Angina pektoris berasal dari bahasa Yunani, ankhon, yang berarti ‘mencekik’ dan pectus
yang berarti ‘dada’. Jadi, angina pectoris dapat diartikan sebagai rasa tercekik di dada.
Angina pectoris sebenarnya bukan penyakit, tetapi merupakan gejala dari penyakit lainnya
pada umumnya adalah penyakit arteri koroner (coronary artery disease) atau penyakit
jantung koroner walaupun dapat juga disebabkan penyakit lain yang nanti akan dibahas.
Penyakit arteri koroner umumnya disebabkan oleh pengendapan zat lemak di dinding
bagian dalam arteri yang disebut aterosklerosis atau arteriosklerosis.
Nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respons terhadap suplai
oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke
lengan kiri, ke punggung, rahang atau ke daerah abdomen. (Corwin, 2009).
Rasa nyeri terikat atau tertekan atau rasa tidak enak pada dada yang khas akibat
dari iskemia otot jantung, bentuk yang klasik tercetus oleh kerja fisik dan menghilang
dengan istirahat. (Ovedoff, 2002)
Suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang khas, yaitu seperti ditekan
atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri. Hal ini biasa timbul
saat pasien melakukan aktivitas dan segera hilang saat aktivitas dihentikan.
(Mansjoer, 2001)
Nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau
reversibel. (Dasar-dasar kardiotoraksik, 1993)
Suatu sindroma akut dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu
seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah
kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof.
Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)
Suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang
biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler).
Tanda utama penyakit jantung iskemi adalah angina pektoris, yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan hubungan antara pasokan dan kebutuhan oksigen miokardial, dan
dapat pula disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen miokardial (bergantung pada
frekuensi jantung, tegangan dinding ventrikel dan daya kontraksi ventrikel), oleh penurunan
pasokan oksigen miokardial (terutama bergantung pada aliran darah koroner, tetapi
terkadang diubah oleh kemampuan darah mengangkut oksigen), atau terkadang oleh
keduanya(2).
Angina pektoris ditandai dengan rasa tidak nyaman dibagian tertentu, yaitu di dada,
rahang, bahu, punggung atau lengan. Serangan angina dapat terjadi karena melakukan
kegiatan fisik yang berat seperti berolahraga, menaiki tangga, atau karena stress dan
emosi. Namun kadangkala serangan angina datang secara tiba-tiba tanpa didahului
kegiatan fisik. Jika gejalanya hanya ringan mungkin bisa dihilangkan dengan beristirahat
sebentar, tapi pengobatan diperlukan bila rasa sakitnya tak tertahankan lagi. Obat yang
biasanya digunakan untuk meredakan keadaan angina pectoris adalah nitrogliserin (NTG).
Penyakit ini dapat terjadi dalam pola yang stabil selama bertahun-tahun atau dapat
menjadi tidak stabil. Pada angina stabil yang tipikal, substrat patologisnya biasanya berupa
penyempitan aterosklerosis yang menetap pada arteri koroner epikardium, selama
beraktivitas, stress emosi, dan lain-lain, memperberat peningkatan konsumsi oksigen
miokardial. Sedangkan untuk pasien angina tidak stabil disebabkan karena adanya
pecahnya plak aterosklerosis yang disertai adhesi atau agregasi platelet, dan menurunkan
aliran darah koroner.
Angina Nokturnal : Nyeri terjadi saat malam hari, biasanya saat tidur, dapat
dikurangi dengan duduk tegak. Biasanya akibat gagal ventrikel kiri.
Angina Dekubitus : Angina saat berbaring
Iskemia tersamar : Terdapat bukti obyektif ischemia (seperti tes pada stress
tetapi pasien tidak menunjukkan gejala)
Faktor Predisposisi
Faktor yang dapat diubah atau dimodifikasi yaitu:
Diet (hiperlipidemia)
Rokok
Hipertensi
Stress
Obesitas
Kurang aktifitas
Diabetes Mellitus
Pemakaian kontrasepsi oral
Faktor yang tidak dapat diubah, yaitu:
Usia
Jenis Kelamin
Ras
Herediter
Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung. (pada
jantung yang sudah sangat parah, pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri
angina semakin buruk).
