A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini yakni hasil dari kemampuan menulis karangan narasi
siswa dan hasil dari proses pembelajaran menulis karangan narasi. Hasil
penelitian dari kemampuan menulis karangan narasi siswa yang berupa angka
seri melalui model pembelajaran show not tell pada siswa kelas X-2 SMA Negeri
satu dan siklus dua yang dilaksanakan masing-masing tiga kali pertemuan tiap
siklus.
54
55
a) Pertemuan Pertama
menjadi tiga bagian yaitu aktif, kurang aktif dan tidak aktif.
Pada aspek pertama, siswa dikatakan aktif jika siswa memerhatikan dengan
baik penjelasan guru mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Selanjutnya,
siswa dikatakan kurang aktif jika tidak memerhatikan penjelasan guru secara
keseluruhan dan dikatakan tidak aktif jika tidak memerhatikan seluruh penjelasan
Aspek kedua yaitu tanya jawab mengenai karangan narasi. Siswa yang
guru dikategorikan aktif. Sedangkan siswa yang bertanya tidak secara langsung
kepada guru yakni melalui perantara teman atau bertanya kepada teman
56
dikategorikan cukup aktif. Dan siswa yang tidak mengajukan pertanyaan dan atau
kedua terkhusus mengenai materi yang disampaikan guru sedangkan aspek ketiga
penilaiannya terkhusus untuk aktivitas siswa saat mengerjakan tugas. Siswa yang
pertanyaan ketika guru mendekati dikategorikan cukup aktif dan siswa yang sama
mengerjakan tugas. Aspek ini sejalan dengan aspek keenam yaitu kerja sama
menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat serta mampu bekerjasam dengan baik
pekerjaannya kepada teman kelompok. Siswa dikatakan tidak aktif jika siswa
terlihat acuh tak acuh dalam mengerjakan tugas serta tidak bekerjasama dengan
anggota kelompoknya.
57
Bekerjasama dengan 27 12 6 45
5. teman kelompok (60 %) (26,7%) (13,3 %) (100 %)
masing-masing.
aktif. Siswa yang aktif sebanyak 23 orang (51,1 %), kurang akif 13 orang (28,9%)
narasi. Pada tahap ini, hanya 5 orang (11,1%) yang aktif dalam bertanya jawab
dan 28 orang (62,2%) dikatakan tidak aktif. narasi. Adapun pertanyaan yang
diajukan siswa salah satunya yaitu “ Apakah ciri khas dari karangan narasi? ”
58
Jumlah siswa yang kurang aktif dan tidak aktif lebih banyak dibandingkan siswa
yang aktif. Menurut pengamatan peniliti, hal ini dapat disebabkan oleh
menjadi sembilan kelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima orang. Siswa
guru membagikan beberapa teks kepada setiap kelompok. Siswa diminta untuk
menentukan jenis karangan pada setiap teks. Siswa berdiskusi bersama teman
(28,9%) dan tidak aktif 12 orang (26,7%). Siswa yang kurang aktif dan tidak aktif
jumlahnya lebih banyak dibandingkan siswa yang aktif. Hal ini disebabkan pada
saat guru menjelaskan materi, siswa tidak menyimak dengan baik penjelasan guru.
Sehingga, terlihat pada beberapa kelompok hanya beberapa orang yang aktif.
Dalam hal ini, hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa terdapat 27 orang
siswa (60%) yang tergolong aktif. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa kelompok.
Mereka membagi teks kepada teman kelompoknya. Setiap orang ditugaskan untuk
mencari jenis karangan pada teks yang diberikan. Setelah menemukan jenis
kelompoknya. Selain siswa aktif, terdapat 12 orang siswa kurang aktif dan 6 orang
siswa tidak aktif. Sesuai dengan pengamatan peneliti, hal ini disebabkan karena
beberapa siswa mendominasi teks yang diberikan guru. Sehingga, siswa lain tidak
Pada akhir kegiatan, guru dan siswa membahas tugas yang telah dikerjakan.
Setelah itu, siswa mengumpulkan lembar jawaban setiap kelompok di meja guru.
b) Pertemuan Kedua
yang akan diajarkan pada pertemuan kedua yaitu menulis karangan narasi
Tell. Berbeda dengan pertemuan pertama, pada pertemuan ini siswa mengerjakan
Aktivitas siswa yang diamati pada pertemuan kedua meliputi empat aspek yaitu
aspek diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu aktif, kurang aktif, dan tidak
aktif.
dikatakan aktif jika siswa menyimak dengan baik serta tenang ketika guru
dengan model Show Not Tell berikut indikator penilaiannya. Selanjutnya, siswa
dikatakan kurang aktif jika siswa menyimak penjelasan guru namun melakukan
dikatakan tidak aktif jika tidak menyimak sama sekali penjelasan guru dan
siswa yang sama sekali tidak mengajukan pertanyaan dikategorikan tidak aktif.
tetapi masih melakukan aktivitas lain dikategorikan kurang aktif. Dan siswa yang
terlihat acuh tak acuh terhadap tugas yang diberikan dikategorikan tidak aktif.
