Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
POMPA SENTRIFUGAL
Disusun Oleh:
Kelompok 10
2
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya
lah kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum UOP 1: Modul Pompa Sentrifugal ini. Pertama-
tama, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., selaku Dosen Penanggungjawab Modul Pompa
Sentrifugal.
2. Kuntum Khaira, selaku Asisten Laboratorium Praktikum UOP 1: Modul Pompa
Sentrifugal yang telah membimbing kami dalam melaksanakan praktikum.
3. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung
selama penulisan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Laporan ini telah disusun dengan sebaik-baiknya oleh penulis agar dapat bermanfaat
menjadi sumber referensi di bidang Teknik Kimia untuk banyak pihak. Penulis memohon maaf
jika dalam laporan ini terdapat kesalahan ataupun kata-kata yang tidak sesuai. Maka dari itu, kami
mengharapkan adanya masukan dan kritik dari sebagai acuan perbaikan pada penulisan berikutnya.
Terimakasih.
Praktikan
3
BAB I. Pendahuluan
I. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan-hubungan parameter - parameter
kinerja pompa seperti energi pompa (BHP), energi fluida (FHP), efisiensi, head, dan kecepatan
spesifik.
Pompa merupakan perlatan mekanis yang berfungsi untuk menaikkan cairan dari
tempat yang rendah menuju ke tempat lebih tinggi, untuk mengalirkan cairan dair area dengan
tekanan rendah menuju tekanan tinggi, atau menjadi penguat laju aliran pada sistem jaringan
perpipaan. Berdasarkan dari perbedaan prinsip perubahan bentuk energi yang dihasilkan,
pompa diklasifikasikan menjadi:
Rotary pump bekerja dengan merangkap cairan dan mendorongnya melalui rumah
pompa yang tertutup, sehingga mampu mengeluarkan cairan dengan aliran yang lancar. Rotary
pump terbagi menjadi 5, yaitu:
Piston pump merupakan salah satu jenis positive displacement pump dimana ia
menggunakan perubahan energi mekanis pompa menjadi energi aliran fluida. Fluida masuk
melalui katup isap dan keluar melalui katup buang dengan tekanan yang tinggi. Pompa ini
mengeluarkan cairan dalam jumlah yang terbatas dengan debit yang dihasilkan tergantung
4
pada putaran dan panjang langkah piston. Berdasarkan dari jumlah silindernya, piston pump
terbagi menjadi:
2. Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal merupakan jenis pompa yang memanfaatkan gaya sentrifugal untuk
memindahkan fluida dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan medium pipa dan
mempunyai motor pada sistemnya. Daya dari motor diberikan pada poros pompa untuk
memutar impeller untuk meningkatkan laju tekanan dan aliran fluida yang dipasangkan pada
poros tersebut. Cairan memasuki pompa impeller sepanjang atau dekat dengan sumbu berputar
dan dipercepat oleh impeller, mengalir secara aksial radial luar atau ke dalam ruang diffuser
atau volute, kemudian keluar ke dalam sistem perpipaan hilir. Pompa sentrifugal sering
digunakan untuk debit besar melalui head yang lebih kecil. Pada kasus tertentu, pompa
sentrifugal modern mampu mengirimkan hingga 1.000.000 (gl/min) dengan head hingga 300
ft.
5
Gambar 1. Pompa sentrifugal
Sumber: http://www.introtopumps.com
Pompa sentrifugal terbagi menjadi dua jenis, yaitu Volute Pump dan Diffuser Pump.
Volute Pump mempunyai dua bagian utama, yaitu impeller dan rumah volute. Impeller diputar
oleh poros yang digerakkan oleh motor listrik yang menyebabkan terjadinya gaya sentrifugal.
Gaya sentrifugal ini akan bekerja pada zat cair yang masuk ke dalam pompa, sehingga zat cair
tersebut akan mengalir melalui saluran diantara sudut-sudut impeller.
