Tinjauan Regulasi STR Dan Pelaksanaan Uji Kompetensi Bagi SKM
Tinjauan Regulasi STR Dan Pelaksanaan Uji Kompetensi Bagi SKM
TOPIK :
TINJAUAN REGULASI STR DAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI
BAGI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT (SKM)
Disusun oleh :
HASBULLAH (K012171146)
MUCHLISH (K012171130)
PENGANTAR
tentang Tenaga Kesehatan adalah bukti tertulis yang diberikan oleh konsil masing-
Bukti tersebut baru bisa diberikan jika seorang tenaga kesehatan telah
tenaga kesehatan yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan
telah mempunyai kualifikasi tertentu lain serta mempunyai pengakuan secara hukum
tenaga kesehatan haruslah bersifat kompeten agar tidak menimbulkan sesuatu yang
Tenaga kesehatan yang terdiri dari 13 jenis telah diatur dalam UU No. 36/2014,
terdapat jenis tenaga kesehatan masyarakat didalamnya. Yang terdiri dari enam jenis
pelayanan kepada masyarakat maka tenaga kesehatan haruslah teregistrasi yang telah
(tenaga kesehatan yang berkompeten). Arti dari kompeten adalah tenaga kesehatan
dimanapun termasuk dalam bidang pekerjaan yang tempat kerjanya bukan di fasilitas
Disisi lain, tenaga kesehatan tersebut tunduk atas aturan-aturan yang berlaku
termasuk perlindungan hukum jika nantinya ada hal-hal yang tidak diinginkan. Tenaga
kesehatan yang telah teregistrasi maka akan menerima surat tanda registrasi (STR)
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam surat tersebut terdapat nomor registrasi
sebagai tenaga kesehatan sesuai dengan kelompoknya. Dalam dunia kerja terdapat
Surat Izin praktik (SIP) / Surat Izin Kerja (SIK) merupakan surat izin untuk bekerja di
suatu wilayah kerja. Sehingga, SIK bagi tenaga kesmas ini dikeluarkan oleh
STR merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan SIK tersebut, sebab
semua pemkab/ pemkot ingin mendapatkan nakes yang berkompeten ketika melakukan
(BPPSDM). Dalam registrasi nakes, BPPSDM saat ini memiliki tiga bagian yang
bagi Tenaga Kesehatan Kelompok Kedokteran (Dokter Umum dan Dokter Gigi).
2. KFN (Komite Farmasi Nasional) yang bertugas untuk melakukan registrasi bagi para
Pada setiap Provinsi memiliki perpanjangan tangan MTKI yakni MTKP (Majelis
Tenaga Kesehatan Provinsi) yang sebagian besar terletak di Kantor Dinas Kesehatan
Provinsi. MTKP bertugas untuk pengumpulan berkas fisik registrasi nakes. Pengajuan
Sehingga jika dapat dibuat dalam urutan Surat Tanda Registrasi dapat di tuliskan
sebagai berikut :
oleh sistem. Dalam hal ini untuk pendaftaran melalui online, harus dipastikan bahwa
3. Mengantar berkas ke MTKP, dapat melalui pos atau diantar sendiri. Lebih baik
diantar sendiri untuk memastikan berkas sudah diterima. Dalam hal ini,
pemberkasan MTKP Tujuan dapat dilakukan pada MTKP sesuai MTKP; MTKP
Sesuai tempat Institusi Pendidikan, atau MTKP Tempat bekerja. Berkas yang
merah, FC KTP, FC IJAZAH Legalisir, Serkom (Bagi ners, Perawat dan bidan),
Surat keterangan sehat dari dokter yg memiliki SIP (Surat Izin Praktik), Slip kuning
4. Memonitor progress berkas melalui online. Kemungkinan STR jadi dalam waktu 8
bulan. Semakin cepat berkas diterima MTKP, maka semakin cepat STR diurus oleh
MTKI.
diperpanjang setiap 5 tahunnya bagi WNI, namun bagi WNA, STR berlaku hanya 1
tahun dan dapat diperpanjang hanya 1 tahun. Sehingga izin WNA untuk bekerja di
Untuk proses perpanjangan STR, maka dapat dilakukan dengan 3 cara yakni
melakukan uji kompetensi ulang (baru berlaku bagi perawat, bidan, ners), pengajuan
ulang (bagi non perawat, non bidan, non ners) serta melakukan portofolio
dalamnya. Di pasal lain (Pasal 44 ayat 1) dari undang-undang ini, disebutkan bahwa
setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR. Lebih lanjut,
dalam pasal 44 ayat 3 disebutkan bahwa salah satu persyaratan STR adalah memiliki
dahulu lulus uji kompetensi (UU 36/2014, pasal 21 ayat 5 dan 6). Penjelasan lebih lanjut
terkait syarat uji kompetensi, tertuang dalam UU 36/2014, pasal 21 ayat 1 bahwa uji
15 ayat 1, SKM dan calon SKM merupakan mahaiswa pendidikan akademik sama
seperti S.Kep. S.Ked, dan S.Farm. Penjelasan detail terkait perbedaan pendidikan
akademik, vokasi dan profesi, tertuang pada pasal 15 ayat 1 untuk akademik, pasal 16
Hal itu selaras dengan turunan dari UU 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi,
berupa Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan Nomor 36 tahun
2013 tentang uji kompetensi bagi mahasiswa perguruan tinggi bidang kesehatan.
Selama ini pedoman inilah yang digunakan sebagai dasar hukum dan memenuhi
amanat uji kompetensi bagi SKM, sebagaimana pasal 4 ayat 2 secara jelas tertulis
Kompetensi dan Sertifikat Profesi Pendidikan Tinggi, yang terbit pada 20 Agustus 2014,
Kompetensi adalah dokumen pengakuan kompetensi atas prestasi lulusan yang sesuai
dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi di luar program
studinya.
Dalam penjelasan pasal 14 dan 15, secara eksplisit tidak menyebutkan bahwa
sertifikat kompetensi diperuntukkan hanya untuk pendidikan vokasi dan profesi. Dalam
pasal 15 ayat 1h, menyebutkan jenis pendidikan akademik juga termasuk yang
Dari hasil kajian Permendikbud Nomor 81 tahun 2014 tentang Ijazah, Sertifikat
Kompetensi dan Sertifikat Profesi Pendidikan Tinggi (tanggal terbit 20 Agustus 2014),
dapat disimpulkan bahwa simpulkan bahwa aturan ini bersifat umum, yang mengatur
Pada tanggal 2 Maret 2016, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,
Mohamad Nasir mengeluarkan peraturan yang lebih khusus lagi, terkait pelaksanaan uji
tentang Tata Cara Pelaksanaan Uji Kompetensi Mahasiswa Bidang Kesehatan. Dalam
peraturan tersebut, pasal 4 ayat 3, dengan sangat jelas disebutkan bahwa “Peserta Uji
Kompetensi berasal dari mahasiswa yang telah menempuh pendidikan program vokasi
Dari uraian tersebut, nampak bahwa uji kompentensi bagi mahasiswa di bidang
pendidikan profesi dan vokasi”. Acuannya sangat jelas dan mengikat, yaitu UU 36/2014
Nomor 12 tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Uji Kompetensi Mahasiswa
Bidang Kesehatan.
REKOMENDASI
Menunda atau menangguhkan STR bagi tenaga kesmas atau SKM, agar masalah
yang menjadi persyaratan STR (sertifikat kompetensi dan sumpah profesi), tidak