OLEH:
PEMBIMBING KLINIK :
dr. DANIEL SARANGA, Sp.OG (K)
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Plasenta previa adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum baik
sepenuhnya atau sebagian atau yang meluas cukup dekat dengan leher rahim yang
menyebabkan pendarahan saat serviks berdilatasi. Plasenta previa merupakan
salah satu penyebab perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum adalah
perdarahan pervaginam yang terdai pada kehamilan diatas 28 minggu.1
Perdarahan antepartum merupakan salah satu dari kasus gawat darurat
yang kejadiannya berkisar 3-5% dari seluruh persalinan. Penyebab perdarahan
antepartum yang palkcdkking umum adalah plasenta previa (31%), solusio
plasenta (22%), dan penyebab lainnya (perdarahan sinus marginal, vasa previa,
servisitis, trauma genital dan infeksi ). 1
Komplikasi yang diakibatkan oleh perdarahan antepartum adalah
maternal shock, fetal hypoxia, peningkatan risiko kelahiran prematur, dan
kematian janin mendadak. Hal ini menyebabkan perdarahan antepartum memiliki
risiko yang tinggi, bahkan juga untuk janin. 1
Plasenta previa disebabkan oleh implantasi blastokista yang terletak
rendah dalam rongga rahim. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
plasenta previa ialah peningkatan paritas ibu, meningkatnya usia ibu, perbesaran
ukuran plasenta akibat kehamilan ganda, kerusakan pada endometrium seperti
dilatasi sebelumnya dan tindakan kuretase, riwayat operasi seksio sesarea
sebelumnya, adanya bekas luka pada rahim dan miomektomi atau endometritis,
riwayat plasenta previa, dan kebiasaan merokok. 1
Plasenta previa juga secara signifikan berhubungan dengan adanya
jaringan parut uterus dan perlukaan pada endometrium seperti yang terjadi akibat
kuretase dan terutama adanya riwayat operasi caesar sebelumnya. 1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang
ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa
adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan
kedelapan. 1,2
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di segmen bawah
rahim yang dapat memberikan dampak yang sangat merugikan ibu maupun
janin berupa perdarahan, prematuritas dan peningkatan angka kesakitan dan
kematian perinatal. 1,2
B. EPIDEMIOLOGI
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran.
Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, Plasenta previa merupakan
penyebab terbanyak. Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan
3
paritas tinggi dari pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering pada kehamilan
ganda daripadakehamilan tunggal.3,7
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan
anatomik melainkan fisiologik. Seiring dengan perkembangan kehamilan,
pendataran sertapembukaan servix, klasifikasi plasenta previa dapat
berubah. Secara umum plasenta previa diklasifikasikan menjadi : 4,5
1. Plasenta previa totalis atau komplit
Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum
2. Plasenta previa parsialis
Plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum
3. Plasenta previa marginalis
Plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum
4. Plasenta letak rendah
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dimana tepi
plasenta berjarak < 2 cm dari ostium uteri internum.
Apabila tepi plasenta berjarak > 2 cm dari ostium uteri internum maka
dianggap plasenta letak normal.
4
c. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.
5
Gambar 3.Implantasi plasenta normal Gambar 4. Plasenta previa letak
rendah
6
D. FAKTOR PREDISPOSISI
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa,
antara lain : 5
1. Umur
2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
3. Hipoplasia endometrium
4. Korpus luteum bereaksi lambat
5. Tumor- tumor ; seperti mioma uteri, polip endometrium
6. Riwayat endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta
7. Kehamilan kembar
8. Riwayat plasenta previa sebelumnya
a. Umur Ibu
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur
kurang dari 20 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami
plasenta previa karena endometrium masih belum matang, dan kejadian
plasenta previa juga sering terjadi pada ibu yang berumur di atas 35 tahun
karena tumbuh endometrium yang kurang. 5
Berdasarkan penelitiannya di RS dr. Hasan Sadikin Bandung
dalam kurun waktu Januari 2008 - Desember 2011, mengatakan bahwa
semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk mendapatkan plasenta
previa semakin besar, pada ibu yang melahirkan dengan usia di atas 40
tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa. 4
b. Paritas
Para merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
aterm. Beberapa istilah yang berkaitan dengan paritas yaitu (1) primipara
adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm sebanyak satu
kali, (2) multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup
7
beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali, dan (3)
grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm lebih
dari lima kali.5
Plasenta previa lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah.
Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman bila ditinjau dari sudut
kematian ibu. Paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan angka kematian ibu
tinggi. 5
Menurut penelitian plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada
ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali
melahirkan (Primipara), sedangkan hasil penelitian Santoso (2008) di
rumah sakit dr. Hasan Sadikin Bandung dalam kurun waktu Januari 2008 –
Desember 2011, kehamilan multipara mempunyai risiko 1,28 kali untuk
terjadinya plasenta previa, demikian juga dengan grandemultipara. 5,6
E. PATOFISOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga
dan mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui
tampak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis
yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri
menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ
8
sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua pada
tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan
membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat
laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari
ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen
bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti kan terjadi
(unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan
diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu
berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya minimal,
dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan
sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika
ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan
berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen
bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru
akan mengulang kejadian perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang
tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar
tanpa rasa nyeri (pain-less). 5
Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan
terjadi lebih awal dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk
lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya
pada plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru akan terjadi
pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya
sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan
yang pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi
lebih separuh kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung
tempat perdarahan terletak pada dekat dengan ostium uteri internum, maka
perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak membentuk
hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan
melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian
sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa. 5
9
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah
rahim yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas,
akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering
terjadi plasenta akreta dan inkreta bahkan plasenta perkreta yang
pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke rectum bersama
plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus
yang sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang
rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana.
Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca
persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta
sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas
karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik. 6
F. GEJALA KLINIS
10
3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta
previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh
plasenta previa lateral dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan
plasenta letak rendah, robekannya beberapa sentimeter dari tepi plasenta. 5
G. DIAGNOSIS
Diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada gejala klinik,
pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang. 4
1. Anamnesa plasenta previa
a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
b. Sifat perdarahan
- Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
- Tanpa sebab yang jelas
- Dapat berulang
c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.
11
4. Pemeriksaan khusus kebidanan :
a. Pemeriksaan palpasi abdomen
- Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan
umur kehamilan
- Karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat
dijumpai kelainan letak janin dalam rahim dan bagian
terendah masih tinggi.
b. Pemeriksaan denyut jantung janin
- Bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam
rahim.
c. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk
segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksan dalam untuk:
- Menegakkan diagnosis pasti
- Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi
persalinan atau hanya memecahkan ketuban
d. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan ultrasonografi
- Mengurangi pemeriksaan dalam
- Menegakkan diagnosis
12
berkembangnya segmen bawah rahim, plasenta (yang berimplantasi di situ)
akan ikut naik menjauhi ostium uteri internum. 5
H. PENATALAKSANAAN
Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester
ketiga, dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Jika ada gejala hipovolemia
seperti hipotensi dan takikardi pasien tersebut mungkin telah mengalami
perdarahan yang cukup berat, lebih berat dari pada penampakannya secara
klinis. Bila pasien dalam keadaan syok karena pendarahan yang banyak, harus
segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau tranfusi
darah. 5\6
Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan:2
1. Terminasi
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa
maut, misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, dan
janin mati (tidak selalu).
a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada
plasenta, yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah
yang terbuka (tamponade pada plasenta).
b. Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim
hingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
Seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan serviks yang agak
sering terjadi pada persalinan pervaginam.
2. Ekspektatif
Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia
luar baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif hanya dapat dibenarkan jika
keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. 5
Cara Persalinan :
Pada umumnya yang menentukan tindakan dalam memilih cara persalinan
yang terbaik tergantung dari : 6
13
1. Jenis plasenta previa
2. Paritas
3. Jumlah perdarahan : banyak atau sedikit,
4. Keadaan umum ibu
5. Keadaan janin: hidup, gawat, atau meninggal
6. Pembukaan jalan lahir
7. Fasilitas penolong dan rumah sakit
Setelah memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas, ada dua pilihan
persalinan, yaitu : 2,4
1. Persalinan pervaginam
Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin
menekan plasenta sehingga perdarahan berkurang atau berhenti.