6
besar. Zat cair yang dilempar oleh impeller dialirkan lewat rumah volute, diperlambat
kecepatannya hingga tekanannya naik, kemudian dikeluarkan lewat discharge pompa.
𝑃𝑃 𝑣𝑣 2 𝑑𝑑𝑑𝑑
∆ � + 𝑔𝑔 + � = − − 𝐹𝐹
𝜌𝜌 2 𝑑𝑑𝑑𝑑
Pada setiap titik didapat persamaan tangensial (𝜃𝜃 = 𝑟𝑟𝑟𝑟), angular velocity (ω)
adalah konstan di setiap titik pada impeller, dengan persamaan:
𝜔𝜔 = 2𝜋𝜋 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
7
radius, sehingga dapat disimpulkan bahwa tangential velocity berubah atau bertambah
besar dari pusat blade menuju ujung impellernya.
sehingga bernilai 0, dan outlet velocity dalam hal ini harganya sangat kecil dan diabaikan
terhadap perubahan tekanan sehingga didapat persamaan Bernoulli:
Persamaan di atas mengindikasikan bahwa bagian pompa mulai dari ujung blade
hingga outlet discharge memiliki prinsip mengubah energi kinetik menjadi tekanan yang
cukup besar (injection work).
Secara umum, komponen pompa sentrifugal tersusun atas komponen berputar yang
terdiri dari poros dan impeller, serta komponen statis yang terdiri dari rumah pompa (casing),
penutup casing, dan bantalan (bearing).
8
Casing merupakan komponen utama dari pompa sentrifugal dan didesain
berbentuk sebuah diffuser atau volute casing yang mengelilingi impeller pompa. Volute
casing berfungsi untuk menurunkan kecepatan aliran fluida yang masuk ke dalam
pompa. Desain volute casing pada sisi outlet pompa membentuk corong yang berfungsi
untuk menkonversikan energi tekanan yang membantu menyeimbangkan tekanan
hidrolik pada shaft pompa.
Impeller merupakan bagian utama yang berputar dan sangat berpengaruh pada
pompa sentrifugal yang berfungsi untuk mentransfer energi dari putaran motor menuju
fluida yang dipompa dengan jalan mengakselerasinya dari tengah impeller ke luar sisi
impeller. Impeller yang dibutuhkan pada setiap pompa bergantung atas kebuthan
tekanan, kecepatan aliran, dan kesesuaian sistem pompa. Impeller mempunyai
beberapa tipe, yaitu:
• Open
9
• Semi-Open
• Closed: Single Suction and Double Suction
• Non-clogging
• Axial flow
• Mixed flow
3. Poros (Shaft)
10
Gambar 8. Bearing yang digunakan pada pompa
Sumber: http://www.pumpsandsystems.com
Bearing berfungsi untuk menumpu atau menahan (constrain) beban dari poros
agar dapat berputar dan untuk memperlancar putaran poros dan menahan poros agar
tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek dapat diperkecil. Pada pompa
sentrifugal, bearing yang digunakan berupa journal bearing yang berfungsi untuk
menahan gaya berat dan gaya-gaya yang searah dengan gaya berat tersebut serta thrust
bearing yang berfungsi untuk menahan gaya aksial yang pada poros pompa relative
terhadap stator pompa.
5. Kopling (Coupling)
11
Gambar 9. Kopling pada pompa sentrifugal
Sumber: http://www.ksb.com
Kopling berfungsi untuk menghubungkan dua shaft, dimana satu shaft
merupakan poros penggerak dan satu yang lainnya merupakan shaft yang digerakkan.
Jenis-jenis kopling yang digunakan pada pompa berupa rigid coupling, flexible
coupling, grid coupling, gear coupling, elastrometic coupling, dan disc coupling.