61
Not Tell pada kegiatan menulis karangan narasi. Siswa menulis karangan narasi
dengan media gambar seri. Sebelum ditugaskan untuk menulis karangan narasi,
karangan narasi dengan model pembelajaran Show Not Tell dengan media
gambar seri. Pada kegiatan ini, terlihat 23 orang siswa (51,1 %) yang aktif. Hal
62
ini terlihat oleh antusias siswa menyimak penjelasan guru. Sedangkan kurang
aktif sebanyak 13 orang (28,9 %). Siswa digolongkan tidak aktif sebanyak 9 orang
(20%). Dikatakan tidak aktif karena siswa tersebut hanya bermain dan bercerita.
karangan narasi yaitu (1) kesesuaian isi cerita dengan gambar, (2) kesesuaian
logika urutan cerita, (3) konflik dalam cerita, (4) penggambaran peristiwa, (5)
diksi dan (6) ejaan dan tata tulis. Pada saat guru menjelaskan, sebanyak 23 siswa
(51,1 %) yang tergolong aktif, kurang aktif sebanyak 13 orang (28,9%) dan 9
orang (20%) tergolong tidak aktif. Kegiatan ini serangkai dengan kegiatan
lebih sedikit dibandingkan siswa yang kurang aktif dan tidak aktif.
model pembelajaran Show Not Tell, guru membagikan gambar seri kepada
masing-masing siswa. Pada pertemuan ini, siswa mengerjakan dua tahap dari
model pembelajaran Show Not Tell. Tahap pertama, siswa menuliskan kalimat-
kalimat sesuai dengan gambar yang telah dibagikan. Tahap kedua, kalimat-
kalimat yang telah dituliskan pada tahap sebelumnya kemudian dirangkai dan
kurang aktif sebanyak 15 orang (33,3 %) dan tidak aktif sebanyak 9 orang (20 %).
Jumlah siswa yang aktif lebih sedikit dibandingkan jumlah siswa kurang aktif dan
tidak aktif. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu guru tidak menjelaskan
dengan baik langkah-langkah menulis dengan model pembelajaran Show Not Tell
dan beberapa siswa kurang tanggap dan komunikatif terhadap penjelasan guru.
yang mengajukan pertanyan kepada guru mengenai hal-hal yang kurang dipahami.
Pertanyaan siswa berkaitan dengan tugas yang diberikan, seperti pertanyaan salah
satu siswa yang menanyakan mengenai maksud dari salah satu gambar yang
tergolong tidak aktif. Setelah waktu yang ditetapkan telah usai, siswa
Setelah itu, guru dan siswa mengadakan refleksi. Kemudian pembelajaran ditutup
dengan salam.
64
c) Pertemuan Ketiga
pertemuan ketiga ini, guru mengaplikasikan tahap ketiga dari model pembelajaran
Show Not Tell. Tahap ketiga dari model pembelajaran Show Not Tell yaitu siswa
sebelumnya.
Aktivitas siswa yang diamati pada pertemuan ketiga ini meliputi empat
aspek utama yaitu 1) perhatian terhadap penjelasan mengenai tahap ketiga model
aspek diklasifikasikan menjadi tiga bagian yakni aktif, kurang aktif, dan tidak
aktif.
dalam proses pembelajaran diklasifikan menjadi tiga bagian yakni aktif, kurang
aktif, dan tidak aktif. Siswa dikategorikan aktif jika memberikan pertanyaan,
pendapat atau tanggapan secara langsung kepada guru selam proses pembelajaran
tanggapan tidak secara langsung tetapi melalui teman maka dikategirikan kurang
I. Pada pertemuan ini, guru menjelaskan kembali tahap ketiga dari model
orang (44,5%) yang digolongkan sebagai siswa aktif. Hal ini ditunjukkan oleh
tergolong tidak aktif. Dari pemaparan tersebut, disimpulkan bahwa jumlah siswa
aktif lebih sedikit dibandingkan siswa kurang aktif dan tidak aktif.
terhadap karangan narasi. Ada enam indikator yang dinilai pada karangan narasi
66
yaitu (1) kesesuaian isi cerita dengan gambar, (2) kesesuaian logika urutan cerita,
(3) konflik, (4) penggambaran peristiwa, (5) diksi dan (6) ejaan dan tata tulis.
Pada kegiatan ini diamati keantusiasan siswa dalam menyimak penjelasan guru
diamati keantusiasan siswa dalam menulis karangan narasi. Situasi kelas tenang
dan hening. Siswa menulis karangan dengan antusias. Namun, masih ada
dengan model Show Not Tell. Hal tersebut disebabkan karena siswa tidak
menyimak penjelasan guru dan kurang tanggap terhadap penjelasan guru. Dari
orang (46,7%), kurang aktif sebanyak 15 orang (33,3%) dan tidak aktif sebanyak
9 orang (20%).
siswa pada siklus I, guru kemudian membagikan lembaran soal yang akan
dikerjakan secara individu. Pada kegiatan ini, terlihat beberapa siswa yang
mengerjakan dengan tenang soal yang diberikan. Namun, ada juga yang terlihat
67
tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap
beberapa orang siswa. Salah satu siswa mengungkapkan bahwa “kesulitan yang
dihadapi pada saat menulis adalah menemukan ide, merangkai kata menjadi
bahwa siswa yang kurang dan tidak aktif lebih mendominasi dibandingkan siswa
aktif.
observasi ini meliputi perilaku siswa dan guru selama mengikuti proses
menulis karangan narasi siswa mulai dari aspek menyesuaikan isi cerita dengan
penggambaran peristiwa, penggunaan diksi, dan ejaan dan tata tulis. Berdasarkan
ketidakaktifan siswa.
Melalui observasi pada siklus I ada beberapa respons perilaku siswa yang
model Show Not Tell. Hal tersebut berdasarkan jawaban salah satu siswa yang
Show Not Tell membantu siswa pada pembelajaran menulis karangan narasi.
