Manajemen harus melakukan apa yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa
sumber daya digunakan secara efisien dan efektif. Dengan demikian masalah utama
bagaimana menemukan kebijakan dan tindakan Pengendalian manajemen yang
berguna, terlepas dari keterbatasan yang ada.
PERUMUSAN PERMASALAHAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengangkat permasalahan-permasalahan
sebagai berikut:
PEMBAHASAN
(1) Model : Model menunjukkan gambaran suatu rnasalah secara kuantitatif atau
kualitatif .
(2) Kriteria: Kriteria yang dirumuskan menunjukkan tujuan dari keputusan yang
diamtril. Jika terdapat beberapa kriteria yang saling bertentangan, maka pengambilan
keputusan harus melalui kompromi (misalnya menambah jasa langganan dan
mengurangi persediaan, maka keputusan mana yang diambil perlu kompromi).
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran
pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk
suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat
mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma
publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal
perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional,
institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.
Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya
(laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’ organisasi
nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas
memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi
nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba
yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya.
Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang
menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana.
Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan
Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi.
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapakan
pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/ atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau
suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada
para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber
daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.
Dalam organisasi Nirlaba yang harus memutuskan mengenai bagaimana cara yang
terbaik dalam memgalokasikan sumberdaya yang terbatas ke aktifitas-aktivitas yang
berharga, perencanaan strategis adalah prodes yang lebih penting dan lebih banyak
memakan waktu di bandingkan dengan bisnis biasa.
Organisasi Nirlaba mengharuskan para manajer dari pusat tanggung jawab membatasi
pengeluaran yang mendekati jumlah yang dianggarkan. Oleh karena itu anggaran
merupakan alat pengendalian manajemen yang paling penting, setidak-tidaknya dalam
hal aktivitas keuangan.
FASB juga berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi entitas nirlaba
nonpemerintah, sementara US Government Accountingg Standard Board (GASB)
menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan untuk pemerintah pusat dan
federal AS.
Di Indonesia, Departemen Keuangan RI membentuk Komite Standar Akuntansi
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Organisasi penyusun standar untuk
pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS atau Komite Standar Akuntansi
Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena karateristik entitasnya
berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau semacamnya,
memberikan pelayanan pada masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu
memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pemerintah tanpa peduli bahwa
imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak memadai.
International Federation og Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector
Committee (PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector Accounting
Standartd (IPSAS). Istilah Public Sector di sini berarti pemerintah nasional, pemerintah
regional (misalnya Negara bagian, daerah otonom, provinsi, daerah istimewa),
pemerintah local (misalnya kota mandiri), dan entitas pemerintah terkait (misalnya
perusahaan Negara, komisi khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar
akuntansi sector public nonpemerintah.
Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi
tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, misalnya
penerimaan sumbangan. Namun demikian dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil
dalam berbagai bentuk sehingga seringkali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis
pada umumnya.
Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi
tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari
pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah,
saat, dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran kinerja penting bagi para
pengguna laporan keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana
lainnya.
Organisasi semacam ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan
organisasi bisnis pada umumnya.
Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama
yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yaitu untuk menilai:
a) Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus
memberikan jasa tersebut
Di Kebanyakan Organisasi Nirlaba, tidak ada cara untuk mengetahui seberapa besar
biaya Operasi yang optimum. Oleh karena itu manager dari pusat tanggung jawab
cenderung untuk membelanjakan apa saja yang di perbolehkan dalam anggaran,
meskipun jumlah yang di anggarkan tersebut mungkin lebih tinggi dari pada yang di
perlukan. Sebaliknya/ Mereka mungkin membatasi pengeluaran yang memilikin
pengembalian yang sangat bagus hanya karena pengeluaran tersebut tidak terdapat
dalam anggaran.
Meskipun Organisasi Nirlaba telah memiliki reputasi sebagai organisasi yang beroperasi
secara tidak efisien, persepsi ini telah berubah karena alasan-alasan yang baik. Banyak
organisasi memiliki kesulitan yang semakin meningkat dalam memperoleh dana,
terutama dari sumber-sumber pemerintah. Hal ini lebih mengarah pada pengetatan dan
meningkatnya perhatian pemerintah pada pengendalian manajemen.
Penutup
Organisasi Nirlaba memiliki banyak perbedaan terhadap organisasi lainnya, hal ini di
sebabkan tidak adanya pengukuruan output yang benar-benar bersifat objektif karena
hanya sebatas pengukuran subjektif.
Organisasi Nirlaba tidak memiliki ke unguulan pengendalian yang di berikan oleh ukuran
laba, organisasi tersebut harus mempertanggungjawabkan modal kontribusi, suatu
kategori yang jarang sekali terdapat dalam Organisasi bisnis.
Meskipun demikian Organisasi Nirlaba telah berhasil menjadi lebih efisien, sebagai
tanggapan atas berkurangnya sumber-sumber dana.