Anda di halaman 1dari 78

OTITIS MEDIA AKUT

Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Telinga terasa penuh atau nyeri, pendengaran dapat berkurang (Stadium
Oklusi Tuba)
 Nyeri telinga makin intens, demam, rewel dan gelisah (pada bayi/anak),
muntah, nafsu makan hilang, anak biasanya sering memegang telinga
yang nyeri (Stadium hiperemis)
 Sama seperti stadium hiperemis (Stadium supurasi)
 Keluar sekret dari liang telinga (Stadium Perforasi)
 Setelah sekret keluar, intensitas keluhan berkurang (suhu turun, nyeri
mereda, bayi/anak lebih tenang. Bila perforasi permanen, pendengaran
dapat tetap berkurang.
 Usia : bayi/anak/dewasa
 Riwayat Penyakit Terdahulu : Infeksi saluran napas atas berulang
 Riwayat Kebiasaan : menyusu dari botol dalam posisi berbaring
terlentang.
 Kelainan kongenital : sumbing langit-langit, sindorm Down
 Paparan asap rokok
 Alergi
 Sosial-ekonomi : Rendah
Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal : 120/80 mmhg
 Nadi normal : 60-100 x/i
 Frekuensi pernafasan : >20 x/i
 Suhu : meningkat
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan status lokalis:
Mengatur posisi pasien:
Lutut kiri pemeriksa bersinggung dengan lutut kiri pasien atau
lutut kanan pemeriksa bersentuhan dengan lutut kanan pasien
seperti gambar. Jika ingin memeriksa telinga kontralateral,
hanya posisi kepala pasien saja yang diubah.
Memasang lampu kepala :
Lampu kepala ditempatkan di tengah dahi seperti gambar dan diarahkan ke
daerah yang diperiksa.

Memeriksa telinga :
a. Inspeksi dan palpasi telinga untuk menilai daerah preaurikula, aurikula
dan retroaurikula.
b. Telinga dipegang dengan gentle dan ditarik kea rah belakang atas atau
jika menggunakan corong telinga, corong dipasang dengan cara yang
terlihat pada gambar.
c. Telinga dipegang dengan gentle dan ditarik kea rah belakang atas.
Otoskop dipegang seperti memegang pena seperti terlihat pada gambar.
Untuk memeriksa telinga kanan otoskop dipegang dengan tangan kanan
dan sebaliknya..

Pemeriksaan garpu tala :


Dilakukan dengan garpu tala 512 Hz atau 1024 Hz.
a. Rinne : membandingkan hantaran udara dengan tulang. Garpu tala
digetarkan dan diletakkan di mastoid pasien. Setelah suara menghilang,
garpu tala dipindahkan ke depan lubang telinga pasien.
b. Weber : membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga. Garpu tala
digetarkan dan diletakkan pada bagian medial (vertex atau kening).
Kemudian dinilai telinga yang mendengar lebih keras.
c. Schwabach : membandingkan hantaran tulang pasien dan pemeriksa.
Garpu tala digetarkan pada mastoid pemeriksa. Kemudian dilakukan
sebaliknya (dari pemeriksa kepada penderita).
Memeriksa hidung :
Setelah dilakukan inspeksi dan palpasi, dilakukan pemeriksaan rinoskopi
anterior dengan menggunakan spekulum hidung. Spekulum dipegang dengan
tangan yang tidak dominan. Spekulum dimasukkan dalam keadaan tertutup dan
dikeluarkan setengah terbuka seperti gambar.

Memeriksa mulut dan tenggorokan :


Spatula dipegang untuk menekan lidah seperti gambar.
Hasil pemeriksaan Otoskopi
1. Stadium Oklusi Tuba : Membran timpani suram, retraksi dan refleks
cahayanya hilang
2. Stadium Hiperemis : Membran timpani hiperemis dan edema
3. Stadium Supurasi : Membran timpani menonjol kea rah luar (bulging)
berwarna kekuningan
4. Stadium Perforasi : Perforasi membrane timpani, liang telinga basah
atau dipenuhi sekret
5. Stadium Resolusi : Membran timpani tetap perforasi atau sekret di liang
telinga luar sudah berkurang atau mengering
Hidung : dalam batas normal
Orofaring : dalam batas normal

Hasil pemeriksaan penala :


Telinga yang sakit : Tes Rinne (-) dan Tes Schwabach memendek, Tes Weber
terjadi lateralisasi
Pemeriksaan Penunjang  Audiometri nada murni

Diagnosis Banding  Otitis media serosa akut


 Otitis eksterna
Tatalaksana Farmakoterapi  Topikal :
a. Pada Stadium Oklusi Tuba :
- Tetes mata Tetrakain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes pada mata yang
sakit.
- Gunakan kaca pembesar (lup) dalam pengangkatan benda asing.
- Angkat benda asing dengan menggunakan lidi kapas atau jarum
suntik ukuran 23G
- Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi.
- Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan Povidon Iodin pada tempat
bekas benda asing.
b. Pada Stadium Perforasi diberikan obat cuci telinga :
- H2O2 3%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit didiamkan
selama 2-5 menit.
- Asam asetat 2%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit.
- Ofloxacin, 2 kali sehari, 5-10 tetes di telinga yang sakit selama
maksimal 2 minggu.
 Oral sistemik : antibiotik, dekongestan, analgetik/antipiretik.

Antibiotik :
1. Dewasa
a. Amoxicillin : 3x500 mg/hari 10-14 hari
b. Trimethoprim-Sulfametoksazol : 2x160 mg TMP/hari
c. Amoxicillin-Asam Clavulanat : 3x500 mg/hari
d. Eritromycin : 4x500 mg/hari

2. Anak
a. Amoxicillin 25-50 mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis perhari
b. Trimethoprim-Sulfametoksazol : 8-20 mg TMP/kgBB/hari dibagi 2
dosis perhari
c. Amoxicillin-Asam Clavulanat : 25-50 mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis
perhari
d. Erithromycin : 25-50 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis perhari.

Tatalaksana Nonfarmakoterapi
Edukasi  Untuk bayi/anak, orangtua dianjurkan untuk memberikan ASI minimal 6
bulan sampai 2 tahun.
 Menghindarkan bayi/anak dari paparan asap rokok.
Professional Informed consent
Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
Dirujuk jika terdapat indikasi miringotomi dan jika terdapat komplikasi
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
Kompetensi 3A
Manifestasi Klinis  Keluarnya sekret dari telinga
 Keluhan tambahan : sesak, pilek, demam
 Onset : > 2 bulan
 Durasi : terus menerus/hilang timbul
 Riwayat Penyakit Terdahulu : keluar cairan dari liang telinga
sebelumnya, dan infeksi saluran nafas atas berulang.
 Daya tahan tubuh rendah
 Penyelam
 Cairan berwarna kuning/kuning-kehijauan/bercampur
darah/jernih/berbau
 Gangguan pendengaran
 Higienitas kurang dan gizi buruk
Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal : 120/80 mmhg
 Nadi normal : 60-100 x/i
 Frekuensi pernafasan : >20 x/I (40x/i)
 Suhu : 38,5oC
 Kepala dan leher dalam batas normal
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan status lokalis:
Mengatur posisi pasien:
Lutut kiri pemeriksa bersinggung dengan lutut kiri pasien atau
lutut kanan pemeriksa bersentuhan dengan lutut kanan pasien
seperti gambar. Jika ingin memeriksa telinga kontralateral,
hanya posisi kepala pasien saja yang diubah.

Memasang lampu kepala :


Lampu kepala ditempatkan di tengah dahi seperti gambar dan diarahkan ke
daerah yang diperiksa.
Memeriksa telinga :
a. Inspeksi dan palpasi telinga untuk menilai daerah preaurikula, aurikula
dan retroaurikula.
b. Telinga dipegang dengan gentle dan ditarik kea rah belakang atas atau
jika menggunakan corong telinga, corong dipasang dengan cara yang
terlihat pada gambar.

c. Telinga dipegang dengan gentle dan ditarik kea rah belakang atas.
Otoskop dipegang seperti memegang pena seperti terlihat pada gambar.
Untuk memeriksa telinga kanan otoskop dipegang dengan tangan kanan
dan sebaliknya..

Pemeriksaan garpu tala :


Dilakukan dengan garpu tala 512 Hz atau 1024 Hz.
a. Rinne : membandingkan hantaran udara dengan tulang. Garpu tala
digetarkan dan diletakkan di mastoid pasien. Setelah suara menghilang,
garpu tala dipindahkan ke depan lubang telinga pasien.
b. Weber : membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga. Garpu tala
digetarkan dan diletakkan pada bagian medial (vertex atau kening).
Kemudian dinilai telinga yang mendengar lebih keras.
c. Schwabach : membandingkan hantaran tulang pasien dan pemeriksa.
Garpu tala digetarkan pada mastoid pemeriksa. Kemudian dilakukan
sebaliknya (dari pemeriksa kepada penderita).

Memeriksa hidung :
Setelah dilakukan inspeksi dan palpasi, dilakukan pemeriksaan rinoskopi
anterior dengan menggunakan spekulum hidung. Spekulum dipegang dengan
tangan yang tidak dominan. Spekulum dimasukkan dalam keadaan tertutup dan
dikeluarkan setengah terbuka seperti gambar.

