Anda di halaman 1dari 12

BAB II

KEADAAN UMUM

2.1. Lokasi

Tambang Air Laya merupakan salah satu wilayah Kuasa Pertambangan (KP)

yang dimiliki oleh PT. Batubara Bukit Asam Unit Pertambangan Tanjung Enim.

Tambang ini sebagian pengelolaannya diserahkan kepada PT. Pamapersada Nusantara

job site Tanjung Enim. Salah satu bagian Tambang Air Laya yang dikelola oleh PT.

Pamapersada adalah Pre-bench. Lokasi KP terletak di Desa Tanjung Agung,

kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan.

Lokasi Tambang Air Laya ini berjarak sekitar 210 km ke arah barat daya Palembang.

Secara geografis posisi Tambang Air Laya ini terletak pada 3 o42’30’’ LS – 4o47’30’’

LS dan 103o45’00’’ BT – 103o50’10’’ BT (Gambar 2.1).

Tambang Air Laya mempunyai luas sekitar 1210 Ha dengan 560 Ha

merupakan daerah penggalian dan 650 Ha diperuntukkan sebagai daerah penimbunan

overburden dan interburden yang letaknya (5 km ke arah utara daerah penggalian).

2.2. Topografi

Topografi di area Tambang Pre-bench Air Laya merupakan daerah

perbukitan dan agak landai. Elevasi terendah adalah sepanjang tepi sungai Enim yaitu

40 m dari permukaan air laut dibagian timur sedangkan elevasi tertinggi adalah

II-1
II-2

Bukit Asam dengan ketinggian 282 m dari permukaan air laut disebelah

barat.

3o

4o
103o 104o

Sumber : PT. Pamapersada Nusantara

GAMBAR 2.1

PETA LOKASI PENAMBANGAN

2.3. Iklim

Seperti iklim umumnya di wilayah Indonesia, di daerah tambang Pre-bench

Air Laya yang dikelola oleh PT. Pamapersada Nusantara job site Tanjung Enim ini

termasuk beriklim tropis dan terdiri dari dua musim yaitu musim kemarau dan musim

hujan.
II-3

2.4. Keadaan Geologi

2.4.1. Geologi Regional

Struktur geologi regional Pulau Sumatera terutama Sumatera Selatan

merupakan bagian dari pola struktur geologi yang dikontrol oleh pergerakan lempeng.

Struktur-struktur geologi yang terbentuk sekarang ini, baik yang berupa sesar, lipatan

maupun pola-pola rekahan, terjadi akibat adanya interaksi konvergen antar lempeng

di bagian barat Pulau Sumatera. Adanya proses tersebut mengakibatkan terjadinya

penunjaman salah satu lempeng ke bawah lempeng yang lain.

Kondisi geologi disekitar tambang Pre-bench Air Laya termasuk ke dalam

Sub Cekungan Palembang yang merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Selatan.

Cekungan Sumatera Selatan secara umum terbentuk pada Zaman Tersier. Cekungan

ini pada dasarnya memiliki dua sub cekungan yaitu Sub Cekungan Palembang dan

Sub Cekungan Telisa. Sub Cekungan Palembang terdiri dari beberapa formasi yang

menyusunnya yaitu Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai.

Sedangkan Sub Cekungan Telisa terdiri dari Formasi Lahat, Formasi Talang Akar,

Formasi Baturaja dan Formasi Gumai.

Struktur-struktur geologi yang ada di daerah tambang Pre-bench Air Laya

antara lain berupa sesar normal yang berada di sebelah timur. Struktur lipatan juga

tampak di daerah ini dengan sumbu lipatan ke arah barat laut – tenggara. Hasil intrusi

yang ada di daerah ini menyebabkan peningkatan mutu batubara hingga mencapai

semi antrasit atau antrasit serta berakibat meningkatkan kekerasan interburden B2-C.
II-4

2.4.2. Stratigrafi

Stratigrafi Tambang Pre-bench Air Laya jika ditinjau dari lithologi

batuannya terdiri dari tiga formasi (Gambar 2.2). Formasi tersebut diurutkan dari

yang tua ke yang muda adalah sebagai berikut :

