Anda di halaman 1dari 59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini yakni hasil dari kemampuan menulis karangan narasi

siswa dan hasil dari proses pembelajaran menulis karangan narasi. Hasil

penelitian dari kemampuan menulis karangan narasi siswa yang berupa angka

dideskripsikan secara kuantitatif sedangkan hasil penelitian dari proses

pembelajaran menulis karanagan narasi dideskripsikan secara kualitatif. Proses

peningkatan kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan gambar

seri melalui model pembelajaran show not tell pada siswa kelas X-2 SMA Negeri

1 Duampanua Kabupaten Pinrang dilaksanakan dengan dua siklus, yaitu siklus

satu dan siklus dua yang dilaksanakan masing-masing tiga kali pertemuan tiap

siklus.

1. Deskripsi Data Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi


Menggunakan Gambar Seri Melalui Model Pembelajaran Show Not
Tell Pada Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 1 Duampanua Kabupaten
Pinrang

a. Data dan Analisis Data Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi


pada Siklus I

1) Data dan Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa

Pada siklus I, data proses pembelajaran diperoleh dari hasil observasi

terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Proses

pembelajaran kemampuan menulis karangan narasi dilaksanakan selama tiga kali

pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. Kegiatan

54
55

observasi dilakukan dengan menggunakan format observasi siswa yang telah

disediakan sebelumnya. Gambaran proses pelaksanaan setiap pertemuan pada

siklus I diuraikan seperti berikut ini.

a) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama, guru mata pelajaran memulai pembelajaran

dengan berdoa bersama. Kemudian mengecek kehadiran serta kesiapan siswa

dalam menerima materi. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai oleh siswa.

Aktivitas siswa yang diamati meliputi 5 aspek utama yakni, 1) perhatian

siswa dalam menyimak penjelasan guru, 2) tanya jawab, 3) mengajukan

pertanyaan, 4) keantusiasan, dan 5) kerjasama. Setiap aspek diklasifikasikan

menjadi tiga bagian yaitu aktif, kurang aktif dan tidak aktif.

Pada aspek pertama, siswa dikatakan aktif jika siswa memerhatikan dengan

baik penjelasan guru mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Selanjutnya,

siswa dikatakan kurang aktif jika tidak memerhatikan penjelasan guru secara

keseluruhan dan dikatakan tidak aktif jika tidak memerhatikan seluruh penjelasan

guru dari awal hingga akhir pembelajaran.

Aspek kedua yaitu tanya jawab mengenai karangan narasi. Siswa yang

mengajukan pertanyaan secara langsung kepada guru atau menjawab pertanyaan

guru dikategorikan aktif. Sedangkan siswa yang bertanya tidak secara langsung

kepada guru yakni melalui perantara teman atau bertanya kepada teman
56

dikategorikan cukup aktif. Dan siswa yang tidak mengajukan pertanyaan dan atau

tidak menjawab pertanyaan dikatakan sebagai siswa tidak aktif.

Aspek ketiga hampir sama dengan aspek kedua. Perbedaannya, aspek

kedua terkhusus mengenai materi yang disampaikan guru sedangkan aspek ketiga

penilaiannya terkhusus untuk aktivitas siswa saat mengerjakan tugas. Siswa yang

mengajukan pertanyaan ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas

dikategorikan sebagai siswa aktif. Selanjutnya, siswa yang mengajukan

pertanyaan ketika guru mendekati dikategorikan cukup aktif dan siswa yang sama

sekali tidak mengajukan pertanyaan dikategorikan tidak aktif.

Aktivitas siswa yang diamati selanjutnya yaitu keantusiasan siswa dalam

mengerjakan tugas. Aspek ini sejalan dengan aspek keenam yaitu kerja sama

antara anggota kelompok. Siswa dikategorikan aktif, jika mengerjakan dan

menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat serta mampu bekerjasam dengan baik

bersama anggota kelompoknya. Selanjutnya, dikategorikan kurang aktif jika siswa

mengerjakan tugas namun tidak menyelesaikannya tetapi melimpahkan

pekerjaannya kepada teman kelompok. Siswa dikatakan tidak aktif jika siswa

terlihat acuh tak acuh dalam mengerjakan tugas serta tidak bekerjasama dengan

anggota kelompoknya.
57

Tabel 3 . Aktivitas Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus I

Persentase Keaktifan (%)


Kurang Tidak
No. Kegiatan Siswa Aktif Jumlah
Aktif Aktif
(%)
(%) (%)
Memerhatikan dan
merespon apa yang
23 13 9 45
1. disampaikan oleh guru
(51,1%) (28,9 %) (20%) (100 %)
(bertanya, menanggapi,
dan membuat catatan).
Bertanya jawab
5 12 28 45
2. mengenai karangan
(11,1 %) (26,7 %) (62,2 %) (100 %)
narasi.
Mengajukan pertanyaan
21 10 14 45
3. ketika mengalami
(46,7 %) (22,2 %) (31,1 %) (100 %)
kesuliatan.
Menunjukkan sikap 27 12 6 45
4. antusias dalam (60 %) (26,7%) (13,3 %) (100 %)
mengerjakan tugas.

Bekerjasama dengan 27 12 6 45
5. teman kelompok (60 %) (26,7%) (13,3 %) (100 %)
masing-masing.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada kegiatan pembelajaran yang dimulai oleh

guru dengan menyampaikan tujuan pembelajaran didominasi oleh siswa yang

aktif. Siswa yang aktif sebanyak 23 orang (51,1 %), kurang akif 13 orang (28,9%)

dan tidak aktif sebanyak 9 orang (20 %).

Tahap selanjutnya, guru menyampaikan materi yaitu mengenai karangan

narasi. Pada tahap ini, hanya 5 orang (11,1%) yang aktif dalam bertanya jawab

mengenai karangan narasi. Sedangkan 12 orang (26,7%) dinyatakan kurang aktif

dan 28 orang (62,2%) dikatakan tidak aktif. narasi. Adapun pertanyaan yang

diajukan siswa salah satunya yaitu “ Apakah ciri khas dari karangan narasi? ”
58

Jumlah siswa yang kurang aktif dan tidak aktif lebih banyak dibandingkan siswa

yang aktif. Menurut pengamatan peniliti, hal ini dapat disebabkan oleh

kurangnnya pengetahuan awal siswa mengenai karangan narasi.

Setelah menjelaskan materi pembelajaran, guru kemudian membagi kelas

menjadi sembilan kelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima orang. Siswa

duduk secara berkelompok berdasarkan kelompok masing-masing. Setelah itu,

guru membagikan beberapa teks kepada setiap kelompok. Siswa diminta untuk

menentukan jenis karangan pada setiap teks. Siswa berdiskusi bersama teman

kelompoknya. Sesuai dengan pengamatan peneliti, diuraikan bahwa siswa yang

terlihat antusias mengerjakan tugas atau dikatakan aktif sebanyak 20 orang

(44,4%). Sedangkan siswa yang tergolong kurang aktif sebanyak 13 orang

(28,9%) dan tidak aktif 12 orang (26,7%). Siswa yang kurang aktif dan tidak aktif

jumlahnya lebih banyak dibandingkan siswa yang aktif. Hal ini disebabkan pada

saat guru menjelaskan materi, siswa tidak menyimak dengan baik penjelasan guru.

Sehingga, terlihat pada beberapa kelompok hanya beberapa orang yang aktif.

Selain keantusiasan siswa mengerjakan tugas, peneliti juga mengamati

kekompakan atau kerjasama antarsiswa pada teman kelompok masing-masing.

Dalam hal ini, hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa terdapat 27 orang

siswa (60%) yang tergolong aktif. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa kelompok.

Mereka membagi teks kepada teman kelompoknya. Setiap orang ditugaskan untuk

mencari jenis karangan pada teks yang diberikan. Setelah menemukan jenis

karangannya, mereka kemudian mendiskusikan kembali bersama teman


59

kelompoknya. Selain siswa aktif, terdapat 12 orang siswa kurang aktif dan 6 orang

siswa tidak aktif. Sesuai dengan pengamatan peneliti, hal ini disebabkan karena

beberapa siswa mendominasi teks yang diberikan guru. Sehingga, siswa lain tidak

berkesempatan untuk terlibat dalam diskusi.

Pada akhir kegiatan, guru dan siswa membahas tugas yang telah dikerjakan.

Setelah itu, siswa mengumpulkan lembar jawaban setiap kelompok di meja guru.

Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru mengadakan refleksi. Sesekali guru

memberikan penguatan dan penghargaan terhadap siswa yang ikut berpartisipasi

pada kegiatan refleksi. Setelah itu, pembelajaran ditutup dengan salam.

b) Pertemuan Kedua

Berdasarkan perencanaan penelitian yang telah ditetapkan, maka materi

yang akan diajarkan pada pertemuan kedua yaitu menulis karangan narasi

menggunakan gambar seri dengan menerapkan model pembelajaran Show Not

Tell. Berbeda dengan pertemuan pertama, pada pertemuan ini siswa mengerjakan

tugas secara individu.

Seperti halnya pertemuan pertama, peneliti juga mengamati aktivitas siswa.

Aktivitas siswa yang diamati pada pertemuan kedua meliputi empat aspek yaitu

1) perhatian terhadap penjelasan guru mengenai langkah-langkah model

pembelajaran Show Not Tell, 2) perhatian terhadap penjelasan guru mengenai

indikator penilaian tulisan, 3) mengajukan pertanyaan, dan 4) keantusiasan. Setiap


60

aspek diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu aktif, kurang aktif, dan tidak

aktif.

Pengklasifikasian pada aspek pertama sama dengan aspek kedua. Siswa

dikatakan aktif jika siswa menyimak dengan baik serta tenang ketika guru

memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah menulis karangan narasi

dengan model Show Not Tell berikut indikator penilaiannya. Selanjutnya, siswa

dikatakan kurang aktif jika siswa menyimak penjelasan guru namun melakukan

aktivitas lain seperti bercerita dengan teman sebangkunya. Sedangkan siswa

dikatakan tidak aktif jika tidak menyimak sama sekali penjelasan guru dan

melakukan aktivitas lain yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran.

Aspek ketiga yaitu mengajukan pertanyaan ketika mengalami kesulitan.

Siswa yang mengajukan pertanyaan ketika mengalami kesulitan dalam

mengerjakan tugas dikategorikan sebagai siswa aktif. Selanjutnya, siswa yang

mengajukan pertanyaan ketika guru mendekati dikategorikan cukup aktif dan

siswa yang sama sekali tidak mengajukan pertanyaan dikategorikan tidak aktif.

Aspek keempat yaitu keantusiasan siswa. Ketika guru memberi aba-aba

kepada siswa untuk mengerjakan tugas, kemudian siswa dengan cepat

mengerjakannya serta terlihat sungguh-sungguh maka siswa tersebut

dikategorikan sebagai siswa aktif. Kemudian, siswa yang mengerjakan tugas

tetapi masih melakukan aktivitas lain dikategorikan kurang aktif. Dan siswa yang

terlihat acuh tak acuh terhadap tugas yang diberikan dikategorikan tidak aktif.
61

Tabel 4. Aktvitas Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus I


Persentase Keaktifan
Kurang Tidak
No. Kegiatan Siswa Aktif Jumlah
aktif aktif
(%)
(%) (%)
Memerhatikan penjelasan
guru mengenai langkah-
langkah menulis 23 13 9 45
1.
karangan narasi dengan (51,1 %) (28,9 %) (20 %) (100 %)
model pembelajaran
show not tell.
Memerhatikan penjelasan
guru mengenai indikator 23 13 9 45
2.
penilaian karangan (51,1 %) (28,9 %) (20 %) (100 %)
narasi.
Mengajukan pertanyaan
12 13 20 45
3. ketika mengalami
(26,7 %) (28,9 %) (44, 4 %) (100 %)
kesuliatan.
Menunjukkan sikap 45
21 15 9
4. antusias dalam (100 %)
(46,7 %) (33,3 %) (20 %)
mengerjakan tugas.