Memeriksa mulut dan tenggorokan :


Spatula dipegang untuk menekan lidah seperti gambar.
Hasil pemeriksaan Otoskopi :

1. OMSK tipe aman (tubotimpani)

 Perforasi pada sentral atau pars tensa berbentuk ginjal atau


bundar
 Sekret biasanya mukoid dan tidak terlalu berbau
 mukosa

2. OMSK tipe bahaya

 Perforasi atik, marginal, atau sental besar (total)


 Sekret sangat berbau, berwarna kuning abu-abu, purulen, dan
dapat terlihat kepingan berwarna putih mengkilat
 Kolesteatoma

Pemeriksaan Penunjang  Tes garputala Rinne, Weber, Schwabach menunjukkan jenis ketulian
yang dialami pasien
 Audiometri nada murni
 Foto mastoid
Diagnosis Banding  Otitis media akut

Tatalaksana Farmakoterapi  Antibiotik topical : Golongan Ofloxacin 2x4 tetes perhari


 Antibiotik oral :
- Dewasa
a. Lini pertama : Amoxicillin 3x500 mg perhari selama 7 hari atau
Amoxicillin-Asam clavulanat 3x500 mg per hari selama 7 hari /
Ciprofloxacin 2x500 mg selama 7 hari
b. Lini kedua : Levofloxacin 1x500 mg perhari selama 7 hari atau
Cefadroxil 2x500-100 mg perhari selama 7 hari.
- Anak
a. Amoxicillin – Asam clavulanat 25 – 50 mg/kgBB/hari, dibagi
menjadi 3 dosis per hari, atau
b. Cefadroxil 25 – 50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 dosis per
hari.
Tatalaksana Nonfarmakoterapi
 Membersihkan dan mengeringkan saluran telinga dengan kapas lidi atau
cotton bud. Obat cuci telinga : NaCl 0,9%, Asam Asetat 2% atau
Hidrogen Peroksida 3%
Edukasi  Menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan
benda tajam
 Menjaga agar telinga tidak kemasukan air
 Menjelaskan bahwa penyakit ini merupakan penyakit infeksi sehingga
dengan penanganan yang telat dapat disembuhkan tetapi bila dibiarkan
dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran serta komplikasi lainnya.
Professional Informed consent
Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
Dirujuk jika :
- OMSK tipe bahaya
- Tidak ada perbaikan atas terapi yang dilakukan
- Terdapat komplikasi ekstrakranial maupun intracranial
- Perforasi menetap setelah 2 bulan telinga kering
TINEA KORPORIS
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : bercak merah bersisik yang gatal
 Lokasi : tubuh
 Durasi : terus menerus
 Yang memperparah : jika berkeringat
 Riwayat kontak dengan orang yang mengalami dermatofitosis
 Lingkungan yang lembab dan panas
 Obesitas
 Diabetes mellitus

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan : 18 x/menit
 Suhu : >38 oC
Pemeriksaan Fisik Interpretasi ruam : (Primer terlebih dahulu)
- Meninggi
- Merah
- Plak eritema
- Central healing
- Squama di tepi lesi
- Policyclic

Catatan :
- Jika ada lup gunakan lup untuk melihat ruam
- Jika ada senter, maka gunakan senter untuk melihat ruam
Pemeriksaan Penunjang  Pewarnaan KOH : untuk melihat hifa
Pada dermatofita : hifa sejati, panjang, lurus dan bersekat serta
arthrospora
 Kultur jamur
Diagnosis Banding  Dermatitis numularis
 Pitriasis rosea
 Lepra

Tatalaksana Farmakoterapi R/ Ketokonazol tab 2x200 mg No. VII (selama 10-14 hari)
Sue

Tatalaksana Nonfarmakoterapi -
Edukasi  Jaga kebersihan tubuh
 Berkeringat langsung mandi
 Ganti baju jika berkeringat
 Hindari menggunakan baju yang ketat
 Hindari memakai handuk yang sama.
Professional Informed consent
Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

ULKUS TROPIKUM
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : luka pada kaki/tungkai bawah tertusuk duri
 Predileksi : luka kecil cepat jadi memburuk
 Disertai nyeri skala 7
 Luka berbau
 Trauma
 Hygiene yang buruk
 Gizi buruk
 Catatan :
- Kapan luka pertama kali terjadi?  TANYAKAN
- Pernah mengalami luka yang sama pada daerah yang lain?
 TANYAKAN
- Awal lukanya bagaimana?  TANYAKAN
Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal
 Nadi normal/tinggi
 Frekuensi pernafasan : >20 x/menit
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC
Pemeriksaan Fisik  HARUS MENIMBANG BERAT BADAN
 Inspeksi luka :
Interpretasi :
1. Ulkus yang soliter
2. Lesi berbentuk satelit
3. Dinding bergaung
4. Tepi tidak teratur
5. Dasar kotor
6. Tertutup oleh jaringan
7. Nekrotik, pus dan eksudat
Pemeriksaan Penunjang  Pemeriksaan darah lengkap
 Mikroskop lapangan gelap
 Pewarnaan Burry (melihat Basilus Fisiformis)
 Urinalisa
 Pemeriksaan kadar gula dan kolestrol
 Biakan kuman.
Diagnosis Banding  Ulkus Tropikum
 Ulkus varikosum
 Ulkus kusta

Tatalaksana Farmakoterapi  Antibiotic :


Benzathine penicillin 1,2 juta unit IV

R/Ketokonazole cr 2% tube No. I


Sue
Tatalaksana Nonfarmakoterapi
 Rawat inap
 Perbaikan gizi
 MFD Rl atau NaCl 0,9%
 Infus
Edukasi  Edukasi perawatan kaki
 Konsultasi ke gizi
 Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal
 Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa fisik, kimia dan
panas yang biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.
 Menghentikan kebiasaan merokok.
 Merawat kaki secara teratur setiap hari, dengan cara :

1. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.


2. Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air
mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati terutama diantara
jari-jari kaki.
3. Memakai krim kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit
yang retak- retak. Tidak memakai bedak, sebab ini akan
menyebabkan kering dan retak-retak.
4. Menggunting kuku, lebih mudah dilakukan sesudah mandi,
sewaktu kuku lembut.
5. Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.
6. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
LEPRA
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : Bercak kulit mati rasa tidak gatal berwarna merah atau
putih berbentuk plakat di Wajah dan telinga
 Durasi : terus menerus
 Karakteristik : mati rasa, awalnya kecil jadi membesar, (-) nyeri, (-) gatal
 Riwayat keluarga : (-)
 Riwayat lingkungan : tetangga menderita yang sama
 Riwayat kontak dengan pasien lepra
 Lepuh tidak dirasakan nyeri
 Riwayat sosial ekonomi : rendah
 Tinggal di daerah endemic lepra
Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal
 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan : >20 x/i
 Suhu : Subfebris: 37,2oC – 38oC
Pemeriksaan Fisik  Inspeksi :
- Efluoresensi : makula hipopigmentasi, berbatas jelas, bersquama
 Meraba bercak putih di wajar akan terasa seperti kabel menebal,
membesar dan tidak nyeri.

Pemeriksaan Penunjang  Darah rutin


 Histo PA
 Adanya BTA pada slit skin smear
- BTA (-)  Lepra PB
- BTA (+)  Lepra MB
 Bakterioskopi/bakteriologi Ziehl Neelsen
 Pemeriksaan tes sensorik raba dengan kapas, sensari nyeri dengan jarum
pentul dan suhu panas dingin.
Diagnosis Banding  Pitriasis versicolor
 Pitriasis Alba
Tatalaksana Farmakoterapi 1. Pada pasien PB :
 Hari pertama setiap bulan : 2 kapsul Rifampisin 300 mg (600 mg)
dan 1 tablet Dapson 100 mg 1x1 6-9 bulan
 Hari ke 2-28 setiap bulan : 1 tablet Dapson/DDS 100 mg. 1 blister
untuk 1 bulan
2. Pada pasien MB :
 Pengobatan bulanan : hari pertama setiap bulan 2 kapsul
Rifampisin 300 mg (600 mg), 3 tablet Lampren (klofazimin) 100
mg (300 mg) dan 1 tablet Dapson/DDS 100 mg
 Pengobatan harian : hari ke 2-28 setiap bulan 1 tablet Lampren 50
mg dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg. 1 blister  1 bulan
 Pasien minum obat 12-18 bulan
Tatalaksana Nonfarmakoterapi  Vitamin B1, B6 dan B12
Edukasi  Konsumsi obat rutin tiap bulan
 Memberitahu kepada pasien efek samping obat Rifampisin seperti
kencing merah, mual, muntah, flulex syndrome (badan pegal, malaise)
 Memberitahu kepada pasien efek samping obat Dapson seperti alergi,
leukosit rendah dan anemia.
Professional  Informed consent
 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
 Rujuk jika efek samping obat makin serius

LIPOMA
Kompetensi 2
Manifestasi Klinis  Keluhan Utama : benjolan, tidak nyeri

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah : pulsus paradoksus (lemah saat inspirasi,
Keras saat ekspirasi)
 Nadi : >120 x/i
 Frekuensi pernafasan : >30 x/i
 Suhu : Normal
Pemeriksaan Fisik -

Pemeriksaan Penunjang -

Diagnosis Banding  Kista atheroma


 Kista epidermoid
Tatalaksana Farmakoterapi LAKUKAN EKSISI TUMOR SECARA SISTEMATIS

Tatalaksana Nonfarmakoterapi
Edukasi  Jangan basah selama 3 hari
 Kontrol luka ganti perban
Professional Informed consent
Segera leakukan penanganan awal jika pasien terbaring
Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
Rujuk
RINITIS AKUT
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Gejala < 12 minggu
 Keluar ingus dari hidung(rinorea)
 Bersin-bersin
 Hidung tersumbat
 Dapat disertai rasa panas atau gatal pada hidung
 Dapat disertai batuk
 Penurunan daya tahan tubuh
 Terkena paparan debu, asap atau gas
 Kontak dengan penderita ISPA
1. Rinitis Virus
a. Rinitis Simplek
- Pilek
- Selesma
- Common cold
- Coryza
- Masa inkubasi 1-4 hari, berakhir 2-3 minggu
b. Rinitis Influenza
- Common cold
c. Rinitis Eksantematous
- Pertusis
- Eksantema 2-3 hari
2. Rinitis Bakteri
a. Infeksi non spesifik
 Rinitis bakteri primer : membran putih keabu-abuan yang
lengket dapat terbentuk di rongga hidung, dan apabila
diangkat dapat menyebabkan pendarahan/epistaksis.
 Rinitis bakter sekunder : akibat infeksi bakter rinitis viral akut
b. Rinitis Difteri
- Riwayat imunisasi tidak lengkap

3. Rinitis Iritan
- Paparan debu, asap, gas (+)
- Trauma mukosa hidung pada masa manipulasi intranasal
contohnya pengangkatan corpus alienum.
- “immediate catarrhalreaction”
- Bersin
- Rinore/keluar ingus dari hidung
- Hidung tersumbat
Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal
 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : 38OC / Meningkat (Normal: 36,5oC - 37,2oC)
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan status lokalis:
Mengatur posisi pasien:
Lutut kiri pemeriksa bersinggung dengan lutut kiri pasien atau
lutut kanan pemeriksa bersentuhan dengan lutut kanan pasien
seperti gambar. Jika ingin memeriksa telinga kontralateral,
hanya posisi kepala pasien saja yang diubah.
Memasang lampu kepala :
Lampu kepala ditempatkan di tengah dahi seperti gambar dan diarahkan ke
daerah yang diperiksa.