1. Formasi Air Benakat

Formasi ini adalah yang paling tua. Tampak tersingkap dengan baik di sungai Air

Lawai sebagai pasir glukonitan dan tidak dijumpai unsur karbonat. Ketebalan

formasi ini adalah sekitar 400 m. Dilihat dari penyusunnya, formasi ini terdiri

dari batu pasir dan batu lanau yang terendapkan pada lingkungan laut dangkal

kala Miosen Atas. Di atas Formasi Air Benakat ini, secara selaras terdapat

Formasi Muara Enim dimana kedua formasi ini dipisahkan oleh lapisan batubara

Kladi.

2. Formasi Muara Enim

Pada formasi inilah batubara berada. Formasi ini dibagi menjadi dua satuan

berdasarkan ada tidaknya sifat tufaan dan ciri fisik batubara. Satuan tersebut

adalah :

a) Satuan Bawah

Material penyusun satuan ini adalah batu lanau, batu lempung, batubara dan

batu pasir. Pada umumnya batu lanau dan batu pasir lebih dominan

keberadaannya serta dibeberapa tempat dijumpai adanya struktur laminasi

bergelombang hingga sejajar. Batubara disini mempunyai ciri agak rapuh

hingga kompak, mengkilap, retak-retak dan juga dijumpai silicified coal.


II-5

b) Satuan Atas

Satuan ini terdiri dari batu pasir tufaan, batu lanau tufaan, batubara dan batu

lempung tufaan. Menurut hasil eksplorasi Shell Mijubouw N.V dan

Reinboun Consulting GMBH, satuan atas ini terdiri dari tiga kelompok besar

lapisan yaitu lapisan overburden, lapisan batubara (A1, A2, B1, B2 dan C)

serta lapisan interburden (A1-A2, A2-B1, B1-B2, B2-C).

1) Overburden

Tanah penutup di Tambang Air Laya ini tersusun atas batu lempung,

batu pasir halus, batu lanau yang mempunyai tebal keseluruhan antara

85–150 m.

2) Lapisan batubara A1 (Mangus Atas)

Lapisan ini dicirikan oleh adanya tiga pita tanah liat (clay bands) dengan

ketebalan antara 6 – 10 m.

3) Lapisan interburden A1-A2

Lapisan ini dapat dikenali dengan adanya batu pasir tufaan berwarna

putih dan abu-abu yang memperlihatkan struktur graded bedding

dengan batu pasir konglomerasi pada bagian bawah dengan batu pasir

halus pada bagian atas. Ketebalan lapisan ini antara 2 – 5 m.

4) Lapisan batubara A2 (Mangus Bawah)

Ciri lapisan ini adalah adanya lapisan silika yang keras di bagian atas

dengan ketebalan antara 20 –50 cm dan adanya berkas tanah pada

bagian tengah. Ketebalan lapisan batubara pada lapisan ini yaitu 3 – 8 m


II-6

5) Lapisan interburden A2-B1

Lapisan ini tersusun atas batu lempung dan batu pasir dengan ketebalan

antara 15 – 25 m.

6) Lapisan batubara B1 (Suban Atas)

Lapisan ini tidak memiliki ciri khusus, hanya dikenali dari jaraknya

dengan lapisan A2. Tebalnya sekitar 8 – 12 m.

7) Lapisan interburden B1-B2

Penyusun lapisan ini adalah batu pasir karbonat berwarna hitam dengan

ketebalan berkisar antara 2 – 5 m.

8) Lapisan batubara B2 (Suban Bawah)

Batubara pada lapisan ini disisipi batu elmpung tipis. Ketebalannya

antara 4–5 m.

9) Lapisan interburden B2-C

Material penyususn lapisan ini adalah batu lempung dan batu pasir

berbutir halus yang mengandung lensa-lensa batu lanau. Ketebalannya

antara 25 – 40 m.

10) Lapisan batubara C

Merupakan lapisan tunggal dan umumnya tidak memiliki ciri khusus.