Persalinan pervaginam dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
a. Amniotomi (pemecahan selaput ketuban)
Pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melancarkan
persalinan pervaginam, karena bagian terbawah janin akan menekan
plasenta yang berdarah, persalinan berlangsung lebih cepat, dan bagian
plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakn dan
regangan segmen bawah rahim.
Amniotomi dilakukan dengan indikasi : .
Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah
ada pembukaan.
Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis
dengan pembukaan 4 cm atau lebih.
Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah
meninggal
Tindakan yang dapat dilakukan pada kasus plasenta previa adalah
dengan cara :
a) Pasang infus dengan cairan pengganti (laktat ringer, glukosa ringer)
b) Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat
perdarahan bertambah banyak.
14
c) Segera melakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas
yang cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya.
2. Persalinan Seksio Sesarea
Persalinan dengan seksio cesarea bertujuan untuk secepatnya
mengangkat sumber perdarahan dengan demikian memberikan
kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahannya dan untuk menghindari perlukaan serviks dan segmen-
segmen uterus apabila dilakukan persalinan pervaginam.
Seksio cesarea dilakukan dengan indikasi :
a) Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal
b) Semua plasenta previa lateralis posterior, karena perdarahan yang
sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.
c) Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak
berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada.
d) Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang
I. KOMPLIKASI
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada
ostium dan merupakan porte d’entrée yang mudah tercapai. Lagi pula, pasien
biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya tahannya lemah. 2,3
15
Walaupun tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami akreta
atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada
bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang yang pernah seksio
sesaria. Dilaporkan plasenta akreta terjadi sampai 10%-35% pada pasien
yang pernah seksio sesaria satu kali dan naik menjadi 60%-65% bila telah
seksio sesaria tiga kali.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai dengan perdarahan yang banyak.
Oleh karena itu harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual
ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada
segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan
pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan
banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana
seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi a.uterina, ligasi a.ovarika,
pemasangan tampon atau ligasi a.hipogastrika maka pada keadaan yang
sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi
total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan komplikasi
tidak langsung dari plasenta previa.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
16
5. Kehamilan premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan
belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosintesis
untuk mengetahui kematangan paru-paru janin dan pemberian
kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya
antisipasi.
6. Solusio plasenta
7. Kematian maternal akibat perdarahan
8. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
9. Infeksi sepsis
J. PROGNOSIS
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan
tidak invasive dengan USG di samping ketersedian transfusi darah dan infus
cairan telah ada di hamper semua rumah sakit kabupaten. Rawat inap yang
lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah melahirkan
dengan seksio sesaria atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang
diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil dengan dengan paritas tinggi dan
usia tinggi berkat sosialissasi program keluarga berencana menambah
penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian banyak komplikasi
maternal dapat dihindarkan. Namun nasib janin masih belum terlepas dari
komplikasi kelahiran premature baik yang lahir spontan maupun karena
intervensi seksio sesaria. Karena kelahiran premature belum sepenuhnya bisa
dihindari sekalipun tindakan konservatif dilakukan. Karena dahulu
penanganan relatif bersifat konservatif maka mortalitas dan morbiditas ibu
dan bayi tinggi. Sekarang penanganan bersifat operasi dini, maka angka
kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauhmenurun,3,4
17
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama : Ny.F
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SD
18
Keluhan Utama : Perdarahan Pervaginam
Riwayat Obstetri :
19
VI RS 2015 SC LK 3600 - Hidup
Anutapura
VII RS Torabelo 2017 SC LK 2800 - Hidup
gr
VIII Kehamilan
Sekarang
Riwayat Menstruasi :
Menarche usia 14 tahun. Siklus haid biasanya 28 hari dan lamanya haid 3-4
hari dan menghabiskan hingga 1-2 pembalut sehari. Riwayat nyeri berlebihan saat
menstruasi disangkal.
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan
makanan.
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,8 ºC
20
Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), pembesaran KGB (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-).
Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung
dalam batas normal
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
Bunyi jantung I/II murni Regular
Abdomen
I : Tampak cembung normal, sikatriks (+)
A : Peristaltik usus (+) kesan normal
P : Timpani pada empat kuadran abdomen
P : Nyeri tekan abdomen (-), massa teraba (-)
Ekstremitas :
Edema ekstremitas bawah -/-
Pemeriksaan Ginekologi :
Leopold 1 : 34 Cm
Leopold 2 : Puki
Leopold 3 : Pres-Kep
Leopold 4 :U
BJF : 140 kali/menit
VT : Tidak dilakukan pemeriksaan
21
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
PEMERIKSAAN USG
22
RESUME
Pasien baru masuk dengan keluhan perdarahan pada jalan lahir sejak ± 4
jam sebelum masuk rumah sakit. Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa
disertai dengan nyeri dan terkadang dirasakan seperti sedikit mengalir, dan pasien
mengganti pembalut 4 kali dalam sehari. Tidak ada pelepasan lendir dan air, mual
pusing (+),lemas (+), BAK (+) lancar dan BAB (+) biasa.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital: tekanan darah 130/90 mmHg,
nadi 82 x/m, pernapasan 22 x/m, suhu 36,8 ºC. Didapatkan konjutiva anemis
(+/+), pada pemeriksaan abdomen inspeksi didapatkannya sikatriks (+), status
obstetri didapatkan leopold 1 34 Cm, leopold 2 Pu-Ka, Leopold 3 Preskep,
Leopold 4 kepala bayi belum masuk dalam pintu atas panggul dan tidak dilakukan
pemeriksaan VT.
Pada pemeriksaan Lab didapatkan Hb : 9,8 g/dL, WBC : 8,3 x 109/L, PLT :
179 x 106/L, HCT : 33%, MCV : 77,9 fL, MCH : 25,1 pg, MCHC : 32,1 g/dL.
DIAGNOSIS
Plasenta Previa Totalis + HRP ( Grandemultipara ) + Calon Akseptor Kontap
PENATALAKSANAAN
Transfusi labu 1 PRC
IVFD RL 20 tetes/menit
Histolan 3x1 tab
Pasang cateter
Observasi BJF, TTV
RENCANA TINDAKAN
SC Cyto + Tubektomi
PROGNOSIS
Dubia
23
FOLLOW UP
6 Agustus 2018
S : Nyeri bekas operasi (+), PPV (+), nyeri ulu hati (+), mual (-), muntah (-),
pusing (+), sakit kepal (-), BAB (+) biasa, BAK (+) Lancar
O : TD : 120/80 mmHg N : 88 kali/menit
R : 20 kali/mnt S : 36,7oC
Konjungtiva anemis (-/-).
Pemeriksaan Fisik : pada abdomen, nyeri tekan post operasi (+)
TFU : 1jrdbpst, ASI +/+, Peristaltik (+)
A : Post SC P7A1 a/i plasenta previa totalis + HRP + Kontap
P:
- IVFD RL : Dex 5 % = 2 : 1 + drips farbion 20 tpm
- Oxytocin 2 amp dalam RL 500 cc 20 tpm
- Drips Metronidazole 500 mg/ 12 jam
- Inj. Asam Tranexamat 1 amp/8 jam
- Takar Urine
7 Agustus 2018
S : Nyeri bekas operasi (+), PPV (+), nyeri ulu hati (+), mual (-), muntah (-),
pusing (+), sakit kepal (-), BAB (+) biasa, BAK (+) Lancar
O : TD : 120/80 mmHg N : 80 kali/menit
R : 20 kali/mnt S : 37,9oC
Konjungtiva anemis (-/-).
Pemeriksaan Fisik : pada abdomen, nyeri tekan post operasi (+)
TFU : 1jrdbpst, ASI : +/+, Peristaltik (+)
A : Post SC P7A1 a/i plasenta previa totalis + HRP + Kontap
P:
- AFF Infus
- AFF kateter
- Cefadroxyl 2x500 mg
24
- Asam tranexamat 3x500 mg
- Asam Folat 1x1 caps
- Albumin 3x1 caps
- Paracetamol 3x500 mg
- Alprazolam 1-0-1
8 Agustus 2018
S : Nyeri bekas operasi (+), PPV (+), nyeri ulu hati (+), mual (-), muntah (-),
pusing (-), sakit kepal (-), BAB (+) biasa, BAK (+) Lancar
O : TD : 130/70 mmHg N : 18 kali/menit
R : 100 kali/mnt S : 37,7oC
Konjungtiva anemis (-/-).
