Anda di halaman 1dari 17

MODEL SUPERVISI KONVESIONAL

(Studi Kasus Pengawas Kementerian Agama Kabupaten Kendal


Provinsi Jawa Tengah)

MINI RISET

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Supervisi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. H. Ikhrom, M.Ag

oleh :

Muhasir
Nim : 1703038021

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
A. PENDAHULUAN

Suatu aktifitas seperti bimbingan dan pembinaan yang direncanakan


untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif itu adalah supervisi. Bila di kembangkan lebih
lanjut, sasaran pada supervisi itu adalah terhadap guru, guru sangat memegang
peranan dan tanggung jawab yang penting dalam pelaksanaan program
pembelajaran di sekolah/madrasah, kinerja maksimal butuh supervisi.

Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang


berhubungan dengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik
berupa aspek akademis, bukan masalah fisik material semata. Ketika supervisi
dihadapkan pada kinerja dan pengawasan mutu pendidikan oleh pengawas satuan
pendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala
sekolah. Hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah
dalam mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan dan memfasilitasi kepala
sekolah agar dapat melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektif dan
efisien.

Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh


pengawas satuan pendidikan antara lain kegiatannya untuk melakukan suatu
pengamatan secara intensif terhadap kegiatan utama dalam sebuah organisasi dan
kelembagaan pendidikan dan kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed
back, sebagaimana diadaptasi dari Razik.1 Hal ini sejalan pula dengan adaptasi
dari L. Drake yang menyebutkan bahwa supervisi adalah sebagai suatu
peristilahan yang sophisticated, sebab memiliki arti yang luas, yakni identik
dengan proses manajemen, administrasi, evaluasi dan akuntabilitas atau berbagai
aktivitas serta kreatifitas yang berhubungan dengan pengelolaan kelembagaan
pada lingkungan kelembagaan setingkat sekolah.2

Supervisi harus dilakukan secara sistematis, terprogram, dan berkelanjutan


sehingga kesulitan guru teratasi dan tujuan pembelajaran akan tercapai secara

1
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000), 16-17.
2
M.Amin Thaib BR, & Ahmad Robie, Standar Supervisi Pendidikan Pada MTs, (Jakarta:
Depag RI, 2005), Cet. I, 3-4.

1
optimal, menghasilkan para pendidik memiliki kemampuan mendidik yang
kreatif, aktif, efektif dan inovatif.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Siapa yang menjadi sasaran dalam supervisi Konvesional ?


2. Bagaimana ruang lingkup dari supervisi Konvesional ?
3. Bagaimanakah model Supervisi Konvensional?

C. TUJUAN MINI RISET

1. Mengetahui sasaran dalam supervisi Konvesional.


2. Mengetahui ruang lingkup dari supervisi Konvesional.
3. Mengetahui model supervisi konvensional.

D. MANFAAT MINI RISET

1. Guna menambah wawasan dan pengetahuan mengenai supervisi


pendidikan.
2. Dapat bermanfaat dan memberikan informasi tentang bagaimana proses
penanganan dan penyelesaian masalah mengenai pendidikan sekarang ini.

E. LOKASI DAN WAKTU MINI RISET

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung di Ruangan Pokjawas Kementerian Agama


Kabupaten Kendal.
2. Waktu Penelitian

Waktu yang dilaksanakan penelti dalam penelitian ini di mulai pada


tanggal 13 April 2018 s/d 14 April 2018, waktu ini peneliti memanfaatkan
untuk menggali data semaksimal mungkin sehingga cukup untuk
menghimpun data dari sumber yang dibutuhkan untuk menjawab
permasalahan penelitian ini.

2
F. KERANGKA TEORI

1. Pengertian Supervisi Pendidikan

Dari segi etimologi, supervisi diambil dari kata super artinya


mempunyai kelebihan tertentu seperti kelebihan dalam kedudukan,
pangkat dan kualitas, sedangkan visi artinya melihat atau mengawasi.
Sedangkan dalam arti terminologi, ada beberapa definisi yang akhirnya
dari beberapa definisi itu dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan
adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaannya
secara aktif.