Untuk lebih dapat memahami angina pektoris ada baiknya kembali kita mengulas
mengenai aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penyakit pada dinding arteri yang besar maupun yang kecil,
akibat adanya disfungsi endotel, inflamasi vascular, menumpuknya lipid, dan kolesterol
pada dinding intima pembuluh darah. Menumpuknya lipid dan kolesterol dapat membuat
formasi plak, remodeling vascular, aliran darah abnormal, kurangnya penyaluran
oksigen ke target organ.
Patogenesis Aterosklerosis
Arteria koronaria pada bagian proksimal, menyebabkan infark miokard dan angina
pectoris.
Angina pektoris biasanya terjadi ketika kebutuhan oksigen melebihi suplai oksigen di
miokardium. Kondisi patologis yang mendasari ketidakseimbangan ini adalah adanya
aterosklerosis pada satu atau lebih arteri koroner epicardial (pembuluh konduktansi).
Pada pasien dengan angina stabil kronis, stenosis arteri koroner yang paling banyak
adalah melebihi 70%. Penurunan linear dalam aliran darah koroner terjadi jika plak
menempati lebih dari 80% lumen arteri. Pada titik ini, penurunan aliran darah tidak
sesuai dengan ukuran plak. Aliran darah yang terganggu dengan lesi aterosklerotik
mungkin dipengaruhi oleh disfungsi vasomotor menyebabkan vasokonstriksi abnormal
dan mengakibatkan berkurangnya suplai darah. Secara fungsional, aliran darah koroner
tidak ada ketika lesi menyumbat lebih dari 95% dari lumen pembuluh darah.
Dari banyak faktor yang mempengaruhi suplai oksigen ke jantung, aliran darah
koroner dan pengeluaran oksigen adalah yang paling penting. Pengeluaran oksigen oleh
sel-sel jantung cukup tinggi (~ 70% -75%) bahkan pada saat istirahat. Karena
pengeluaran oksigen meningkat hanya sedikit ketika jantung bekerja sangat berat,
kebutuhan oksigen yang tinggi harus dipenuhi oleh peningkatan aliran darah koroner.
Peningkatan mendadak kebutuhan oksigen menyebabkan penurunan cepat dalam
resistensi pembuluh darah koroner dan peningkatan aliran darah koroner. Mekanisme
dimana resistensi arteri koroner menurun selama peningkatan kebutuhan tidak
sepenuhnya jelas, tetapi mungkin melibatkan berbagai mediator, seperti adenosin dan
nitrat oksida (NO) dilepaskan dari miosit dan endothelium. Kandungan oksigen dari
darah arteri juga penting. Oleh karena itu, hematokrit (Hct), hemoglobin (Hb), dan gas
darah arteri (ABG) harus dipantau. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen miokard, kontrol
farmakologis angina diarahkan dengan cara meningkatkan suplai oksigen melalui
vasodilatasi pembuluh darah koroner epicardial.
Iskemia
Iskemia pada miokardium terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen di miokardium. Ketidakseimbangan ini sering disebabkan oleh
penurunan aliran darah sebagai akibat dari peningkatan denyut arteri koroner atau
pembentukan trombus. Kondisi ini dikenal sebagai supply ischemia atau low-flow
ischemia dan biasanya terjadi pada saat sindrom koroner akut (ACS) seperti angina
tidak stabil atau MI. Dalam kondisi berbeda, iskemia bisa hasil dari peningkatan
kebutuhan oksigen miokard ketika suplainya tetap. Kondisi ini dikenal sebagai demand
ischemia atau high-flow ischemia dan biasanya ada dalam pengaturan angina stabil
kronis dimana pasien memiliki persediaan tetap pada miokardium dan menjalani
exercise.