Siswa menjawab, “ Model pembelajaran ini dapat membantu karena dimulai dari
hal yang kecil yaitu merangkai kalimat, membuat menjadi paragraf, kemudian
dengan baik. Mereka masih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Bahkan, masih
ada siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain pada proses pembelajaran.
berlangsung dengan baik sehingga hasil yang dicapai belum mencapai target
Indonesia ≥70,00. Agar dapat mencapai hasil yang baik tersebut, maka diperlukan
69
pelaksanaan siklus II. Oleh karena itu, pelaksanaan siklus II direncanakan lebih
Adapun kendala yang dihadapi pada siklus I yaitu beberapa siswa menulis
Show Not Tell. Pada siklus I, model pembelajaran Show Not Tell dibagi menjadi
tiga tahap. Tahap pertama dan kedua dilaksanakan pada pertemuan kedua dan
tahap ketiga dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Dari ketiga tahap tersebut,
kebanyakan siswa melakukan kesalahan pada tahap pertama dan kedua. Beberapa
siswa hanya menulis satu kalimat untuk setiap gambar. Sedangkan, instruksi yang
diberikan oleh guru siswa diminta untuk menuliskan beberapa kalimat pada setiap
gambar. Hal tersebut berpengaruh pula pada tahap kedua dari model pembelajaran
Show Not Tell. Siswa yang menulis hanya satu kalimat pada tahap pertama juga
menulis hanya satu kalimat pada tahap kedua. Padahal langkah pembelajaran pada
tahap kedua dari model pembelajaran Show Not Tell yaitu merangkum dan
Tell serta siswa kurang tanggap dan komunikatif terhadap penjelasan guru.
pembelajaran Show Not Tell pada siklus I dapat diketahui bahwa model yang
digunakan guru cukup banyak disukai siswa. Siswa merasa lebih mudah menulis.
Hal ini berdasarkan pendapat yang dikemukakan salah satu siswa pada saat
dari hal yang kecil yaitu merangkai kalimat, membuat menjadi paragraf kemudian
70
disusunlah menjadi karangan”. Namun, tidak semua siswa bersikap seperti itu,
pelajaran lain. Selama pembelajaran berlangsung siswa juga kurang begitu aktif,
terlihat siswa masih ragu dan takut bertanya ataupun memberikan pendapatnya.
siswa menjadi cukup aktif dalam proses pembelajran. Berdasarkan hal tersebut,
dinyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran Show Not Tell masih perlu
Pada siklus I ini, data proses pembelajaran diperoleh dari hasil observasi
Gambaran proses aktivitas guru setiap pertemuan pada siklus I diuraikan sebagai
berikut.
a) Pertemuan Pertama
dibuka oleh guru. Kegiatan ini terlaksana dengan baik. Selanjutnya, guru
Kegiatan ini, terlaksana cukup baik. Guru tidak memerhatikan dengan baik
kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran. Banyak siswa yang belum
72
siap menerima materi. Hal tersebut terlihat dari masih terdapatnya siswa yang
dua tujuan pembelajaran di papan tulis. Kegiatan ini terlaksana cukup baik. Pada
dari setiap jenis karangan tersebut. Kegiatan ini dikategorikan cukup baik. Hanya
saja guru tidak memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengapresiasi
apa yang disampaikannya. Guru monoton pada beberapa siswa saja. Sehingga,
menentukan jenis karangan setiap teks dan menuliskan ciri-ciri yang ditemukan
pada setiap teks. Berdasarkan pengamatan peneliti, terdapat beberapa siswa yang
73
tidak dan kurang aktif dalam kegiatan diskusi. Hal tersebut disebabkan karena
siswa sehingga banyak kelompok yang hanya bercerita dan bergurau bersama
kegiatannya. Secara bersama-sama, guru dan siswa membahas jawaban dari tugas
yang diberikan. Beberapa siswa aktif bertanya dan menanggapi jawaban guru.
penguatan atau penghargaan dari guru. Itulah sebabnya kegiatan ini dikategorikan
cukup.
Guru melakukan kegiatan refleksi dengan baik. Setelah itu, guru menutup
b) Pertemuan Kedua
9) menjawab hal yang kurang dimengerti siswa, dan 10) menutup kegiatan
pembelajaran.
74
Menjawab pertanyaan
9. mengenai hal yang kurang
dimengerti siswa.
10. Menutup pelajaran.
membuka pelajran dengan baik. Setelah itu, guru kemudian mengecek kehadiran
serta kesiapan siswa menerima materi pelajaran. Kegiatan ini dikategorikan cukup
tujuan pembelajaran.
narasi berdasarkan model pembelajaran Show Not Tell. Pada kegiatan ini, guru
model pembelajaran Show Not Tell sehingga siswa kurang mengerti mengenai hal
Guru membagikan gambar seri kepada setiap siswa. Setelah itu, guru
kedua dari model pembelajaran Show Not Tell. Pada saat kegiatan menulis
pelajaran bahasa Indonesia juga merupakan wakil kepala sekolah di SMA Negeri
c) Pertemuan Ketiga
pembelajran berlangsung.
Menuntun siswa
7.
mengerjakan soal.
Mengawasi siswa
8.
mengerjakan soal.
9. Menutup pelajaran.
Setelah itu, guru mengecek kehadiran serta kesiapan siswa dalam menerima
materi. Kegiatan ini dikategorikan cukup baik. Setelah itu, guru kemudian
pembelajaran Show Not Tell. Kegiatan ini dikategorikan baik karena guru
beserta gambar seri. Setelah itu, guru menginstruksikan kepada siswa untuk
kegiatan siswa dalam mengerjakan tugas. Kegiatan ini dikategorikan cukup baik.
