Serangga Hama
OLEH :
Untuk penggolongan ordo serangga yang berpotensi menjadi hama, ordo-ordo ini terbagi
menjadi 8 golongan yaitu :
Ordo – Ordo Serangga Hama
1) Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari kata ortho =lurus dan pteron =sayap, serangga ini bersayap lurus
pada waktu istirahat memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang
dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan
melebar dengan vena-vena yang teratur.
Serangga ini merupakan serangga ordo orthoptera sebagai pemakan tumbuhan tetapi juga
sebagai predator pada serangga lain. Hama ini menyerang pada saat pertumbuhan tanaman hingga
saat pengisian bulir padi.
Tipe perkembangannya merupakan paurometabola atau metamorfosis sederhana yang melalui
tiga stadia yaitu telur - nimpa – dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan
pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya.
Tipe alat ordo ini yaitu memiliki mulut menggigit-mengunyah (mandibulata). Alat mulut seperti
ini digunakan untuk memotong atau menggigit dan mengunyah makanan padat, dicirikan dengan
adanya mandibula yang kuat
Hama Sexava sp. (Belalang Pedang) merupakan salah satu hama penting yang dapat
menyebabkan kerusakan serius pada tanaman kelapa. Serangan yang dilakukan pada imago
memakan daun tanaman kelapa dari bagian tepi daun (margi folii) sementara nimfanya memakan di
antara tulang-tulang daun sehingga menimbulkan lubang-lubang pada daun. Pada serangan berat
yang tertinggal hanya beberapa pelepah pucuk, sedangkan daun-daun di bagian bawah hanya
tertinggal lidinya saja, sehingga tanaman kelapa tidak dapat menghasilkan buah selama 1 sampai 2
tahun.
“Hama ini menyerang pada lahan percobaan dengan intensitas serangan yang cukup besar
karena penularan dari petakan diluar penelitian. Hama ini menyebabkan daun pada tanaman padi
tidak utuh lagi sehingga proses penyerapan fotosintesis kurang sempurna”.(Wahyuningsih, 2010)
Berikut gambar spesies dari Belalang Sembah (Otomantis sp.) :
Belalang Setan
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Fillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Pyrgomorphidae
Genus : Aularches
Spesies : A. miliaris
Nama : Aularches miliaris (Linnaeus, 1758)
Binominal
Sumber : id.wikipedia.com
Belalang setan atau dalam bahasa ilmiahnya Aularches miliaris sedangkan dalam bahasa
inggrisnya adalah Spotted Grasshopper, keberadaannya jarang ditemui dan di India Selatan
dikabarkan terancam punah. Aularches miliaris dapat ditemukan di ASIA Selatan dan ASIA
Tenggara. Di Indonesia sendiri, Aularches miliaris masih bisa ditemukan di Taman Nasional
Baluran, Situbondo Propinsi Jawa Timur, akan tetapi populasinya sedikit.
Belalang ini berukuran besar dan berwarna cerah. Sayapnya berwarna hijau kecoklatan dengan
bercak kuning. Di bagian perutnya terdapat garis-garis merah. Warna nimfa cokelat kehitaman
dengan garis-garis putih.
Belalang ini sangat pemalas. Jika di ganggu,binatang ini tidak terbang dan hanya menjatuhkan
diri. Jika dipegang,belalang akan mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari kepala dan membuat
suara mencicit seperti pada waktu kawin. Belalang setan makan pada waktu malam hari dan bersifat
polifag (pemakan segala macam tanaman).
Makanan serangga ini,di antaranya pisang,kelapa,pinang,dadap,serta kadang jeruk dan tebu.
Kepala dan dada (thorax) berwarna biru gelap dengan garis kuning di bawah mata sampai keatas
mulut, pada dada (thorax) bagian dorsal terdapat gerigi, tungkai berwarna biru gelap, pada femur
tungkai belakang terdapat gerigi berwarna kuning, abdomen berwarna merah cerah dengan garis-
garis hitam, sayap depan (tegmina) berwarna dasar hijau-coklat dengan bintik-bintik kuning seperti
motif macan tutul. Warna tubuh yang berwarna-warni ini berfungsi sebagai pertahanan diri dari
predator atau musuh alaminya.