Meskipun hal itu berguna untuk memudahkan pemahaman tentang bagaimana
iskemia miokard berkembang, pada kenyataannya sebagian besar pasien baik angina
stabil kronis atau ACS berkembang iskemia dari peningkatan kebutuhan oksigen dan
penurunan suplai oksigen. Seperti yang telah dibahas, pada bagian arteri koroner di
mana lesi aterosklerotik telah berkembang, fungsi vasomotor dari dinding arteri sering
mengalami abnormalitas terhadap disfungsi endotel. Hal ini dapat menyebabkan
vasokonstriksi abnormal dengan memburuknya iskemia yang berlangsung pada pasien
dengan angina stabil kronis. Dalam pengaturan ACS, aliran darah koroner sering
menurun secara akut. Vasokonstriksi koroner bisa terjadi pada sindrom koroner akut ini
juga.
Meskipun faktor risiko telah lama diakui sebagai penyebab untuk perkembangan
CAD, upaya penelitian terus berusaha untuk mengidentifikasi faktor risiko baru untuk
memperbaiki penilaian risiko untuk perkembangan CAD. Faktor risiko baru ini meliputi
protein C-reaktif, homosistein, fibrinogen, dan lipoprotein (a), dan lainnya. Dalam
penelitian internasional case-control yang besar, sembilan faktor risiko klinis yang
sangat terkait dengan perkembangan MI yang pertama dan menyumbang> 90% dari
risiko untuk mengembangkan CAD (merokok, psychosocial, diabetes, hipertensi,dll).
Yang penting hasilnya konsisten di seluruh jenis kelamin, wilayah geografis, dan
kelompok etnis, menunjukkan strategi untuk mengurangi timbulnya CAD dapat
diterapkan secara universal.
Manifestasi Klinis
Nyeri seperti diperas, diikat atau tertekan (biasanya tidak menusuk), terjepit,
terasa panas di daerah perikardium, sternal, atau substernum dada,
kemungkinan menyebar ke lengan, permukaan dalam tangan kiri, permukaan
ulnar jari manis dan jari kelingking, rahang bawah, atau thoraks yang menghilang
selama 2-10 menit.
Rasa sesak, tercekik dan kualitas yang terus-menerus.
Rasa lemah atau baal di lengan atas, pergelangan tangan dan tangan yang
menyertai nyeri
Pada angina stabil dan tidak stabil, nyeri biasanya berkurang dengan istirahat.
Angina Prinzmental tidak mereda dengan istirahat tetapi biasanya menghilang
selama 5 menit.
Tercetus oleh
o Latihan fisik, dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung
o Pajanan terhadap dingin, dapat mengakibatkan basokonstriksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai dengan peningkatan kebutuhan
oksigen
o Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah
mesenterik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaaan
darah untuk suplai jantung (pada jantung yang sudah sangan parah,
pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk)
o Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan,
menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin
dan meningkatnya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung
juga meningkat.
Tanda utama adalah depresi segmen ST pada elektrokardiogram (EKG) selama
serangan.
Pemeriksaan klinik sistem kardiovaskular dan elektrokardiogram di antara waktu
serangan biasanya normal.
a. Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis
susunan atau anmanesis peribadi. Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur
atu tanggal lahir, jenis kelamin, namaorang tua, pendidikan, pekerjaan suku
bangsa dan agama.
b. Keluhan Utama ( Presenting Symptom)
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien
pergi kedokter ataupun mencari pertolongan. Dalam keluhan utama harus
disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama pasien
datang berobat. Riwayat perjalana penyakit disusun yang baik dan sesuai
dengan apa yan diceritakan oleh pasien.
Dalam melakukan anamnesis:
(1) waktu dan lama keluhan berlangsung
(2) sifat dan berat beratnya serangan
(3) Lokalisasi dan penyebarannya, menjalar atau berpindah-pindah
(4) Hubungannya dengan waktu misalnya pagi lebih sakit atau siang atau sore,
(5) hubungan dengan aktivitas,
(6) Keluhan-keluhan yang menyertai serangan
(7) Apakah keluhan baru pertama kali atau berulang kali
(8) faktor risiko dan pencetus serangan.
e. Riwayat peribadi
Riwayat peribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan
kebiasaan. Perlu ditanya pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam
kehidupan hariannya seperti masalah keuangan, perkerjaan dan sebagainya.