Supervisi pendidikan ditujukan kepada usaha memperbaiki


situasi belajar mengajar. Yang dimaksud dengan situasi belajar mengajar
adalah situasi di mana terjadi proses interaksi antara guru dan murid
dalam usaha mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Dalam
kegiatan pembelajaran sangat sukar menentukan mana yang benar dalam
praktek mengajar karena mengajar adalah seni. mengajar dalam
pekerjaan disekolah bukan pekerjaan yang mudah, sehingga kepala
sekolah dalam demonstrasi pembelajaran tidak perlu mengakui
kelemahan dan perlu mencarikan ahli yang dapat memberikan gambaran
tentang pembelajaran yang baik.3

Sebetulnya apabila dicermati secara rinci, kegiatan supervisi


yang sesuai dengan sasarannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
supervisi akademik, supervisi ini lebih menitikberatkan pengamatan pada
masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru unuk membantu siswa ketika
sedang dalam proses belajar mengajar. Dan yang kedua adalah supervisi
administrasi, yang lebih menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek
administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya

3
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2007), 76.

3
pembelajaran.4 Di samping dua macam supervisi yang disebut dengan
objeknya atau sasarannya, ada lagi supervisi yang lebih luas yaitu
supervisi lembaga dan akreditasi. Yang membedakan antara kedua hal
tersebut adalah pelaku dan waktu dilaksanakannya. Supervisi lembaga
dilakukan oleh orang yang ada di dalam lembaga yaitu kepala sekolah
dan dari luar lembaga yaitu pengawas secara terus menerus, sedangkan
supervisi akreditasi dilakukan oleh tim dari luar hanya dalam waktu-
waktu tertentu. Tujuannya sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga
baik parsial maupun keseluruhan. Dengan kata lain yang menjadi sasaran
atau objek supervisi akademik, supervisi administrasi, supervisi lembaga,
dan supervisi akreditasi adalah sama yaitu meningkatkan kualitas
lembaga, tetapi lingkup dan harapan tentang kualitasnya berbeda. Hal
yang sama yang di jelaskan oleh Carl D Glickman, The supervisor and
teacher have actively negotiated the plan for action, ini menyebutkan
bahwa Pengawas dan guru telah secara aktif menegosiasikan rencana
untuk bertindak dalam sutau kegiatan supervisi.5

2. Tujuan dan ruang lingkup Supervisi Pendidikan

a. Tujuan

1) Tujuan umum supervisi pendidikan di sekolah

Tujuan umum supervisi pendidikan adalah bagian yang


tidak terpisahkan dari tujuan umum pendidikan, yaitu
kedewasaan.6 Suatu proses supervisi diharuskan membantu
guru agar dapat membantu anak mencapai kedewasaan,
yaitu membuat anak didik sanggup mengambil keputusan
sendiri dan bertanggung jawab sendiri.7 Seorang guru harus

4
M. Ngalim Purwanto, Administrasi.. 78.
5
Carl D Glicklman, Developmental Supervision : Alternative Practices for Helping
Teacher Improve Intruction, (Alexandri, Virginia : ASCD, 1981),30.
6
Arikunto Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
(Jakarta: P2LPTK, Ditjen Dikti, Depdikbud.1988), 152.
7
Ahmad Azhari, Teknik-teknik Supervisi, (Jakarta : Rian Putra, 2004), 5-7.

4
dibantu untuk dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas
yang baik bagi murid, sehingga murid dapat berbuat sendiri dan
berani bertanggung jawab atas perbuatannya. Kepala sekolah
harus berusaha membuat guru dapat menciptakan situasi dan
kondisi itu, yaitu dengan supervisi.
Tujuan supervisi pendidikan, harus tidak terlepas dari arah
tujuan pendidikan nasional. Seorang supervisor harus dapat
membantu guru agar dapat menciptakan situasi belajar
mengajar yang mengarah kepada tercapainya tujuan nasional,
yaitu: Pendidikan nasional menurut UU 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3, berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.8
Visi dan misi pendidikan nasional telah menjadi rumusan
dan dituangkan pada bagian “penjelasan” atas UU 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Visi dan misi pendidikan
nasional ini adalah merupakan bagian dari strategi pembaruan
sistem pendidikan, yaitu terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.9

8
Arikunto Suharsimi, Organisasi,, 155.
9
Tim Penyusun Ditjen Baga Islam, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama,
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam (Jakarta : Ditjen, 2003),
22-26.