Pertemuan pertama diawali dengan berdoa bersama. Setelah itu, guru

kehadiran siswa kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada akhir

kegiatan awal, guru melakukan kegiatan apersepsi dengan menanyakan kembali

mengenai hal-hal yang terkait materi karangan narasi.

Pada pertemuan kedua, guru mengaplikasikan model pembelajaran Show

Not Tell pada kegiatan menulis karangan narasi. Siswa menulis karangan narasi

dengan media gambar seri. Sebelum ditugaskan untuk menulis karangan narasi,

siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah menulis

karangan narasi dengan model pembelajaran Show Not Tell dengan media

gambar seri. Pada kegiatan ini, terlihat 23 orang siswa (51,1 %) yang aktif. Hal
62

ini terlihat oleh antusias siswa menyimak penjelasan guru. Sedangkan kurang

aktif sebanyak 13 orang (28,9 %). Siswa digolongkan tidak aktif sebanyak 9 orang

(20%). Dikatakan tidak aktif karena siswa tersebut hanya bermain dan bercerita.

Bahkan, berdasarkan pengamatan peneliti, ada beberapa siswa yang mengerjakan

tugas mata pelajaran lain.

Pada tahap selanjutnya, guru menyebutkan indikator penilaian pada

karangan narasi yaitu (1) kesesuaian isi cerita dengan gambar, (2) kesesuaian

logika urutan cerita, (3) konflik dalam cerita, (4) penggambaran peristiwa, (5)

diksi dan (6) ejaan dan tata tulis. Pada saat guru menjelaskan, sebanyak 23 siswa

(51,1 %) yang tergolong aktif, kurang aktif sebanyak 13 orang (28,9%) dan 9

orang (20%) tergolong tidak aktif. Kegiatan ini serangkai dengan kegiatan

sebelumnya. Dari pemaparan sebelumnya, disimpulkan bahwa siswa yang aktif

lebih sedikit dibandingkan siswa yang kurang aktif dan tidak aktif.

Setelah menjelaskan langkah-langkah menulis karangan narasi dengan

model pembelajaran Show Not Tell, guru membagikan gambar seri kepada

masing-masing siswa. Pada pertemuan ini, siswa mengerjakan dua tahap dari

model pembelajaran Show Not Tell. Tahap pertama, siswa menuliskan kalimat-

kalimat sesuai dengan gambar yang telah dibagikan. Tahap kedua, kalimat-

kalimat yang telah dituliskan pada tahap sebelumnya kemudian dirangkai dan

dikembangkan menjadi sebuah paragraf.

Hasil pengamatan peneliti terhadap keantusiasan siswa dalam kegiatan

menulis menunjukkan bahwa 21 orang (46,7%) tergolong aktif. Sedangkan


63

kurang aktif sebanyak 15 orang (33,3 %) dan tidak aktif sebanyak 9 orang (20 %).

Jumlah siswa yang aktif lebih sedikit dibandingkan jumlah siswa kurang aktif dan

tidak aktif. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu guru tidak menjelaskan

dengan baik langkah-langkah menulis dengan model pembelajaran Show Not Tell

dan beberapa siswa kurang tanggap dan komunikatif terhadap penjelasan guru.

Hal tersebut memengaruhi hasil pembelajaran siswa. Beberapa siswa mengerjakan

tugas tidak berdasarkan prosedur atau langkah-langkah menulis berdasarkan

model pembelajaran Show Not Tell.

Pada saat kegiatan menulis berlangsung, terdapat 12 orang siswa (26,7 %)

yang mengajukan pertanyan kepada guru mengenai hal-hal yang kurang dipahami.

Pertanyaan siswa berkaitan dengan tugas yang diberikan, seperti pertanyaan salah

satu siswa yang menanyakan mengenai maksud dari salah satu gambar yang

terlihat buram. 12 orang siswa tersebut digolongkan sebagai siswa aktif.

Sedangkan 13 orang (28,9%) dikatakan kurang aktif dan 20 orang (44,4%)

tergolong tidak aktif. Setelah waktu yang ditetapkan telah usai, siswa

mengumpulkan pekerjaan masing-masing di meja guru.

Sebelum mengakhiri pelajaran, terlebih dahulu guru dan siswa bertanya

jawab mengenai kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi pada kegiatan menulis.

Setelah itu, guru dan siswa mengadakan refleksi. Kemudian pembelajaran ditutup

dengan salam.
64

c) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga diawali dengan mengecek kehadiran siswa. Pada

pertemuan ketiga ini, guru mengaplikasikan tahap ketiga dari model pembelajaran

Show Not Tell. Tahap ketiga dari model pembelajaran Show Not Tell yaitu siswa

merangkai dan mengembangkan paragraf-paragraf yang telah dibuat pada tahap

sebelumnya.

Aktivitas siswa yang diamati pada pertemuan ketiga ini meliputi empat

aspek utama yaitu 1) perhatian terhadap penjelasan mengenai tahap ketiga model

pembelajaran Show Not Tell, 2) perhatian terhadap penjelsan mengenai indikator

penilaian, 3) keantusiasan, dan 4) partisipasi dalam proses pembelajaran. Setiap

aspek diklasifikasikan menjadi tiga bagian yakni aktif, kurang aktif, dan tidak

aktif.

Pengklasifikasian aspek pertama sampai aspek ketiga sama dengan

pengklasifikasian pada pertemuan kedua. Untuk aspek keempat yaitu partisipasi

dalam proses pembelajaran diklasifikan menjadi tiga bagian yakni aktif, kurang

aktif, dan tidak aktif. Siswa dikategorikan aktif jika memberikan pertanyaan,

pendapat atau tanggapan secara langsung kepada guru selam proses pembelajaran

berlangsung. Selanjutnya, siswa yang memberikan pertanyaan, pendapat, dan

tanggapan tidak secara langsung tetapi melalui teman maka dikategirikan kurang

aktif. Sedangkan siswa yang tidak memberikan pertanyaan, pendapat, atau

tanggapan selama proses pembelajaran maka dikategorikan tidak aktif.


65

Tabel 5. Aktivitas Siswa pada Pertemuan Ketiga Siklus I


Persentase Keaktifan Jumlah
Kurang Tidak
No. Kegiatan Siswa Aktif
aktif aktif
(%)
(%) (%)
Memerhatikan penjelasan
guru mengenai tahap
20 15 10 45
1. ketiga model
(44,5 %) (33,3 %) (22,2%) (100 %)
pembelajaran Show Not
Tell.
Memerhatikan penjelasan
guru mengenai indikator 21 14 10 45
2.
penilaian karangan (46,7%) (31,1 %) (22,2 %) (100 %)
narasi.
Menunjukkan sikap
21 15 9 45
3. antusias dalam menulis
(46,7 %) (33,3 %) (20 %) (100 %)
karangan narasi.
Berpartisipasi dalam
proses pembelajaran
7 15 23 45
4. dengan memberikan
(15,6 %) (33,3%) (51,1 %) (100 %)
pertanyaan, pendapat dan
tanggapan.

Tabel 5 di atas menyajikan aktivitas siswa pada pertemuan ketiga siklus

I. Pada pertemuan ini, guru menjelaskan kembali tahap ketiga dari model

pembelajaran Show Not Tell . Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, terdapat 20

orang (44,5%) yang digolongkan sebagai siswa aktif. Hal ini ditunjukkan oleh

keantusiasan siswa dalam menyimak penjelasan guru. Sedangkan siswa yang

tergolong kurang aktif sebanyak 15 orang (33,3%) dan 10 orang (22,2%)

tergolong tidak aktif. Dari pemaparan tersebut, disimpulkan bahwa jumlah siswa

aktif lebih sedikit dibandingkan siswa kurang aktif dan tidak aktif.

Pada pertemuan ini, guru mengemukakan kembali indikator penilaian

terhadap karangan narasi. Ada enam indikator yang dinilai pada karangan narasi
66

yaitu (1) kesesuaian isi cerita dengan gambar, (2) kesesuaian logika urutan cerita,

(3) konflik, (4) penggambaran peristiwa, (5) diksi dan (6) ejaan dan tata tulis.

Pada kegiatan ini diamati keantusiasan siswa dalam menyimak penjelasan guru

mengenai indikator penilaian karangan narasi. Hasil pengamatan peneliti

menunjukkan bahwa 21 orang (46,7%) dikatakan aktif, 14 orang (31,1%) kurang

aktif, dan 10 orang (22,2%) tidak aktif.

Siswa menulis karangan narasi berdasarkan paragraf-paragraf yang telah

dibuat pada pertemuan sebelumnya. Siswa merangkai dan mengembangkan

paragraf-paragraf tersebut menjadi sebuah karangan narasi. Pada kegiatan ini

diamati keantusiasan siswa dalam menulis karangan narasi. Situasi kelas tenang

dan hening. Siswa menulis karangan dengan antusias. Namun, masih ada

beberapa yang terlihat bingung mengenai langkah menulis karangan narasi

dengan model Show Not Tell. Hal tersebut disebabkan karena siswa tidak

menyimak penjelasan guru dan kurang tanggap terhadap penjelasan guru. Dari

pemamparan tersebut, dikategorikan siswa yang tergolong aktif berjumlah 21

orang (46,7%), kurang aktif sebanyak 15 orang (33,3%) dan tidak aktif sebanyak

9 orang (20%).

Siswa menyelesaikan karangannya sampai waktu yang ditentukan usai.

Setelah itu, siswa kemudian mengumpulkan pekerjaannya di meja guru. Siswa

kembali duduk di bangku masing-masing. Untuk mengetahui kemampuan kognitif

siswa pada siklus I, guru kemudian membagikan lembaran soal yang akan

dikerjakan secara individu. Pada kegiatan ini, terlihat beberapa siswa yang

mengerjakan dengan tenang soal yang diberikan. Namun, ada juga yang terlihat
67

menyontek pekerjaan temannya. Setelah selesai mengerjakan soal dan

mengumpulkan lembar keja siswa, guru bertanya jawab mengenai kesulitan-

kesulitan yang dihadapi siswa selama proses kegiatan menulis berlangsung.

Terdapat 7 orang (15,6%) siswa yang memberikan pendapat mengenai hal

tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap

beberapa orang siswa. Salah satu siswa mengungkapkan bahwa “kesulitan yang

dihadapi pada saat menulis adalah menemukan ide, merangkai kata menjadi

kalimat, paragraf kemudian karangan yang utuh”. Siswa yang mengemukakan

pendapat tersebut digolongkan sebagai siswa aktif. Sedangakan 15 orang (33,3%)

dikatakan kurang aktif dan 23 orang (51,1%) digolongkan tidak aktif.

Dari pemaparan taraf keaktifan siswa tersebut di atas, disimpulkan

bahwa siswa yang kurang dan tidak aktif lebih mendominasi dibandingkan siswa

aktif.

Observasi pembelajaran menulis karangan narasi pada siklus pertama

dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati dalam

observasi ini meliputi perilaku siswa dan guru selama mengikuti proses

pembelajaran. Dari kegiatan ini, diperoleh pula data mengenai kemampuan

menulis karangan narasi siswa mulai dari aspek menyesuaikan isi cerita dengan

gambar, penyesuaian logika urutan cerita, memunculkan konflik pada cerita,

penggambaran peristiwa, penggunaan diksi, dan ejaan dan tata tulis. Berdasarkan

hasil observasi yang dilakukan peneliti, secara keseluruhan proses pembelajaran

menulis karangan narasi pada siklus I masih dikategorikan belum memuaskan.


68

Taraf keaktifan siswa lebih sedikit dibandingkan dengan kekurangaktifan dan

ketidakaktifan siswa.

Melalui observasi pada siklus I ada beberapa respons perilaku siswa yang

dapat dilihat dalam menerima pembelajaran menulis karangan narasi dengan

model Show Not Tell. Hal tersebut berdasarkan jawaban salah satu siswa yang

diwawancarai. Peneliti menanyakan apakah penggunaan model pembelajaran

Show Not Tell membantu siswa pada pembelajaran menulis karangan narasi.