Memeriksa telinga :
a. Inspeksi dan palpasi telinga untuk menilai daerah preaurikula,
aurikula dan retroaurikula.
b. Telinga dipegang dengan gentle dan ditarik kea rah belakang atas
atau jika menggunakan corong telinga, corong dipasang dengan cara
yang terlihat pada gambar.
c. Telinga dipegang dengan gentle dan ditarik kea rah belakang atas.
Otoskop dipegang seperti memegang pena seperti terlihat pada
gambar. Untuk memeriksa telinga kanan otoskop dipegang dengan
tangan kanan dan sebaliknya..

Pemeriksaan garpu tala :


Dilakukan dengan garpu tala 512 Hz atau 1024 Hz.
a. Rinne : membandingkan hantaran udara dengan tulang. Garpu tala
digetarkan dan diletakkan di mastoid pasien. Setelah suara menghilang,
garpu tala dipindahkan ke depan lubang telinga pasien.
b. Weber : membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga. Garpu tala
digetarkan dan diletakkan pada bagian medial (vertex atau kening).
Kemudian dinilai telinga yang mendengar lebih keras.
c. Schwabach : membandingkan hantaran tulang pasien dan pemeriksa.
Garpu tala digetarkan pada mastoid pemeriksa. Kemudian dilakukan
sebaliknya (dari pemeriksa kepada penderita).
Memeriksa hidung :
Setelah dilakukan inspeksi dan palpasi, dilakukan pemeriksaan rinoskopi
anterior dengan menggunakan spekulum hidung. Spekulum dipegang dengan
tangan yang tidak dominan. Spekulum dimasukkan dalam keadaan tertutup dan
dikeluarkan setengah terbuka seperti gambar.

Memeriksa mulut dan tenggorokan :


Spatula dipegang untuk menekan lidah seperti gambar.

Hasil pemeriksaan rinoskopi anterior :


a. Tampak kavum nasi sempit, terdapat sekret serous atau mukopurulen
mukosa konka udem dan hiperemis.
b. Pada rhinitis difteri tampak sekret yang bercampur darah. Membrane
keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian
bawah membrannya lengket dan bila diangkat mudah berdarah.

Pemeriksaan Penunjang -

Diagnosis Banding  Rhinitis alergi pada serangan akut.


 Rhinitis vasomotor pada serangan akut.
Tatalaksana Farmakoterapi  Simtomatik
a. Analgetik dan antipiretik (Paracetamol)
b. Dekongestan topical
c. Dekongestan oral (Pseudoefedrin, Fenilpropanolamin, Fenilefrin)
 Antibiotik (Jika terdapat komplikasi infeksi sekunder bakteri)
a. Amoksisilin, eritromisin, sefadroksil
 Rhinitis difteri : Penisilin sistemik dan anti-toksin difteri.

Tatalaksana Nonfarmakoterapi  Istirahat yang cukup


 Menjaga asupan yang bergizi dan sehat.
Edukasi  Menjaga tubuh selalu dalam keadaan sehat
 Lebih sering mencuci tangan, seperti sebelum menyentuh wajah.
 Memperkecil kontak dengan orang-orang yang telah terinfeksi.
 Menutup mulut ketika batuk dan bersin.
 Mengikuti program imunisasi lengkap, seperti vaksinasi influenza,
vaksinasi MMR untuk mencegah terjadinya rhinitis eksantematosa.
 Menghindari pajanan allergen bila terdapat faktor alergi sebagai pemicu.
 Melakukan bilas hidung secara rutin.

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

TINEA KRURIS
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Bercak merah berisisik yang gatal
 Kontak langsung dengan manusia dan binatang.
 Di daerah genitokrural sekitar anus, bokong, dan perut bagian bawah
 Durasi : terus menerus
 Memperparah jika berkeringat
 Kebiasaan : contohnya jarang mengganti pakaian dalam
 Lingkungan yang lembab dan panas
 Imunodefisiensi
 Obesitas
 Diabetes Melitus
Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal
 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC
Pemeriksaan Fisik Gambaran umum bercak ditemukan :
- Lesi berbentuk infiltrate eritematosa
- Meninggi
- Plak eritema
- Squama di tepi lesi
- Berbatas tegas
- Bagian tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah (central
healing)
- Konfigurasi polisiklik
Lesi dijumpai di daerah kulit berambut terminal, berambut velus (glabrosa) dan
kuku.
Catatan :
- Jika ada lup gunakan lup untuk melihat ruam
- Jika ada senter, maka gunakan senter untuk melihat ruam

Pemeriksaan Penunjang  Pewarnaan KOH : ditemukan hifa panjang, bersekat dan artrospora
 Kultur Jamur
Diagnosis Banding  Kandidiasis
 Dermatitis intertigo
 Eritrasma
Tatalaksana Farmakoterapi  Antifungal topical : krim klotrimazol atau Terbinafin
Hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu
 Pengobatan sistemik :
- Griseofulvin 0-5-1 gram/hari
- Ketokonazol 2x200 mg/hari, Itrakonazol : 100 mg/hari atau
Terbinafin 250 mg/hari
- Diberikan 10-14 pada pagi hari setelah makan.

 Hygiene diri harus terjaga dan pemakian handuk/pakaian secara


bersamaan harus dihindari.
Tatalaksana Nonfarmakoterapi
Edukasi  Menjaga hygiene tubuh
 Memberitahu pasien ini bukan penyakit berbahaya.

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

TINEA KAPITIS
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Bercak merah berisisik yang gatal
 Kontak langsung dengan manusia dan binatang.
 Terjadi pada kulit dan rambut kepala
 Durasi : terus menerus
 Memperparah jika berkeringat
 Kebiasaan : contohnya sering mengganti shampoo dan suka memakai
topi
 Lingkungan yang lembab dan panas
 Imunodefisiensi
 Obesitas
 Diabetes Melitus
Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal
 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC
Pemeriksaan Fisik Gambaran umum bercak ditemukan :
- Lesi berbentuk infiltrate eritematosa
- Meninggi
- Plak eritema
- Squama di tepi lesi
- Berbatas tegas
- Bagian tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah (central
healing)
- Konfigurasi polisiklik
Lesi dijumpai di daerah kulit berambut terminal, berambut velus (glabrosa) dan
kuku.
Catatan :
- Jika ada lup gunakan lup untuk melihat ruam
- Jika ada senter, maka gunakan senter untuk melihat ruam
Pemeriksaan Penunjang  Pewarnaan KOH : ditemukan hifa panjang, bersekat dan artrospora
 Kultur Jamur
Diagnosis Banding -
Tatalaksana Farmakoterapi  Antifungal topical : krim klotrimazol atau Terbinafin
Hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu
 Pengobatan sistemik :
- Griseofulvin 0-5-1 gram/hari
- Ketokonazol 2x200 mg/hari, Itrakonazol : 100 mg/hari atau
Terbinafin 250 mg/hari
- Diberikan 10-14 pada pagi hari setelah makan.

Tatalaksana Nonfarmakoterapi
 Hygiene diri harus terjaga dan pemakian handuk/pakaian secara
bersamaan harus dihindari.
Edukasi  Menjaga hygiene tubuh
 Tidak menggonta ganti shampoo atau menggunakan topi.
 Memberitahu pasien ini bukan penyakit berbahaya.

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

RINOSINUSITIS AKUT
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Onset : Tiba-tiba
 Terjadi < 12 minggu
 Kriteria Mayor :
 Hidung tersumbat
 Keluar sekret dari hidung atau post- nasal discharge yang purulent
 Nyeri pada wajah
 Hiposmia / anosmia
 Kriteria Minor :
 Sakit kepala
 Demam
 Halitosis
 Rasa lemah (fatigue)
 Sakit gigi
 Sakit atau rasa penuh di telinga
 Batuk

Catatan Kriteria Penegakkan Diagnosa Rinosinusitis Akut :

 Sekurangnya 2 faktor mayor, di mana salah satu harus:

- Hidung tersumbat, atau


- Keluar sekret dari hidung atau post-nasal discharge yang purulen

dan dapat disertai:

- Nyeri pada wajah


- Hiposmia / anosmia

 Riwayat kelainan anatomis kompleks osteomeatal, seperti deviasi


septum
 Rinitis alergi
 Rinitis non-alergi, misalnya vasomotor, medikamentosa
 Polip hidung
 Riwayat kelainan gigi atau gusi yang signifikan
 Asma bronkial
 Riwayat infeksi saluran pernapasan atas akut yang sering berulang
 Kebiasaan merokok
 Pajanan polutan dari lingkungan sehari-hari
 Kondisi imunodefisiensi, misalnya HIV/AIDS
 Riwayat penggunaan kokain

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : 38oC / Meningkat (Normal: 36,5oC - 37,2oC)

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan status lokalis:


Mengatur posisi pasien:
Lutut kiri pemeriksa bersinggung dengan lutut kiri pasien atau
lutut kanan pemeriksa bersentuhan dengan lutut kanan pasien
seperti gambar. Jika ingin memeriksa telinga kontralateral,
hanya posisi kepala pasien saja yang diubah.