5
2) Tujuan khusus supervisi pendidikan di sekolah/madrasah

Tujuan khusus (operasional) supervisi pendidikan yang


ingin dicapai melalui kegiatan nyata supervisi, adalah :10
i. Membantu guru agar lebih mengerti/menyadari tujuan –
tujuan pendidikan di sekolah dalam usaha mencapai
tujuan pendidikan itu.
Kenyataan di lapangan, adalah masih banyaknya
guru yang terpaku pada tugas rutin, yaitu mengajar dari
jam ke jam dan dari kelas ke kelas lain, tanpa sadar bahwa
apa yang dilakukannya adalah bagian dari tujuan yang
besar, di mana mata pelajaran hanya sebagai alat.
Banyak guru yang hanya mengutamakan menyelesaikan
tugas dengan tujuan-tujuan jangka pendek, padahal jauh
di depannya ada tujuan yang lebih utama, yaitu
pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya, apakah guru
tahu apa tujuan pengajaran tata bahasa bagi hidup anak?
ii. Membantu guru agar mereka lebih menyadari dan
mengerti kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi
siswanya.
Sistem klasikal memang mempunyai kelemahan,
namun itu bukanlah hambatan atau alasan guru tidak bisa
berbuat banyak bagi siswanya. Misalnya,
menyamaratakan kemampuan siswa di satu kelas,
mengabaikan hambatan-hambatan yang bersifat pribadi.
Anak pada usia sekolah, terutama di Indonesia banyak
menghadapi masalah, baik yang bersumber dari dirinya
maupun dari keluarga dan lingkungannya, karena itu
mereka perlu diperhatikan secara khusus, sebab kalau
tidak demikian guru bias menganggap siswa bodoh,
padahal bukan itu masalahnya.

10
Ibrahim Bafadal, Peningkatan,, 80-81.

6
iii. Membantu guru mengadakan diagnosa secara kritis, dan
kesulitan-kesulitan mengajar dan belajar murid serta
menolong mereka merencanakan perbaikan.
Tujuan ini akan terwujud terutama apabila poin
(ii) di atas tercapai dengan baik. Artinya apabila guru
telah menemukan pokok persoalan, apakah itu datang
dari dirinya sendiri atau dari murid, dan kalau guru
sudah menemukan pokok persoalannya ia harus dapat
secara tepat merencanakan perbaikan pengajaran
remedial teaching.11

b. Ruang Lingkup

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa materi supervisi


pendidikan telah mulai diperkenalkan mata kuliah Dasar-Dasar
Administrasi Pendidikan, yang menunjukkan bahwa materi supervisi
tidak terlepas dari Administrasi Pendidikan pada umumnya. Rifai
mengatakan, bahwa di mana ada administrasi harus ada supervisi,
dan jika ada supervisi tentu ada suatu yang dilaksanakan, ada
administrasi sesuatu.12

Dengan demikian, kedudukan supervisi pendidikan sama


pentingnya dengan administrasi pendidikan, namun secara hirarkis
supervisi merupakan salah satu fase atau tahap dari administrasi.
Kisbiyanto menegaskan, bahwa supervisi merupakan bagian atau
aspek dari administrasi.13 Khususnya yang mengenai usaha
peningkatan guru sampai kepada taraf penampilan tertentu. Ibrahim
menjelaskan bahwa secara teoritis yang menjadi objek supervisi ada
dua aspek, yaitu:14

11
Ibrahim Bafadal, Peningkatan,, 80-81.
12
Rifai, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), 56.
13
Kisbiyanto, Supervisi Pendidikan, (Kudus: STAIN Kudus, 2008), 12-13.
14
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah dasar dalam Kerangka
Manajemen peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Akasara, 2004), 65-67.

7
1) Aspek manusianya, seperti sikap terhadap tugas, disiplin kerja,
moral kerja, kejujuran, ketaatan terhadap peraturan organisasi,
kerajinan, kecakapan kerja, kemampuan dalam bekerja sama,
watak;
2) Aspek kegiatannya, seperti cara bekerja kerja (cara mengajar),
metoda pendekatan terhadap siswa, efisiensi kerja, dan hasil
kerja.
Pendapat Sarwoto ini secara jelas membedakan apa yang menjadi objek
pengawasan (controlling) dan supervisi (supervision).