Setelah itu, guru menutup pelajaran. Pada pertemuan ini, ada dua kegiatan guru
menulis siswa. Guru tidak memberi motivasi kepada siswa sebelum mereka
kegiatan menulis siswa, guru tidak melaksanakan dengan baik. Guru lebih sering
Siklus II
pada siklus kedua. Model pembelajaran Show Not Tell akan dirancang dan
narasi.
mengatasi masalah hal-hal yang masih dianggap kurang pada siklus pertama baik
karangan narasi menggunakan gambar seri melalui model pembelajaran Show Not
a) Pertemuan Pertama
terdapat beberapa aktivitas siswa yang diamati. Pada pertemuan pertama siklus II,
terdapat empat aspek aktivitas siswa yang diamati yaitu 1) perhatian terhadap
Dikatakan kurang aktif manakala siswa memerhatikan penjelsan guru tetapi juga
melakukan aktivitas lain. Selanjutnya, dikatakan tidak aktif manakala siswa tidak
dikatakan aktif jika siswa menyimak dengan baik serta tenang ketika guru
memberikan penjelasan mengenai langkah menulis dengan model Show Not Tell
siswa menyimak penjelasan guru namun melakukan aktivitas lain seperti bercerita
dengan teman sebangku. Sedangkan siswa dikatakan tidak aktif jika tidak
menyimak sama sekali penjelasan guru dan melakukan aktivitas lain yang tidak
tugas. Ketika guru memberi aba-aba kepada siswa untuk mengerjakan tugas,
maka siswa tersebut dikategorikan sebagai siswa aktif. Kemudian, siswa yang
aktif. Dan siswa yang terlihat acuh tak acuh terhadap tugas yang diberikan
Persentase Keaktifan
Kurang Tidak
No. Kegiatan Siswa Aktif Jumlah
aktif aktif
(%)
(%) (%)
Memerhatikan dan
merespon apa yang
disampaikan oleh guru 27 8 10 45
1.
mengenai kesalahan- (60%) (17,8 %) (22,2%) (100 %)
kesalahan yang terdapat
pada karangan siswa.
Memerhatikan penjelasan
guru mengenai langkah-
25 9 11 45
2. langkah menulis karangan
(55,5 %) (20 %) (24,5%) (100 %)
narasi dengan model
pembelajaran show not tell.
3. Memerhatikan penjelasan 27 7 11 45
guru mengenai indikator (60 %) (15,5%) (24,5%) (100 %)
penilaian karangan narasi.
4. Menunjukkan sikap antusias 26 10 9 45
dalam mengerjakan tugas (57,8 %) (22,2%) (20 %) (100 %)
tahap pertama dan kedua
dari model pembelajaran
show not tell.
siswa.
penulisan yang terdapat pada karangan siswa. Selain itu guru menjelaskan
oleh siswa yang aktif. Sesuai pengamatan, terdapat 27 orang (60%) siswa yang
digolongkan kurang aktif dan 10 orang (22,2%) digolongkan sebagai siswa yang
pada karangan siswa, guru kemudian membagikan gambar seri kepada setiap
siswa. Setelah itu, guru menjelaskan kembali tiga langkah menulis karangan
narasi dengan model pembelajaran Show Not Tell. Hasil pengamatan pada
kegiatan ini menunjukkan 25 orang (55,5%) siswa aktif, 9 orang (20%) kurang
Menulis karangan narasi dengan model pembelajaran Show Not Tell dibagi
menjadi tiga tahap yaitu 1) menulis kalimat-kalimat yang terdapat pada setiap
narasi. Pada siklus I, kelemahan yang terdapat dari ketiga tahap menulis
karangana narasi dengan model pembelajaran Show Not Tell yaitu tahap pertama
81
dan kedua. Oleh karena itu, pada siklus II ini, kelemahan-kelemahan tersebut akan
dibenahi.
Salah satu faktor penyebab kesalahan yang dilakukan siswa yaitu guru
berdasarkan model pembelajaran Show Not Tell serta indikator yang dinilai.
Selain itu, siswa juga kurang komunikatif dan tidak tanggap dengan penjelasan
tersebut. Guru tidak memulai penjelasan ketika masih ada siswa yang tidak focus
terhadap guru. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa yang aktif pada kegiatan
ini sebanyak 27 orang (60%), kurang aktif 7 orang (15,5%), dan tidak aktif 11
orang (24,5%). Dibandingkan dengan siklus pertama, tingkat keaktifan siswa pada
untuk mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk guru. Pada pertemuan ini, guru
mengaplikasikan tahap pertama dan tahap kedua dari model pembelajaran Show
Not Tell. Tahap pertama, siswa menuliskan beberapa kalimat pada setiap gambar
kedua, tingkat keantusiasan siswa pada pertemuan ini lebih meningkat. Siswa
82
yang tergolong aktif sebanyak 26 orang (57,8%) , kurang aktif 10 orang (22,2%),
Guru mendekati siswa satu persatu dan menanyakan hal-hal yang kurang
dimengerti siswa. Siswa tidak canggung bertanya kepada guru. Bahkan guru
memberikan contoh kepada siswa mengenai tugas yang diberikan. Berbeda pada
siklus I, siklus II ini siswa lebih terarah. Selain itu, siswa yang bercerita dan
b) Pertemuan Kedua
dengan berdoa bersama. Setelah itu, guru mengecek kehadiran siswa. Pada
pertemuan ini, siswa melanjutkan tahap ketiga dari model pembelajaran Show Not
Tell.
Pada pertemuan kedua, terdapat empat aspek aktivitas siswa yang diamati
Pada aspek pertama dan kedua yaitu perhatian terhadap penjelasan guru dan
sebagai siswa aktif. Selanjutnya, siswa yang mengajukan pertanyaan ketika guru
mendekati dikategorikan cukup aktif dan siswa yang sama sekali tidak
pertanyaan, pendapat atau tanggapan secara langsung kepada guru selam proses
pendapat, dan tanggapan tidak secara langsung tetapi melalui teman maka
aktif.