Memasang lampu kepala :


Lampu kepala ditempatkan di tengah dahi seperti gambar dan diarahkan ke
daerah yang diperiksa.
Memeriksa telinga :
- Inspeksi dan palpasi telinga untuk menilai daerah preaurikula,
aurikula dan retroaurikula.
- Telinga dipegang dengan gentle dan ditarik kea rah belakang
atas atau jika menggunakan corong telinga, corong dipasang
dengan cara yang terlihat pada gambar.

- Telinga dipegang dengan gentle dan ditarik ke arah belakang


atas. Otoskop dipegang seperti memegang pena seperti terlihat
pada gambar. Untuk memeriksa telinga kanan otoskop dipegang
dengan tangan kanan dan sebaliknya..
Pemeriksaan garpu tala :
Dilakukan dengan garpu tala 512 Hz atau 1024 Hz.
o Rinne : membandingkan hantaran udara dengan tulang.
Garpu tala digetarkan dan diletakkan di mastoid pasien.
Setelah suara menghilang, garpu tala dipindahkan ke depan
lubang telinga pasien.
o Weber : membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga.
Garpu tala digetarkan dan diletakkan pada bagian medial
(vertex atau kening). Kemudian dinilai telinga yang
mendengar lebih keras.
o Schwabach : membandingkan hantaran tulang pasien dan
pemeriksa. Garpu tala digetarkan pada mastoid pemeriksa.
Kemudian dilakukan sebaliknya (dari pemeriksa kepada
penderita).

Memeriksa hidung :
Setelah dilakukan inspeksi dan palpasi, dilakukan pemeriksaan rinoskopi
anterior dengan menggunakan spekulum hidung. Spekulum dipegang dengan
tangan yang tidak dominan. Spekulum dimasukkan dalam keadaan tertutup dan
dikeluarkan setengah terbuka seperti gambar.
Memeriksa mulut dan tenggorokan :
Spatula dipegang untuk menekan lidah seperti gambar.

Hasil pemeriksaan rinoskopi anterior :


1. Edema dan hiperemia konka
2. Sekret mukopurulen
- Sekret di depan muara tuba Eustachius = dari sinus-sinus bagian
anterior (maksila, frontal, etmoid anterior)
- Sekret mengalir di belakang muara tuba Eustachius = dari sinus-
sinus bagian posterior (sfenoid, etmoid posterior).
3. Kelainan anatomis yang mempredisposisi, misalnya: deviasi septum,
polip nasal, atau hipertrofi konka.

Hasil Pemeriksaan rinoskopi posterior : sekret purulen pada nasofaring

Hasil Pemeriksaan rongga mulut : Dapat ditemukan karies profunda pada gigi
rahang atas.
Pemeriksaan Penunjang  Foto polos sinus paranasal dengan Water’s view (AP / lateral)

Hasil : penebalan mukosa (perselubungan), air-fluid level, dan


opasifikasi sinus yang terlibat.

 Darah perifer lengkap

Diagnosis Banding  Episode akut (rekurens) rinosinusitis kronik


 Bronkitis akut
 Rinitis akut
 Asma bronkial Influenza
 Cluster headache Migrain

Tatalaksana  Gejala < 5 hari atau membaik > 5 hari


1. Analgetik
R/ Paracetamol mg 500 tab No. I
S 3 dd tab I
2. Irigasi nasal dengan salin
NaCl 0.9%
3. Dekongestan topikal
Oxymetazoline 0,05% nasal spray 2x2 sehari di rongga hidung
4. Dekongestan sistemik
R/ Pseudoefedrin mg 60 tab No. I
S 4 dd tab I
 Gejala persisten > 10 hari atau > 5 hari
- Gejala infeksi bakteri (sekret purulen, nyeri wajah, suhu >
38oC, LED meningkat, CRP) tidak ditemukan, maka :
1. Budesonide 1-4 spray/hari
- Gejala infeksi bakteri (sekret purulen, nyeri wajah, suhu >
38oC, LED meningkat, CRP) ditemukan, maka :
1. R/ Amoxicillin mg 500 tab No. I
S 3 dd tab I
2. Budesonide 1-4 spray/hari
Edukasi  Pada pasien perokok, sebaiknya merokok dihentikan.
 Bila terdapat pajanan polutan sehari-hari, memberikan anjuran untuk
meminimalkannya, misalnya menggunakan masker atau ijin kerja
selama simtom masih ada.
 Cukup beristirahat dan menjaga hidrasi.
 Membilas atau mencuci hidung secara teratur dengan larutan garam
isotonis (salin).

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

HIPERMETROPIA
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : penglihatan kurang jelas untuk objek yang dekat.
 Sakit kepala dan makin kuat pada penggunaan mata yang lama dan
membaca dekat.
 Penglihatan tidak enak bila melihat pada jarak yang tetap dan
diperlukan penglihatan jelas pada jangka waktu yang lama, misalnya
menonton TV dan lain-lain.
 Mata sensitif terhadap sinar.
 Mata juling (dapat terjadi)

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC
Pemeriksaan Fisik  Langkah pemeriksaan visus :
o Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan serta meminta
persetujuan
o Meminta pasien berdiri/duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari
optotip snellen
o Meminta pasien untuk menutup salah satu mata (mata hanya
ditutup bukan ditekan)

o Meminta pasien untuk membaca huruf pada Optotip Snellen


mulai dari deretan huruf yang paling bawah sampai deretan
huruf yang dapat dibaca tanpa melakukan kesalahan dan
menentukan nilai visusnya.
o Bila pasien tidak dapat membaca huruf paling atas pada Optotip
Snellen maka dilakukan pemeriksaan hitung jari mulai dari 5
meter didepan pasien kemudian berjalan maju dan menentukan
visusnya.
o Dilakukan pada kedua mata
o Penguji memberikan informasi visus kanan mata 6/6 dan visus
mata kiri 6/60
o Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan visus mata kanan dan
kiri

 Langkah pemeriksaan segmen anterior :


o Pemeriksa berhadapan dengan pasien sejauh kira-kira 1 lengan.
o Pemeriksaan bergantian maka kanan dan kiri secara langsung.
o Memeriksa palpebra dan kiri secara langsung.
o Memeriksa silia dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva bulbi dan meminta penderita melihat
lurus kedepan dan melaporkan hasilnya.
o Amati skleranya dan laporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra inferior dengan meminta
penderita melirik ke atas, kemudian tangan kiri pemeriksa
menekan kulit palpebral inferior penderita kebawah sedangkan
tangan kanan memegang lampu senter dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra superior dengan meminta
penderita melirik kebawah dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, baliklah palpebra sehingga konjungtiva palpebra superior
berada di luar. Kembalikan palpebra ke posisi semula baru
lepaskan tangan kiri dari mata penderita dan melaporkan
hasilnya.
o Memeriksa kornea dengan senter dan melaporkan hasilnya.
o Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi kamera
okuli anterior/bilik mata depan dengan menyinari dari samping.
o Memeriksa iris dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa lensa dan melaporkan hasilnya.

 Pemeriksaan refraksi dengan trial lens dan trial frame

Pemeriksaan Penunjang -

Diagnosis Banding -

Tatalaksana  Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam
penglihatan terbaik.

Edukasi  Memberitahu keluarga jika penyakit ini harus dikoreksi dengan bantuan
kaca mata. Karena jika tidak, maka mata akan berakomodasi terus
menerus dan menyebabkan komplikasi.

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
MATA KERING/DRY EYE
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Wanita > 40 tahun
 Keluhan utama : mata terasa gatal dan seperti berpasir.
 Keluhan tambahan : sensasi terbakar, merah, perih dan silau.
 Memberat jika sore/malam hari
 Menopause
 Penyakit sistemik, seperti: sindrom Sjogren, sklerosis sistemik
progresif, sarkoidosis, leukemia, limfoma, amiloidosis, dan
hemokromatosis
 Penggunaan lensa kontak
 Penggunaan komputer dalam waktu lama

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC
Pemeriksaan Fisik o Langkah pemeriksaan visus :
o Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan serta meminta
persetujuan
o Meminta pasien berdiri/duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari
optotip snellen
o Meminta pasien untuk menutup salah satu mata (mata hanya
ditutup bukan ditekan)

o Meminta pasien untuk membaca huruf pada Optotip Snellen


mulai dari deretan huruf yang paling bawah sampai deretan
huruf yang dapat dibaca tanpa melakukan kesalahan dan
menentukan nilai visusnya.
o Bila pasien tidak dapat membaca huruf paling atas pada Optotip
Snellen maka dilakukan pemeriksaan hitung jari mulai dari 5
meter didepan pasien kemudian berjalan maju dan menentukan
visusnya.
o Dilakukan pada kedua mata
o Penguji memberikan informasi visus kanan mata 6/6 dan visus
mata kiri 6/60
o Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan visus mata kanan dan
kiri

o Langkah pemeriksaan segmen anterior :


o Pemeriksa berhadapan dengan pasien sejauh kira-kira 1 lengan.
o Pemeriksaan bergantian maka kanan dan kiri secara langsung.
o Memeriksa palpebra dan kiri secara langsung.
o Memeriksa silia dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva bulbi dan meminta penderita melihat
lurus kedepan dan melaporkan hasilnya.
o Amati skleranya dan laporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra inferior dengan meminta
penderita melirik ke atas, kemudian tangan kiri pemeriksa
menekan kulit palpebral inferior penderita kebawah sedangkan
tangan kanan memegang lampu senter dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra superior dengan meminta
penderita melirik kebawah dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, baliklah palpebra sehingga konjungtiva palpebra superior
berada di luar. Kembalikan palpebra ke posisi semula baru
lepaskan tangan kiri dari mata penderita dan melaporkan
hasilnya.
o Memeriksa kornea dengan senter dan melaporkan hasilnya.
o Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi kamera
okuli anterior/bilik mata depan dengan menyinari dari samping.
o Memeriksa iris dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa lensa dan melaporkan hasilnya.