3. Jenis-jenis Pengawasan

Pengawasan pendidikan agama yang telah diberi tugas tanggung


jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenag untuk
melakukan pengawaswan dengan melaksanakan penilaian dan
pembuinaan dari segi teknois pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah/madrasah, dasar dan menengah. Oleh sebab itu
dalam bagian ini dikemukakan beberapa jenis pengawasan yaitu :15
a. Pengawasan Melekat (Waskat)
Pengawasan salah satu kegiatan administrasi dan manajemen yang di
lakukan oleh pemimpin satuan kerja dari berbagai level untuk
mencegah terjadinya penyimpangan.
b. Pengawasan Fungsional (Wasnal)
Pengawas yang dilakukan oleh aparat yang di adakan khusus untuk
membantu pimpinan dalam menjalankan fungsi pengawasan di
lingkungan organisasi yang menjadi tanggung jawab.
c. Pengawasan Eksternal
Pengawas daru luar, subjek pengawasan yaitu si pengawas berada di
luar susunan organisasi objek yang diawasi.
d. Pengawasan Internal
Ini kebalikan dari pengawas ekternal.

15
Tim Penyusun Ditjen Baga Islam, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama,
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam (Jakarta : Ditjen, 2003),
22-26.

8
e. Pengawasan Langsung
Pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi dan melakukan
pemeriksaan ditempat terhadap objek yang di awasi.
f. Pengawasan Tidak Langsung
Merupakan kebalikan dari pengawasan langsung.
g. Pengawasan Formal
Pengawasan yang dilakukan oleh instansi/pejabat yang berwenang
(secara formal) untuk melakukan pengawasan, baik yang bersifat
internal maupun ekternal.
h. Pengawasan Informal
Pengawas yang dilakukan oleh masyarakat, baik langsung maupun
tidak langsung.

G. METODE PELAKSANAAN MINI RISET

Metode pelaksanaan mini riset ini disusun sebagai alat bantu untuk
melakukan observasi dalam ruangan dan lapangan, memaparkan apa saja
yang sedang diteliti, dengan apa atau cara bagaimana data hendak dicapai,
dan jenis penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah penelitian yang
dilakukan secara langsung di lapangan yang berkarakter deskriptif kualitatif.
Pendekatan kualitatif yang dilakukan adalah memahami kondisi lapangan
pada saat pengawas melakukan supervisi terhadap guru-guru madrasah serta
praktek proses pembinaan dan model supervisi yang digunakan. Setelah itu
peneliti mengumpulkan sebanyak mungkin fakta mendalam di lapangan yang
sedang terjadinya gejala-gejala atau peristiwa memperoleh data yang
diperlukan.

H. PEMBAHASAN

1. Sasaran Dalam Supervisi Konvesional

Sasaran dalam kegiatan supervisi ialah Kepala Sekolah, Wakil


Kurikulum, Wakil Sarpras, dan Guru, sasaran ini memberikan bentuk
tanggung jawab, pembinaan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan
supervisi adalah memberikan layanan, arahan, dan bantuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas

9
yang pada gilirannya agar dapat meningkatkan kualitas belajar terhadap
siswa.

Secara umum, bentuk pelayanan yang di maksud adalah metode


pembinaan, metode ini agar guru atau seorang supervisi pendidikan
bertujuan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi
belajar mengajar yang lebih baik, melalui usaha peningkatan profesional
mengajar, menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam
bidang masng-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan
pembinaan dalam rangka meningkatan kualitas pendidikan.16 Dalam
rumusan yang lebih rinci, Djajadisastra mengemukakan bahwa sasaran dan
tujuan dalam supervisi pembinaan guru atau supervisi sebagai berikut :
1) Guru dan Siswa untuk memperbaiki tujuan mengajar dan belajar
2) Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar
3) Memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar
megajar
4) Memperbaiki penilaian atas media
5) Memperbaiki penilaian proses belajar dan hasilnya
6) Memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya
7) Memperbaiki sikap guru atas tugasnya17