Tebal lapisan antara 7 –10 m.

11) Lapisan di bawah lapisan batubara C

Terdiri dari batu pasir berbutir sedang kadang-kadang juga dijumpai

batu lempung.
II-7

3. Formasi Kasai

Formasi ini ditandai dengan adanya batu pasir tufaan, batu lanau tufaan dan tufa.

4. Intrusi Batuan Beku

Intrusi batuan beku ini menerobos Formasi Air Benakat, Muara Enim dan Kasai

pada kala Pleistosen.

5. Endapan alluvial

Terdapat di Air Oal, Air Pauh dan Air Lawai. Material endapannya yaitu kerakal,

kerikil, pasir dan lempung.

2.5. Kualitas Batubara Tambang Air Laya

Cadangan batubara di TAL (Measure reserve) lebih kurang sebesar 3445.49

juta ton untuk cadangan terukur, 1856.93 juta ton untuk cadngan terunjuk dan 325

juta ton untuk cadangan tereka. (Tabel II.1).

Batubara Tambang Air Laya memiliki jenis dan kualitas yang beragam

disebabkan adanya intrusi batuan beku permukaan (andesit) di sekitar daerah

tambang tersebut. Akibat adanya pemanasan batubara oleh intrusi, kandungan air

dalam batubara menjadi berkurang sehingga terjadi penipisan lapisan batubara.

sehingga rank batubara di TAL naik. Secara umum kualitas batubara yang dijumpai di

TAL dan sekitarnya adalah sub bituminus sampai semi antrasit.


II-8

Sumber : Bagian Geoteknik PT. Bukit Asam

GAMBAR 2.2

KOLOM STRATIGRAFI UMUM TAMBANG PRE-BENCH AIR LAYA

Ketebalannya sangat bervariasi, dimana lapisan batubara semakin menipis


II-9

mendekati daerah intrusi dan menebal ke arah menjauh dari daerah initrusi.

Penggolongan batubara bertujuan untuk mengetahui jenis mutu atau peringkat

batubara. Perbedaan tumbuhan asal dan proses terbentuknya batubara (coalification)

yang terjadi menyebabkan batubara yang terbentuk pada suatu tempat belum tentu

sama.

Penggolongan batubara yang sering digunakan untuk tujuan penggunaan

sehari-hari adalah penggolongan menurut ASTM (American Standard for Testing

Material) (Tabel II.2.)

TABEL II.1

CADANGAN BATUBARA PT. BUKIT ASAM TANJUNG ENIM


BERDASARKAN TINGKAT KEYAKINAN GEOLOGI

Sumber Daya Batubara (juta ton)


Daerah
Terukur Terunjuk Tereka Jumlah
Air Laya 227.39 4.15 - 231.54
Arahan Utara 300.53 55.31 - 355.84
Arahan Selatan 566.53 495.59 - 1062.11
Air Selero 55.55 1.57 - 57.12
Bangko Tengah 480.39 308.91 - 789.30
Banjar sari 274.41 184.40 - 457.81
Bukit Kendi 242.14 42.90 - 285.04
Pungkilan 12.34 30.76 - 43.10
Muara Tiga Besar
130.57 41.56 - 172.13
Utara
Muara Tiga Besar
283.34 18.15 - 302.49
Selatan
Bkt. Sukamerindu 20.67 - - 20.67
Suban Jeruji Timur - - 325 325
Suban Jeruji Utara - 502.23 502.23
Sumber : PT. Bukit Asam

TABEL II.2
II-10

PENGGOLONGAN KUALITAS BATUBARA PT. BUKIT ASAM


BERDASARKAN ASTM

Kelas Grup Jenis Lokasi


Antrasit 1 Meta Antrasite -
2 Antrasite Suban
3 Semi Antrasite -
Bituminous 1 Low Volatile Bituminous Air Laya, B. Kendi
2 Medium Volatile Bituminous -
3 High Volatile Bituminous Coal A -
4 High Volatile Bituminous Coal B -
5 High Volatile Bituminous Coal -
SubBituminous 1 Sub- Bituminous Coal A Air Laya
2 Sub- Bituminous Coal B MTB
3 Sub- Bituminous Coal C Banko Barat
Sumber : PT. Bukit Asam