Selain menggunakan warna tubuh yang menarik, Aularches miliaris memiliki mekanisme
pertahanan diri lainnya seperti mengeluarkan busa yang beracun atau cairan yang berbau busuk
(evil-smelling) dari thorax dan mengeluarkan suara berderit (sama seperti suara yang dikeluarkan
pada saat mating atau kawin). Oleh sebab itu belalang ini sering disebut sebagai belalang setan.
Selain belalang setan, Aularches miliaris juga disebut sebagai belalang busa, belalang tutul utara
atau belalang kopi. Seperti halnya jenis belalang lainnya belalang setan yang berjenis kelamin
jantan memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari pada betina.
Daur hidup :
Telur akan menetas setelah berumur lebih kurang 4 bulan. Sementara itu,lamanya masa nimfa dan
dewasa lebih kurang 5-6 bulan.
Homptera berasal dari kata Homo artinya "sama" dan pteron berarti "sayap". Serangga
golongan ini mempunyai sayap depan berstruktur sama, yaitu seperti selaput (membran). Sebagian
dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya,
kutu daun ( Aphis sp.), sejak menetas sampai dewasa tidak bersayap. Namun, bila populasinya
tinggi sebagian serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan pindah dari satu tempat ke
tempat lain.
Tipe perkembangan hidup ordo Homoptera adalah paurometabola (telur → nimfa →
imago). Kutu daun bersifat partenogenetik , yaitu embrio berkembang didalam imago betina tanpa
pembuahan terlebih dahulu. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama
tanaman .
Alat mulut juga bertipe menusuk mennghisap(housetelata).
Jenis serangga dari golongan ini, antara lain wereng hijau ( Nephotettixapicalis ), wereng
cokelat ( Nilaparvata lugens ), kutu daun penular CVPD ( Diaphorina citri ), kutu daun ( Aphis
sp.);kutu daun ( Myzus persicae) ; kutu daun atau white fly ( Bemisia tabaci Genn); kutu daun jeruk
dan mawar ( Aleurocanthus spiniferus ); kutu daun kelapa ( Aleurodicus destructor Mask); kutu
putih pada tebu ( Oregma lanigera Zehntn); kutu sisik atau kutu perisai hijau pada kopi dan cengkeh
( Coccus viridis ), kutu dompolan ( Pseudococcus citri Risso).
Menurut Aminatun (2012) “Pada Hama Wereng Coklat, menyerang tanaman padi pada
saat memasuki fase pertumbuhan (tanaman muda) hingga fase keluarnya malai. Pada fase
tanaman muda, tanaman diserang dengan cara dihisap cairan selnya dan kemudian akan muncul
gejala seperti menguningnya tanaman padi tersebut, kemudian berwarna coklat dan akhirnya
seluruh tanaman mengering”.
Aminatun (2012) mengatakan “Sedangkan pada fase tanaman yang sudah tua (sudah
keluar malai) serangan wereng coklat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhenti dan
mengakibatkan bulir padi menjadi hampa (kosong)”.
Berikut gambar dari Wereng Coklat (Nilaparvta lugens):
Berikut ialah contoh serangga lain dari ordo homoptera yaitu kutu daun
hitam (Toxoptera aurantii):
a
Berikut salah satu contoh serangga lain dari ordo lepidoptera yaitu ngengat:
Gambar 16. Lalat Buah (Dacus spp.) Gambar 17. Akibat Serangan dari Lalat
(a) Buah (Dacus spp.). (b).
Sumber: Sumber:
https://majalahserangga.wordpress.com
https://karonewsupdate.wordpress.com/201
/2011/07/12/lalat-buah-tephritid/ 2/09/27/kementan-usulkan-anggaran-
%3A rp100-miliar-berantas-hama-lalat-buah/
7.)Thysanoptera(thrips)
Thyasoptera berasal dari kata Thysanos artinya "rumbai" dan pteron berarti "sayap".
Golongan serangga ini berukuran amat kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang dengan bentuk
memanjang, sempit, membranus, dan pada bagian tepinya terdapat rambut-rambut halus berumbai .
Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antena
(sepasang), mata facet dan occelli
Perkembangan hidup serangga Thysanoptera adalah paurometabola (telur → nimfa →
imago).
Tipe alat mulut nimfa dan imago bersifat menusuk mengisap atau memarut-mengisap.
Golongan hama ini dapat merusak daun, bunga, dan buah tanaman. Daun yang terserang hama
menjadi keriting atau salah bentuk. Bunga yang terserang menjadi salah bentuk atau gugur,
sedangkan serangan pada buah menyebabkan bercak-bercak atau gugur. Jenis serangga dari
Golongan Thysanoptera yang sering merusak tanaman, antara lain: thrips hitam pada
tanaman jagung ( Heliothrips striatoptera Kob); thrips pada bibit padi dan jagung ( Thrips oryzae
Will); thrips bawang ( Thrips tabaci Lind).
Thrips merupakan hama penting yang menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan
sel daun muda sehingga pertumbuhannya terhambat. Gejala serangan hama ini adalah pada daun
terdapat titik-titik putih keperakan. Noda keperakan tidak lain akibat adanya luka dari cara makan
hama thrips. Kemudian noda tersebut akan berubah warna menjadi coklat muda. Dan juga pada
daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas.
Berikut gambar dari hama Thrips :
Gambar 19. Thrips menyerang
Gambar 18. Thrips (Thrips tanaman cabai
Sp) (a) Sumber:
http://tabloidsahabatpetani.com/
melawan-hama-thrips-pada-
tanaman-cabe/
8.)Isoptera(Rayap) http://tabloidsahabatpetani.com/
Isoptera berasal dari kata Iso = sama dan ptera= sayap. Serangga ordo Isopetera memiliki
tipe yang sama antara bentuk ukuran dan pembuluh antara sayapan depan dan belakang,berselaput
dalm hal teksutr sayap,
Isoptera adalah serangga yang hidup secara koloni(kasta-kasta)yaitu 1) Kasta Reproduksi
terbagi atas kasta reproduksi primer imago yang bersayap dan bertugas mendirikan koloni baru dan
dipimpin raja dan ratu sedangkan kan kasta reproduksi suplementer yang tidak memiliki sayap dan
terbentuk setelah beberapa raja dan ratu mati 2) Kasta steril yang terdiri atas kasta pekerja dan kasta
prajurit.
Tipe perkembangan paurometabola. Seranga ini memiliki tipe mulut menggigit mengunyah
“Rayap mampu mendegradasi selulosa karena pada saluran pencernaannya terdapat
mikroorganisme simbion seperti bakteri dan protozoa. Bakteri simbion yang terdapat pada usus
belakang rayap merupakan golongan bakteri selulotik, karena mampu menguraikan selulosa
dengan bantuan enzim selulase.” (Maliana, Khotimah, Diba, 2013)
Berikut adalah contohnya Rayap kayu kering ( cryptotermes )Rayap yang merusak kayu kering
atau pohon yang masih hidup ( Coptotermes )
2 Menusuk menghisap (haustelata). Alat mulut tipe ini bentuknya memanjang. Mandibel dan
maksila berfungsi seperti jarum (stilet) untuk menusuk jaringan dan mengisap cairan tanaman.
Gejala kerusakannya berupa bintik-bintik pada daun,mengkerut,menguning, dan kering. Contoh tipe
ini dimiliki wereng,tonggeret,kutu daun (Homoptera),dan kepik (Hemiptera).Serangga yang bertipe
ini adalah serangga ordo homoptera ( wereng, tonggoret, kutudaun) dan ordo hemiptera ( kepik ).
“Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) merupakan salah satu hama tanaman padi di daerah
tropik yang banyak menimbulkan kerugian. Serangga hama tersebut dapat merusak tanaman padi
secara langsung dengan menghisap cairan sel dalam tanaman dan secara tidak langsung dengan
menjadi vektor bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan yang diakibatkan virus”.(Febrianti
and Rahayu)
Gambar 22.tanaman daun pisang
3 Menjilat atau mengisap tidak menusuk. Tipe alat mulut ini juga memanjang. Dalam keadaan
tidak berfungsi alat mulut digulung sehingga mirip “belalai”. “Belalai” ini adalah maksila.