Siswa menjawab, “ Model pembelajaran ini dapat membantu karena dimulai dari

hal yang kecil yaitu merangkai kalimat, membuat menjadi paragraf, kemudian

disusunlah menjadi karangan”. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap

guru. Guru mengemukakan “Model pembelajaran ini memudahkan siswa dalam

menulis, khususnya menulis karangan narasi”.

Pada saat pembelajaran berlangsung, tidak semua siswa dapat mengikuti

dengan baik. Mereka masih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Bahkan, masih

ada siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain pada proses pembelajaran.

Dalam proses belajar-mengajar siswa tampak tidak siap dalam mengikuti

pembelajaran. Beberapa orang siswa terlihat berbicara dengan teman sebangkunya

ketika guru menjelaskan materi pembelajaran.

Dikatakan bahwa pembelajaran menulis karangan narasi siswa belum

berlangsung dengan baik sehingga hasil yang dicapai belum mencapai target

penilaian yang ditetapkan yaitu berdasarkan KKM mata pelajaran Bahasa

Indonesia ≥70,00. Agar dapat mencapai hasil yang baik tersebut, maka diperlukan
69

pelaksanaan siklus II. Oleh karena itu, pelaksanaan siklus II direncanakan lebih

cermat guna mengatasi kendala-kendala pada siklus I.

Adapun kendala yang dihadapi pada siklus I yaitu beberapa siswa menulis

karangan narasi tidak sesuai dengan langkah-langkah dari model pembelajaran

Show Not Tell. Pada siklus I, model pembelajaran Show Not Tell dibagi menjadi

tiga tahap. Tahap pertama dan kedua dilaksanakan pada pertemuan kedua dan

tahap ketiga dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Dari ketiga tahap tersebut,

kebanyakan siswa melakukan kesalahan pada tahap pertama dan kedua. Beberapa

siswa hanya menulis satu kalimat untuk setiap gambar. Sedangkan, instruksi yang

diberikan oleh guru siswa diminta untuk menuliskan beberapa kalimat pada setiap

gambar. Hal tersebut berpengaruh pula pada tahap kedua dari model pembelajaran

Show Not Tell. Siswa yang menulis hanya satu kalimat pada tahap pertama juga

menulis hanya satu kalimat pada tahap kedua. Padahal langkah pembelajaran pada

tahap kedua dari model pembelajaran Show Not Tell yaitu merangkum dan

mengembangkan kalimat menjadi paragraf. Hal tersebut disebabkan karena guru

tidak menjelaskan dengan baik langkah-langkah model pembelajaran Show Not

Tell serta siswa kurang tanggap dan komunikatif terhadap penjelasan guru.

Setelah dilaksanakan pembelajaran menulis karangan narasi dengan model

pembelajaran Show Not Tell pada siklus I dapat diketahui bahwa model yang

digunakan guru cukup banyak disukai siswa. Siswa merasa lebih mudah menulis.

Hal ini berdasarkan pendapat yang dikemukakan salah satu siswa pada saat

wawancara, siswa mengemukakan “Model ini sangat membantu karena dimulai

dari hal yang kecil yaitu merangkai kalimat, membuat menjadi paragraf kemudian
70

disusunlah menjadi karangan”. Namun, tidak semua siswa bersikap seperti itu,

beberapa siswa terlihat tidak begitu antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.

Terlihat siswa bergurau dengan teman sebangkunya, tiduran di atas meja,

berjalan-jalan ke bangku temannya, bahkan ada yang mengerjakan tugas mata

pelajaran lain. Selama pembelajaran berlangsung siswa juga kurang begitu aktif,

terlihat siswa masih ragu dan takut bertanya ataupun memberikan pendapatnya.

Model pembelajaran yang dilakukan selama pelaksanaan siklus pertama membuat

siswa menjadi cukup aktif dalam proses pembelajran. Berdasarkan hal tersebut,

dinyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran Show Not Tell masih perlu

diterapkan pada kegiatan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

2) Data dan Analisis Data Observasi Aktivitas Guru

Pada siklus I ini, data proses pembelajaran diperoleh dari hasil observasi

terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Proses

pembelajaran menulis karangan narasi dilaksanakan selama tiga kali pertemuan.

Setiap pertemuan berlangsung selama 2x 45 menit. Kegiatan obeservasi dilakukan

dengan menggunakan format observasi guru yang telah disediakan sebelumnya.

Gambaran proses aktivitas guru setiap pertemuan pada siklus I diuraikan sebagai

berikut.

a) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama, terdapat sepuluh aktivitas guru yang akan

diobesrvasi yaitu: 1) membuka pelajaran, 2) mengecek kehadiran dan kesiapan

sisawa, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran, 4) mengadakan apersepsi,


71

5), mengarahkan materi 6) membagi kelompok, 7) mengobservasi kegiatan

diskusi siswa, 8) memberi penguatan atau penghargaan pada siswa yang

memberikan apresiasi, 9) mengadakan refleksi, dan 10) menutup pelajaran.

Tabel 6. Aktivitas Guru pada Pertemuan Pertama Siklus I


Kurang Cukup Baik
No. Kegiatan Guru
(1) (2) (3)
1. Guru membuka pelajaran. 
Mengecek kehadiran dan
2. 
kesiapan siswa.
Menyampaikan tujuan
3. 
pembelajaran.
4. Mengadakan apersepsi. 
Mengarahkan siswa pada materi
5. 
pembelajaran.
Membagi kelas menjadi beberapa
6. 
kelompok.
Mengobservasi kegiatan diskusi
7. siswa selama proses pembelajaran 
berlangsung.
Memberikan penguatan atau
penghargaan kepada siswa yang
8. 
memberikan apresiasi pada proses
pembelajaran.
9. Mengadakan refleksi. 
10. Menutup pelajaran. 

Tabel 6, diperoleh data bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran

pada pertemuan pertama belum terlaksana secara maksimal. Proses pembelajaran

dibuka oleh guru. Kegiatan ini terlaksana dengan baik. Selanjutnya, guru

mengecek kehadiran serta kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran.

Kegiatan ini, terlaksana cukup baik. Guru tidak memerhatikan dengan baik

kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran. Banyak siswa yang belum
72

siap menerima materi. Hal tersebut terlihat dari masih terdapatnya siswa yang

bercerita pada saat guru berbicara di depan kelas.

Kegiatan selanjutnya yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Sebelum menyampaikan tujuan pembelajaran, terlebih dahulu guru menuliskan

dua tujuan pembelajaran di papan tulis. Kegiatan ini terlaksana cukup baik. Pada

proses pembelajaran, guru tidak melaksanakan kegiatan apersepsi dengan baik.

Sehingga dikatakan bahwa kegiatan tersebut dikategorikan kurang.

Memasuki kegiatan inti pembelajaran, guru mengarahkan siswa pada

pembelajaran. Guru menggali pengetahuan siswa mengenai materi pembelajaran

dengan menanyakan pengertian karangan, jenis-jenis karangan, serta pengertian

dari setiap jenis karangan tersebut. Kegiatan ini dikategorikan cukup baik. Hanya

saja guru tidak memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengapresiasi

apa yang disampaikannya. Guru monoton pada beberapa siswa saja. Sehingga,

siswa yang lain merasa minder dan malu mengemukakan pendapatnya.

Setelah beberapa siswa mengemukakan pendapatnya mengenai materi

pembelajaran, guru kemudian meminta siswa untuk mengambil permen. Setiap

siswa mendapatkan sebuah permen. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk

duduk bersama sesuai dengan merek permen yang dipegang masing-masing.

Siswa pun duduk secara berkelompok. Kegiatan ini dikategorikan baik.

Guru membagikan teks kepada setiap kelompok. Siswa diminta untuk

menentukan jenis karangan setiap teks dan menuliskan ciri-ciri yang ditemukan

pada setiap teks. Berdasarkan pengamatan peneliti, terdapat beberapa siswa yang
73

tidak dan kurang aktif dalam kegiatan diskusi. Hal tersebut disebabkan karena

guru hanya duduk di bangkunya. Guru tidak mengobservasi kegiatan diskusi

siswa sehingga banyak kelompok yang hanya bercerita dan bergurau bersama

temannya. Kegiatan ini dikategorikan kurang.

Setelah waktu yang ditentukan telah usai. Siswa kemudian menghentikan

kegiatannya. Secara bersama-sama, guru dan siswa membahas jawaban dari tugas

yang diberikan. Beberapa siswa aktif bertanya dan menanggapi jawaban guru.

Namun, tidak semua siswa yang mengemukakan pendapatnya mendapat

penguatan atau penghargaan dari guru. Itulah sebabnya kegiatan ini dikategorikan

cukup.

Guru melakukan kegiatan refleksi dengan baik. Setelah itu, guru menutup

pembelajaran dengan baik pula.

b) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua terdapat sepuluh aktivitas siswa yang akan diobservasi.

Kegiatan tersebut yaitu: 1) membuka pelajaran, 2) mengecek kehadiran dan

klesiapan siswa, 3) mengadakan apersepsi, 4) menyampaikan tujuan

pembelajaran, 5) memotivasi siswa, 6) menjelaskan langkah-langkah menulis

karangan narasi dengan model pembelajaran Show Not Tell, 7) mengemukakan

indikator penilaian karangan narasi, 8) mengobservasi kegiatan menulis siswa,

9) menjawab hal yang kurang dimengerti siswa, dan 10) menutup kegiatan

pembelajaran.
74

Tabel 7. Aktivitas Guru pada Pertemuan Kedua Siklus I


Kurang Cukup Baik
No. Aktivitas guru
(1) (2) (3)
1. Membuka pelajaran. 
Mengecek kehadiran dan
2. 
kesiapan siswa.
3. Mengadakan apersepsi. 
Menyampaikan tujuan
4. 
pembelajaran.
5. Memotivasi siswa. 
Menjelaskan langkah-
langkah menulis karangan
6. 
narasi dengan model
pembelajaran show not tell.
Mengemukakan indikator
7. penilaian pada karangan 
narasi.
Mengobservasi kegiatan
menulis siswa selama proses
8. 
pembelajran berlangsung.

Menjawab pertanyaan
9. mengenai hal yang kurang 
dimengerti siswa.
10. Menutup pelajaran. 

Tabel 7 memperlihatkan data bahwa aktivitas guru dalam proses

pembelajaran pada pertemuan kedua belum terlaksana secara maksimal. Guru

membuka pelajran dengan baik. Setelah itu, guru kemudian mengecek kehadiran

serta kesiapan siswa menerima materi pelajaran. Kegiatan ini dikategorikan cukup

baik. Selanjutnya, guru mengadakan apersepsi dan dilanjutkan menyampaikan

tujuan pembelajaran.

Sebelum menulis, guru mengemukakan langkah-langkah menulis karangan

narasi berdasarkan model pembelajaran Show Not Tell. Pada kegiatan ini, guru

tidak menjelaskan dengan baik langkah-langkah menulis karangan narasi dengan


75

model pembelajaran Show Not Tell sehingga siswa kurang mengerti mengenai hal

tersebut. Kegiatan ini dikategorikan cukup. Selanjutnya, guru mengemukakan

indikator penilaian pada karangan narasi.

Guru membagikan gambar seri kepada setiap siswa. Setelah itu, guru

menginstruksikan kepada siswa untuk mengaplikasikan tahap pertama dan tahap

kedua dari model pembelajaran Show Not Tell. Pada saat kegiatan menulis

berlangsung, guru terlihat mengobservasi kegiatan menulis siswa. Guru mata

pelajaran bahasa Indonesia juga merupakan wakil kepala sekolah di SMA Negeri

1 Duampanua. Sehingga, beberapa kali guru meninggalkan kelas untuk keperluan

administrasi sekolah. Hal tersebut mengakibatkan guru kurang maksimal dalam

mengobservasi kegiatan menulis siswa.