2.6. Sistem Penambangan

Kegiatan penambangan yang dilakukan di Tambang Pre-bench Air Laya

secara umum dibagi ke dalam beberapa tahap, yaitu :

1. Pembersihan lahan (land clearing)

Kegiatan ini mutlak dilakukan sebelum operasi pembongkaran lapisan

tanah penutup dilakukan. Tujuan dari pembersihan lahan ini adalah untuk

membersihkan area dari vegetasi yang berada di atasnya maupun bongkahan

batuan. Bulldozer adalah alat berat yang biasa dipakai untuk melakukan kegiatan

ini.

2. Pembongkaran lapisan tanah penutup

Setelah pembersihan lahan selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah

melakukan pembongkaran lapisan tanah penutup batubara. Kegiatan

pembongkaran lapisan tanah penutup baik overburden maupun intrburden di


II-11

Tambang Pre-bench Air Laya dilakukan dengan dua metode, yaitu:

a) Ripping-Dozing

Proses pengupasan tanah yang relatif lunak dilakukan dengan menggunakan

Bulldozer Komatsu D 375 A atau Komatsu D 155 A yang dilengkapi dengan

ripper, hidroulic excavator Komatsu PC 750 (Lampiran O) dan dump truck

(Lampiran P). Pertama-tama lapisan tanah digaruk dengan ripper terlebih

dahulu kemudian lapisan yang sudah loose dikumpulkan dengan blade

Bulldozer. Proses selanjutnya yaitu hidroulic excavator akan memuat

material tersebut ke dalam dump truck. Pembuangan lapisan top soil harus

dipisahkan dari common soil agar nantinya dapat digunakan kembali untuk

kegaiatan reklamasi tambang.

b) Drilling-Blasting

Kegiatan pembongkaran lapisan tanah penutup dengan metode ini dilakukan

ketika ripper tidak efisien dan ekonomis lagi untuk digunakan. Pada

Tambang Pre-bench Air Laya, kegiatan ini digunakan untuk membongkar

lapisan interburden B2-C. Lapisan interburden B2-C terletak pada dua

lapisan batubara yang berbeda yaitu batubara B2 dan batubara C. Lapisan

interburden ini terdiri dari lapisan batu lempung dan lapisan batu pasir yang

mengandung lensa-lensa tipis batu lanau dengan ketebalan berkisar antara 33

– 40 meter. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat material keras

pada lapisan ini dengan kekerasan lebih dari 150 Mpa. Tahap pertama dari

proses ini adalah pembuatan lubang ledak dengan menggunakan alat bor
II-12

merk Tamrock CHA 1100 Pantera. Setelah selesai, lubang bor yang ada

kemudian diisi dengan bahan peledak dan peledakan dilakukan. Material

yang sudah loose akan dimuat dengan Hidroulic excavator ke dalam dump

truck.

3. Penggalian lapisan batubara

Setelah lapisan tanah penutup dipindahkan kemudian lapisan batubara yang ada

akan dibongkar menggunakan ripper dan dikumpulkan dengan blade bulldozer.

Alat yang dipakai di Tambang Pre-bench Air Laya yaitu Bulldozer Komatsu D

375 A yang dilengkapi dengan ripper.

4. Pemuatan (loading)

Pemuatan disini adalah kegiatan untuk memindahkan material hasil

pembongkaran baik tanah penutup maupun batubara ke dalam alat angkut.

Pemuatan. Kegiatan pemuatannya dilakukan dengan menggunakan Hidroulic

excavator PC 750 SE.

5. Pengangkutan (hauling)

Pengangkutan bertujuan untuk memindahkan material tanah penutup batubara ke

lokasi penimbunan (disposal) dan memindahkan batubara yang sudah digali

menuju stockpile. Alat yang digunakan adalah dump truck Nissan CWB 520.

Anda mungkin juga menyukai