Kebiasaan yang ditanya adalah kebiasaan merokok, minum alkohol termasuk
penyalahgunaan obat yang terlarang (narkoba). Pasien yang sering melakukan
perjalanana juga harus ditanyakan tujuan perjalanan yang telah dilakukan untuk
mencari kemungkinan tertular penyakit infeksi tertentu di tempat perjalananya.
Bila ada indikasi riwayat perkawinan dan kebiasaan seksual juga harus
ditanyakan.
Diagnosa pada angina sering kali berdasarkan adanya keluhan sakit
dada yang mempunyai ciri khas sebagai berikut : - letaknya, seringkali pasien
merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau dibawah sternum, atau
dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri kadang-kadang
dapat menjalar ke punggung, rahang, leher,atau ke lengan kanan. - Kualitas
sakit dada pada angina biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas. Sakit
dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan
angina dapat timbul pada waktu tidur malam. Lamanya serangan sakit dada
biasanya berlangsung 1 – 5 menit, walaupun perasaan tidak enak di dada masih
dapat terasa setelah sakit dada hilang. Bila sakit dada berlangsung lebih dari 20
menit , mungkin pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan
disebabkan angina pectoris biasa. Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah
dapat disimpulkan mengenai tinggi rendahnya kemungkinan penderita tersebut
menderita angina pectoris stabil atau kemungkinan suatu angina pectoris tidak
stabil.
Ada 5 hal yang perlu digali dari anamnese mengenai angina pectoris
yaitu : Lokasinya, kualitasnya, lamanya, factor pencetus, factor yang bisa
meredakan nyeri dada tersebut. Beratnya nyeri pada angina pectoris dapat
dinyatakan dengan menggunakan skala dari Canadian Cardiovaskuler Society,
Setelah semua deskriptif nyeri dada tersebut didapat, pemeriksa
membuat kesimpulan dari gabungan berbagai komponen tersebut. Kesimpulan
yang didapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu angina yang tipikal,
angina yang atipikal atau nyeri dada bukan karena jantung. Angina termasuk
tipikal bila : rasa tidak enak atau nyeri dirasakan dibelakang sternum dengan
kualitas dan lamanya yang khas, dipicu oleh aktivitas atau stress emosional,
mereda bila istirahat atau diberi nitrogliserin. Angina dikatakan atipikal bila hanya
memenuhi 2 dari 3 kriteria diatas. Nyeri dada dikatakan bukan berasal dari
jantung bila tidak memenuhi atau hanya memenuhi 1 dari tiga kriteria tersebut.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Tetapi
pemeriksaan fisik yang dilakukan saat serangan angina dapat memberikan informasi
tambahan yang berguna. Adanya gallop, mur-mur regurgitasi mitral, split S2 atau ronkhi
basah basal yang kemudian menghilang bila nyerinya mereda dapat menguatkan
diagnosa PJK. Hal-hal lain yang bisa didapat dari pemeriksaan fisik adalah tanda-tanda
adanya faktor resiko, misalnya tekanan darah tinggi.
Pemeriksaan Penunjang
· Elektrokardiogram (EKG)
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan angina sering masih
normal. Gambaran EKG dapat menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark
miokard di masa lampau. Kadang-kadang menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada
pasien hipertensi dan angina, dapat pula menunjukkan perubahan segmen ST dan
gelombang T yang tidak khas. Pada saat serangan angina, EKG akan menunjukkan
depresi segmen ST dan gelombang T dapat menjadi negatif.
· Foto rontgen dada
Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang normal. Pada pasien
hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak adanya
kalsifikasi arkus aorta.
· Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris.
Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut sering dilakukan
pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meningkat kadarnya
pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan
lipid darah seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan pemeriksaan gula darah perlu
dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti hiperlipidemia dan/atau diabetes melitus.