Setelah waktu yang ditentukan usai, siswa kemudian mengumpulkan

pekerjaannya di meja guru. Guru menutup pembelajaran.

c) Pertemuan Ketiga

Tabel 8. Aktivitas Guru pada Pertemuan Ketiga Siklus I


Kurang Cukup Baik
No. Aktivitas guru
(1) (2) (3)
1. Membuka pelajaran. 
Mengecek kehadiran dan
2. 
kesiapan siswa.
3. Memotivasi siswa. 
Menjelaskan langkah ketiga
menulis karangan narasi
4. 
dengan model pembelajaran
Show Not Tell.
Mengemukakan indikator
5. penilaian pada karangan 
narasi
Mengobservasi kegiatan
6. 
menulis siswa selama proses
76

pembelajran berlangsung.
Menuntun siswa
7. 
mengerjakan soal.
Mengawasi siswa
8. 
mengerjakan soal.
9. Menutup pelajaran. 

Berdasarkan tabel 8, diperoleh data bahwa aktivitas guru dalam proses

pembelajaran pada pertemuan ketiga belum terlaksana secara maksimal. Seperti

halnya pertemuan-pertemuan sebelumnya, pertemuan ketiga dibuka oleh guru.

Setelah itu, guru mengecek kehadiran serta kesiapan siswa dalam menerima

materi. Kegiatan ini dikategorikan cukup baik. Setelah itu, guru kemudian

menjelaskan tahap ketiga menulis karangan narasi berdasarkan model

pembelajaran Show Not Tell. Kegiatan ini dikategorikan baik karena guru

menjelaskan dengan baik.

Guru membagikan kembali pekerjaan siswa pada pertemuan sebelumnya

beserta gambar seri. Setelah itu, guru menginstruksikan kepada siswa untuk

melanjutkan karangannya. Setelah waktu yang ditentukan telah usai, siswa

kemudian mengumpulkan pekerjaannya di meja guru.

Guru kemudian membagikan lembar kerja untuk mengukur kemampuan

siswa secara kognitif. Siswa mengerjakan secara individu. Guru mengawasi

kegiatan siswa dalam mengerjakan tugas. Kegiatan ini dikategorikan cukup baik.

Setelah itu, guru menutup pelajaran. Pada pertemuan ini, ada dua kegiatan guru

yang tidak terlaksana yaitu memotivasi siswa dan mengobservasi kegiatan

menulis siswa. Guru tidak memberi motivasi kepada siswa sebelum mereka

ditugaskan untuk menulis karangan narasi. Untuk kegiatan mengobservasi


77

kegiatan menulis siswa, guru tidak melaksanakan dengan baik. Guru lebih sering

duduk di bangkunya dibandingkan mengobervasi kegiatan menulis siswa.

b. Data dan Analisis Data Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi

Siklus II

Pada siklus pertama, masih terdapat proses pembelajaran dan tujuan

pembelajaran yang masih dianggap kurang sehingga aktivitas tindakan dilanjutkan

pada siklus kedua. Model pembelajaran Show Not Tell akan dirancang dan

diimplementasikan kembali pada siklus kedua terhadap materi menulis karangan

narasi.

Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada kegiata pembelajaran siklus

pertama, peneliti bersama guru kemudian merancang perencanaan ulang untuk

mengatasi masalah hal-hal yang masih dianggap kurang pada siklus pertama baik

terhadap siswa maupun guru.

1) Data dan Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa

Pelaksanaan pembelajaran siklus II berdasarkan pada hasil siklus I yang

telah dirancang oleh guru dan peneliti. Pelaksanaan pembelajaran menulis

karangan narasi menggunakan gambar seri melalui model pembelajaran Show Not

Tell terdiri atas tiga kali pertemuan.

a) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama, guru mata pelajaran memulai pembelajaran

dengan berdoa bersama. Kemudian mengecek kehadiran serta kesiapan siswa

dalam menerima materi. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai oleh siswa.


78

Seperti halnya pada pertemuan-pertemuan di siklus I, pada siklus II juga

terdapat beberapa aktivitas siswa yang diamati. Pada pertemuan pertama siklus II,

terdapat empat aspek aktivitas siswa yang diamati yaitu 1) perhatian terhadap

penjelasan mengenai kesalahan-kesalahan pada karangan, 2) perhatian terhadap

penjelasan mengenai langkah-langkah model pembelajaran Show Not Tell,

3) perhatian terhadap penjelasan mengenai indikator penilaian, dan

4) keantusiasan mengerjakan tugas. Setiap aspek diklasifikasikan menjadi tiga

yakni, aktif, kurang aktif, dan tidak aktif.

Aspek pertama yaitu perhatian terhadap penjelasan guru. Siswa dikatakan

aktif manakala siswa memerhatikan seluruh penjelasan guru dengan baik

mengenai kesalahan-kesalahan yang terdapat pada karangan siswa di siklus I.

Dikatakan kurang aktif manakala siswa memerhatikan penjelsan guru tetapi juga

melakukan aktivitas lain. Selanjutnya, dikatakan tidak aktif manakala siswa tidak

memerhatikan sama sekali penjelasan guru.

Pengklasifikasian aspek kedua dan ketiga memiliki kesamaan. Siswa

dikatakan aktif jika siswa menyimak dengan baik serta tenang ketika guru

memberikan penjelasan mengenai langkah menulis dengan model Show Not Tell

berikut indikator penilaiannya. Selanjutnya, siswa dikatakan kurang aktif jika

siswa menyimak penjelasan guru namun melakukan aktivitas lain seperti bercerita

dengan teman sebangku. Sedangkan siswa dikatakan tidak aktif jika tidak

menyimak sama sekali penjelasan guru dan melakukan aktivitas lain yang tidak

ada kaitannya dengan pembelajaran.


79

Aspek keempat yang diamati yaitu keantusiasan siswa dalam mengerjakan

tugas. Ketika guru memberi aba-aba kepada siswa untuk mengerjakan tugas,

kemudian siswa dengan cepat mengerjakannya serta terlihat sungguh-sungguh

maka siswa tersebut dikategorikan sebagai siswa aktif. Kemudian, siswa yang

mengerjakan tugas tetapi masih melakukan aktivitas lain dikategorikan kurang

aktif. Dan siswa yang terlihat acuh tak acuh terhadap tugas yang diberikan

dikategorikan tidak aktif.

Tabel 9. Aktvitas Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus II

Persentase Keaktifan
Kurang Tidak
No. Kegiatan Siswa Aktif Jumlah
aktif aktif
(%)
(%) (%)
Memerhatikan dan
merespon apa yang
disampaikan oleh guru 27 8 10 45
1.
mengenai kesalahan- (60%) (17,8 %) (22,2%) (100 %)
kesalahan yang terdapat
pada karangan siswa.
Memerhatikan penjelasan
guru mengenai langkah-
25 9 11 45
2. langkah menulis karangan
(55,5 %) (20 %) (24,5%) (100 %)
narasi dengan model
pembelajaran show not tell.
3. Memerhatikan penjelasan 27 7 11 45
guru mengenai indikator (60 %) (15,5%) (24,5%) (100 %)
penilaian karangan narasi.
4. Menunjukkan sikap antusias 26 10 9 45
dalam mengerjakan tugas (57,8 %) (22,2%) (20 %) (100 %)
tahap pertama dan kedua
dari model pembelajaran
show not tell.

Guru memulai pembelajaran dengan berdoa bersama. Setelah itu, guru

kemudian mengecek kehadiran serta kesiapan siswa dalam menerima materi


80

pelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh

siswa.

Kegiatan inti diawali dengan membahas kesalahan-kesalahan yang sering

muncul pada setiap karangan siswa. Guru menuliskan beberapa kesalahan

penulisan yang terdapat pada karangan siswa. Selain itu guru menjelaskan

penulisan yang benar dari kesalahan-kesalahan tersebut. Kegiatan ini didominasi

oleh siswa yang aktif. Sesuai pengamatan, terdapat 27 orang (60%) siswa yang

memerhatikan dengan baik penjelasan guru. Sedangkan, 8 orang (17,8%)

digolongkan kurang aktif dan 10 orang (22,2%) digolongkan sebagai siswa yang

tidak aktif. Berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya, untuk kegiatan ini

terdapat peningkatan taraf keaktifan siswa.

Setelah membahas kesalahan-kesalahan ejaan dan tata tulis yang terdapat

pada karangan siswa, guru kemudian membagikan gambar seri kepada setiap

siswa. Setelah itu, guru menjelaskan kembali tiga langkah menulis karangan

narasi dengan model pembelajaran Show Not Tell. Hasil pengamatan pada

kegiatan ini menunjukkan 25 orang (55,5%) siswa aktif, 9 orang (20%) kurang

aktif, dan 11 orang (24,5%) tidak aktif.

Menulis karangan narasi dengan model pembelajaran Show Not Tell dibagi

menjadi tiga tahap yaitu 1) menulis kalimat-kalimat yang terdapat pada setiap

gambar, 2) merangkai dan mengembangkan kalimat-kalimat menjadi paragraf,

dan 3) merangkai dan mengembangkan paragraf-paragraf menjadi karangan

narasi. Pada siklus I, kelemahan yang terdapat dari ketiga tahap menulis

karangana narasi dengan model pembelajaran Show Not Tell yaitu tahap pertama
81

dan kedua. Oleh karena itu, pada siklus II ini, kelemahan-kelemahan tersebut akan

dibenahi.

Salah satu faktor penyebab kesalahan yang dilakukan siswa yaitu guru

kurang maksimal menjelaskan langkah-langkah menulis karangan narasi

berdasarkan model pembelajaran Show Not Tell serta indikator yang dinilai.

Selain itu, siswa juga kurang komunikatif dan tidak tanggap dengan penjelasan

guru. Pada pertemuan ini, guru memaksimalkan penjelasannya mengenai hal

tersebut. Guru tidak memulai penjelasan ketika masih ada siswa yang tidak focus

terhadap guru. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa yang aktif pada kegiatan

ini sebanyak 27 orang (60%), kurang aktif 7 orang (15,5%), dan tidak aktif 11

orang (24,5%). Dibandingkan dengan siklus pertama, tingkat keaktifan siswa pada

siklus II menunjukkan peningkatan.

Setelah menjelaskan mengenai indikator penilaian, siswa kemudian diminta

untuk mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk guru. Pada pertemuan ini, guru

mengaplikasikan tahap pertama dan tahap kedua dari model pembelajaran Show

Not Tell. Tahap pertama, siswa menuliskan beberapa kalimat pada setiap gambar

sesuai dengan gambar yang diberikan. Tahap selanjutnya, siswa merangkai

kalimat-kalimat tersebut menjadi sebuah paragraf. Setiap gambar minimal terdiri

dari satu paragraf. Sebelum mempersilahkan siswa mengerjakan tugas, guru

member kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum

dimengerti mengenai tugas tersebut. Berbeda halnya pada siklus I pertemuan

kedua, tingkat keantusiasan siswa pada pertemuan ini lebih meningkat. Siswa
82

yang tergolong aktif sebanyak 26 orang (57,8%) , kurang aktif 10 orang (22,2%),

dan tidak aktif 9 orang (20%).

Pada proses pembelajaran guru mengobservasi kegiatan menulis siswa.

Guru mendekati siswa satu persatu dan menanyakan hal-hal yang kurang

dimengerti siswa. Siswa tidak canggung bertanya kepada guru. Bahkan guru

memberikan contoh kepada siswa mengenai tugas yang diberikan. Berbeda pada

siklus I, siklus II ini siswa lebih terarah. Selain itu, siswa yang bercerita dan

bergurau dengan teman sebangku dapat diminimalisir oleh guru.

