Anda di halaman 1dari 2

Perbedaan antara Autisme, Hiperaktiv, dan Retardasi Mental

Anak yang menderita autis biasanya lebih suka bermain sendirian dan mengalami kesulitan
untuk berinteraksi dengan anak-anak lainnya dan orang dewasa. Anak autis biasanya jarang
melakukan kontak mata saat berbicara dan sering melakukan gerakan yang sama secara
berulang-ulang. Perubahan apapun pada lingkungan sekitarnya cenderung membuat anak
merasa terganggu. Sebagian besar anak autis memiliki IQ normal dan beberapa anak lain
bahkan memiliki IQ yang tinggi. Anak autis kurang dapat menunjukkan emosinya dan sulit
membangun suatu hubungan atau kedekatan dengan orang lain. Baik anak autis maupun anak
penderita retardasi mental menyukai musik dan keduanya pun cenderung menarik diri dari
lingkungan sekitarnya, akan tetapi anak autis mengalami kesulitan berkomunikasi akibat
keterlambatan penyampaian impuls, sementara anak penderita retardasi mental mengalami
kesulitan berkomunikasi akibat adanya gangguan fungsi otak yang berperan dalam proses
perkembangan keterampilan. Anak autis seringkali mengulang kata-kata yang sama dan
melakukan suatu gerakan yang sama berulang-ulang. Bagi anak penderita autis, diperlukan
terapi konseling dan pendidikan khusus yang membuat mereka lebih dapat berkomunikasi
dan berinteraksi dengan anak lainnya. Anak autis seringkali juga mengalami kesulitan untuk
menunjuk suatu benda tertentu sehingga diperlukan pendidikan khusus agar mereka mampu
menunjuk benda yang tepat. Sedangkan anak yang menderita hiperaktif adalah Kurang
konsentrasi/ gangguan hiperaktivitas ditadai dengan gangguan konsentrasi, sifat impulsive,
dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang suatu mekanisme
patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktiv, yang berusia antara
6-9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang
baik terhadap pengobatan-pengobatan stimulant, memperlihatkan derajat perangsangan yang
rendah di dalam susunan saraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan,
sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial-
potensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini
mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup
perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobata serta
perawatan, maka angka-angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian
yang diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.
Sedangkan anak yang menderita retardasi mental cenderung mengalami keterlambatan
perkembangan, termasuk dalam perkembangan berbicara dan berjalan. IQ yang rendah
membuat anak memiliki kemampuan daya ingat dan kemampuan belajar serta kemampuan
menganalisis yang lebih rendah daripada anak-anak lainnya. Seringkali, anak yang
mengalami retardasi mental juga mengalami fase vegetatif total yang membatasi perilaku dan
pergerakan anak. Selain itu, anak penderita retardasi mental juga membutuhkan perhatian
khusus dan seringkali tidak dapat hidup mandiri. Berbeda dengan anak autis, anak dengan
retardasi mental mudah menjalin ikatan atau kedekatan dengan orang lain. Untuk merawat
anak penderita retardasi mental, diperlukan kesabaran dan kasih sayang serta perhatian yang
lebih karena mereka memiliki kecepatan belajar yang lebih lambat daripada anak-anak
lainnya. Anak penderita retardasi mental akan mengalami kesulitan saat harus melakukan
sesuatu yang membutuhkan kemampuan berpikir, logika, dan analisa. Oleh karena itu,
pendidikan khusus yang diberikan lebih bertujuan untuk mengajar suatu keterampilan khusus
sehingga mereka dapat hidup mandiri, baik dalam segi keuangan maupun berkomunikasi.

Anda mungkin juga menyukai