Pemeriksaan jantung secara spesifik bisa non-invasif atau invasif dan mungkin
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis iskemia pada pasien yang diduga
mengalami angina stabil, untuk mengidentifikasi kondisi terkait faktor pencetus, untuk
stratifikasi risiko, dan untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan. Beberapa
pemeriksaan tersebut seharusnya dilakukan secara rutin pada semua pasien. Dalam
prakteknya, pemeriksaan diagnostik dan prognostik dilakukan bersama-sama, bukan
terpisah, dan banyak dari investigasi yang digunakan untuk diagnosis juga menawarkan
informasi prognostik(7).
Klasifikasi Angina Pectoris menurut Canadian Cardiovascular Society
Classification System:
Kelas I : Pada aktivitas fisik biasa tidak mencetuskan angina. Angina akan muncul ketika
melakukan peningkatan aktivitas fisik (berjalan cepat, olahraga dalam waktu yang lama).
Kelas II : Adanya pembatasan aktivitas sedikit / aktivitas sehari-hari (naik tangga dengan
cepat, jalan naik, jalan setelah makan, stres, dingin).
Kelas III : Benar-benar ada pembatasan aktivitas fisik karena sudah timbul gejala angina
ketika pasien baru berjalan 1 blok atau naik tangga baru 1 tingkat.
Kelas IV : Tidak bisa melakukan aktivitas sehari-sehari, tidak nyaman, untuk melakukan
aktivitas sedikit saja bisa kambuh, bahkan waktu istirahat juga bisa terjadi angina(3).
Tes diagnosis yang dapat dilakukan diantaranya yaitu:
1. Gambaran elektrokardiogram saat istirahat (EKG) diikuti dengan latihan tes toleransi
biasanya tes pertama dilakukan untuk pasien yang stabil.
2. Foto x-ray dada seharusnya dilakukan jika pasien memiliki gejala gagal jantung.
3. Menggunakan radioisotop untuk mendeteksi iskemik miokardium dan mengukur
fungsi ventrikel. thalium 201: tampak area iskemik sebagai area pengambilan
thalium yang menurun.
4. Echocardiography juga dapat digunakan untuk menilai gerak dinding ventrikel saat
istirahat atau selama ada tekanan / stres.
5. Kateterisasi jantung dan arteriografi koroner digunakan untuk menentukan anatomi
arteri, merupakan satu-satunya teknik yang memungkinkan untuk melihat
penyempitan pada koroner. Suatu kateter dimasukkan lewat arteri femoralis ataupun
brakialis dan diteruskan ke aorta ke dalam muara arteri koronaria kanan dan kiri.
Media kontras radio grafik kemudian disuntikkan dan cineroentgenogram akan
memperlihatkan kontur arteri serta daerah penyempitan. Kateter ini kemudian
didorong lewat katup aorta untuk masuk ke ventrikel kiri dan disuntikkan lebih
banyak media kontras untuk menentukan bentuk, ukuran, dan fungsi ventrikel kiri.
Bila ada stenosis aorta, maka derajat keparahannya akan dapat dinilai, demikian
juga kita dapat mengetahui penyakit arteri koroner lain. Arteri koroner bypass
grafting (CABG), atau prosedur revaskularisasi lainnya(3) juga dapat digunakan
untuk fungsi diagnostik.
6. Multigated imaging (MUGA) : mengevaluasi penampilan ventrikel.
7. Injeksi ergonovine (Ergotrate) : pasien yang mengalami angina saat istirahat
menunjukkan hiperspastik pembuluh coroner.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding angina pectoris atau nyeri dada ada yang bersifat cardiac dan
non cardiac, diantaranya:
Non cardiac : Muskuloskeletal pain, kostokondritis, oesofagitis, gastritis,
pleuritis, emboli paru.
Cardiac : Infark Miokard.
Cardiac Non Aterosklerosis : Perikarditis, hipertrofi ventrikel kiri, stenosis
aorta, anemia berat/ hipoksia, emboli/ spasme.
Komplikasi
Komplikasi utama dari angina (stable) adalah unstable angina, infark
miokard, aritmia, dan sudden death.