Setelah waktu yang ditentukan usai, siswa mengumpulkan pekerjaannya di

meja guru. Sebelum mengakhiri pelajaran, guru mengadakan refleksi. Guru

kemudian mengakhiri pembelajaran dengan salam.

b) Pertemuan Kedua

Seperti halnya pertemuan-pertemuan sebelumnya, guru memulai pelajaran

dengan berdoa bersama. Setelah itu, guru mengecek kehadiran siswa. Pada

pertemuan ini, siswa melanjutkan tahap ketiga dari model pembelajaran Show Not

Tell.

Pada pertemuan kedua, terdapat empat aspek aktivitas siswa yang diamati

yaitu 1) perhatian terhadap penjelasan guru, 2) keantusiasan dalam menulis

karangan narasi, 3) mengajukan pertanyaan, dan 4) partisipasi pada proses

pembelajaran. Keempat aspek tersebut diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yakni

aktif, kurang aktif, dan tidak aktif.


83

Pada aspek pertama dan kedua yaitu perhatian terhadap penjelasan guru dan

keantusiasan siswa, pengklasifikasiannya sama pada pertemuan pertama.

Selanjutnya, aspek ketiga yaitu mengajukan pertanyaan. Siswa yang mengajukan

pertanyaan ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas dikategorikan

sebagai siswa aktif. Selanjutnya, siswa yang mengajukan pertanyaan ketika guru

mendekati dikategorikan cukup aktif dan siswa yang sama sekali tidak

mengajukan pertanyaan dikategorikan tidak aktif.

Partisipasi pada proses pembelajaran merupakan aspek keempat dari

aktivitas siswa yang diamati. Siswa dikategorikan aktif jika memberikan

pertanyaan, pendapat atau tanggapan secara langsung kepada guru selam proses

pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, siswa yang memberikan pertanyaan,

pendapat, dan tanggapan tidak secara langsung tetapi melalui teman maka

dikategirikan kurang aktif. Sedangkan siswa yang tidak memberikan pertanyaan,

pendapat, atau tanggapan selama proses pembelajaran maka dikategorikan tidak

aktif.

Tabel 10. Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kedua Siklus II


Persentase Keaktifan
Kurang Tidak
No. Kegiatan Siswa Aktif Jumlah
aktif aktif
(%)
(%) (%)
Memerhatikan penjelasan
guru mengenai tahap
27 12 6 45
1. ketiga model
(60%) (36,7%) (13,3%) (100 %)
pembelajaran show not
tell.
Menunjukkan sikap
antusias dalam menulis 27 7 11 45
2.
karangan narasi. (60%) (15,5 %) (24,5%) (100 %)
84

Mengajukan pertanyaan 25 9 11 45
3.
jika mengalami kesulitan. (55,5%) (20 %) (24,5%) (100 %)
Berpartisipasi dalam
proses pembelajaran 45
18 13 14
4. dengan memberikan (100 %)
(40%) (28,9%) (31,1 %)
pertanyaan, pendapat dan
tanggapan.

Tahap ketiga dari model pembelajaran Show Not Tell yaitu merangkai dan

mengembangkan paragraf-paragraf yang telah dibuat pada tahap sebelumnya.

Seperti halnya pada siklus pertama, karangan narasi siswa pada siklus ini dinilai

sesuai dengan enam indikator penilaian. Indikator penilaian pada karangan narasi

yaitu: (1) kesesuaian isi dengan gambar, (2) kesesuaian logika urutan cerita,

(3) konflik, (4) penggambaran peristiwa, (5) diksi, dan (6) ejaan dan tata tulis.

Hasil pengamatan terhadap kegiatan ini menunjukkan bahwa siswa yang aktif

sebanyak 27 orang (60%), kurang aktif 12 orang (36,7%) dan sebanyak 6 orang

(13,3%) tergolong tidak aktif.

Guru membagikan kembali hasil kerja siswa pada pertemuan sebelumnya

serta gambar seri. Siswa kemudian menulis karangan narasi. Siswa terlihat lebih

antusias dibandingkan pada siklus I. Keantusiasan siswa pada kegiatan menulis

digambarkan pada jumlah siswa yang aktif lebih banyak dibandingkan siswa yang

kurang aktif dan tidak aktif. Siswa aktif sebanyak 27 orang (60%), kurang aktif 7

orang (15,5%), dan tidak aktif sebanyak 11 orang (24,5%). Selain itu, siswa juga

cenderung aktif bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang kurang dimengerti.

Pertanyaan yang diajukan siswa mengenai hal-hal teknis seperti penulisan kata

yang benar, penggunaan huruf kapital, serta beberapa kosa kata yang kurang

dipahami siswa.
85

Seperti pada pertemuan pertama, guru juga melakukan observasi kegiatan

menulis siswa. Siswa terlihat lebih leluasa bertanya kepada guru mengenai hal

yang kurang atau tidak dimengerti. Setelah menyelesaikan karangannya, siswa

kemudian mengumpulkan karangannnya di meja guru. Setelah itu, guru kemudian

bertanya jawab mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada kegiatan

menulis karangan narasi. Salah satu siswa mengemukakan pendapat, “ Kesulitan

yang saya hadapi dalam menulis yaitu mencari kata yang menarik agar isi

karangannya lebih bagus”. Pada kegiatan ini jumlah siswa yang aktif lebih sedikit

dibandingkan siswa kurang aktif dan tidak aktif. Siswa aktif sebanyak 18 orang

(40%), kurang aktif 13 orang (28,9%) dan tidak aktif sebanyak 13 orang (31,1%).

Pada kegiatan akhir, guru dan siswa mengadakan refleksi. Siswa antusias

memberikan pendapat. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan

salam.

c) Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ini, guru memberikan soal kepada siswa. Soal dikerjakan

secara individu. Hal ini bertujuan untuk menilai kemampuan siswa secara

kognitif.

Seperti halnya pertemuan-peretemuan sebelumnya, pada pertemuan ini

terdapat tiga aktivitas siswa yang diamati yaitu: 1) keantusiasan mengerjakan

tugas, 2) ketenangan dalam mengerjakan soal, dan 3) ketepatan dalam

mengumpulkan tugas. Ketiga aspek tersebut diklasifikasikan menjadi tiga bagian,

yakni aktif, kurang aktif, dan tidak aktif.


86

Aspek pertama dan kedua saling berkaitan. Siswa dikatakan aktif jika

mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh, tenang, dan tidak menoleh kiri

kanan. Selanjutnya, dikatakan kurang aktif jika mengerjakan soal tidak ribut tetapi

menoleh kiri kanan. Dan dikatakan tidak aktif jika siswa tidak tenang, terlihat

risih, ribut, dan menoleh kiri kanan.

Aspek ketiga yaitu ketepatan mengumpulkan pekerjaan. Siswa dikatakan

aktif jika mengumpulkan pekerjaan lebih cepat dari waktu yang ditentukan dan

atau tepat pada waktunya. Dikatakan kurang aktif jika mengumpulkan tugas lewat

3 menit dari waktu yang ditentukan. Kemudian tidak aktif jika siswa baru

mengumpulkan tugas apabila guru yang mengambil pekerjaannya secara

langsung.

Tabel 11. Aktivitas Siswa pada Pertemuan Ketiga Siklus I


Persentase Keaktifan
Kurang Tidak
No. Kegiatan Siswa Aktif Jumlah
aktif aktif
(%)
(%) (%)
Menunjukkan siskap
34 5 4 45
1. antusias mengerjakan
(75,5%) (11,1%) (8,9%) (100 %)
soal.
Tenang dalam 34 5 4 45
2.
mengerjakan soal. (75,5%) (11,1%) (8,9%) (100 %)
Mengumpulkan tugas 28 11 6 45
3.
tepat waktu. (62,2%) (24,5 %) (13,3%) (100 %)

Kegiatan siswa pada pertemuan ini adalah mengerjakan soal. Ada tiga jenis

soal yang diberikan yaitu pilihan ganda, menjodohkan, dan esai. Adapun rincian

jumlah soal pada setiap jenis soal yaitu, 5 butir soal pilihan ganda, 5 butir soal

benar salah dan 5 butir soal esai.


87

Pada proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati tiga hal yaitu

keantusiasan siswa dalam mengerjakan soal, ketenangan dalam menjawab soal,

dan ketepatan waktu mengumpulkan tugas. Untuk pengamatan terhadap

keantusiasan siswa dalam mengerjakan soal diurai sebagai berikut. 34 orang

(75,5%) siswa aktif, 5 orang (11,1%) kurang aktif, dan 4 orang (8,9%) tidak aktif.

Sedangkan untuk uraian pengamatan terhadap ketenangan siswa dalam

mengerjakan soal yaitu 34 orang (75,5%) siswa aktif, 5 orang (11,1%) kurang

aktif, dan 4 orang (8,9%) tidak aktif. Selain itu, peneliti juga mengamati

ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas. Berdasarkan pengamatan peneliti,

siswa yang tergolong aktif sebanyak 28 orang (62,2%), kurang aktif sebanyak 11

orang (24,5%), dan tidak aktif sebanyak 6 orang (13,3%). Guru mengelilingi kelas

mengawasi siswa mengerjakan soal. Beberapa kali guru menegur siswa yang

ribut.

Pada kegiatan akhir guru meminta siswa untuk mencari bahan untuk materi

pada pertemuan selanjutnya. Pembelajaran diakhiri dengan salam.

Pada siklus II ini, seluruh perilaku siswa selama proses pembelajaran

berlangsung terdeskripsi melalui observasi. Selama proses pembelajaran

berlangsung, sebagian besar siswa mengikuti dengan baik. Berdasarkan data yang

ada, siswa menunjukkan respon yang baik terhadap instruksi dari guru.

Berdasarkan hasil pengamatan, umumnya siswa sudah memahami materi yang

diberikan guru. Hal ini terlihat dari keaktifan dan keantusiasan siswa pada setiap

kegiatan pembelajaran. Pemberian motivasi yang diberikan oleh guru pada awal

kegiatan pembelajaran mampu memicu motivasi siswa dalam menulis. Penjelasan


88

model pembelajaran Show Not Tell yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat

mereka terima dengan baik sehingga mereka dapat menerapkan model tersebut

dengan lebih baik dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Siswa dapat

diarahkan dengan mudah dan cenderung lebih aktif memerhatikan penjelasan

yang diberikan guru.

Proses kegiatan menulis pada siklus II lebih baik daripada siklus I karena

siswa mengikutinya dengan baik. Selain itu, guru juga menyajikan pelajaran

dengan baik. Dari kegiatan observasi ini dinyatakan bahwa penggunaan model

pembelajaran Show Not Tell meningkatkan kemampuan menulis siswa, khususnya

karangan narasi. Hal tersebut dinyatakan karena selama pelaksanaan siklus kedua,

pada umumnya siswa tampak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, hal

ini diperkuat oleh pendapat guru pada saat wawancara. Guru mengatakan bahwa

model pembelajaran Show Not Tell efektif digunakan karena dapat memudahkan

siswa dalam menulis. Lebih lanjut, guru juga mengemukakan bahwa penggunaan

media gambar seri sangat efektif dalam penerapan model pembelajaran Show Not

Tell. Gambar-gambar yang ditampilkan mampu memicu imajinasi siswa sehingga

siswa memiliki gambaran kalimat yang akan ditulis.

Model pembelajaran yang digunakan pada siklus I dan siklus II membuat

siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, model ini juga

memudahkan siswa dalam menulis. Penggunaan media gambar seri dalam hal ini

sangat memudahkan bagi siswa yang memilki daya imajinasi yang kurang.

Gambar seri yang ditampilkan dapat memicu imajinasi siswa. Pada umumnya,

siswa biasanya diminta menulis karangan hanya berdasarkan tema yang diberikan
89

oleh guru. hal tersebut dapat menyulitkan siswa yang memiliki daya imajinasi

kurang.

2) Data dan Analisis Data Observasi Aktivitas Guru

Pada siklus II ini, data proses pembelajaran diperoleh dari hasil observasi

terhadap aktivitas guru selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Proses

pembelajaran menulis karangan narasi berlangsung selama tiga kali pertemuan.

