Hidroponik merupakan sistem budidaya tanaman dengan menggunakan
media selain tanah, tetapi menggunakan media bersifat inert seperti kerikil, pasir, gambut, rockwoll, batu apung atau serbuk gergaji dan ditambahkan larutan hara yang berisi seluruh unsur yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Budidaya sayuran hidroponik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pertanian konvensional diantaranya yaitu: 1. Penggunaan lahan lebih efisien 2. Pengendalian hama dan penyakit lebih mudah. 3. Perawatan lebih mudah 4. Tidak bergantung dengan iklim 5. Penggunaan pupuk dapat diatur 6. Harga sayuran yang dihasilkan lebih tinggi Terdapat beberapa macam-macam sistem hidroponik yaitu sistem air tetes, NFT, Aeroponik, dan sistem sumbu. Sistem air tetes merupakan sistem hidroponik dengan cara menyemprotkan larutan nutrisi pada akar-akar tanaman untuk menjaga kelembapan. NFT merupakan sistem hidroponik dengan cara mengalirkan larutan nutrisi secara tipis. Aeroponik merupakan sistem hidroponik yang bergantung pada kesediaan energi listrik karena sistem ini memanfaatkan kabut unsur hara yang disemprotkan pada akar tanaman. Sistem sumbu merupakan sistem hidroponik yang menggunakan sumbu sebagai perantara antara larutan nutrisi dengan akar tanaman. Teknik hidroponik dapat memanipulasi sinar matahari dengan menggunakan lampu LED. Light Emitting Diode (LED) dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman karena tidak mengeluarkan suhu tinggi. Pertumbuhan tanaman akan maksimum apabila dibantu dengan penyinaran dengan panjang gelombang dan dan lama penyinaran dari jenis lampu yang sesuai. Warna yang sering digunakan dalam teknik hidropnik adalah warna merah, warna putih, dan warna biru. Alat dan bahan yang sering digunakan dalam teknik hidroponik adalah Instalasi/barang bekas, Stock nutrisi, Pompa, Rockwool, Selang, Benih, Sumbu flannel, TDS meter, Net pot, pH meter, dan Air. Pembuatan stock nutrisi dalam teknik hidroponik dapat dilakukan dengan mencampurkan stock nutrisi A dan stock nutrisi B. Stock nutrisi A dengan 5 liter air dicampurkan dengan stock B dengan 5 liter air. Membuat konsentrasi perlakuan dengan mencampurkan 5 ml (stock A+5 liter) dan 5 ml (stock B+ 5 liter) tadi dengan 1 liter air. Campuran ini akan menghasilkan larutan dengan konsentrasi 1000 ppm. Aplikasi nutrisi dalam teknik hidroponik harus memperhatikan masa pembibitan dan umur tanaman yang dihidroponik. Berikut konsentrasi nutrisi yang disarankan sesuai umur tanaman.
Masa budidaya (umur Konsentrasi nutrisi
tanaman) Masa pembibitan (bibit umur 5- 500 ppm (2,5 ml stok A + 2,5 ml stok B 10 hari setelah semai) untuk setiap 1 liter air) 1 minggu setelah pindah tanam 900 ppm (4,5 ml stok A + 4,5 ml stok B (MSPT) untuk setiap 1 liter air) 2 minggu setelah pindah tanam 1100 ppm (5,5 ml stok A + 5,5 ml stok B (MSPT) untuk setiap 1 liter air) 3 minggu setelah pindah tanam 1300 ppm (6,5 ml stok A + 6,5 ml stok B (MSPT) untuk setiap 1 liter air) 4 minggu setelah pindah tanam 1500 ppm (7,5 ml stok A + 7,5 stok B ml (MSPT) untuk setiap 1 liter air)
Teknik pembibitan pada hidroponik dapat dilakukan dengan cara memotong
rockwool menjadi potongan dadu dengan ukuran 2 x 2 cm dan menenmpatkannya pada nampan. Kemudian menyiram potongan rockwool menggunakan air hingga lembab. Setelah itu, melubangi rockwool 2-3 kali ukuran benih menggunakan lidi atau tusuk gigi. Menanam benih pada rockwool yang telah dilubangi. Kemudian letakkan bibit di tempat yang terkena sinar matahari Kemudian proses dilanjutkan dengan melakukan perawatan terhadap bibit selada yang tumbuh. Proses perawatan bibit yang paling utama yaitu melakukan penyiraman secara rutin. Penyiraman dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain: Ketika bibit berumur 5 HST – 10 HST (siap pindah tanam), bibit disiram menggunakan larutan nutrisi dengan konsentrasi 500 ppm. Larutan nutrisi dengan konsentrasi 500 ppm dibuat dengan mencampurkan 2,5 ml stok A + 2,5 ml stok B ke dalam 1 liter air. Ketika bibit telah berumur 10 HST dan telah berdaun 4, maka bibit siap untuk dipindah tanam ke instalasi hidroponik.
Salah satu contoh sayuran yang dapat di budidayakan dengan teknik
hidroponik adalah sayuran kangkung seperti yang dilakukan oleh mahasiswa pendidikan biologi. Mahasiswa pendidikan biologi 2014 melakukan penanaman kangkung dengan teknik hidroponik selama 6 minggu. Pada minggu pertama melakukan penananman benih kangkung pada media rockwooll, setelah benih tumbuh menjadi bibit, bibit kemudian di letakkan di instalasi hidroponik. Setiap minggu dilakukan pengecekan yang meliputi pengukuran pH dan kelembapan dan memberikan larutan nutrisi AB sesuai kebutuhan. Minggu pertama penanaman di instalasi tanggal 5 November 2017 kangkung diberikan nutrisi sebesar 300 ppm, kemudian minggu kedua tanggal 13 November 2017 dilakukan pengamatan dan pemberian nutrisi sebesar 700 ppm, minggu ketiga tanggal 20 November dilakukan pengamatan dan nutrisi sebesar 800 ppm dan panen pertama dengan berat 230,5 gram. Pada minggu ke empat tanggal 27 November 2017 dilakukan pengamatan dan penambahan nutrisi sebesar 900 ppm dan volume air pada tandon sebesar 5 liter. Minggu kelima tanggal 4 Desember 2017 dilakukan pengamatan dilakukan penambahan nutrisi sampai 1200 ppm dan minggu terakhir tanggal 11 Desember dilakukan pengamatan dan pemanenan dengan berat total yang didapat yakni 400 gram, selain itu yang dilakukan adalah membersihkan tandon. Pada penanaman kangkung ini, volume total air pada instalasi hidroponik adalah 40 litel. pH dari awal hingga akhir stabil antara 7,3 – 7,5. Pengaplikasian pupuk AB sebanyak 1 ml = 200 ppm untuk pemakaian 1 liter air, karena air yang digunakan adalah 40 liter maka pupuk yang ditambahkan adalah 1 ml x 40= 40 ml, jadi untuk menambahkan 200 ppm pada instalasi hidroponik dibutuhkan pupuk A 40 ml dan pupuk B 40 ml.