6. Packing & Seal
Packing pada pompa merupakan system yang digunakan untuk mengontrol
kebocoran fluida yang mungkin terjadi pada sisi perbatasan antara bagian pompa yang
berputar. Jika terjadi kebocoran pada pompa sentrifugal, pompa akan dilakukan sealing
menggunakan mechanical seal dan gland packing.
12
Sumber: http://usa.datwyler
7. Sistem Lubrikasi
Sistem lubrikasi pada pompa berfungsi untuk mengurangi koefisen gesek antara
dua permukaan yang bertemu sehingga mengurangi resiko keausan dan dapat berupa
lub oil atau greaster.
Parameter yang mempengaruhi kinerja pompa sentrifugal adalah energi pompa (BHP),
energi fluida (FHP), efisiensi, head, kapasitas, dan kecepatan spesifik.
BHP atau Brake Horse Power adalah tenaga yang dikembangkan oleh mesin di
Flywheel sebelum ditransmisikan melalui drive train. Sedangkan, WHP adalah Water
Horse Power atau daya hidraulik yang merupakan daya yang diteruskan dari pompa
menuju fluida. Kerja yang dihasilkan oleh pompa merupakan fungsi dari total head dan
berat cairan yang dipompa pada periode tertentu.
𝑄𝑄∗𝐻𝐻𝑇𝑇 ∗𝑠𝑠𝑠𝑠
𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊 = … (1)
3960
𝑄𝑄∗𝐻𝐻𝑇𝑇 ∗𝑠𝑠𝑠𝑠
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 = … (2)
3960∗ƞ
Dengan,
Ƞ = efisiensi pompa
Q = kapasitas (gpm)
13
SG = specific gravity cairan
BHP yang merupakan input ke pompa akan lebih besar dari WHP (output) karena
hydraulic dan mechanical losses yang terjadi pada pompa.
3. Head Pump
Dengan head mempunyai satuan feet (ft), P sebagai tekanan (psi), dan sg sebagai
specific gravity cairan. Sementara, persamaan Bernoulli untuk head adalah sebagai berikut:
𝑣𝑣 2 𝑃𝑃 𝑣𝑣 2 𝑃𝑃
�𝑧𝑧 + + � + 𝐻𝐻 = �𝑧𝑧 + + � + ℎ𝑙𝑙 … (4)
2 𝛾𝛾 1 2 𝛾𝛾 2
∆𝑧𝑧 = perbedaan head permukaan cairan pada sisi keluar dengan sisi hisap
∆ℎ𝑝𝑝 = perbedaan head tekanan pada sisi keluar dengan sisi hisap
∆ℎ𝑣𝑣 = perbedaan head kecepatan pada sisi keluar dengan sisi hisap
𝐻𝐻 = jumlah head elevasi dengan head tekanan
ℎ𝑙𝑙 = jumlah head loss major dan head loss minor
14
4. Head Kerugian (Head Loss)
Head loss merupakan energi untuk mengatasi kerugian-kerugian yang terdiri atas
kerugian gesek di dalam pipa-pipa, dan kerugian di dalam belokan-belokan,
sambungan (fittings), katup-katup, dan sebagainya. Persamaan head loss (hl):
ℎ𝑙𝑙 = ℎ𝑙𝑙,𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 + ℎ𝑙𝑙,𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 … (8)
Dengan:
𝐾𝐾 = koefisien kerugian minor
𝑔𝑔 = percepatan gravitasi (𝑚𝑚/𝑠𝑠 2 )
𝑣𝑣 = kecepatan rata-rata aliran fluida dalam pipa (𝑚𝑚/𝑠𝑠)
Dengan:
𝑓𝑓 = faktor gesekan
𝑔𝑔 = percepatan gravitasi (𝑚𝑚/𝑠𝑠 2 )
𝑙𝑙 = panjang pipa (𝑚𝑚)
𝑣𝑣 = kecepatan rata-rata aliran fluida dalam pipa (𝑚𝑚/𝑠𝑠)
𝐷𝐷 = diameter dalam pipa (𝑚𝑚)
Apabila aliran laminar, faktor gesekan dapat dicari dengan rumus:
15
64
𝑓𝑓 = … (10)
𝑅𝑅𝑅𝑅