Setiap pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. Kegiatan observasi dilakukan

dengan menggunakan format observasi guru. gambaran proses aktivitas guru

setiap pertemuan pada siklus II diuraikan sebagai berikut.

a) Pertemuan Pertama

Pada siklus II, terdapat sepuluh aktivitas guru yang diobservasi. Hal tersebut

tergambar pada tabel di bawah ini.

Tabel 12. Aktivitas Guru pada Pertemuan Pertama Siklus II


Kurang Cukup Baik
No. Kegiatan Guru
(1) (2) (3)
1. Guru membuka pelajaran. 
Mengecek kehadiran dan
2. 
kesiapan siswa.
Menyampaikan tujuan
3. 
pembelajaran.
4. Memotivasi siswa. 
Mengarahkan siswa pada materi
5. 
pembelajaran.
Memberi penjelasan mengenai
6. kesalahan-kesalahan yang 
terdapat pada karangan siswa.
Mengobservasi kegiatan menulis
7. siswa selama proses 
pembelajaran berlangsung.
90

Memberikan penguatan atau


penghargaan kepada siswa yang
8. 
memberikan apresiasi pada
proses pembelajaran.
9. Mengadakan refleksi. 
10. Menutup pelajaran. 

Pada tabel 9 diperoleh data bahwa aktivitas guru pada pertemuan pertama

siklus II terlaksana dengan baik. Guru membuka pelajaran dengan baik. Setelah

itu dilanjutkan dengan mengecek kehadiran dan kesiapan siswa kemudian

menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru kemudian mengarahkan siswa pada

materi pelajaran. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengemukakan

kesalahan-kesalahan yang terdapat pada karangan siswa pada siklus I kemudian

guru juga menjelaskan kaidah penulisan yang tepat.

Pada saat proses kegiatan menulis berlangsung, guru terlihat aktif

mengobservasi kegiatan siswa. Hal ini terlihat dengan guru mendatangi siswa

secara satu persatu dibangku masing-masing. Beberapa siswa menanyakan hal-hal

yang kurang dimengerti. Guru menjelaskan dengan baik pertanyaan-pertanyaan

yang diberikan siswa. setelah waktu yang ditentukan usai, guru meminta siswa

mengumpulkan pekerjaannya di meja guru. Sebelum mengakhiri pembelajaran,

guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai materi pembelajaran. Siswa

aktif memberikan pendapatnya. Guru memberi penguatan dan penghargaan

terhadap jawaban dan pendapat siswa. Setelah itu, secara bersama-sama guru dan

siswa mengadakan refleksi. Kemudian pembelajaran ditutup oleh guru.


91

b) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua siklus II, terdapat delapan aktivitas guru yang akan

diobservasi. Adapuan aktivitas tersebut tergambar pada table di bawah ini.

Tabel 13. Aktivitas Guru pada Pertemuan Kedua Siklus II


Kurang Cukup Baik
No. Kegiatan Guru
(1) (2) (3)
1. Guru membuka pelajaran. 
Mengecek kehadiran dan
2. 
kesiapan siswa.
Menyampaikan tujuan
3. 
pembelajaran.
4. Memotivasi siswa. 
Mengobservasi kegiatan menulis
5. siswa selama proses 
pembelajaran berlangsung.
Memberikan penguatan atau
penghargaan kepada siswa yang
6. 
memberikan apresiasi pada
proses pembelajaran.
7. Mengadakan refleksi. 
8. Menutup pelajaran. 

Tabel 13 menunjukkan bahwa aktivitas guru pada pertemuan kedua siklus II

ini terlaksana dengan baik. Setiap kegiatan dalam proses pembelajaran dilakukan

dengan baik oleh guru. Pada kegiatan mengobservasi kegiatan menulis karangan

siswa, guru terlihat berpartisipasi aktif.

Pada pertemuan kedua siklus II ini, guru membuka pelajaran dengan baik.

Setelah itu, guru kemudian mengecek kehadiran dan kesiapan siswa dalam

menerima materi pelajaran. Setelah siswa terlihat telah siap, guru melanjutkan

kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Sebelum


92

memulai kegiatan menulis, terlebih dahulu guru memotivasi siswa untuk

menumbuhkan motivasi siswa dalam menulis karangan narasi.

Pada saat kegiatan menulis karangan berlangsung, guru mengobservasi

kegiatan menulis siswa. Seperti halnya pada pertemuan pertama, pertemuan ini

guru mendatangi siswa secara langsung ke bangku masing-masing untuk

memantau kegiatan menulis siswa. Hal ini membuat siswa lebih leluasa untuk

menyampaikan hal-hal yang ingin ditanyakan pada guru. Selain itu, guru memberi

penguatan atau penghargaan pada setiap pertanyaan, jawaban maupun tanggapan

siswa. Di akhir kegiatan, guru mengadakan refleksi kemudian menutup pelajaran

dengan salam.

c) Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga terdapat tujuh aktivitas guru yang akan diobservasi.

Adapun aktivitas tersebut digambarkan pada table di bawah ini.

Tabel 14. Aktivitas Guru pada Pertemuan Ketiga Siklus II


Kurang Cukup Baik
No. Kegiatan Guru
(1) (2) (3)
1. Guru membuka pelajaran. 
Mengecek kehadiran dan
2. 
kesiapan siswa.
Membagi soal kepada setiap
3. 
siswa.
Mengarahkan siswa
4. 
mengerjakan soal.
Mengawasi siswa dalam
5. 
mengerjakan soal.
6. Mengadakan refleksi. 
7. Menutup pelajaran. 
93

Tabel 13 menunjukkan bahwa aktivitas guru pada pertemuan ketiga siklus

dua berlangsung dengan baik. Pada pertemuan ketiga ini, guru memberikan soal

kepada siswa untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Setelah membuka

pelajaran, guru kemudian meminta siswa untuk memberi jarak antar bangku.

Setelah itu, guru kemudian membagikan soal kepada setiap siswa. Guru

mengarahkan siswa untuk mengerjakan soal dengan baik.

Pada saat ujian berlangsung, guru mengawasi siswa dengan mengelilingi

kelas. Guru menegur beberapa orang siswa yang ribut dan berusaha untuk

menyontek pekerjaan temannya. Ujian berlangsung dengan tenang. Setelah waktu

yang tetapkan telah usai, siswa mengumpulkan lembar jawaban. Guru

mengadakan refleksi bersama siswa. Guru merefleksi hasil pembelajaran yang

terlaksana selama enam kali pertemuan. Guru merasa puas dengan hasil yang

dicapai oleh siswanya karena siswa yang sebelumnya pasif dalam pembelajaran

khususnya pembelajaran menulis, sudah mampu menyejajarkan diri dengan siswa

yang berprestasi tinggi.

2. Deskripsi Data Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Narasi


Menggunakan Gambar Seri Melalui Model Pembelajaran Show Not
Tell Pada Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 1 Duampanua Kabupaten
Pinrang

Data hasil pembelajaran yang dimaksud meliputi data proses dan data

produk. Data proses diperoleh melalui hasil data nontes berupa observasi dan

wawancara. Data produk diperoleh melalui tes kognitif dan psikomotor. Tes

kognitif terdiri atas dua bagian yaitu soal menjodohkan dan soal isian. Tes

psikomotor berupa hasil belajar menulis karangan narasi berdasarkan gambar seri.
94

Penilian kedua aspek tersebut dilakukan secara objektif. Namun di satu sisi,

penilian secara afektif tetap diprioritaskan oleh guru.

Guru dan peneliti secara kolaboratif memberikan nilai terhadap hasil

pekerjaan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam

pembelajaran menulis karangan narasi.

a. Data Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Menggunakan


Gambar Seri Melalui Model Pembelajaran Sow Not Tell Siklus I

Data produk berupa tes pembelajaran menulis karangan narasi

menggunakan gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell pada siklus I

dinilai berdasarkan tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ketiga aspek tersebut disajikan sebagai berikut.

1) Penilaian Aspek Kognitif Siklus I

Penilaian aspek kognitif siswa pada siklus I berupa hasil kerja secara

individu. Penilaian tersebut terdiri atas dua bagian yaitu berupa soal menjodohkan

dan isian. Masing-masing bagian berjumlah lima nomor.

Tabel 15. Perolehan Nilai Aspek Kognitif Siklus I


Frekuensi
No. Kategori Rentang Nilai Persentase
Siswa
1. Sangat Baik 86-100 - -
2. Baik 75-85 4 8,89%
3. Cukup 56-74 29 64,44%
4. Kurang 10-55 12 26,67%
Jumlah 45 100%
Nilai Rata-rata 62,96
95

Tabel 15 menunjukkan bahwa perolehan nilai kognitif siswa dari jumlah

keseluruhan yaitu 45 siswa, sebanyak 4 siswa atau 8,89% termasuk kategori baik,

29 siswa atau 64,44% termasuk kategori cukup, dan 12 siswa atau 26,67%

termasuk kategori kurang.

2) Penilaian Aspek Afektif Siklus I

Penilaian aspek afektif siswa pada siklus I terbagi atas dua bagian yaitu,

karakter dan keterampilan sosial. Penilaian karakter terbagi atas empat aspek

yaitu, (1) kerja sama, (2) jujur, (3) tanggung jawab, dan (4) apresiatif. Adapun

bagian dari keterampilan sosial terbagi atas empat aspek yaitu, (1) bertanya

dengan bahasa yang baik dan benar, (2) menyumbangkan ide, (3) menjadi

pendengar yang baik, dan (4) membantu teman yang mengalami kesulitan.

Tabel 16. Perolehan Nilai Aspek Afektif Siklus I

Frekuensi
No. Kategori Rentang Nilai Persentase
Siswa
1. Sangat Baik 86-100 2 4,44%
2. Baik 75-85 4 8,89%
3. Cukup 56-74 39 86,67%
4. Kurang 10-55 - -
Jumlah 45 100%
Nilai Rata-rata 70,17

Tabel 16 menunjukkan bahwa perolehan nilai afektif siswa dari jumlah

keseluruhan yang hadir pada saat pelaksanaan siklus I yaitu, 45 siswa. Hanya 2

siswa atau 4,44% yang termasuk kategori sangat baik, 4 siswa atau 8,89%

kategori baik dan 39 siswa atau 86,67% termsuk kategori cukup.


96

Berdasarkan tabel 16 dapat disimpulkan bahwa nilai aspek afektif siswa

masih kurang. Pelaksanaan model pembelajaran Show Not Tell belum

dilaksanakan secara maksimal oleh guru sehingga berdampak pada siswa yang

kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

3) Penilaian Aspek Psikomotorik

Penilaian aspek psikomotorik siswa pada siklus I yaitu menulis karangan

narasi berdasarkan gambar seri. Adapun aspek penilaian dalam menulis karangan

narasi terbagi atas 6 aspek yaitu, (1) kesesuaian isi dengan gambar, (2) kesesuaian

logika urutan cerita, (3) konflik, (4) penggambaran peristiwa, (5) ketepatan diksi,

dan (6) ejaan dan tata tulis.

Tabel 17. Perolehan Nilai Asapek Psikomotorik Siklus I


Frekuensi
No. Kategori Rentang Nilai Persentase
Siswa
1. Sangat Baik 86-100 1 2,22%
2. Baik 75-85 4 8,89%
3. Cukup 56-74 28 62,22%
4. Kurang 10-55 12 26,67%
Jumlah 45 100%
Nilai Rata-rata 60,25

Tabel 11 menunjukan bahwa perolehan nilai psikomotorik siswa dari jumlah

keseluruhan siswa yang hadir pada pelaksanaan siklus I yaitu, 45 siswa, sebanyak

1 siswa atau 2,22% termasuk kategori sangat baik, 4 siswa atau 8,89% termasuk

kategori baik, 28 siswa atau 62,22% termasuk kategori cukup, dan 12 siswa atau

26,67% termasuk kategori kurang.