Hasil pemeriksaan Snellen Chart : Visus normal

o Terdapat foamy tears pada konjungtiva forniks


o Penilaian produksi air mata dengan tes Schirmer menunjukkan
hasil <10 mm (nilai normal ≥20 mm).

Pemeriksaan Penunjang -

Diagnosis Banding -

Tatalaksana  Pemberian air mata buatan, yaitu tetes mata karboksimetilselulosa


atau sodium hialuronat.

Edukasi  Keluarga dan pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan
menahun dan pemulihan total sukar terjadi, kecuali pada kasus ringan,

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
BUTA SENJA
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : Penglihatan menurun pada malam hari atau pada
keadaan gelap.
 Sulit beradaptasi pada cahaya yang redup.

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC
Pemeriksaan Fisik  Langkah pemeriksaan visus :
o Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan serta meminta
persetujuan
o Meminta pasien berdiri/duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari
optotip snellen
o Meminta pasien untuk menutup salah satu mata (mata hanya
ditutup bukan ditekan)
o Meminta pasien untuk membaca huruf pada Optotip Snellen
mulai dari deretan huruf yang paling bawah sampai deretan
huruf yang dapat dibaca tanpa melakukan kesalahan dan
menentukan nilai visusnya.
o Bila pasien tidak dapat membaca huruf paling atas pada Optotip
Snellen maka dilakukan pemeriksaan hitung jari mulai dari 5
meter didepan pasien kemudian berjalan maju dan menentukan
visusnya.
o Dilakukan pada kedua mata
o Penguji memberikan informasi visus kanan mata 6/6 dan visus
mata kiri 6/60
o Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan visus mata kanan dan
kiri
 Langkah pemeriksaan segmen anterior :
o Pemeriksa berhadapan dengan pasien sejauh kira-kira 1 lengan.
o Pemeriksaan bergantian maka kanan dan kiri secara langsung.
o Memeriksa palpebra dan kiri secara langsung.
o Memeriksa silia dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva bulbi dan meminta penderita melihat
lurus kedepan dan melaporkan hasilnya.
o Amati skleranya dan laporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra inferior dengan meminta
penderita melirik ke atas, kemudian tangan kiri pemeriksa
menekan kulit palpebral inferior penderita kebawah sedangkan
tangan kanan memegang lampu senter dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra superior dengan meminta
penderita melirik kebawah dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, baliklah palpebra sehingga konjungtiva palpebra superior
berada di luar. Kembalikan palpebra ke posisi semula baru
lepaskan tangan kiri dari mata penderita dan melaporkan
hasilnya.
o Memeriksa kornea dengan senter dan melaporkan hasilnya.
o Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi kamera
okuli anterior/bilik mata depan dengan menyinari dari samping.
o Memeriksa iris dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa lensa dan melaporkan hasilnya.

Hasil pemeriksaan lokalisasi mata :

1. Kekeringan (xerosis) konjungtiva bilateral


2. Terdapat bercak bitot pada konjungtiva
3. Xerosis kornea
4. Ulkus kornea dan sikatriks kornea
5. Kulit tampak xerosis dan bersisik
6. Nekrosis kornea difus atau keratomalasia
Pemeriksaan Penunjang -

Diagnosis Banding -

Tatalaksana  Pada defisiensi vitamin A, diberikan vitamin A dosis tinggi.


 Lubrikasi kornea.
 Pencegahan terhadap infeksi sekunder dengan tetes mata antibiotik.

Edukasi 1. Memberitahu keluarga bahwa rabun senja disebabkan oleh kelainan


mendasar, yaitu defisiensi vitamin A dan retinitis pigmentosa.
2. Pada kasus defisiensi vitamin A, keluarga perlu diedukasi untuk
memberikan asupan makanan bergizi seimbang dan suplementasi
vitamin A dosis tinggi.

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

HORDEOLUM
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : kelopak yang bengkak disertai rasa sakit.
 Kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal,
 Merah dan nyeri bila ditekan,
 Perasaan tidak nyaman
 Sensasi terbakar pada kelopak mata

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC
Pemeriksaan Fisik  Langkah pemeriksaan visus :
o Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan serta meminta
persetujuan
o Meminta pasien berdiri/duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari
optotip snellen
o Meminta pasien untuk menutup salah satu mata (mata hanya
ditutup bukan ditekan)
o Meminta pasien untuk membaca huruf pada Optotip Snellen
mulai dari deretan huruf yang paling bawah sampai deretan
huruf yang dapat dibaca tanpa melakukan kesalahan dan
menentukan nilai visusnya.
o Bila pasien tidak dapat membaca huruf paling atas pada Optotip
Snellen maka dilakukan pemeriksaan hitung jari mulai dari 5
meter didepan pasien kemudian berjalan maju dan menentukan
visusnya.
o Dilakukan pada kedua mata
o Penguji memberikan informasi visus kanan mata 6/6 dan visus
mata kiri 6/60
o Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan visus mata kanan dan
kiri
 Langkah pemeriksaan segmen anterior :
o Pemeriksa berhadapan dengan pasien sejauh kira-kira 1 lengan.
o Pemeriksaan bergantian maka kanan dan kiri secara langsung.
o Memeriksa palpebra dan kiri secara langsung.
o Memeriksa silia dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva bulbi dan meminta penderita melihat
lurus kedepan dan melaporkan hasilnya.
o Amati skleranya dan laporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra inferior dengan meminta
penderita melirik ke atas, kemudian tangan kiri pemeriksa
menekan kulit palpebral inferior penderita kebawah sedangkan
tangan kanan memegang lampu senter dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra superior dengan meminta
penderita melirik kebawah dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, baliklah palpebra sehingga konjungtiva palpebra superior
berada di luar. Kembalikan palpebra ke posisi semula baru
lepaskan tangan kiri dari mata penderita dan melaporkan
hasilnya.
o Memeriksa kornea dengan senter dan melaporkan hasilnya.
o Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi kamera
okuli anterior/bilik mata depan dengan menyinari dari samping.
o Memeriksa iris dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa lensa dan melaporkan hasilnya.

Hasil pemeriksaan Oftalmologis :

- Ditemukan kelopak mata bengkak, merah, dan nyeri pada


perabaan.
- Nanah dapat keluar dari pangkal rambut (hordeolum eksternum).
Apabila sudah terjadi abses dapat timbul undulasi.

Pemeriksaan Penunjang -
Diagnosis Banding 1. Selulitis preseptal
2. Kalazion
3. Granuloma piogenik

Tatalaksana Farmakoterapi 1. Pemberian terapi topikal :

- Oxytetrasiklin salep mata atau kloramfenikol salep mata setiap 8


jam. Kloramfenikol tetes mata sebanyak 1 tetes tiap 2 jam.

2. Pemberian terapi oral sistemik :

- Eritromisin 500 mg pada dewasa atau Dikloksasilin 4 kali sehari


selama 3 hari.
Edukasi  Menjaga higiene dan kebersihan lingkungan.

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

KONJUNGTIVITIS
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : mata merah, rasa mengganjal, gatal dan berair, kadang disertai sekret.
 Tidak disertai penurunan tajam penglihatan.
 Daya tahan tubuh yang menurun
 Adanya riwayat atopi
 Penggunaan kontak lens dengan perawatan yang tidak baik
 Higiene personal yang buruk

- Konjungtivitis bacterial

a. Konjungtiva hiperemis
b. Sekret purulen atau mukopurulen dapat disertai membran atau pseudomembran
di konjungtiva tarsal.

- Konjungtivitis viral:

a. Konjungtiva hiperemis
b. Sekret umumnya mukoserosa
c. Pembesaran kelenjar preaurikular

- Konjungtivitis alergi:

a. Konjungtiva hiperemis
b. Riwayat atopi atau alergi,
c. Gatal.
Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal
 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC
Pemeriksaan Fisik  Langkah pemeriksaan visus :
o Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan serta meminta persetujuan
o Meminta pasien berdiri/duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari optotip snellen
o Meminta pasien untuk menutup salah satu mata (mata hanya ditutup bukan ditekan)
o Meminta pasien untuk membaca huruf pada Optotip Snellen mulai dari deretan huruf
yang paling bawah sampai deretan huruf yang dapat dibaca tanpa melakukan kesalahan
dan menentukan nilai visusnya.
o Bila pasien tidak dapat membaca huruf paling atas pada Optotip Snellen maka
dilakukan pemeriksaan hitung jari mulai dari 5 meter didepan pasien kemudian
berjalan maju dan menentukan visusnya.
o Dilakukan pada kedua mata
o Penguji memberikan informasi visus kanan mata 6/6 dan visus mata kiri 6/60
o Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan visus mata kanan dan kiri

 Langkah pemeriksaan segmen anterior :


o Pemeriksa berhadapan dengan pasien sejauh kira-kira 1 lengan.
o Pemeriksaan bergantian maka kanan dan kiri secara langsung.
o Memeriksa palpebra dan kiri secara langsung.
o Memeriksa silia dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva bulbi dan meminta penderita melihat lurus kedepan dan
melaporkan hasilnya.
o Amati skleranya dan laporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra inferior dengan meminta penderita melirik ke atas,
kemudian tangan kiri pemeriksa menekan kulit palpebral inferior penderita kebawah
sedangkan tangan kanan memegang lampu senter dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra superior dengan meminta penderita melirik kebawah
dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, baliklah palpebra sehingga konjungtiva
palpebra superior berada di luar. Kembalikan palpebra ke posisi semula baru lepaskan
tangan kiri dari mata penderita dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa kornea dengan senter dan melaporkan hasilnya.
o Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi kamera okuli anterior/bilik
mata depan dengan menyinari dari samping.
o Memeriksa iris dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa lensa dan melaporkan hasilnya.

Hasil Pemeriksaan :

 Visus normal
 Injeksi konjungtival
 Dapat disertai edema kelopak, kemosis
 Eksudasi; eksudat dapat serous, mukopurulen, atau purulen tergantung penyebab
 Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan folikel, papil atau papil raksasa, flikten, membrane,
atau pseudomembran.