Mengajukan pertanyaan 25 9 11 45
3.
jika mengalami kesulitan. (55,5%) (20 %) (24,5%) (100 %)
Berpartisipasi dalam
proses pembelajaran 45
18 13 14
4. dengan memberikan (100 %)
(40%) (28,9%) (31,1 %)
pertanyaan, pendapat dan
tanggapan.
Tahap ketiga dari model pembelajaran Show Not Tell yaitu merangkai dan
Seperti halnya pada siklus pertama, karangan narasi siswa pada siklus ini dinilai
sesuai dengan enam indikator penilaian. Indikator penilaian pada karangan narasi
yaitu: (1) kesesuaian isi dengan gambar, (2) kesesuaian logika urutan cerita,
(3) konflik, (4) penggambaran peristiwa, (5) diksi, dan (6) ejaan dan tata tulis.
Hasil pengamatan terhadap kegiatan ini menunjukkan bahwa siswa yang aktif
sebanyak 27 orang (60%), kurang aktif 12 orang (36,7%) dan sebanyak 6 orang
serta gambar seri. Siswa kemudian menulis karangan narasi. Siswa terlihat lebih
digambarkan pada jumlah siswa yang aktif lebih banyak dibandingkan siswa yang
kurang aktif dan tidak aktif. Siswa aktif sebanyak 27 orang (60%), kurang aktif 7
orang (15,5%), dan tidak aktif sebanyak 11 orang (24,5%). Selain itu, siswa juga
cenderung aktif bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang kurang dimengerti.
Pertanyaan yang diajukan siswa mengenai hal-hal teknis seperti penulisan kata
yang benar, penggunaan huruf kapital, serta beberapa kosa kata yang kurang
dipahami siswa.
85
menulis siswa. Siswa terlihat lebih leluasa bertanya kepada guru mengenai hal
yang saya hadapi dalam menulis yaitu mencari kata yang menarik agar isi
karangannya lebih bagus”. Pada kegiatan ini jumlah siswa yang aktif lebih sedikit
dibandingkan siswa kurang aktif dan tidak aktif. Siswa aktif sebanyak 18 orang
(40%), kurang aktif 13 orang (28,9%) dan tidak aktif sebanyak 13 orang (31,1%).
Pada kegiatan akhir, guru dan siswa mengadakan refleksi. Siswa antusias
salam.
c) Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ini, guru memberikan soal kepada siswa. Soal dikerjakan
secara individu. Hal ini bertujuan untuk menilai kemampuan siswa secara
kognitif.
Aspek pertama dan kedua saling berkaitan. Siswa dikatakan aktif jika
kanan. Selanjutnya, dikatakan kurang aktif jika mengerjakan soal tidak ribut tetapi
menoleh kiri kanan. Dan dikatakan tidak aktif jika siswa tidak tenang, terlihat
aktif jika mengumpulkan pekerjaan lebih cepat dari waktu yang ditentukan dan
atau tepat pada waktunya. Dikatakan kurang aktif jika mengumpulkan tugas lewat
3 menit dari waktu yang ditentukan. Kemudian tidak aktif jika siswa baru
langsung.
Kegiatan siswa pada pertemuan ini adalah mengerjakan soal. Ada tiga jenis
soal yang diberikan yaitu pilihan ganda, menjodohkan, dan esai. Adapun rincian
jumlah soal pada setiap jenis soal yaitu, 5 butir soal pilihan ganda, 5 butir soal
(75,5%) siswa aktif, 5 orang (11,1%) kurang aktif, dan 4 orang (8,9%) tidak aktif.
mengerjakan soal yaitu 34 orang (75,5%) siswa aktif, 5 orang (11,1%) kurang
aktif, dan 4 orang (8,9%) tidak aktif. Selain itu, peneliti juga mengamati
siswa yang tergolong aktif sebanyak 28 orang (62,2%), kurang aktif sebanyak 11
orang (24,5%), dan tidak aktif sebanyak 6 orang (13,3%). Guru mengelilingi kelas
mengawasi siswa mengerjakan soal. Beberapa kali guru menegur siswa yang
ribut.
Pada kegiatan akhir guru meminta siswa untuk mencari bahan untuk materi
berlangsung, sebagian besar siswa mengikuti dengan baik. Berdasarkan data yang
ada, siswa menunjukkan respon yang baik terhadap instruksi dari guru.
diberikan guru. Hal ini terlihat dari keaktifan dan keantusiasan siswa pada setiap
kegiatan pembelajaran. Pemberian motivasi yang diberikan oleh guru pada awal
model pembelajaran Show Not Tell yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat
mereka terima dengan baik sehingga mereka dapat menerapkan model tersebut
dengan lebih baik dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Siswa dapat
Proses kegiatan menulis pada siklus II lebih baik daripada siklus I karena
siswa mengikutinya dengan baik. Selain itu, guru juga menyajikan pelajaran
dengan baik. Dari kegiatan observasi ini dinyatakan bahwa penggunaan model
karangan narasi. Hal tersebut dinyatakan karena selama pelaksanaan siklus kedua,
pada umumnya siswa tampak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, hal
ini diperkuat oleh pendapat guru pada saat wawancara. Guru mengatakan bahwa
model pembelajaran Show Not Tell efektif digunakan karena dapat memudahkan
siswa dalam menulis. Lebih lanjut, guru juga mengemukakan bahwa penggunaan
media gambar seri sangat efektif dalam penerapan model pembelajaran Show Not
siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, model ini juga
memudahkan siswa dalam menulis. Penggunaan media gambar seri dalam hal ini
sangat memudahkan bagi siswa yang memilki daya imajinasi yang kurang.
Gambar seri yang ditampilkan dapat memicu imajinasi siswa. Pada umumnya,
siswa biasanya diminta menulis karangan hanya berdasarkan tema yang diberikan
89
oleh guru. hal tersebut dapat menyulitkan siswa yang memiliki daya imajinasi
kurang.