Berdasarkan tabel 11 dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran Show Not Tell belum berhasil. Hal tersebut dapt dilihat dari nilai
97

perolehan tes psikomotorik siswa yang masih kurang dalam menulis karangan

narasi.

Setelah mengetahui nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik tiap siswa pada

siklus I, nilai akhir dalam pembelajaran menulis karangan narasi menggunakan

gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell sebagai berikut.

Tabel 18. Perolehan Nilai Akhir Siklus I


Rentang Frekuensi
No. Kategori Persentase
Nilai Siswa
1 Sangat baik 86-100 - -
2 Baik 75-85 4 8,89%
3 Cukup 56-74 39 86,67%
4 Kurang 10-55 2 4,44%
Jumlah 45 100%
Nilai rata-rata 64,51

Tabel 18 menunjukkan bahwa perolehan nilai akhir siswa dari jumlah 46

siswa namun yang hadir pada pelaksanaan siklus I yaitu, 45 siswa, hanya 4 orang

atau 8,89% yang termasuk kategori baik, 39 siswa atau 86,67% termasuk kategori

cukup, dan 2 siswa atau 4,44% termasuk kategori kurang. Berdasarkan KKM

mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa dinyatakan tuntas/lulus jika mendapatkan

nilai ≥70,00. Dari jumlah 45 orang siswa hanya 7 orang yang dinyatakan

tuntas/lulus dengan memperoleh nilai di atas ≥70,00 dan 38 siswa lainnya belum

tuntas/lulus. Berdasarkan perolehan data tes pembelajaran siklus I, dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Show Not Tell belum berhasil.
98

b. Data Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Menggunakan


Gambar Seri Melalui Model Pembelajaran Show Not Tell Siklus II

Data produk berupa tes pembelajaran menulis karangan narasi

menggunakan gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell pada siklus

II dinilai berdasarkan tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ketiga aspek tersebut disajikan sebagai berikut.

1) Penilaian Aspek Kognitif Siklus II

Penilaian aspek kognitif siswa pada siklus II terdiri atas tiga bagian, yaitu

soal pilihan ganda yang terdiri atas lima nomor, soal benar salah lima nomor yang

terdiri lima nomor, dan soal esai yang terdiri atas lima nomor.

Tabel 19. Perolehan Nilai Aspek Kognitif Siklus II

Frekuensi
No. Kategori Rentang Nilai Persentase
Siswa
1. Sangat Baik 86-100 6 13,33%
2. Baik 75-85 29 64,45
3. Cukup 56-74 10 22,22%
4. Kurang 10-55 - -
Jumlah 45 100%
Nilai Rata-rata 77,84

Tabel 19 menunjukkan bahwa perolehan nilai siswa pada siklus II dari

jumlah keseluruhan yaitu, 45 siswa, sebanyak 6 siswa atau 13,3% termasuk

kategori sangat baik, 29 siswa atau 64,45% dikategorikan baik, dan 10 siswa atau

22,22% termasuk kategori cukup. Berdasarkan data perolehan tes kognitif siswa

siklus II, maka disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Show Not Tell

untuk pembelajaran menulis karangan narasi dikatakan berhasil. Hal ini


99

disebabkan pelaksanaan karena guru menyajikan materi dan menerapkan model

secara maksimal. Siswa juga lebih antusias mengerjakan tugas.

2) Penilaian Aspek Afektif Siklus II

Penilaian aspek afektif pada siklus II sama seperti penilaian pada siklus I.

Penilaian aspek efektif dibagi menjadi dua bagian yaitu, karakter dan

keterampilan sosial. Penilaian karakter tebagi menjadi empat yaitu, (1) kerja sama,

(2) jujur, (3) tanggung jawab, dan (4) apresiatif. Sedangkan penilaian

keterampilan sosial terbagi menjadi empat bagian yaitu, (1) bertanya dengan

bahasa yang baik dan benar, (2) menyumbangkan ide, (3) menjadi pendengar

yang baik, dan (4) membantu teman yang mengalami kesulitan.

Tabel 20. Perolehan Nilai Aspek Afektif Siklus II


Frekuensi
No. Kategori Rentang Nilai Persentase
Siswa
1. Sangat Baik 86-100 2 4,44%
2. Baik 75-85 43 95,56%
3. Cukup 56-74 - -
4. Kurang 10-55 - -
Jumlah 45 100%
Nilai Rata-rata 78,23

Tabel 20 menunjukkan bahwa perolehan nilai siswa pada aspek afektif pada

siklus II dengan jumlah siswa 45 orang yaitu, 2 siswa atau 4,44% kategori sangat

baik, selanjutnya 43 siswa atau 95,56% kategori baik. Dari hasil perolehan

tersebut di atas maka disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Show

Not Tell pada pembelajaran menulis karangan telah berhasil.


100

3) Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus II

Penilaian aspek psikomotorik pada siklus II berdasarkan enam yaitu,

(1) kesesuaian isi dengan gambar, (2) kesesuaian logika urutan cerita, (3) konflik,

(4) penggambaran peristiwa, (5) diksi dan gaya bahasa, dan (6) ejaan dan tata

tulis.

Tabel 21. Perolehan Nilai Aspek Psikomotorik Siklus II


Frekuensi
No. Kategori Rentang Nilai Persentase
Siswa
1. Sangat Baik 86-100 6 13,33%
2. Baik 75-85 20 44,45%
3. Cukup 56-74 19 42,22%
4. Kurang 10-55 - -
Jumlah 45 100%
Nilai Rata-rata 77,97

Tabel 21 menunjukkan bahwa perolehan nilai siswa aspek psikomotorik

pada siklus II dengan jumlah siswa 45 orang yaitu, 6 siswa atau 13,33% termasuk

kategori sangat baik, 20 siswa atau 44,45% termasuk kategori baik, dan 19 orang

atau 42,22% termasuk kategori cukup. Dari hasil perolehan tersebut disimpulkan

bahwa penerapan model pembelajaran Show Not Tell pada pembelajaran menulis

karangan telah berhasil.

Setelah mengetahui nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik tiap siswa pada

siklus II, maka dirumuskan nilai akhir menulis karangan narasi menggunakan

gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell sebagai berikut.
101

Tabel 22. Perolehan Nilai Akhir Siklus II


Frekuensi
No. Kategori Rentang Nilai Persentase
Siswa
1. Sangat Baik 86-100 5 11,11%
2. Baik 75-85 28 62,22%
3. Cukup 56-74 12 26,67%
4. Kurang 10-55 - -
Jumlah 45 100%
Nilai Rata-rata 78,1

Tabel 22 menunjukkan bahwa perolehan nilai akhir sisiwa pada siklus II

dengan jumlah siswa 45 orang yaitu, 5 siswa atau 11,11% termasuk kategori

sangat baik, 28 siswa atau 62,22% termasuk kategori baik, dan 12 siswa atau

26,67% dikategorikan cukup. Berdasarkan KKM mata pelajaran bahasa

Indonesia, siswa dinyaakan lulus/ tunts jika perolehan nilai mencapai ≥70,00. Dari

pemaparan sebelumnya, maka disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

Show Not Tell pada pembelajaran menulis karangan narasi telah berhasil.
102

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembelajaran menulis karangan narasi pada penelitian ini mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 13,54 atau 21,42%. Hal ini

merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh guru yang kemudian berkolaborasi

dengan peneliti. Pada siklus II, guru dan peneliti memperbaiki kekurangan-

kekurangan yang terdapat pada siklus I. Hal ini merupakan suatu upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa khususnya menulis

karangan narasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Alwi Hasan, dkk (2007) yang

mengatakan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses, cara atau perbuatan

menjadikan mahluk hidup atau manusia untuk belajar. Di samping itu, Degeng

(1997) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa.

Hal ini kemudian diperjelas oleh pendapat Kunandar (2009) yang mengatakan

bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik.

Penelitian keterampilan berbahasa terkhusus aspek menulis pernah

dilakukan oleh St. Arsyiah (2006) dengan judul “ Kemampuan Siswa Kelas VII

SMP Negeri 5 Pinrang Menyusun Karangan Narasi Berdasarkan Pengalaman

Pribadi”. Hasil penelitian dikategorikan tidak memadai. Selain itu, Herniastuti

(2009) telah melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Show

Not Tell dengan judul “Keefektifan Strategi Belajar Show Not Tell dalam

Pembelajaran menulis cerpen pada siswa Kelas X SMA Negeri 1 Liliriaja

Kabupaten Soppeng”. Hasil penelitian tersebut dikatakan berhasil. Selanjutnya,


103

seperti kedua peneliti tersebut di atas, Rusmina (2007) melakukan sebuah

penelitian dengan judul “Pengaruh Pemanfaatan Media Gambar Seri terhadap

Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas V SD Kecil Bala Batu

Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang”. Hasil penelitian dikategorikan berhasil.

Mengacu pada penelitian tersebut dan masalh-masalah yang ditemukan di

SMA Negeri 1 Duampanua, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Menggunakan

Gambar Seri Melalui Model Pembelajaran Show Not Tell Pada Siswa Kelas X-2

SMA Negeri 1 Duamapanua Kabupaten Pinrang”.

Penelitian terdahulu dengan penelitian ini memiliki kesamaan pada materi

pembelajaran, model pembelajaran, serta media yang digunakan. Subjek

penelitian pertama yaitu, SMP Negeri 5 Pinrang dan memiliki persamaan pada

materi pembelajaran yaitu karangan narasi. Akan tetapi, jenis penelitian tersebut

yaitu deskriptif kualitatif. Selanjutnya, penelitian kedua memiliki persamaan pada

model pembelajaran. Namun, mengkaji materi mengenai pembelajaran menulis

cerpen. Penelitian terakhir memiliki persamaan pada media yang digunakan. Akan

tetapi, subjek penelitian tersebut adalah siswa kelas V SD Kecil Bala Batu. Selain

itu, jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen.

1. Proses Pembelajaran

a. Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siklus I

1) Pertemuan Pertama

Pembelajaran bukan hanya bertitik pada sebuah proses untuk menjadikan

siswa lebih baik. Namun, bagaimana siswa berinteraksi kepada siswa lain dan
104

lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Kunandar (2009) yang

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik. Oleh karena itu, untuk melihat interaksi antara siswa serta kerja sama dan

kekompakan siswa maka pada pertemuan pertama dilakukan diskusi kelompok

untuk melihat kemampuan awal siswa.

2) Pertemuan Kedua

Proses pembelajaran menulis karangan narasi ditujukan dua hal pokok, yaitu

menulis dan penerapan model pembelajaran Show Not Tell dalam pembelajaran

menulis khususnya menulis karangan narasi. Langkah-langkah penerapan model

pembelajaran Show Not Tell dibagi menjadi empat langkah yang diintegrasikan

ke dalam tiga tahap menulis yaitu, tahap pratulis, tahap penulisan, dan tahap

pascatulis.

Menurut Semi (2007), tahap pratulis merupakan kegiatan persiapan yang

harus dilakukan oleh guru dan siswa. kegiatan guru yang dilakukan pada tahap

pratulis ini yaitu, 1) guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, 2) guru

mengecek kehadiran siswa, 3) guru mengemukakan tujuan pembelajaran. Ketiga

kegiatan tersebut merupakan kegiatan guru yang terlaksana dengan baik. adapun

kegtan guru tidak terlaksana dengan baik yaitu, 1) mengemukakan langkah-

langkah pembelajaran Show Not Tell, 2) mengobservasi kegiatan menulis siswa,

dan 3) menjelaskan aspek penilaian karangan narasi yang meliputi enam aspek,

yaitu (a) kesesuaian isi dengan gambar, (b) kesesuaian logika urutan cerita, (c)

konflik, (d) penggambaran peristiwa, ( e) diksi dan gaya bahasa, serta (f) ejaan
105

dan tata tulis. Padahal bagian tersebut adalah salah satu yang penting untuk

dilaksanakan agar siswa lebih terarah melaksanakan proses pembelajaran.

