://risiko dalam perbankan
dan asuransi.blogspot.com risiko dalam perbankan dan asuransi.html
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : Unit Penerbit dan
Percetakan (UPP), 2005, hlm 358.
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta : Pustaka
Alvabet, 2005, hlm 60.

13

Anda mungkin juga menyukai