Pemeriksaan Fisik : pada abdomen, nyeri tekan post operasi (+)
TFU : 1jrdbpst, ASI : +/+, Peristaltik (+)
A : Post SC P7A1 a/i plasenta previa totalis + HRP + Kontap
P:
- Cefadroxyl 2x500 mg
- Asam tranexamat 3x500 mg
- Asam Folat 1x1 caps
- Albumin 3x1 caps
- Paracetamol 3x500 mg
- Alprazolam 1-0-1
Boleh Pulang dan rawat jalan
25
PEMBAHASAN
Pada pasien ini berumur 30 tahun masuk dengan keluhan perdarahan pada
jalan lahir sejak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Darah yang keluar berwarna
merah segar tanpa disertai dengan nyeri dan terkadang dirasakan seperti sedikit
mengalir, dan pasien mengganti pembalut 4 kali dalam sehari. Tidak ada
pelepasan lendir dan air, mual pusing (+), lemas (+), BAK (+) lancar dan BAB
(+) biasa.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan konjungtiva anemis (+/+), pada pemeriksaan abdomen inspeksi
didapatkannya sikatriks (+) bekas operasi setahun yang lalu, tidak dilakukan
pemeriksaan VT. Pada pemeriksaan Lab didapatkan Hb : 9,8 g/dL. Pada
pemeriksaan USG tampak plasenta menutupi jalan lahir.
Berdasarkan teori di atas faktor-faktor resiko terjadinya plasenta previa ialah ,
umur, banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas), hipoplasia
endometrium, corpus luteum bereaksi lambat, tumor- tumor ; seperti mioma uteri,
polip endometrium , riwayat endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan
manual plasenta, kehamilan kembar, riwayat plasenta previa sebelumnya. Pada
pasien ini faktor resiko pada plasenta previa ialah umur karena pada pasien ini
berumur 38 tahun dimana menurut teori berkurangnya pertumbuhan
endometrium, banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan pada pasien ini
G8P6A1 dimana menurut teori berdasarkan penelitian didapatkan 1,3 kali lebih
banyak kasus plasenta previa dengan grandemultipara atau ibu yang melahirkan
bayi aterm lebih dari 5 kali dibandingkan ibu yang melahirkan baru sekali
(primipara) dan riwayat bekas sectio sesarea 2 kali karena menurut teori bahwa
Riwayat bekas SC dapat menyebabkan cacat atau jaringan parut pada
endometrium pada ibu atau wanita yang menjalani operasi cesar dan riwayat
operasi SC sebelum nya juga akan mengakibatkan proses peradangan dan
kejadian atrofi di endometrium), peningkatan 3x lipat dari 150 ribu wanita yang
mengalami plasenta previa dengan riwayat seksio sesarea. Insiden meningkat
seiring dengan jumlah seksio sesarea yang pernah dijalani sebanyak 1,9 persen
26
pada riwayat seksio sesarea dua kali, dan 1,4 persen pada riwayat seksio sesarea
tiga kali atau lebih.
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan radiologik USG karena pasien ini
didiagnosis plasenta previa totalis ketika pasien berada di meja operasi sedang
berlangsungnya operasi seksio caeserea.
Penatalaksanaan pada kasus plasenta previa bisa dilakukan cara terminsi dan
ekpektatif. Terminasi mengakhiri kehamilan sebelum terjadi perdarahan yang
membawa maut, misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien,
dan janin mati (tidak selalu) dan cara ekspektatif dilakukan apabila janin masih
kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil sekali. Sikap
ekspektatif hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahan sudah
berhenti atau sedikit sekali.
Cara persalinan ada dua pilihan yaitu dengan persalinan pervaginam dan
persalinan sectio caesarea. Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah
janin menekan plasenta sehingga perdarahan berkurang atau berhenti. Persalinan
dengan seksio cesarea bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan
dengan demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahannya dan untuk menghindari perlukaan serviks dan
segmen-segmen uterus apabila dilakukan persalinan pervaginam. Seksio cesarea
dilakukan dengan indikasi : Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau
meninggal, semua plasenta previa lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit
dikontrol dengan cara-cara yang ada, semua plasenta previa dengan perdarahan
yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada dan plasenta
previa dengan panggul sempit, letak lintang.
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive
dengan USG di samping ketersedian transfusi darah dan infus cairan telah ada di
hamper semua rumah sakit kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut
berperan terutama bagi kasus yang pernah melahirkan dengan seksio sesaria atau
bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28