Ketidakefektifan pembelajaran disebabkan kuranganya pemahaman awal

yang diberikan oleh guru. Selain itu, guru kurang memberikan motivasi kepada

siswa sehingga siswa acuh tak acuh pada proses pembelajaran.

Model pembelajaran show Not Tell dibagi menjadi empat bagian. Pada

bagian pertama dikategorkan pada tahap pratulis yaitu mendaftar kalimat sesuai

dengan gambar yang dibagikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Semi (2007)

yang mengemukakan bahwa tahap keempat dari tahap pratulis yaitu merancang

tulisan. Artinya, topik tulisan yang telah ditetapkan dipilah-pilah menjadi

subtopik. Hasil pemilahan ini disusun dalam suatu susunan yang disebut kerangka

tulisan atau outline.

Selanjutnya, siswa merangkai kalimat-kalimat yang telah ditulis pada tahap

sebelumnya menjadi sebuah paragraf. Kegiatan ini masih tergolong tahap pratulis.

Tahap penulisan dan tahap pascatulis dilanjutkan pada pertemuan ketiga.

a) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga, siswa mengaplikasikan tahap penulisan dan tahap pasca

tulis. Siswa kemudian merangkai paragraf-paragraf yang telah ditulis menjadi

sebuah karangan. Kegiatan ini termasuk tahap penulisan. Untuk melihat

kemampuan siswa pada aspek kognitif maka dilakukan evaluasi pada pertemuan

ketiga. Guru membagikan soal individu kepada siswa. Siswa mengerjakan dengan

tenang. Setelah waktu yang ditentukan berakhir, siswa mengumpulkan


106

pekerjaannya. Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa mengomunikasikan

kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa pada kegiatan menulis.

b. Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siklus II

a) Pertemuan Pertama

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Show Not Tell pada

pembelajaran narasi terbagi atas empat tahap yang diintegrasikan ke dalam tiga

tahap menulis, yaitu tahap pratulis, tahap penulisan, dan tahap pascatulis.

Menurut Semi (2007:46), tahap pratulis merupakan kegiatan yang harus

dilakukan oleh guru dan siswa. Dalam tahap ini, guru memberikan persiapan

untuk proses pembelajaran. Langkah-langkah kegiatan guru dan siswa dalam

proses pembelajaran terdiri atas: (1) guru membuka pelajaran dengan

mengucapkan salam, (2) guru mengecek kehadiran dan kesiapan siswa menerima

materi, (3) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (4) guru mengomunikasikan

kepada siswa mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa pada kegiatan

mneulis, (5) guru menjelaskan langkah-langkah menulis karangan narasi dengan

model pembelajaran Show Not Tell, (6) guru menjelaskan indikator peniaian

karangan narasi.

Memasuki kegiatan inti, guru menerapkan dua tahap dari model

pembelajaran Show Not Tell. Tahap pertama, siswa menuliskan kalimat-kalimat

sesuai dengan gambar yang dibagikan. Selanjutnya, pada tahap kedua siswa

merangkai kalimat-kalimat yang telah ditulis menjadi sebuah paragraf.


107

Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa pada pertemuan

pertama siklus II ini menunjukkan bahwa guru melakukan kegiatan pembelajaran

dengan efektif. Selain itu, siswa juga terlihat lebih antusias pada proses

pembelajaran.

b) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua siklus II merupakan integrasi dari tahap penulisan dan

tahap ketiga model pembelajaran Show Not Tell. menurut Semi (2007: 46-52), ada

tiga fokus pada tahap penulisan yaitu, (1) konsentrasi terhadap gagasan pokok

tulisan. Siswa berkonsentrasi pada paragraf-paragraf yang telah dibuat pada tahap

sebelumnya, (2) konsentrasi terhadap tujuan tulisan, yakni menginformasikan

pembaca mengenai peristiwa dan urutan cerita dari gambar seri, (3) konsentrasi

terhadap kriteria calon pembaca.

Sesuai dengan tiga fokus tersebut, kegiatan inti pembelajaran menulis

karangan narasi yaitu, 1) guru membagikan gambar seri kepada siswa, 2) siswa

melanjutkan tugas yaitu merangkai paragraf-paragraf yang telah dibuat menjadi

sebuah karangan, 3) siswa mengumpulkan karangan pada guru.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa pada pertemuan kedua

siklus II menunjukkan bahwa pada tahap penulisan, siswa terlihat lebih antusias

mengerjakan tugas dibandingkan siklus I. Selain itu, sebelum memulai

pembelajaran guru memberi motivasi terhadap siswa sehingga memicu motivasi

siswa dalam menulis.


108

c) Pertemuan Ketiga

Kegiatan inti pada pertemuan ini merupakan evaluasi dari pertemuan-

pertemuan sebelumnya. Pada tahap ini, guru membagikan soal kemudian

menjelaskan petunjuk soal. Siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan. Siswa

mengerjakan secara individu. Setelah waktu yang ditentukan selesai, siswa

mengumpulkan pekerjaannya.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa pada pertemuan ketiga

menunjukkan bahwa pada tahap evaluasi, guru mengevaluasi kemampuan siswa

secara maksimal. Sebelum pembelajaran berakhir, guru mengadakan refleksi

bersama siswa. Siswa terlihat antusias memerhatikan penjelasan guru.

2. Hasil Pembelajaran

Hasil tes yang dikumpulkan pada siklus I dan II ditelaah dan diperiksa

secara cermat berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan. Hasil

menunjukkan keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi berdasarkan

gambar seri sudah memenuhi KKM SMA Negeri 1 Duampanua berikut ini

disajikan rincian peningkatan keterampilan menulis karangan narasi dari siklus I

ke siklus II.
109

Tabel 23. Perbandingan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II

No. Aspek Siklus I Siklus II Peningkatan Persentase


1 Kognitif 62,96 77,84 14,88 23,63%
2 Afektif 70,17 78,51 8,34 11,88%
3 Psikomotorik 60,55 77,97 17,42 28,76%
Jumlah 192,68 234,32 40,64 64,27%
Rata-rata Nilai Akhir 64,22 78,10 13,54 21,42%

Pembahasan hasil penelitian peningkatan menulis karangan narasi

menggunakan gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell yang

dilakukan pada siklus I dan siklus II serta didukung data nontes berupa observasi

dan wawancara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Dalam penelitian tindakan kelas pada siklus I ini, peneliti berkolaborasi

dengan guru melaksanakan pembelajaran menulis karangan narasi menggunakan

gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell. Guru menerapkan ketiga

tahap model pembelajaran Show Not Tell selama tiga kali pertemuan.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I dengan jumlah

siswa sebanyak 45 orang, diketahui nilai rata-rata pada aspek kognitif yaitu 62,96.

Siswa kebanyakan tidak dapat menjawab jenis-jenis karangan narasi.

Aspek afektif siswa pada siklus I mencapai nilai 70,17. Rata-rata siswa telah

memilki aspek afektif yang cukup. Hanya saja, kemampuan menggunakan bahasa

Indonesia dalam mengemukakan pendapat perlu ditingkatkan karena pada saat

mengemukakan pendapat, penggunaan bahasa Indonesia yang baku masih kurang.

Selain itu, dialek daerah juga masih jelas.


110

Aspek psikomotorik pada siklus I mencapai nilai rata-rata 60,25. Hal yang

perlu ditingkatkan dalam aspek psikomotorik yaitu penggambaran peristiwa.

Kebanyakan siswa tidak menggambarkan peristiwa secara runtut. Selain itu,

penggunaan kata serta ejaan masih kurang khususnya penggunaan tanda baca titik

dan koma.

Dari jumlah siswa sebanyak 45 orang, terdapat 2 siswa yang berkemampuan

kurang dengan rentang nilai 10-55. Data nontes hasil observasi menunjukkan

bahwa siswa tersebut kurang konsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung.

Terdapat 4 siswa yang berkempuan baik dengan rentang 75-85. Adapun siswa

yang berkemampuan cukup terdapat 39 siswa dengan rentang 56-74. Namun,

hanya 6 siswa diantaranya yang lulus berdasarkan KKM mata pelajaran bahasa

Indonesia ≥70,00. Berdasarkan nilai kognitif, nilai afektif, dan nilai psikomotorik

pada siklus I dapat ditentukan nilai akhir siswa pada siklus I mencapai rata-rata

64,46.

Pada penelitian tindakan kelas siklus II, peneliti dengan guru melaksanakan

pembelajaran meulis karangan narasi menggunakan gambar seri melalui model

pembelajaran Show Not Tell . guru menerapkan ketiga tahap dari model

pembelajaran Show Not Tell selama tiga kali pertemuan dan melakukan perbaikan

pada kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I. Tindakan lain yang

dilakukan peneliti adalah melakukan observasi dan wawancara kepada siswa dan

guru.

Berdasarkan analisis hasil pembelajaran menulis karangan narasi

menggunakan gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell , pada
111

siklus II dapat diketahui bahwa dari 45 siswa, aspek kognitif siswa tersebut

mencapai nilai rata-rata 77,84. Hal ini mencerminkan kemampuan siswa

menjawab soal yang berhubungan dengan karangan narasi tergolong baik. Pada

aspek kognitif ini terjadi peningkatan sebesar 14,88 atau 23,63%.

Aspek afektif siswa mencapai 78,51. Hal ini memuktikan bahwa pada siklus

II terjadi peningkatan aspek afektif dari siklus sebelumnya yaitu, sebesar 8,34 atau

11,88%.

Adapun aspek psikomotorik siswa pada siklus II yaitu mencapai nilai rata-

rata 77,97. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan siswa menulis karangan

narasi menggunakan gambar seri tergolong baik. Adapun peningkatan aspek

psikomotorik dibandingakan siklus I yaitu 17,42 atau 28,76%.

Berdasarkan rata-rata nilai kognitif, niai afektif, dan nilai psikomotorik

terlihat bahwa dari 45 orang siswa, terdapat 5 siswa yang berkemampuan sangat

baik dengan rentang nilai 86-100. Selanjutnya, siswa yang mendapat nilai kategori

baik yaitu 28 siswa dengan rentang nilai 75-85. Terdapat 12 orang yang termasuk

kategori cukup dengan rentang nilai 56-74. Berdasarkan KKM mata pelajaran

bahasa Indonesia ≥70,00, maka diketahui bahwa seluruh siswa dinyatakan

lulus/tuntas dalam pembelajaran menulis karangan narasi. berdasarkan nilai

kognitif, nilai afektif, dan nilai psikomotorik pada siklus II dapat ditentukan nilai

akhir siswa pada siklus II yaitu mencapai nilai rata-rata 78,11 yang termasuk

kategori baik. Persentase kemampuan siswa menulis karangan narasi

menggunakan gambar seri melalui model pembelajaran Show Not Tell

berdasarkan uraian pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan 13,54 atau
112

21,42%. Berbeda halnya dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh St.

Arsiyah (2006) dengan judul “ Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 5

Pinrang Menyusun Karangan Narasi Berdasarkan Pengalaman Pribadi” yang

menunjukkan bahwa kemampuan siswa menyusun karangan narasi berdasarkan

pengalaman pribadi belum memadai. Terkhusus untuk model pembelajaran Show

Not Tell, Herniastuti (2009) melakukan sebuah penelitian dengan mengangkat

model pembelajaran yang sama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

model pembelajaran Show Not Tell efektif digunakan pada pembelajaran menulis

cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Liliriaja Kabupaten Soppeng. Selain itu,

Rusmina (2007) juga melakukan penelitian menggunakan media gambar seri

untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kemampuan siswa dalam menulis

karangan deskripsi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media

gambar seri memengaruhi kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas V

SD Kecil Bala Batu Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang. Berdasarkan

pemaparan hasil penelitian yang relevan di atas, disimpulkan bahwa penelitian

dengan model Show Not Tell dan media gambar seri mendukung hasil penelitian

ini.

Anda mungkin juga menyukai