Mandibel pada umumnya tidak ada. Labium sudah tereduksi sehingga yang tampak hanya kedua
palpinya. Contoh serangga yang memiliki tipe alat mulut seperti ini adalah kupu-kupu dan ngengat.
2. Tipe prognatous. Alat mulut terletak pada bagian anterior dari kepala. Contoh : kepik dan
predator.
3. Tipe opisthognatos. Alat mulut terletak pada bagian vertal dari kepala, tetapi mengarah ke
belakang. Contoh : tonggeret,wereng dan kutu daun.
Serangga bersifat dioecious,dengan memproduksi karena adanya penyatuan sel telur dan
sperma.mekansime reproduksi serangga ovipar yaitu dikeluarkan oleh serangga betina dasa sesaat
setelah mengalami fertilisasi. Tipe reproduksi pada serangga,selain ovipar, secara keseluruhan
terdapat 6 tipe,yaitu ovoparity,paedogenesis,polyembriony, dan functional hermaphroditisim.
1. Ovoparity,ini telur tetap berada pada saluran kelamin serangga betina sampai perkembangan
embrio selesai.
2. Viviparity,ini embrio tetap di beri makan oleh induknya setelah masa perkembangan
embrionya selesai. Terdapat 3 tipe sistem reproduksi ini adalah adenotrophic
viviparity,psaudoplacental viviparity, dan hemocoelous viviparity.
3. Paedogenesis,terjadi pada serangga pradewasa,seperti pada larva dapat melahirkan lebih
banyak larva untuk beberapa generasi tanpa kehadiran serangga dewasa.
4. Parthenogenesis digolongkan berdasarkan kepada jenis kelamin yang di hasilkan oleh
sitologis,yaitu arrhenotoky,thelytoky dan amphitoky.
5. Polyembriony,satu telur dapat menghasilkan dua atau lebih individu.
6. Funcitional Hermaphroditisim,satu serangga memiliki karakteristis serangga jantan dan
betina.
Perkembangan pada serangga seperti pada makhluk lainnya dimulai dari pembentukan
telur,pembentukan embrio,dan perkembangan pascaembrio. Perkembangan pascaembrio dilakukan
dengan proses metamorfosis. Metamorfosis berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta = melebihi,
sedangkan morphe = bentuk. Jadi metamorfosis merupakan suatu urutan perubahan yang di alami
seekor serangga pada pertumbuhan dan perkembangannya dari telur melewati masa belum dewasa
(nimfa,larva dan pupa) menuju ke bentuk dewasa atau imago. Terdapat 4 tipe metamorfosis yang di
lakukan oleh serangga, yaitu ametabolous, paurometabolous, hemimetabolous,dan holometabolous
Yaitu :
A. Tanpa metamorfosis ( ametabola )
Maksud dari metamorfosis ini adalah pada tipe ini serangga hanya akan mengalami sedikit
perubahan pada bentuk luar tubuh nya selama masa pertumbuhan. Serangga pradewasa ( gaeag )
memiliki bentuk tubuh luar yang sama dengan serangga dewasa yang membedakan nya adalah
ukuran tubuh dan kematangan alat kelamin nya. Tipe metamorfosis ini terjadi pada serangga-
serangga tak bersayap (apterygota ). Contoh nya adalah kutu buku. “Jenis metamorfosis yakni:
Ametabola yakni serangga yang tidak mengalami metamorfosis contoh pada kutu, metamorfosis
tidak sempurna (Hemimetabola) yang terjadi pada serangga dari ordo Odonata, dan metamofosis
sempurna (Holometabola) contoh pada Lepidoptera.” (Hutabarat, 2016)
Gambar 28.mplk.politanikoe.ac.id.
Gambar 29.trendilmu.com
Daur hidupnya terdiri atas 4 stadium dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Fase telur, larva,
dan pupa merupakan fase akuatik, sedangkan nyamuk dewasa merupakan fase terestrial”.(Saepudin,
2014)
Pertumbuhan serangga ditandai dengan perubahan bentuk dan ukuran. Serangga yang baru
keluar dari telur ukurannya sangat kecil. Dalam waktu singkat serangga berganti kulit. Pada saat
kulit baru masih lunak serangga memperbesar ukuran tubuhnya. Serangga dewasa (imago) tidak
lagi mengalami pergantian kulit sehingga ukurannya tidak dapat bertambah. Lama waktu antara
terjadinya pengantian kulit disebut stadium. Sedangkan wujud/bentuk serangga pada stadium
tersebut disebut instar.