Pada siklus II ini, data proses pembelajaran diperoleh dari hasil observasi
a) Pertemuan Pertama
Pada siklus II, terdapat sepuluh aktivitas guru yang diobservasi. Hal tersebut
Pada tabel 9 diperoleh data bahwa aktivitas guru pada pertemuan pertama
siklus II terlaksana dengan baik. Guru membuka pelajaran dengan baik. Setelah
mengobservasi kegiatan siswa. Hal ini terlihat dengan guru mendatangi siswa
yang diberikan siswa. setelah waktu yang ditentukan usai, guru meminta siswa
terhadap jawaban dan pendapat siswa. Setelah itu, secara bersama-sama guru dan
b) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua siklus II, terdapat delapan aktivitas guru yang akan
ini terlaksana dengan baik. Setiap kegiatan dalam proses pembelajaran dilakukan
dengan baik oleh guru. Pada kegiatan mengobservasi kegiatan menulis karangan
Pada pertemuan kedua siklus II ini, guru membuka pelajaran dengan baik.
Setelah itu, guru kemudian mengecek kehadiran dan kesiapan siswa dalam
menerima materi pelajaran. Setelah siswa terlihat telah siap, guru melanjutkan
kegiatan menulis siswa. Seperti halnya pada pertemuan pertama, pertemuan ini
memantau kegiatan menulis siswa. Hal ini membuat siswa lebih leluasa untuk
menyampaikan hal-hal yang ingin ditanyakan pada guru. Selain itu, guru memberi
dengan salam.
c) Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga terdapat tujuh aktivitas guru yang akan diobservasi.
dua berlangsung dengan baik. Pada pertemuan ketiga ini, guru memberikan soal
pelajaran, guru kemudian meminta siswa untuk memberi jarak antar bangku.
Setelah itu, guru kemudian membagikan soal kepada setiap siswa. Guru
kelas. Guru menegur beberapa orang siswa yang ribut dan berusaha untuk
terlaksana selama enam kali pertemuan. Guru merasa puas dengan hasil yang
dicapai oleh siswanya karena siswa yang sebelumnya pasif dalam pembelajaran
Data hasil pembelajaran yang dimaksud meliputi data proses dan data
produk. Data proses diperoleh melalui hasil data nontes berupa observasi dan
wawancara. Data produk diperoleh melalui tes kognitif dan psikomotor. Tes
kognitif terdiri atas dua bagian yaitu soal menjodohkan dan soal isian. Tes
psikomotor berupa hasil belajar menulis karangan narasi berdasarkan gambar seri.
94
Penilian kedua aspek tersebut dilakukan secara objektif. Namun di satu sisi,
pekerjaan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam
menggunakan gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell pada siklus I
dinilai berdasarkan tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Penilaian aspek kognitif siswa pada siklus I berupa hasil kerja secara
individu. Penilaian tersebut terdiri atas dua bagian yaitu berupa soal menjodohkan
keseluruhan yaitu 45 siswa, sebanyak 4 siswa atau 8,89% termasuk kategori baik,
29 siswa atau 64,44% termasuk kategori cukup, dan 12 siswa atau 26,67%
Penilaian aspek afektif siswa pada siklus I terbagi atas dua bagian yaitu,
karakter dan keterampilan sosial. Penilaian karakter terbagi atas empat aspek
yaitu, (1) kerja sama, (2) jujur, (3) tanggung jawab, dan (4) apresiatif. Adapun
bagian dari keterampilan sosial terbagi atas empat aspek yaitu, (1) bertanya
dengan bahasa yang baik dan benar, (2) menyumbangkan ide, (3) menjadi
pendengar yang baik, dan (4) membantu teman yang mengalami kesulitan.
Frekuensi
No. Kategori Rentang Nilai Persentase
Siswa
1. Sangat Baik 86-100 2 4,44%
2. Baik 75-85 4 8,89%
3. Cukup 56-74 39 86,67%
4. Kurang 10-55 - -
Jumlah 45 100%
Nilai Rata-rata 70,17
keseluruhan yang hadir pada saat pelaksanaan siklus I yaitu, 45 siswa. Hanya 2
siswa atau 4,44% yang termasuk kategori sangat baik, 4 siswa atau 8,89%
dilaksanakan secara maksimal oleh guru sehingga berdampak pada siswa yang
narasi berdasarkan gambar seri. Adapun aspek penilaian dalam menulis karangan
narasi terbagi atas 6 aspek yaitu, (1) kesesuaian isi dengan gambar, (2) kesesuaian
logika urutan cerita, (3) konflik, (4) penggambaran peristiwa, (5) ketepatan diksi,
keseluruhan siswa yang hadir pada pelaksanaan siklus I yaitu, 45 siswa, sebanyak
1 siswa atau 2,22% termasuk kategori sangat baik, 4 siswa atau 8,89% termasuk
kategori baik, 28 siswa atau 62,22% termasuk kategori cukup, dan 12 siswa atau
pembelajaran Show Not Tell belum berhasil. Hal tersebut dapt dilihat dari nilai
97
perolehan tes psikomotorik siswa yang masih kurang dalam menulis karangan
narasi.
Setelah mengetahui nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik tiap siswa pada
gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell sebagai berikut.
siswa namun yang hadir pada pelaksanaan siklus I yaitu, 45 siswa, hanya 4 orang
atau 8,89% yang termasuk kategori baik, 39 siswa atau 86,67% termasuk kategori
cukup, dan 2 siswa atau 4,44% termasuk kategori kurang. Berdasarkan KKM
nilai ≥70,00. Dari jumlah 45 orang siswa hanya 7 orang yang dinyatakan
tuntas/lulus dengan memperoleh nilai di atas ≥70,00 dan 38 siswa lainnya belum
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Show Not Tell belum berhasil.