Pemeriksaan Penunjang 1. Sediaan langsung swab konjungtiva dengan perwarnaan Gram atau Giemsa
2. Pemeriksaan sekret dengan perwarnaan biru metilen pada kasus konjungtivitis gonore

Diagnosis Banding -

Tatalaksana Farmakoterapi 1. Pemberian obat mata topikal :


 Infeksi bakteri: Kloramfenikol tetes sebanyak 1 tetes 6 kali sehari atau salep mata 3 kali sehari
selama 3 hari.

R/Kloramfenikol ED fl No.I
S 1 dd gtt 6 OD/OS

 Alergi: Flumetolon tetes mata dua kali sehari selama 2 minggu.


 Konjungtivitis gonore: Kloramfenikol tetes mata 0,5-1% sebanyak 1 tetes tiap jam.
 Konjungtivitis viral: Salep Acyclovir 3%, 5 kali sehari selama 10 hari.
Edukasi  Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
 Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.
 Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar.

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

BLEFARITIS
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : Gatal pada tepi kelopak mata
 Rasa panas pada tepi kelopak mata
 Merah/hiperemia pada tepi kelopak mata
 Terbentuk sisik yang keras dan krusta terutama di sekitar dasar bulu
mata
 Kerontokan bulu mata (madarosis), putih pada bulu mata (poliosis), dan
trikiasis
 Keluar sekret yang mengering selama tidur, sehingga ketika bangun
kelopak mata sukar dibuka
 Riwayat kelainan kulit, misalnya dermatitis seboroik
 Riwayat higiene personal dan lingkungan yang kurang baik

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC
Pemeriksaan Fisik  Langkah pemeriksaan visus :
o Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan serta meminta
persetujuan
o Meminta pasien berdiri/duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari
optotip snellen
o Meminta pasien untuk menutup salah satu mata (mata hanya
ditutup bukan ditekan)
o Meminta pasien untuk membaca huruf pada Optotip Snellen
mulai dari deretan huruf yang paling bawah sampai deretan
huruf yang dapat dibaca tanpa melakukan kesalahan dan
menentukan nilai visusnya.
o Bila pasien tidak dapat membaca huruf paling atas pada Optotip
Snellen maka dilakukan pemeriksaan hitung jari mulai dari 5
meter didepan pasien kemudian berjalan maju dan menentukan
visusnya.
o Dilakukan pada kedua mata
o Penguji memberikan informasi visus kanan mata 6/6 dan visus
mata kiri 6/60
o Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan visus mata kanan dan
kiri

 Langkah pemeriksaan segmen anterior :


o Pemeriksa berhadapan dengan pasien sejauh kira-kira 1 lengan.
o Pemeriksaan bergantian maka kanan dan kiri secara langsung.
o Memeriksa palpebra dan kiri secara langsung.
o Memeriksa silia dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva bulbi dan meminta penderita melihat
lurus kedepan dan melaporkan hasilnya.
o Amati skleranya dan laporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra inferior dengan meminta
penderita melirik ke atas, kemudian tangan kiri pemeriksa
menekan kulit palpebral inferior penderita kebawah sedangkan
tangan kanan memegang lampu senter dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra superior dengan meminta
penderita melirik kebawah dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, baliklah palpebra sehingga konjungtiva palpebra superior
berada di luar. Kembalikan palpebra ke posisi semula baru
lepaskan tangan kiri dari mata penderita dan melaporkan
hasilnya.
o Memeriksa kornea dengan senter dan melaporkan hasilnya.
o Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi kamera
okuli anterior/bilik mata depan dengan menyinari dari samping.
o Memeriksa iris dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa lensa dan melaporkan hasilnya.

Hasil pemeriksaan mata :

1. Skuama atau krusta pada tepi kelopak.


2. Bulu mata rontok.
3. Dapat ditemukan tukak yang dangkal pada tepi kelopak mata.
4. Dapat terjadi pembengkakan dan merah pada kelopak mata.
5. Dapat terbentuk krusta yang melekat erat pada tepi kelopak mata. Jika
krusta dilepaskan, bisa terjadi perdarahan.

Pemeriksaan Penunjang -

Diagnosis Banding -

Tatalaksana Non-  Membersihkan kelopak mata dengan lidi kapas yang dibasahi air hangat
Medikamentosa  Membersihkan dengan sampo atau sabun
 Kompres hangat selama 5-10 menit
Tatalaksana Medikamentosa  Jika ulkus (+) pada kelopak mata, diberikan salep atau tetes mata
antibiotik hingga gejala menghilang. Dapat diberikan kloramfenikol

Edukasi 1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga bahwa kulit kepala,
alis mata, dan tepi palpebra harus selalu dibersihkan terutama pada
pasien dengan dermatitis seboroik.
2. Memberitahu pasien dan keluarga untuk menjaga higiene personal dan
lingkungan.

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

GLAUKOMA AKUT
Kompetensi 3B
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : Mata merah
 Tajam penglihatan turun mendadak
 Rasa sakit atau nyeri pada mata yang dapat menjalar ke kepala
 Mual dan muntah (pada tekanan bola mata yang sangat tinggi)
 Bilik mata depan yang dangkal

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC
Pemeriksaan Fisik  Langkah pemeriksaan visus :
o Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan serta meminta
persetujuan
o Meminta pasien berdiri/duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari
optotip snellen
o Meminta pasien untuk menutup salah satu mata (mata hanya
ditutup bukan ditekan)
o Meminta pasien untuk membaca huruf pada Optotip Snellen
mulai dari deretan huruf yang paling bawah sampai deretan
huruf yang dapat dibaca tanpa melakukan kesalahan dan
menentukan nilai visusnya.
o Bila pasien tidak dapat membaca huruf paling atas pada Optotip
Snellen maka dilakukan pemeriksaan hitung jari mulai dari 5
meter didepan pasien kemudian berjalan maju dan menentukan
visusnya.
o Dilakukan pada kedua mata
o Penguji memberikan informasi visus kanan mata 6/6 dan visus
mata kiri 6/60
o Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan visus mata kanan dan
kiri

 Langkah pemeriksaan segmen anterior :


o Pemeriksa berhadapan dengan pasien sejauh kira-kira 1 lengan.
o Pemeriksaan bergantian maka kanan dan kiri secara langsung.
o Memeriksa palpebra dan kiri secara langsung.
o Memeriksa silia dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva bulbi dan meminta penderita melihat
lurus kedepan dan melaporkan hasilnya.
o Amati skleranya dan laporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra inferior dengan meminta
penderita melirik ke atas, kemudian tangan kiri pemeriksa
menekan kulit palpebral inferior penderita kebawah sedangkan
tangan kanan memegang lampu senter dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra superior dengan meminta
penderita melirik kebawah dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, baliklah palpebra sehingga konjungtiva palpebra superior
berada di luar. Kembalikan palpebra ke posisi semula baru
lepaskan tangan kiri dari mata penderita dan melaporkan
hasilnya.
o Memeriksa kornea dengan senter dan melaporkan hasilnya.
o Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi kamera
okuli anterior/bilik mata depan dengan menyinari dari samping.
o Memeriksa iris dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa lensa dan melaporkan hasilnya.

Hasil pemeriksaan mata :

1. Visus turun
2. Tekanan intra okular meningkat
3. Konjungtiva bulbi: hiperemia kongesti, kemosis dengan injeksi silier,
injeksi konjungtiva
4. Edema kornea
5. Bilik mata depan dangkal
6. Pupil mid-dilatasi, refleks pupil negatif

Pemeriksaan Penunjang -

Diagnosis Banding 1. Uveitis Anterior


2. Keratitis
3. Ulkus Kornea

Tatalaksana Non-  Pembatasan asupan cairan untuk menjaga agar tekanan intra okular
Medikamentosa tidak semakin meningkat

Tatalaksana Medikamentosa  Asetazolamid HCl 500 mg, dilanjutkan 4 x 250 mg/hari.
 KCl 0.5 gr 3 x/hari.
 Timolol 0.5%, 2 x 1 tetes/hari.
 Tetes mata kombinasi kortikosteroid + antibiotik 4-6 x 1 tetes sehari
 Terapi simptomatik.

Edukasi  Memberitahu keluarga bahwa kondisi mata dengan glaukoma akut


tergolong kedaruratan mata, dimana tekanan intra okuler harus segera
diturunkan

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
 Rujuk ke spesialis mata

GLAUKOMA KRONIK
Kompetensi 3B
Manifestasi Klinis  Usia 40 tahun atau lebih
 Keluhan utama : Mata dapat terasa pegal, kadang-kadang pusing
 Rasa tidak nyaman atau mata cepat lelah
 ada riwayat penyakit mata, trauma, atau pemakaian obat kortikosteroid
 Kehilangan lapang pandang perifer secara bertahap pada kedua mata
 menabrak-nabrak saat berjalan.
 Ada anggota keluarga menderita glaukoma
 Penderita miopia, penyakit kardiovaskular, hipertensi, hipotensi,
vasospasme, diabetes mellitus, dan migrain
 Pada glaukoma sekunder, dapat ditemukan riwayat pemakaian obat
steroid secara rutin, atau riwayat trauma pada mata.
Catatan :

 Peningkatan tekanan intraokular


 Perubahan patologis pada diskus optikus
 Defek lapang pandang yang khas.