Dalam buku Pedoman Supervisi PGAN sebagai acuan atau


landasan pelaksanaan supervisi Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN)
menyebutkan bahwa tujuan supervisi ialah mengembangkan situasi
belajar-mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan
profesi.18 Situasi belajar yang lebih baik dapat dicapai melalui pembinaan/
peningkatan kemampuan guru dalam proses penyusunan program
pengajaran, penyampain bahan pelajaran dengan sistem tertentu kepada
siswa. Hal ini dengan jelas tercantum dalam Undang-undang tentang

16
Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Depag RI, (Jakarta :
Depag RI, 2003),12.
17
Darmanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta1998), 178-179.
18
Tim Pengawas PAI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta : Depag RI, 2003), 47-48.

10
pendidikan dan pengajaran No. 12 tahun 1945 Bab XVI pasal 27 yang
berbunyi : “Pengawas pendidikan dan pengajaran berarti memberi
pimpinan kepada para guru untuk mencapai kesempurnaan
pekerjaannya”.19
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut sangatlah jelas, bahwa supervisi
pendidikan bertujuan sebagai berikut :
 Memperbaiki proses belajar mengajar dalam menciptakan situasi
belajar yang lebih baik
 Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui pembinaan profesional
 Sasaran pembinaan tersebut adalah guru, atau orang lain yang terkait
 Secara jangka panjang maksud tersebut adalah memberikan kontribusi
bagi pencapaian tujuan pendidikan
Bila dikembangkan lebih detail, maka tujuan supervisi pendidikan adalam
membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pendidikan
terhadap kualitas pengajaran.

2. Ruang Lingkup Supervisi Konvesional

Ruang lingkup Supervisi adalah wilayah, daerah atau tepatnya yang


menjadi objek untuk disupervisi. Ruang lingkup supervisi di sekolah
meliputi berbagai aspek kehidupan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan proses belajar mengajar, sebagai implementasi kurikulum
yang berlaku. Carl D Glickman menjelaskan bahwa the scope for
understanding instructional supervision is therefore reduced to the theory
and findings about, human learning,20 artinya ruang lingkup untuk
memahami supervisi instruksional itu direduksi menjadi teori dan temuan
tentang, pembelajaran oleh para pendidik itu sendiri, sehingga banyak
juga jenis program supervisi yang masih sangat memeliki ruang lingkup
lainnya, Jadi program supervisi meliputi penelitian dan pembinaan tentang
unsur-unsur pokok yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya unsur
pokok yang dimaksud adalah personal, material dan operasional, oleh

19
Ahmad Azhari, Supervisi Rencana Program Pembelajaran, (Ciputat : Rian Putra, ,
2003), 18.
20
Carl D Gliclman, Developmental Supervision :, 3.

11
sebab itu ruang supervisi pendidikan pun mencakup ketiga unsur tersebut
yang bila dijabarkan sebagai berikut:

a. Unsur Personal
Lingkup pertama dalam supervisi pendidikan adalah para personal
dalam sekolah yang disupervisi, para personal yang dimaksud adalah
Kepala Sekolah, pegawai tata usaha, guru, siswa.

b. Unsur Material
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap material dan sarana
fisik lainnya :
1) Ketersediaan ruangan untuk perpustakaan, labolaturium, ruang
praktek ibadah, aula dan lain-lain
2) Pengelolaan dan perawatan terhadap fasilitas tersebut
3) Pemanfaatan buku-buku teks pokok dan buku-buku penunjang
4) Pemanfaatan dan perawatan alat-alat kesenian dan sebagainya

c. Unsur Operasional
Hal-hal yang perlu disupervisi dari unsur operasional adalah masalah
yang berkaitan dengan kurikulum, yang bertujuan untuk
meningkatkan proses pengajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Oleh sebab itu aspek pembinaan mencakup proses belajar mengajar
termasuk penilaian hasil belajar, bimbingan dan penyuluhan,
administrasi guru dan pembinaan kompetensi profesional guru itu
sendiri.