98
menggunakan gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell pada siklus
II dinilai berdasarkan tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Penilaian aspek kognitif siswa pada siklus II terdiri atas tiga bagian, yaitu
soal pilihan ganda yang terdiri atas lima nomor, soal benar salah lima nomor yang
terdiri lima nomor, dan soal esai yang terdiri atas lima nomor.
Frekuensi
No. Kategori Rentang Nilai Persentase
Siswa
1. Sangat Baik 86-100 6 13,33%
2. Baik 75-85 29 64,45
3. Cukup 56-74 10 22,22%
4. Kurang 10-55 - -
Jumlah 45 100%
Nilai Rata-rata 77,84
kategori sangat baik, 29 siswa atau 64,45% dikategorikan baik, dan 10 siswa atau
22,22% termasuk kategori cukup. Berdasarkan data perolehan tes kognitif siswa
siklus II, maka disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Show Not Tell
Penilaian aspek afektif pada siklus II sama seperti penilaian pada siklus I.
Penilaian aspek efektif dibagi menjadi dua bagian yaitu, karakter dan
keterampilan sosial. Penilaian karakter tebagi menjadi empat yaitu, (1) kerja sama,
(2) jujur, (3) tanggung jawab, dan (4) apresiatif. Sedangkan penilaian
keterampilan sosial terbagi menjadi empat bagian yaitu, (1) bertanya dengan
bahasa yang baik dan benar, (2) menyumbangkan ide, (3) menjadi pendengar
Tabel 20 menunjukkan bahwa perolehan nilai siswa pada aspek afektif pada
siklus II dengan jumlah siswa 45 orang yaitu, 2 siswa atau 4,44% kategori sangat
baik, selanjutnya 43 siswa atau 95,56% kategori baik. Dari hasil perolehan
(1) kesesuaian isi dengan gambar, (2) kesesuaian logika urutan cerita, (3) konflik,
(4) penggambaran peristiwa, (5) diksi dan gaya bahasa, dan (6) ejaan dan tata
tulis.
pada siklus II dengan jumlah siswa 45 orang yaitu, 6 siswa atau 13,33% termasuk
kategori sangat baik, 20 siswa atau 44,45% termasuk kategori baik, dan 19 orang
atau 42,22% termasuk kategori cukup. Dari hasil perolehan tersebut disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Show Not Tell pada pembelajaran menulis
Setelah mengetahui nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik tiap siswa pada
siklus II, maka dirumuskan nilai akhir menulis karangan narasi menggunakan
gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell sebagai berikut.
101
dengan jumlah siswa 45 orang yaitu, 5 siswa atau 11,11% termasuk kategori
sangat baik, 28 siswa atau 62,22% termasuk kategori baik, dan 12 siswa atau
Indonesia, siswa dinyaakan lulus/ tunts jika perolehan nilai mencapai ≥70,00. Dari
Show Not Tell pada pembelajaran menulis karangan narasi telah berhasil.
102
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 13,54 atau 21,42%. Hal ini
merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh guru yang kemudian berkolaborasi
dengan peneliti. Pada siklus II, guru dan peneliti memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada siklus I. Hal ini merupakan suatu upaya yang
karangan narasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Alwi Hasan, dkk (2007) yang
menjadikan mahluk hidup atau manusia untuk belajar. Di samping itu, Degeng
Hal ini kemudian diperjelas oleh pendapat Kunandar (2009) yang mengatakan
baik.
dilakukan oleh St. Arsyiah (2006) dengan judul “ Kemampuan Siswa Kelas VII
Not Tell dengan judul “Keefektifan Strategi Belajar Show Not Tell dalam
Gambar Seri Melalui Model Pembelajaran Show Not Tell Pada Siswa Kelas X-2
penelitian pertama yaitu, SMP Negeri 5 Pinrang dan memiliki persamaan pada
materi pembelajaran yaitu karangan narasi. Akan tetapi, jenis penelitian tersebut
cerpen. Penelitian terakhir memiliki persamaan pada media yang digunakan. Akan
tetapi, subjek penelitian tersebut adalah siswa kelas V SD Kecil Bala Batu. Selain
1. Proses Pembelajaran
1) Pertemuan Pertama
siswa lebih baik. Namun, bagaimana siswa berinteraksi kepada siswa lain dan
104
lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Kunandar (2009) yang
baik. Oleh karena itu, untuk melihat interaksi antara siswa serta kerja sama dan
2) Pertemuan Kedua
Proses pembelajaran menulis karangan narasi ditujukan dua hal pokok, yaitu
menulis dan penerapan model pembelajaran Show Not Tell dalam pembelajaran
pembelajaran Show Not Tell dibagi menjadi empat langkah yang diintegrasikan
ke dalam tiga tahap menulis yaitu, tahap pratulis, tahap penulisan, dan tahap
pascatulis.
harus dilakukan oleh guru dan siswa. kegiatan guru yang dilakukan pada tahap
pratulis ini yaitu, 1) guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, 2) guru
kegiatan tersebut merupakan kegiatan guru yang terlaksana dengan baik. adapun
dan 3) menjelaskan aspek penilaian karangan narasi yang meliputi enam aspek,
yaitu (a) kesesuaian isi dengan gambar, (b) kesesuaian logika urutan cerita, (c)
konflik, (d) penggambaran peristiwa, ( e) diksi dan gaya bahasa, serta (f) ejaan
105
dan tata tulis. Padahal bagian tersebut adalah salah satu yang penting untuk
yang diberikan oleh guru. Selain itu, guru kurang memberikan motivasi kepada
Model pembelajaran show Not Tell dibagi menjadi empat bagian. Pada
bagian pertama dikategorkan pada tahap pratulis yaitu mendaftar kalimat sesuai
dengan gambar yang dibagikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Semi (2007)
yang mengemukakan bahwa tahap keempat dari tahap pratulis yaitu merancang
subtopik. Hasil pemilahan ini disusun dalam suatu susunan yang disebut kerangka
sebelumnya menjadi sebuah paragraf. Kegiatan ini masih tergolong tahap pratulis.