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC
Pemeriksaan Fisik  Langkah pemeriksaan visus :
o Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan serta meminta
persetujuan
o Meminta pasien berdiri/duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari
optotip snellen
o Meminta pasien untuk menutup salah satu mata (mata hanya
ditutup bukan ditekan)
o Meminta pasien untuk membaca huruf pada Optotip Snellen
mulai dari deretan huruf yang paling bawah sampai deretan
huruf yang dapat dibaca tanpa melakukan kesalahan dan
menentukan nilai visusnya.
o Bila pasien tidak dapat membaca huruf paling atas pada Optotip
Snellen maka dilakukan pemeriksaan hitung jari mulai dari 5
meter didepan pasien kemudian berjalan maju dan menentukan
visusnya.
o Dilakukan pada kedua mata
o Penguji memberikan informasi visus kanan mata 6/6 dan visus
mata kiri 6/60
o Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan visus mata kanan dan
kiri
 Langkah pemeriksaan segmen anterior :
o Pemeriksa berhadapan dengan pasien sejauh kira-kira 1 lengan.
o Pemeriksaan bergantian maka kanan dan kiri secara langsung.
o Memeriksa palpebra dan kiri secara langsung.
o Memeriksa silia dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva bulbi dan meminta penderita melihat
lurus kedepan dan melaporkan hasilnya.
o Amati skleranya dan laporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra inferior dengan meminta
penderita melirik ke atas, kemudian tangan kiri pemeriksa
menekan kulit palpebral inferior penderita kebawah sedangkan
tangan kanan memegang lampu senter dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra superior dengan meminta
penderita melirik kebawah dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, baliklah palpebra sehingga konjungtiva palpebra superior
berada di luar. Kembalikan palpebra ke posisi semula baru
lepaskan tangan kiri dari mata penderita dan melaporkan
hasilnya.
o Memeriksa kornea dengan senter dan melaporkan hasilnya.
o Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi kamera
okuli anterior/bilik mata depan dengan menyinari dari samping.
o Memeriksa iris dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa lensa dan melaporkan hasilnya.

Hasil pemeriksaan mata :

1. Visus normal atau menurun


2. Lapang pandang menyempit pada tes konfrontasi
3. Tekanan intra okular meningkat
4. Pada funduskopi, rasio cup / disc meningkat (rasio cup / disc normal:
0.3)
Pemeriksaan Penunjang -

Diagnosis Banding 1. Katarak


2. Kelainan refraksi
3. Retinopati diabetes / hipertensi
4. Retinitis pigmentosa

Tatalaksana Medikamentosa  Timolol 0.5%, 2 x 1 tetes/hari.

Edukasi 1. Memberitahu keluarga bahwa kepatuhan pengobatan sangat penting


untuk keberhasilan pengobatan glaukoma.
2. Memberitahu pasien dan keluarga agar pasien dengan riwayat glaukoma
pada keluarga untuk memeriksakan matanya secara teratur.

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
 Rujuk ke spesialis mata
BENDA ASING DI KONJUNGTIVA
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : benda yang masuk ke dalam konjungtiva atau mata
 Nyeri
 Mata merah dan berair,
 Sensasi benda asing,
 Fotofobia.
 Pekerja di bidang industri yang tidak memakai kacamata pelindung,
seperti: pekerja gerinda, pekerja las, pemotong keramik, pekerja yang
terkait dengan bahan-bahan kimia (asam-basa).

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC
Pemeriksaan Fisik  Langkah pemeriksaan visus :
o Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan serta meminta
persetujuan
o Meminta pasien berdiri/duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari
optotip snellen
o Meminta pasien untuk menutup salah satu mata (mata hanya
ditutup bukan ditekan)
o Meminta pasien untuk membaca huruf pada Optotip Snellen
mulai dari deretan huruf yang paling bawah sampai deretan
huruf yang dapat dibaca tanpa melakukan kesalahan dan
menentukan nilai visusnya.
o Bila pasien tidak dapat membaca huruf paling atas pada Optotip
Snellen maka dilakukan pemeriksaan hitung jari mulai dari 5
meter didepan pasien kemudian berjalan maju dan menentukan
visusnya.
o Dilakukan pada kedua mata
o Penguji memberikan informasi visus kanan mata 6/6 dan visus
mata kiri 6/60
o Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan visus mata kanan dan
kiri

 Langkah pemeriksaan segmen anterior :


o Pemeriksa berhadapan dengan pasien sejauh kira-kira 1 lengan.
o Pemeriksaan bergantian maka kanan dan kiri secara langsung.
o Memeriksa palpebra dan kiri secara langsung.
o Memeriksa silia dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva bulbi dan meminta penderita melihat
lurus kedepan dan melaporkan hasilnya.
o Amati skleranya dan laporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra inferior dengan meminta
penderita melirik ke atas, kemudian tangan kiri pemeriksa
menekan kulit palpebral inferior penderita kebawah sedangkan
tangan kanan memegang lampu senter dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa konjungtiva palpebra superior dengan meminta
penderita melirik kebawah dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, baliklah palpebra sehingga konjungtiva palpebra superior
berada di luar. Kembalikan palpebra ke posisi semula baru
lepaskan tangan kiri dari mata penderita dan melaporkan
hasilnya.
o Memeriksa kornea dengan senter dan melaporkan hasilnya.
o Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi kamera
okuli anterior/bilik mata depan dengan menyinari dari samping.
o Memeriksa iris dan melaporkan hasilnya.
o Memeriksa lensa dan melaporkan hasilnya.

Hasil pemeriksaan mata :

1. Visus biasanya normal.


2. Ditemukan injeksi konjungtiva tarsal dan/atau bulbi.
3. Ditemukan benda asing pada konjungtiva tarsal superior dan/atau
inferior dan/atau konjungtiva bulbi.

Pemeriksaan Penunjang -
Diagnosis Banding 1. Konjungtivitis akut

Tatalaksana Non-  Pengangkatan benda asing


Medikamentosa
Berikut adalah cara yang dapat dilakukan:
1. Berikan tetes mata Tetrakain-HCl 2% sebanyak 1-2 tetes pada mata
yang terkena benda asing.
2. Gunakan kaca pembesar (lup) dalam pengangkatan benda asing.
3. Angkat benda asing dengan menggunakan lidi kapas atau jarum suntik
ukuran 23G.
4. Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi.
5. Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan Povidon Iodin pada tempat bekas
benda asing.
Tatalaksana Medikamentosa
1. Kloramfenikol tetes mata, 1 tetes setiap 2 jam selama 2 hari

Edukasi 1. Memberitahu pasien agar tidak menggosok matanya agar tidak


memperberat lesi.
2. Menggunakan alat/kacamata pelindung pada saat bekerja atau
berkendara.
3. Menganjurkan pasien untuk kontrol bila keluhan bertambah
berat setelah dilakukan tindakan, seperti mata bertambah merah,
bengkak, atau disertai dengan penurunan visus.

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
 Rujuk ke spesialis mata

RINITIS ALERGIK
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : Bersin-bersin berulang terutama pagi hari
 Rinore,
 Rasa gatal
 Mata gatal dan banyak air mata
 Tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen
 Pada usia 8-11 tahun serta 20 tahun
 Adanya riwayat atopi.
 Lingkungan dengan kelembaban yang tinggi merupakan faktor risiko untuk
untuk tumbuhnya jamur, sehingga dapat timbul gejala alergis.
 Terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang
tinggi.

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan normal
 Suhu : Normal: 36,5oC - 37,2oC

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan status lokalis:


Mengatur posisi pasien:
Lutut kiri pemeriksa bersinggung dengan lutut kiri pasien atau
lutut kanan pemeriksa bersentuhan dengan lutut kanan pasien
seperti gambar. Jika ingin memeriksa telinga kontralateral,
hanya posisi kepala pasien saja yang diubah.

Memasang lampu kepala :


Lampu kepala ditempatkan di tengah dahi seperti gambar dan diarahkan ke daerah
yang diperiksa.
Memeriksa telinga :
- Inspeksi dan palpasi telinga untuk menilai daerah preaurikula,
aurikula dan retroaurikula.
- Telinga dipegang dengan gentle dan ditarik kea rah belakang atas
atau jika menggunakan corong telinga, corong dipasang dengan cara
yang terlihat pada gambar.

- Telinga dipegang dengan gentle dan ditarik ke arah belakang atas.


Otoskop dipegang seperti memegang pena seperti terlihat pada
gambar. Untuk memeriksa telinga kanan otoskop dipegang dengan
tangan kanan dan sebaliknya..
Pemeriksaan garpu tala :
Dilakukan dengan garpu tala 512 Hz atau 1024 Hz.
o Rinne : membandingkan hantaran udara dengan tulang. Garpu
tala digetarkan dan diletakkan di mastoid pasien. Setelah suara
menghilang, garpu tala dipindahkan ke depan lubang telinga
pasien.
o Weber : membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga.
Garpu tala digetarkan dan diletakkan pada bagian medial (vertex
atau kening). Kemudian dinilai telinga yang mendengar lebih
keras.
o Schwabach : membandingkan hantaran tulang pasien dan
pemeriksa. Garpu tala digetarkan pada mastoid pemeriksa.
Kemudian dilakukan sebaliknya (dari pemeriksa kepada
penderita).

Memeriksa hidung :
Setelah dilakukan inspeksi dan palpasi, dilakukan pemeriksaan rinoskopi anterior
dengan menggunakan spekulum hidung. Spekulum dipegang dengan tangan yang
tidak dominan. Spekulum dimasukkan dalam keadaan tertutup dan dikeluarkan
setengah terbuka seperti gambar.
Memeriksa mulut dan tenggorokan :
Spatula dipegang untuk menekan lidah seperti gambar.

1. Perhatikan adanya allergic salute, yaitu gerakan pasien menggosok hidung


dengan tangannya karena gatal.
2. Wajah:
a. Allergic shiners yaitu dark circles di sekitar mata dan berhubungan
dengan vasodilatasi atau obstruksi hidung.
b. Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui
setengah bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung
keatas dengan tangan.
c. Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi,
sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi
(facies adenoid).
3. Faring: dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone
appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti
gambaran peta (geographic tongue).
4. Rinoskopi anterior:

a. Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau kebiruan (livide), disertai adanya
sekret encer, tipis dan banyak. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan
dengan sinusitis.
b. Pada rinitis alergi kronis atau penyakit granulomatous, dapat terlihat adanya
deviasi atau perforasi septum.
c. Pada rongga hidung dapat ditemukan massa seperti polip dan tumor, atau
dapat juga ditemukan pembesaran konka inferior yang dapat berupa edema
atau hipertropik. Dengan dekongestan topikal, polip dan hipertrofi konka
tidak akan menyusut, sedangkan edema konka akan menyusut.