Penatalaksanaan
Terapi Farmakologi
Tujuan terapi jangka pendek untuk penyakit jantung iskemik adalah untuk
mengurangi atau mencegah gejala angina yang membatasi exersice dan
mengganggu kualitas hidup. Tujuan jangka panjang terapi adalah mencegah
kejadian CHD (Coronary Heart Diseases) seperti infark miokard, aritmia, dan gagal
jantung dan untuk memperpanjang kualitas hidup pasien
Langkah pertama dalam pengobatan angina stabil kronis atau CAD (Coronary
Artery Disease), maka harus ada modifikasi setiap faktor risiko dan adanya
penerapan hidup sehat serta digunakan terapi dengan 3 golongan utama yaitu nitrat,
β-blocker, calsium channel blocker, dan ranolazine
1. Nitrat
Nitrat menjadi pilhan pertama dalam mengelola serangan akut pada
pasien angina stabil kronis jika serangan tersebut jarang terjadi (yaitu hanya
beberapa kali per bulan) atau untuk profilaksis gejala ketika melakukan kegiatan
Nitrat efektif digunakan untuk semua kelas angina karena dapat
mengurangi aliran balik vena ke jantung sehingga mengurangi beban kerja
jantung. Nitrat dapat memvasodilatasi koroner. Nitrat pada umumnya dapat
ditoleransi dengan baik. Untuk mencegah efek yang merugikan akibat
penggunaan jangka panjang, maka harus ada interval bebas nitrat 10 sampai 12
jam. Oleh karena itu, nitrat harus dikombinasikan dengan β-blocker atau CCB
(misalnya verapamil, diltiazem)
Nitrat menghasilkan vasodilatasi dengan 2 mekanisme, yaitu :
menstimulasi produksi monofosfat siklik guanosin (cGMP) dan penghambatan
sintetase tromboksan. Nitrat organik diubah menjadi NO. Oksida nitrat identik
dengan EDRF, senuah vasodilator endogen. Nitrat oksida bereaksi dengan
kelompok sulfhidril pada otot polos vaskular untuk menghasilkan S-nitrosothiol.
Yang kemudian mengaktifkan adenilat guanilat dan meningkatkan konsentrasi
cGMP intraselular. Yang mana cGMP mengatur jumlah kalsium otot polos
vaskuler yang dapat menyebabkan kontraksi otot dengan mengikat kalmodulin
dan fosforilasi rantai myosin
2. β-blocker
Terapi profilaksis untuk pasien dengan episode angina perhari lebih dari
sekali dapat digunakan agen β-blocker. Bahkan β-blocker dapat mengurangi
keparahan dan frekuensi serangan angina axertional serta dapat meningkatkan
keberlangsungan hidup pasien pada pasien yang telah infark miokard.
Sebaliknya, agen ini tidak dapat digunakan untuk angina vasospastic (angina
varian). Rokok mampu mengurangi efektivitas dari antiangina. Hal ini mungkin
akibat dari peningkatan metabolesme hepatik obat atau adanya keterkaitan efek
merokok dengan MVO2 dan oksigenasi.
Kebanyakan β-blocker memiliki efektivitas yang sama dalam pengobatan
angina exertional. Timolol, metoprolol, atenolol, dan propranolol telah terbukti
memberikan efek kardioprotektif. β-blocker dengan waktu paruh yang lama
(misalnya, nadolol) lebih cenderung mempengaruhi produk ganda untuk jangka
waktu yang lebih lama dan dosis yang lebih sedikit perhari. Efektivitas β-blocker
dalam pengobatan angina exertional disebabkan adanya penurunan oksigen
miokard saat istirahat dan selama eksersi, meskipun ada juga kecendrungan
aliran darah meningkat ke arah daerah iskemik. Penurunan kebutuhan oksigen
dikarenakan efek kronotropik negatif (terutama saat berolahraga), efek inotropik
negatif, dan penurunan tekanan darah arteri (terutama tekana sistolik) selama
latihan.
Pemilihan β-blocker pada angina berdasar pada pemilihan dosis yang
tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan memilih antiangina yang
dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien dan biaya.