a) Pertemuan Ketiga
kemampuan siswa pada aspek kognitif maka dilakukan evaluasi pada pertemuan
ketiga. Guru membagikan soal individu kepada siswa. Siswa mengerjakan dengan
a) Pertemuan Pertama
pembelajaran narasi terbagi atas empat tahap yang diintegrasikan ke dalam tiga
tahap menulis, yaitu tahap pratulis, tahap penulisan, dan tahap pascatulis.
dilakukan oleh guru dan siswa. Dalam tahap ini, guru memberikan persiapan
mengucapkan salam, (2) guru mengecek kehadiran dan kesiapan siswa menerima
model pembelajaran Show Not Tell, (6) guru menjelaskan indikator peniaian
karangan narasi.
sesuai dengan gambar yang dibagikan. Selanjutnya, pada tahap kedua siswa
dengan efektif. Selain itu, siswa juga terlihat lebih antusias pada proses
pembelajaran.
b) Pertemuan Kedua
tahap ketiga model pembelajaran Show Not Tell. menurut Semi (2007: 46-52), ada
tiga fokus pada tahap penulisan yaitu, (1) konsentrasi terhadap gagasan pokok
tulisan. Siswa berkonsentrasi pada paragraf-paragraf yang telah dibuat pada tahap
pembaca mengenai peristiwa dan urutan cerita dari gambar seri, (3) konsentrasi
karangan narasi yaitu, 1) guru membagikan gambar seri kepada siswa, 2) siswa
Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa pada pertemuan kedua
siklus II menunjukkan bahwa pada tahap penulisan, siswa terlihat lebih antusias
c) Pertemuan Ketiga
mengumpulkan pekerjaannya.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa pada pertemuan ketiga
2. Hasil Pembelajaran
Hasil tes yang dikumpulkan pada siklus I dan II ditelaah dan diperiksa
gambar seri sudah memenuhi KKM SMA Negeri 1 Duampanua berikut ini
ke siklus II.
109
menggunakan gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell yang
dilakukan pada siklus I dan siklus II serta didukung data nontes berupa observasi
gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell. Guru menerapkan ketiga
tahap model pembelajaran Show Not Tell selama tiga kali pertemuan.
siswa sebanyak 45 orang, diketahui nilai rata-rata pada aspek kognitif yaitu 62,96.
Aspek afektif siswa pada siklus I mencapai nilai 70,17. Rata-rata siswa telah
memilki aspek afektif yang cukup. Hanya saja, kemampuan menggunakan bahasa
Aspek psikomotorik pada siklus I mencapai nilai rata-rata 60,25. Hal yang
penggunaan kata serta ejaan masih kurang khususnya penggunaan tanda baca titik
dan koma.
kurang dengan rentang nilai 10-55. Data nontes hasil observasi menunjukkan
Terdapat 4 siswa yang berkempuan baik dengan rentang 75-85. Adapun siswa
hanya 6 siswa diantaranya yang lulus berdasarkan KKM mata pelajaran bahasa
Indonesia ≥70,00. Berdasarkan nilai kognitif, nilai afektif, dan nilai psikomotorik
pada siklus I dapat ditentukan nilai akhir siswa pada siklus I mencapai rata-rata
64,46.
Pada penelitian tindakan kelas siklus II, peneliti dengan guru melaksanakan
pembelajaran Show Not Tell . guru menerapkan ketiga tahap dari model
pembelajaran Show Not Tell selama tiga kali pertemuan dan melakukan perbaikan
dilakukan peneliti adalah melakukan observasi dan wawancara kepada siswa dan
guru.
menggunakan gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell , pada
111
siklus II dapat diketahui bahwa dari 45 siswa, aspek kognitif siswa tersebut
menjawab soal yang berhubungan dengan karangan narasi tergolong baik. Pada
Aspek afektif siswa mencapai 78,51. Hal ini memuktikan bahwa pada siklus
II terjadi peningkatan aspek afektif dari siklus sebelumnya yaitu, sebesar 8,34 atau
11,88%.
Adapun aspek psikomotorik siswa pada siklus II yaitu mencapai nilai rata-
rata 77,97. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan siswa menulis karangan
terlihat bahwa dari 45 orang siswa, terdapat 5 siswa yang berkemampuan sangat
baik dengan rentang nilai 86-100. Selanjutnya, siswa yang mendapat nilai kategori
baik yaitu 28 siswa dengan rentang nilai 75-85. Terdapat 12 orang yang termasuk
kategori cukup dengan rentang nilai 56-74. Berdasarkan KKM mata pelajaran
kognitif, nilai afektif, dan nilai psikomotorik pada siklus II dapat ditentukan nilai
akhir siswa pada siklus II yaitu mencapai nilai rata-rata 78,11 yang termasuk
berdasarkan uraian pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan 13,54 atau
112
21,42%. Berbeda halnya dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh St.
Arsiyah (2006) dengan judul “ Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 5
model pembelajaran Show Not Tell efektif digunakan pada pembelajaran menulis
cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Liliriaja Kabupaten Soppeng. Selain itu,
dengan model Show Not Tell dan media gambar seri mendukung hasil penelitian
ini.