B. Faktor Biotik
Faktor biotik adalah semua faktor yang pada dasarnya bersifat hidup dan berperan dalam
keseimbangan populasi OPT. Termasuk dalam faktor biotik adalah parasit, predator, kompetisi dan
resistensi tanaman. Faktor makanan adalah unsur utama yang menentukan perkembangan OPT.
Tersedianya inang (tanaman dan hewan) yang menjadi sumber makanan merupakan factor
pembatas dalam menentukan taraf kejenuhan populasi (carryng Capacity) lingkungan atas OPT.
Untuk faktor kompetitor, apabila terdapat jenis lain atau individu lain yang kebutuhannya sama di
suatu tempat yang sama maka terjadi kompetisi, Kompetisi intraspesifik menyebabkan pemencaran
dan perkelahian, Kompetisi interspesifik (Jenis hama berbeda tetapi makanan sama). Di dalam hal
ini yang paling sering predator kalah saing. Selain itu musuh alami kadang juga merupakan faktor
yang bisa mengendalikan populasi hama
DAFTAR PUSTAKA
Ariesta, R. K. et al. (2014) ‘Inventarisasi Jenis-Jenis Serangga Pada Bunga Kelapa Sawit Di
Perkebunan Kelapa Sawit Pt Agri Andalas (Persero) Pasar Ngalam Kecamatan Air
Periukan Kabupaten Seluma Dan Implementasinya Pada Pembelajaran Biologi SMAN 3
Seluma Kelas X.B’.
ARIFIN, L. (2016) ‘Keanekaragaman serangga pada tumpangsari tanaman pangan sebagai tanaman
sela di pertanaman kelapa sawit belum menghasilkan’, 7(1), pp. 33–40.
Dwi, S. et al. (2012) ‘PERKEMBANGAN KONSENTRASI HORMON PERTUMBUHAN
UNTUK METAMORFOSIS ULAT SUTERA ( BOMBYX MORI L .)’, pp. 376–383.
Febrianti, N. and Rahayu, D. (2012) ‘Aktivitas Insektisidal Ekstrak Etanol Daun Krinyuh
(Eupatorium odoratum) Terhadap Wereng Cokelat (Nilapavarta lugens Stal.)’, Seminar
Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS, pp. 661–664.
HUTABARAT, D. K. (2016) ‘SENSILA ANTENA PADA RATU DAN PEKERJA LEBAH Apis
dorsata DAN Tetragonula laeviceps : DENSITAS DAN ANALISIS
ULTRAMORFOMETRIK DESMINA KRISTIANI HUTABARAT’.
Maliana, Y. et al. (2013) ‘Aktivitas Antibakteri Kulit Garcinia mangostana Linn Terhadap
Pertumbuhan Flavobacterium dan Enterobacter Dari Coptotermes curvignathus Holmgren’,
2(1), pp. 7–11.
Pabowo, R. and Wilayah, D. I. (2012) ‘SERANGGA PARASITOID DAN PREDATOR
KUTUKEBUL Aleurodicus dispersus Russell DAN Aleurodicus dugesii Cockerell
(HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) DI WILAYAH BOGOR DAN BEBERAPA WILAYAH
LAINNYA’.
SAEPUDIN, I. (2014) ‘EFEKTIVITAS METOPREN DAN KELAINAN MORFOLOGI PADA
LARVA Culex quinquefasciatus’.
WAHYUNINGSIH, S. (2010) ‘EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL PADI SAWAH ( Oryza sativa L .) IRMAN ANDRIAWAN DEPARTEMEN
AGRONOMI DAN HORTIKULTURA’.
Widnyana, K. (2016) ‘KAJIAN FITOKIMIA DAN POTENSI EKSTRAK DAUN TANAMAN
MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI PESTISIDA NABATI’, (11), pp. 402–
406.