3. Model Supervisi Konvensional

Perilaku supervisi model konvensional ialah mengadakan inspeksi


untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang
bersifat memata-matai, perilaku tersebut oleh Olive P.F disebut
snoopervision (memata-matai) atau sering disebut supervisi korektif.21
Guru yang banyak kesalahan mendapat kondite buruk dan sebaliknya yang

21
Piter.F.Oliva, Supervision for Todays School. (New York : Company. 1984), 78.

12
patuh mendapat kondite bagus dan dicalonkan menduduki pangkat yang
lebih tinggi. Suasana antara staf yang dibina (dalam hal ini guru) dibawah
pimpinan dikdatoris, tertekan dan tegang tanpa ada kegembiraan sama
sekali.22
Praktek pembinaan yang dilakukan pembina adalah lebih banyak
memberikan penilikan/inspeksi kepada guru-guru yang menjadi
tanggungjawabnya sebagai kontrol atas pengajaran dari pada langkah-
langkah pembinaan secara profesional/ akademik.23

I. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa model supervisi
konvesional mengandung arti yang luas dan demokratis seperti halnya
bahwa model supervi konvesional ialah mengadakan inspeksi untuk
mencari kesalahan dan menemukan kesalahan serta kadang-kadang
bersifat memata-matai, prilaku seperti ini yang istilahkan snoopervision
(memata-matai). Dalam pekerjaan supervisor sudah banyak model yang
yang digunakan, sistem metode dengan menggunakan paradigma baru
yang tidak hanya melihat kinerja kepala sekolah, wakil kepala sekolah
atau wakil pada bidang kurikulum ataupun sarpras, guru dan pegawai
sekolah saja akan tetapi juga mencari jalan keluar apabila terjadi
permasalahan. Para supevisor berkewajiban memberi bimbingan,
pembinaan dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan, hubungan antara
pengawas dengan yang diawasi lebih bersifat kemitraan, hubungan
komunikasi pun tidak lagi one way traffic tetapi menjadi two way traffic.

b. Saran
Potensi sumber daya guru itu perlu terus-menerus bertumbuh dan
berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional. Selain
itu, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk

22
M. Darmanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarata : Rineka Cipta, 1998, hlm. 188
23
Suharsimi Arikunto, Organisasi Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
(Jakarata : Grafindo Persada, 1993), 181.

13
terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Itulah sebabnya
ulasan mengenai perlunya supervisi pendidikan, baik dari segi definisi,
visi dan misi, orientasi dan strategi, langkah-langkah pembinaan
kemampuan guru, teknik dan metode, serta model dan pendekatan dalam
supervisi pendidikan.

J. DAFTAR PUSTAKA

Azhari , Ahmad, Supervisi Rencana Program Pembelajaran, Ciputat : Rian


Putra, 2003.

Azhari, Ahmad, Teknik-teknik Supervisi, Jakarta : Rian Putra, 2004.

Bafadal, Ibrahim, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah dasar dalam


Kerangka Manajemen peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,
Jakarta: Bumi Akasara, 2004.

Darmanto ,M, Administrasi Pendidikan, Jakarata : Rineka Cipta, 1998.

Glicklman, Carl D, Developmental Supervision : Alternative Practices for


Helping Teacher Improve Intruction, Alexandri, Virginia : ASCD,
1981.

Kisbiyanto, Supervisi Pendidikan, Kudus: STAIN Kudus, 2008.

Oliva , Piter. F, Supervision for Todays School, New York : Company. 1984.

Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Depag RI,


Jakarta : Depag RI, 2003.

Purwanto , M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung :


Remaja Rosdakarya, 2007.

Rifai, Administrasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2008.

Sahertian , Piet A., Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : Rineka
Cipta, 2000.

Suharsimi, Arikunto, Organisasi Administrasi Pendidikan Teknologi dan


Kejuruan, Jakarata : Grafindo Persada, 1993.

14
Thaib BR , M. Amin, & Ahmad Robie, Standar Supervisi Pendidikan Pada
MTs, Jakarta: Depag RI, 2005.

Tim Penyusun Ditjen Baga Islam, Pedoman Pelaksanaan Supervisi


Pendidikan Agama, Departemen Agama RI Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam , Jakarta : Ditjen, 2003.

Tim Pengawas PAI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi


Pendidikan, Jakarta : Depag RI, 2003.

15
16

Anda mungkin juga menyukai