5. Pada kulit kemungkinan terdapat tanda dermatitis atopi.

Pemeriksaan Penunjang 1. Hitung eosinofil dalam darah tepi dan sekret hidung.
2. Pemeriksaan Ig E total serum
3. Uji kulit atau Prick Test, digunakan untuk menentukan alergen penyebab
rinitis alergi pada pasien.
4. Pemeriksaan radiologi dengan foto sinus paranasal.

Diagnosis Banding  Rinitis vasomotor


 Rinitis akut

Tatalaksana Non- 1. Menghindari alergen spesifik


Medikamentosa 2. Pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani telah diketahui berkhasiat
dalam menurunkan gejala alergis.

Tatalaksana Medikamentosa
1. Terapi topikal dapat dengan dekongestan hidung topikal melalui
semprot hidung.

Oxymetazolin atau xylometazolin, namun hanya bila hidung sangat


tersumbat (< 2 minggu)

2. Preparat kortikosteroid topikal:

Beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason furoat


dan triamsinolon.

3. Preparat antikolinergik topikal

Ipatropium bromide

4. Terapi oral sistemik

a. Antihistamin

Cetrizine

b. Dekongestan oral: pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin.

Edukasi 1. Menyingkirkan faktor penyebab yang dicurigai (alergen).


2. Menghindari suhu ekstrim panas maupun ekstrim dingin.
3. Selalu menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani. Hal ini dapat menurunkan
gejala alergi.

Professional  Informed consent


 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
VERUKA VULGARIS
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : Adanya kutil pada kulit dan mukosa.
 Kontak langsung dengan agen penyebab
 Biasanya terjadi pada anak-anak dan orang dewasa sehat.
 Pekerjaan yang berhubungan dengan daging mentah.
 Imunodefisiensi.

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan : 18 x/menit
 Suhu : NORMAL
Pemeriksaan Fisik

Interpretasi :
- Papul berwarna kulit sampai keabuan dengan permukaan verukosa.
- Dijumpai pada kulit, mukosa dan kuku.
- Permukaannya rata, disebut dengan veruka Plana. Dengan goresan dapat
timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena Koebner).

Catatan :
- Jika ada lup gunakan lup untuk melihat ruam
- Jika ada senter, maka gunakan senter untuk melihat ruam
Pemeriksaan Penunjang -
Diagnosis Banding  Kalus
 Komedo
 Liken planus
 Kondiloma akuminatum
 Karsinoma sel skuamosa

Tatalaksana Farmakoterapi 1. Pengobatan topikal dilakukan dengan pemberian bahan kaustik

- AgNO3 25%
- Asam salisilat 20% - 40%.

Tatalaksana Nonfarmakoterapi

Menjaga kebersihan kulit


Edukasi Penyakit ini sering residif, sehingga harus pengobatan yang adekuat
Professional Informed consent
Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

PEDIKULOSIS KAPITIS
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : gatal di kepala
 Anak-anak usia muda
 Tinggal di asrama atau panti asuhan.
 Kondisi higiene yang tidak baik, misalnya jarang membersihkan rambut
atau rambut yang relatif susah dibersihkan (rambut yang sangat panjang
pada wanita).
 Kontak fisik erat dengan kepala penderita, seperti tidur bersama.
 Kontak melalui fomite yang terinfestasi, misalnya pemakaian bersama
aksesori kepala, sisir, dan bantal juga dapat menyebabkan kutu menular.
Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal
 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan : 18 x/menit
 Suhu : NORMAL
Pemeriksaan Fisik Hasil Pemeriksaan :

- Lesi kulit terjadi karena bekas garukan, yaitu bentuk erosi dan
ekskoriasi.
- Bila terdapat infeksi sekunder oleh bakteri, maka timbul pus dan
krusta yang menyebabkan rambut bergumpal, disertai dengan
pembesaran kelenjar getah bening regional.
- Ditemukan telur dan kutu yang hidup pada kulit kepala dan
rambut.

Pemeriksaan Penunjang -
Diagnosis Banding  Tinea kapitis
 Impetigo krustosa (pioderma)
 Dermatitis seboroik

Tatalaksana Farmakoterapi 1. Malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau spray, dibiarkan 1
malam.
2. Permetrin 1% dalam bentuk cream rinse, dibiarkan selama 2 jam
3. Gameksan 1%, dibiarkan selama 12 jam.

Cara penggunaan: rambut dicuci dengan shampo, kemudian dioleskan


losio/krim dan ditutup dengan kain. Setelah menunggu sesuai waktu yang
ditentukan, rambut dicuci kembali lalu disisir dengan sisir serit.

Tatalaksana Nonfarmakoterapi - Rambut pasien dipotong sependek mungkin, kemudian disisir


dengan menggunakan sisir serit, menjaga kebersihan kulit kepala
dan menghindari kontak erat dengan kepala penderita.
Edukasi - Menghindari pemakaian alat-alat tersebut bersama-sama.

Professional Informed consent


Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

PITIRIASIS VERSIKOLOR
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : bercak putih pada kulit
 Keluhan tambahan : gatal ringan muncul terutama saat berkeringat,
 Sering dijumpai pada dewasa muda (kelenjar sebasea lebih aktif
bekerja).
 Cuaca yang panas dan lembab.
 Tubuh yang berkeringat.
 Imunodefisiensi
 Kebiasaan : memakai pakaian tertutup

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan : 18 x/menit
 Suhu : NORMAL
Pemeriksaan Fisik Hasil Pemeriksaan :

- Lesi berupa makula hipopigmentasi atau berwarna-warni


- Berskuama halus, berbentuk bulat atau tidak beraturan
- Batas tegas atau tidak tegas.
- Skuama tipis seperti sisik dan kadangkala hanya dapat tampak
dengan menggores kulit (finger nail sign).
- Predileksi di bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak,
lipat paha, muka dan kepala.
- Ditemukan pada daerah yang tertutup pakaian dan bersifat
lembab.

Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan lampu Wood (fluoresensi) = kuning keemasan pada lesi
yang bersisik.
2. Pemeriksaan mikroskopis sediaan kerokan skuama lesi dengan KOH.

Hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok (spaghetti


and meatball appearance).

Diagnosis Banding  Vitiligo


 Dermatitis seboroik
 Pitiriasis alba
 Morbus Hansen
 Eritrasma

Tatalaksana Farmakoterapi 1. Pengobatan topikal


a. Suspensi selenium sulfida 1,8%, dalam bentuk shampo
2-3 kali seminggu.
b. Derivat azol topikal, antara lain mikonazol dan
klotrimazol.
2. Pengobatan sistemik diberikan apabila penyakit ini terdapat pada daerah
yang luas atau jika penggunaan obat topikal tidak berhasil. Obat
tersebut, yaitu:
a. R/ Ketokonazol mg 200 tab No. I

S 1 dd tab I
Edukasi - Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan
konsisten, karena angka kekambuhan tinggi (± 50% pasien).
- Infeksi jamur dibunuh dengan cepat tetapi membutuhkan waktu
berbulan- bulan untuk mengembalikan pigmentasi ke normal.
- Pakaian tidak lembab dan tidak berbagi dengan orang lain untuk
penggunaan barang pribadi.

Professional Informed consent


Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
ERISIPELAS
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : Lesi gatal pada kulit
 Keluhan tambahan : Demam dan malaise sebelum terjadinya lesi pada
kulit.
 Rasa terbakar
 Nyeri
 Bengkak
 Didahului riwayat trauma atau riwayat faringitis.
 Gangguan saluran limfatik

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan : 18 x/menit
 Suhu : NORMAL
Pemeriksaan Fisik Lokasi : kaki, tangan dan wajah
Efloresensi :

- Eritema yang berwarna merah cerah


- Berbatas tegas,
- Pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut.
- Edema, vesikel dan bula.

Pemeriksaan Penunjang - Darah lengkap/rutin = Leukositosis

Diagnosis Banding  Selulitis


 Urtikaria

Tatalaksana Non- 1. Istirahat


Farmakoterapi 2. Tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan

Tatalaksana Farmakoterapi Pengobatan sistemik :

1. Analgetik antipiretik
2. Antibiotik :

1. Penisilin 0,6 – 1,5 mega unit 5-10 hari


2. Sefalosporin 4 x 400 mg selama 5 hari

Edukasi - Bagi penderita diabetes, tetap mengontrol gula darah


- Menjaga kebersihan badan

Professional Informed consent


Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

ERISIPELAS
Kompetensi 4A
Manifestasi Klinis  Keluhan utama : Lesi gatal pada kulit
 Keluhan tambahan : Demam dan malaise sebelum terjadinya lesi pada
kulit.
 Rasa terbakar
 Nyeri
 Bengkak
 Didahului riwayat trauma atau riwayat faringitis.
 Gangguan saluran limfatik

Pemeriksaan Vital Sign  Tekanan darah normal


 Nadi normal
 Frekuensi pernafasan : 18 x/menit
 Suhu : NORMAL
Pemeriksaan Fisik Lokasi : kaki, tangan dan wajah
Efloresensi :

- Eritema yang berwarna merah cerah


- Berbatas tegas,
- Pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut.
- Edema, vesikel dan bula.

Pemeriksaan Penunjang - Darah lengkap/rutin = Leukositosis

Diagnosis Banding  Selulitis


 Urtikaria

Tatalaksana Non- 3. Istirahat


Farmakoterapi 4. Tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan

Tatalaksana Farmakoterapi Pengobatan sistemik :

3. Analgetik antipiretik
4. Antibiotik :
3. Penisilin 0,6 – 1,5 mega unit 5-10 hari
4. Sefalosporin 4 x 400 mg selama 5 hari

Edukasi - Bagi penderita diabetes, tetap mengontrol gula darah


- Menjaga kebersihan badan

Professional Informed consent


Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai