Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urine merupakan cairan eksresi utama yang dikeluarkan lewat
perantaraan ginjal. Sebagian besar produk sisa tersebut dibuang melalui urine
yang mengandung senyawa-senyawa organik dan anorganik . Komposisi
urine sangat bervariasi dan terutama tergantung pada sifat alami diet yang
dilakukan oleh individu. Komposisi urine normal mengandung senyawa yang
dinamakan komponen normal. Dalam keadaan patologis, senyawa-senyawa
lain dapat dijumpai dalam urine (komponen abnormal). Perubahan yang besar
dapat terjadi pada komponen urine normal. ( Linder, maria ; 1992 ).
Jumlah kalsium yang diekskresikan dalam urine merupakan refleksi
dari sejumlah kalsium yan diserap dari diet

Ekskresi fosfat melalui urine menunjukkan bahwa varian harian dan


hubungan yang positif dengan olahraga, paling rendah segera dibangun.

Sulfur diserap sebagai asam amino atau berbagai sulfat-anorganik.


Dalam bentuk teroksidasi (sulfat), sulfur berasosiasi dengan
mukopolisakarida, yang digunakan agar metabolit lebih bisa larut dalam air
untuk ekskresi melalui urine yakni metabolit hormon steroid dan obat-obatan.
Bila sulfur dikonsumsi sebagai asam amino, maka yang hilang dalam urine
(setelah dioksidasi menjadi sulfat) adalah ion bebas ( Linder, maria : 1992 )

B. Tujuan
Tujuan Umum :
Mengidentifikasi hasil analisa kualitatif urin.
Tujuan Khusus :
1. Analisa Kualitatif Urin
a. Untuk mengetahui kandungan Kalsium didalam urin
b. Untuk mengetahui kandungan Fosfat didalam urin
c. Untuk mengetahui kandungan Sulfat didalam urin
d. Untuk mengetahui kandungan Amoniak didalam urin

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

 Analisa Kualitatif Urin


Zat Anorganik dalam urin normal
Urine adalah cairan eksresi utama yang dikeluarkan lewat perantara ginjal.
Natrium (Na) dan Kalium (K) selalu terdapat dalam urin terutama
sebagai klorida, bikarbonat, sulfat, dan fosfat. Banyaknya kalium yang
dieksresi perhari pada orang dewasa sekitar 3,2 gr K2O dan Natrium sekitar
5,2 gr, Na2O. Kalsium (Ca) dan Magnasium (Mg) lebih banyak diekresi tiap
hari sangat bervariasi, normal 10 – 200 mg dan Mg antara 80 – 100 mg. Besi
yang di ekresikan tiap hari antara 0,6 – 10 mg.
Klorida (klorin) adalah anion utama dalam urine dan umumnya
diperkirakan dalam bentuk NaCl (dengan asumsi bahwa semua klorin sebagai
NaCl). Walaupun terdapat juga klorida dari kalium, amonium dan
magnesium. Banyaknya klorida yang di ekresi setiap hari 12 gr NaCl / sekitar
7 gr klorin.
Asam fosfat terdapat dalam urine sebagai fosfat dari Na, NH4 (fosfat
alkali) serta Ca dan Mg (fosfat tanah). Asam fosfat membentuk 3 macam
garam yaitu: sebagai garam normal, garam monohidrogen dan garam
hidrogen.
Sulfat (sulfur) di ekresi melalui urin dalam bentuk sulfur yang tak
teroksidasi atau sulfur netral seperti sistein, sistin, hidrogen sulfide dan lain-
lain. Sulfur teroksidasi seperti sulfat dari Na, K, Mg, Ca dan dalam jumlah
kecil sebagai sulfat eterial yaitu dalam bentuk kombinasi dengan senyawa-
senyawa aromatik seperti phenol, indol, skatol dan lain-lain.
Dalam keadaan patologis, ekresi sulfat meningkat seperti pada demam
akut dan penyakit-penyakit lainnya yang disebabkan oleh stimulasi
metabolism. Ekresi sulfat menurun pada penyakit yang disertai dengan
penurunan nafsu makan dan pada aktivitas metabolism yang menurun.

2
Disamping urea, amoniak merupakan senyawa nitrogen terpenting
dari hasil sisa metabolism protein. Rata-rata ekresi amoniak sekitar 0,7
gr/hari. Urine normal mengandung amoniak sebagai klorida, sulfat dan fosfat
dari amoniak. Dalam bentuk ini nitrogen tidak diubah menjadi urea dalam
tubuh organism. Oleh sebab itu, pemasukan garam-garam ammonium ekresi
amoniak juga meningkat.

3
BAB III
PRINSIP DAN METODE

 Analisa Kualitatif Amilum


1. Prinsip
Urin adalah cairan ekskresi utama yang dikeluarkan lewat perantaraan
ginjal. sebagian besar produk sisa tersebut dibuang melalui urin yang
mengandung senyawa-senyawa organic dan anorganik.
2. Metode
a. Alat Praktikum
Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
 Plat tetes
 Pipet tetes
 Beaker glass
 Penyaring
 Erlenmeyer
 Penjepit
 Tabung ukur
 Lampu bunsen
 Stopwatch
 Tissue
 Handscoon
 Masker

b. Bahan Praktikum
 Urin
 Kalium oksalat
 Asam asetat encer
 HNO3 pekat
 Ammonium molibdat
 HCl

4
 BaCl
 Fenolptalin
 NaOH

c. Cara Kerja
1) Uji Kalsium
Kedalam 15 ml urin tambahkan 2 ml NH3 pekat lalu
didihkan. Kalsium dan Magnesium fosfat di endapkan , saring
endapannya, endapan dilarutkan dalam asam asesat encer.
Kemudian ambil 1 ml larutan tersebut dan tambahkan 1 ml
Kalsium oksalat. terbenutknya endapan putih menunjukkan adanya
kalsium.
2) Uji Fosfat
1 ml larutan ( dari endapan pada uji 1 yang dilarutkan asam asetat
encer ) tambahkan 1 ml HNO3 pekat dan 3 ml ammonium
molibdat. Panaskan sampai mendidih. Terjadinya warna kuning
jernih atau endapan menunjukkan adanya sulfat.
3) Uji Sulfat
2 ml urin tambahkan 1 ml HCL pekat dan 2 ml BaCL2.
Terbentunya endapan putih disebabkan BaSO4 yang tidak larut
dalam HCL pekat. Ini menunjukkan adanya sulfat.
4) Uji Amoniak
7 ml urin tambahkan 4 tetes fenolptalin. kemudian tambahkan
NaOH sebanyak 5 tetes. Didihkan urin. Ambil tabung lain yang
sudah diberi fenolptalin pada bagian luarnya letakan diatas uap urin
yang di didihkan tadi. Lapisan tipis pada tabung menunjukkan
warna merah muda disebabkan adanya kontak uap amoniak ( dalam
urin ) dengan fenolptalin.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisa Kualitatif Urin


Probandus
Nama : Eka Supriyatna
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Suku/bangsa : Banjar/Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : Sabtu, 30 September 2017
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.
Mengamati perubahan warna yang terjadi
Warna urine : Kuning jernih
Bau urine : Amoniak
Tabel Hasil Pengamatan:
No Uji Hasil Keterangan

1 Terdapat endapan berwarna putih


Kalsium +
(kalsium oksalat).

2 Fosfat + Adanya warna kuning jernih

3 Terdapat endapan berwarna putih


Sulfat +
seperti air susu

4 Terdapat lapisan tipis berwarna


Amoniak +
merah muda pada tabung.

B. Pembahasan
1. Analisa Kualitatif Urin
Ginjal adalah organ tubuh yang berbentuk “kacang polong” yang
terdiri dari system tubulus dan glemorolus yang berfungsi membuang
cairan proses metabolisme tubuh yang tidak berguna dalam bentuk urine.
Ginjal manusia terdiri dari dua buah, terletak pada sebelah kiri dan kanan

6
pada bagian belakang tubuh. Posisi ginjal kiri dan kanan tidak simetris,
posisi ginjal kiri terletak pada kira-kira 2-3 cm di atas garis horisontal
posisi ginjal kanan. (1)
Ginjal memiliki bagian-bagian tertentu yang melakukan fungsi
tertentu, sehingga ciri-ciri dan lokasi penyakit ginjal dapat diketahui
dengan memperhatikan aspek-aspek cara pembentukan urine dan cara
pengaturan metabolisme. (2)
Urine merupakan cairan eksresi utama yang dikeluarkan lewat
perantaraan ginjal. Sebagian besar produk sisa tersebut dibuang melalui
urine yang mengandung senyawa-senyawa organik dan anorganik .
Komposisi urine sangat bervariasi dan terutama tergantung pada sifat
alami diet yang dilakukan oleh individu. Komposisi urine normal
mengandung senyawa yang dinamakan komponen normal. Dalam keadaan
patologis, senyawa-senyawa lain dapat dijumpai dalam urine (komponen
abnormal). Perubahan yang besar dapat terjadi pada komponen urine
normal. (2)
Unit fungsional ginjal disebut nefron dan dalam satu ginjal ada 1 -
1,5 juta nefron. Ginjal melakukan berbagai fungsi metabolik dan
eksretorik. Selain membersihkan tubuh dari zat sampah yang bernitrogen
dan hasil metabolisme lain, ginjal dengan cara cermat melakukan fungsi
homeostasis cairan, elektrolit, dan asam basa. Ginjal menerima sekitar satu
liter darah atau 500 ml plasma per menit. Dengan menggunakan proses-
proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi diproduksi sekitar 500-2000 ml
urine setiap hari. Glomerulus berfungsi dalam filtrasi. Fungsi utama
tubulus proksimal adalah reabsorpsi. (3)
Secara bersama masing-masing nefron melakukan penapisan,
rearsobsi dan ekskresi sehingga terbentuk urine yang harus dikeluarkan.
Terbentuknya urine menunjukkan bahwa ginjal mempunyai kemampuan
untuk beraktivitas. (1)
Darah yang mengalami filtrasi dalam glomerulus juga
mengantarkan oksigen dan zat-zat gizi untuk ginjal, sehingga darah

7
mengalami berbagai macam perubahan metabolik yang disebabkan oleh
fungsi sel-sel ginjal. (3)
Air bersama zat larut bermolekul kecil mudah sekali menembus
filtrasi glomerulus. Sel-sel darah dan protein-protein darah dirintangi
masuk ke dalam filtrat. Tiap menit dihasilkan kira-kira 100 ml filtrat, itu
berarti 140 L cairan setiap hari. Glukosa, ureum, natrium, kalium,
bikarbonat, chlorida, ratusan jenis enzim dan hormon serta zat-zat larut
lain mempunyai konsentrasi yang sama dalam plasma dan filtrat
glomerulus. Selanjutnya susunan filtrat tersebut berubah karena sel epitel
merubah susunan filtrat glomerulus untuk mencapai homeostasis dan
ekskresi. (3)
Fungsi utama tubulus proksimal adalah reabsorpsi. Yang
dikembalikan ke aliran darah ialah banyak air bersama glukosa, asam
amino, asam urat dan juga sedikit protein yang berhasil menembus filtrasi
glomelurus; tubulus proksimal juga mengembalikan banyak elektrolit,
natrium, chlorida dan bikarbonat. Lengkung Henle akhirnya melaksanakan
reasorpsi air dan natrium. Tubulus distal secara halus mengatur
konsentrasi ion-ion natrium, kalium, bikarbonat, fosfat dan hidrogen.
Pengaturan akhir yang menyangkut ekskresi air dilakukan oleh ductus
colligens. (3)
Fungsi ginjal : (1)

a) Pengaturan keseimbangan volume dan komposisi cairan tubuh yang


meliputi pengaturan volume darah dan pengaturan konsentrasi ion-ion
unsur K, Na, Mg, Ca dan lain sebagainya. Kegagalan ginjal dalam
mengatur keseimbangan volume komposisi cairan tubuh, akan
menunjukkan indikasi/penyakit kegagalan ginjal menahun atau
kegagalan mendadak.
b) Pengaturan keseimbangan asam dan basa meliputi pengaturan
konsentrasi ion H dalam cairan ektraseluler tubuh. Kegagalan ginjal
dalam mengatur keseimbangan asam akan mengakibatkan koma untuk
penderita yang cairannya bersifat basa.

8
c) Pengaturan tekanan darah, pengaturan tekanan dalam tubuh, tidak
hanya dilakukan oleh ginjal saja tetapi juga oleh saraf dan hormon
sebagai pengatur tekanan darah jangka pendek dan pengaturan secara
mekanis yaitu dengan pergeseran cairan kapiler dan vaskuler stres
relaxtion sebagai pengatur jangka menengah, sedangkan ginjal sendiri
sebagai pengatur tekanan jangka panjang. Kegagalan ginjal dalam
mengatur tekanan darah, menunjukkan indikasi kerusakan nefron atau
menunjukkan perubahan koefisien filtrasi glomerolus. Indikasi/penyakit
tersebut adalah sebagian dari indikasi/penyakit ginjal yang disebabkan
kegagalan fungsi ginjal.
d) Kalau semua bagian berfungsi normal, maka ginjal memerankan fungsi
sebagai berikut : glomerulus memperbolehkan semua zat yang harus
diekskresi lewat dan mencegah hilangnya protein dan sel-sel; Tubulus
mereabsorpsi zat larut yang harus dipertahankan, mengatur kadar
natrium, kalium, dan bikarbonat, serta mencegah eksresi atau menahan
ion H+ sesuai dengan kebutuhan. Duktus koligen dibantu oleh keadaan
hipertonik dalam medulla, mengatur banyaknya air yang harus ditahan
dan dikeluarkan.

Hasil urine probandus berwarna kuning jernih. Warna kuning jernih


ini termasuk normal. Pengamatan terhadap mineral dalam urine dilakukan
pada uji kalsium, fosfat, sulfat, dan amoniak. Uji kualitatif urine yang
pertama adalah uji kalsium. Uji ini menunjukkan hasil yang fositif dengan
adanya endapan putih (kalsium oksalat) yang menunjukkan adanya kalsium.
Hasil praktikum menunjukkan urine tetap berwarna kuning jernih. Reaksi
jika hasil pemeriksaan urine positif adanya kalsium adalah sebagai berikut:

Ca2+ + C2O42- + H2O CaC2O4 + H2O

Sebagian besar kalsium yang difiltrasi di dalam ginjal, 98-99% akan


diserap kembali. Sekitar 60 % kalsium diserap kembali di tubulus kontortus
proksimal, sedangkan sisanya diserap kembali di bagian asenden lengkung
henle dan tubulus kontortus distal. Reabsorpsi di dalam tubulus kontortus
distal merupakan proses transpor aktif yang diatur oleh hormon paratiroid.

9
Sedangkan reabsorpsi kalsium oleh tubulus kontortus proksimal tidak secara
langsung dipengaruhi oleh hormon paratiroid. (7)

Ca diekskresikan terutama di dalam urine dan sedikit dalam tinja. Di


dalam urine 24 jam sebanyak 1500 liter terdapat 0,03 gram Ca. Kalsium
dapat diperoleh dari produk olahan susu, kacang-kacangan, sayuran
berbentuk daun. (8)

Jumlah kalsium yang diekskresikan dalam urine merupakan refleksi


dari sejumlah kalsium yan diserap dari diet. Kalsium-urine yang hilang
ditingkatkan oleh asidosis dan tingginya konsentrasi protein. Kalsium yang
disekresikan dan yang masuk ke dalam saluran pencernaan diperkirakan
sama dan hanya sedikit yang dapat diserap. (2)

Pada uji kalsium ini, urine yang diperiksa mengandung kalsium.


Apabila konsumsi kalsium dalam makanan ditingkatkan, ekskresi juga
meningkat, tetapi mengurangi kalsium tidak banyak berpengaruh terhadap
banyaknya kalsium dalam urine. (3)

Pada uji Fosfat, dilakukan penambahan amonium molibdat yang


berfungsi untuk memisahkan fosfat dari zat penggangu. (9)

Hasil reaksi positif ditandai dengan terjadinya warna kuning jernih


atau endapan yang menunjukkan adanya fosfat. Reaksi :

PO42- + Amonium molibdat Amonium fosfomolibdat

Fosfat sangat berpengaruh erat dengan kalsium. Fosfat diekskresikan


terutama di dalam urine dan sedikit dalam tinja. Di dalam urine 24 jam
sebanyak 1500 liter terdapat 2,5 gram asam fosfat. (8)

Produk kalsium-fosfat pada tubulus distal, walaupun tidak terukur,


adalah faktor penentu dari apakah kalsium-fosfat akan mengendap.
Lengkung henle tidak dapat ditembus fosfat, sedangkan cabang menurun
dapat menyerap air. Dengan demikian, fosfat ditahan di tubulus, sedangkan

10
air disingkirkan, menghasilkan serum intratubular produk kalsium-fosfat
yang lebih tinggi pada tubulus distal dibandingkan tubulus proksimal. (10)

Berbeda dengan kalsium, 80-90% fosfat mengalami proses filtrasi di


dalam glomerulus dan sebagian besar akan direabsorpsi di tubulus
proksimal melalui proses transpor aktif. Proses ini sangat dihambat oleh
hormon paratiroid. (7)

Penyaringan fosfat yang meningkat oleh glomerulus yang


disebabkan oleh meningkatnya kadar fosfat dalam serum, umunya tidak
diimbangi dengan meningkatkan penyerapan kembali fosfat dalam ginjal.
Kelebihan filtrasi fosfat ini akan diekskresikan melalui urine sehingga
sistem penyerapan fosfat menjadi jenuh. (7)

Fosfat sangat banyak dalam makanan yang sugah diolah dalam


proses, seperti ”cola” dan minuman ringan (tidak beralkohol) lainnya. Juga
dalam makanan yang mengandung banyak protein, misalnya daging. (2)

Ekskresi fosfat melalui urine menunjukkan bahwa varian harian dan


hubungan yang positif dengan olahraga, paling rendah segera dibangun.
Resorpsi fosfat oleh ginjal yang normalnya adalah 85% - 95%. (2)

Uji Sulfat dilakukan untuk menentukan adanya sulfat dalam urine.


Percobaan menunjukkan hasil positif ditandai terbentuk endapan seperti air
susu atau endapan putih tebal yang disebabkan terbentuknya BaSO4 yang
tidak larut dalam HCl pekat. Dalam reaksi ini dilakukan penambahan BaCL2
untuk mencegah pengendapan fosfat. Reaksi:

Ba2+ + SO42- BaSO4

Sulfur diserap sebagai asam amino atau berbagai sulfat-anorganik.


Dalam bentuk teroksidasi (sulfat), sulfur berasosiasi dengan
mukopolisakarida, yang digunakan agar metabolit lebih bisa larut dalam air
untuk ekskresi melalui urine yakni metabolit hormon steroid dan obat-
obatan. Bila sulfur dikonsumsi sebagai asam amino, maka yang hilang
dalam urine (setelah dioksidasi menjadi sulfat) adalah ion bebas. (2)

11
Pengamatan terhadap adanya nitrogen dilakukan pada uji amoniak.
Pada uji amoniak digunakan indikator fenolftalein (PP) yang ditambahkan
pada urine. Dalam percobaan ditambahkan NaOH yang bertujuan agar
tercipta suasana basa. Karena urea baru mengalami dekomposisi dan
menghasilkan amoniak pada pH di atas 8,5. Percobaan menunjukkan hasil
positif yaitu terdapat lapisan tipis berwarna merah muda pada tabung
disebabkan adanya kontak antara uap amoniak dengan fenolftalein. Karena
itulah diperlukan indikator PP untuk menujukkan ada tidaknya amoniak
dengan perubahan warna menjadi merah muda.

Banjarbaru,30 September 2017


Asisten Praktikum Praktikan

Ria Kelompok IV
NIM I1B110036

12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka simpulan dari
praktikum ini sebagai berikut.
a. Komponen yang ditemukan dalam urine probandus antara lain: kalsium,
fosfat, sulfat , dan amoniak.
b. Hasil positif didapatkan dari uji kalsium, fosfat, sulfat
c. Untuk hasil uji amoniak didapatkan hasil positif pada tabung reaksi yang
saat dipanaskan yaitu ada warna merah muda saat tabung didihkan

B. Saran
Saat melakukan praktikum tentang analisis kualitatif urine, praktikan
diharapkan dapat memperhatikan prosedur yang ada dalam buku petunjuk
praktikum. Hal ini mungkin dianggap mudah namun dapat berpengaruh sekali
terhadap hasil yang didapatkan pada praktikum. Oleh sebab itu, pemahaman
dari prosedur yang dijalankan dapat mengurangi kesalahan hasil praktikum
yang didapat. Ketelitian dan kerapian praktikan dalam mengerjakan
percobaan ini juga sangat diperlukan karena dapat mempengaruhi data yang
didapat. Selain itu, pembagian tugas saat praktikum juga harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan
selesai dalam waktu yang tepat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Modul Praktikum Biokimia Keperawatan. Banjarbaru: Bagian


Biokimia Kedokteran FK Unlam
Colleen M. Smith. (2000). Biokimia KedokteranDasar. Tersedia di http://diery-
defa.blogspot.comdiakses 16 Oktober 2013
http://www.scribd.com/doc/97088992/Laporan-1-hidrolisis-amilum di akses pada
tanggal 16 okober 2013
http://poppyindriani20.blogspot.com/2012/11/laporan-biokimia.html diakses pada
tanggal 16 oktober 2013
Wiwik MY, Ira SY, Nusdianto T. Pengaruh pemberian suplemen kalsium
karbonat dosis tinggi pada tikus putih ovariohisterektomi terhadap
mineralisasi ginjal. Jurnal Veteriner 2008;9(2):73-78.

14
LAMPIRAN

DOKUMENTASI

Bahan yang dipakai dalam uji kuantitatif Urin : Asam asetat encer,
NaOH,Indikator PP,BaCL2,Kalsium Oksalat, dan Amonium Molibdat

1. UJI KALSIUM
Urin diukur 15 ml kemudian tambahkan
2 ml NH3 pekat

Proses pendidihan

15
Kalsium dan magnesium fosfat
diendapkan,dan disaring endapannya.

Asam asetat encer 1 ml (20 tetes)


dimasukkan ke dalam endapan yang telah
disaring dengan cara di tetesi di bagian
pinggir tisu penyaring,kemudian peras
kembali agar larutan yang diendapkan
bisa jatuh.

Tabung ke 2 adalah hasil endapan larutan


kalsium

Larutan yang ditabung ke 2 ditambahkan


dengan 1 ml (20 tetes) kalsium oksalat

16
Hasil endapan putih yang menunjukkan
adanya kalsium di dalam urin

HASIL UJI KALSIUM

17
2. UJI FOSFAT
Ambil 1 ml larutan yang dari endapan
pada uji 1 yang dilarutkan dalam asam
asetat encer

Kemudian ditambahkan 1 ml HNO3


pekat

Dan 3 ml Ammonium Molibdat

Panaskan sampai mendidih

18
Terdapat hasil larutan berwarna kuning
jernih atau endapan putih yang
menunjukkan adanya fosfat

Hasil Uji Fosfat (tabung reaksi no.4)

19
3. UJI SULFAT
Ambil 2 ml urin dengan menggunakan
gelas ukur

Tambahkan 1 ml HCL pekat dan 2 ml


BaCL2

Endapan putih menunjukkan


larutan BaSO4 yang tidak larut dalam
HCL pekat

Larutan HCL pekat yang tidak


tercampur dengan larutan BaSO4

Hasil Uji Sulfat (tabung reaksi no.5)

20
4. UJI AMONIAK
Ambil urin 7 ml

Tambahkan 4 tetes fenolptalin (pp)


kemudian NaOH sebanyak 5 tetes

Proses pendidihan urin yang telah


ditambahkan cairan fenolptalin (pp)
dan NaOH,kemudian terlihat warna
merah muda di dalam tabung reaksi,
yang menunjukkan hasil positif yaitu
adanya kontak antara urin yang
mengandung amoniak dengan
fenolptalin, dan diatas tabung reaksi
yang didihkan ada tabung lain yang
sudah diberi cairan fenolptalin pada
bagian luarnya.

21
Hasil endapan yang terjadi antara urin
ditambahkan dengan fenolptalin dan
NaOH

Hasil Lapisan tipis pada tabung


adalah negatif (-) tidak menunjukkan
amoniak ( dalam urin ) dengan
fenolptalin.

22

Anda mungkin juga menyukai