Sedangkan, apabila aliran turbulen maka faktor gesekan dapat dicari dengan rumus:
16
𝑓𝑓 = … (11)
𝑅𝑅𝑅𝑅
7. Kapasitas
Kapasitas merupakan laju alir dimana cairan digerakkan atau didorong oleh pompa
sehingga mencapai titik yang diinginkan pada prosesnya. Kapasitas diukur dalam
satuan galloons per minute (gpm) atau meter cubic per hour (m3/hr). Persamaan
kapasitas:
Q = 449 x V x A … (12)
Dengan:
Q = kapasitas (gpm)
V = kecepatan cairan (ft/sec)
A = luas pipa (ft2)
NPSH adalah kebutuhan minimum pompa untuk bekerja secara normal dan
dibutuhkan untuk mencegah kavitasi, dimana kavitasi merupakan gejala
menguapnya zat cair yang sedang mengalir (membentuk buih atau gelembung uap)
akibat tekanannya turun sampai dibawah tekanan uap jenuhnya. Saat bergerak di
16
sepanjang impeller, kenaikan tekanan akan menyebabkan gelembung uap pecah
dan menumbuk permukaan pompa. Jika permukaan saluran/pipa terkena tumbukan
gelembung uap tersebut secara terus menerus dalam jangka lama akan
mengakibatkan terbentuknya lubang-lubang pada dinding saluran atau sering
disebut erosi kavitasi. Kavitasi menyebabkan suara berisik, getaran dan turunnya
performansi pompa. Oleh karena itu, NPSH yang tersedia (NPSH available,
NPSHA) dibutuhkan untuk memberikan tekanan lebih dari cairan diatas tekanan
uapnya saat tiba di suction agar pompa tidak mengalami kavitasi. NPSHA harus
lebih besar daripada NPSHR (NPSH required) agar pompa dapat beroperasi dengan
benar. Persamaan NPSHA:
𝑃𝑃𝑎𝑎 −𝑃𝑃𝑣𝑣
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝐴𝐴 = − ℎ𝑠𝑠 − ℎ𝑙𝑙𝑙𝑙 … (13)
𝛾𝛾
6. Kavitasi
Kavitasi merupakan fenomena perubahan fase uap dari zat cair yang sedang
mengalir, karena tekanannyaberkurang hingga dibawah tekanan uap jenuhnya. Hal ini
terjadi karena tekanan dibagian suction lebih kecil atau hanya sedikit lebih besar dari
tekanan uap fluida yang dipompa. Kavitasi akan menurunkan kapasitas pompa, erosi, dan
suara berisik akibat tumbukan antar gelembung gas yang merusak pompa maupun
perpiaan. Apabila tekanan suction berada jauh di bawah tekanan uap fluida maka pompa
tidak bisa berfungsi lagi karena hanya gas yang masuk kedalam pompa. Secara umum,
terdapat beberapa macam tipe kavitasi pompa sentrifugal berdasarkan penyebabnya, yaitu:
1. Suction cavitation (kavitasi pada suction)
17
cavitation. Perbedaan yang besar antara NPSHA dengan NPSHR dapat menyebabkan
resiko kerusakan pada pompa terutama pada air yang relatif dingin (kurang dari 150 ºF).
2. Recirculation cavitation
Recirculation cavitation diakibatkan oleh laju aliran yang rendah pada pompa. Ada
dua tipe dari recirculation cavitation yaitu suction side (terjadi di suction) dan discharge
side (terjadi di discharge).
Jika fluida yang memasuki nozzle suction pompa alirannya terbalik maka akan
menghasilkan vortex dengan kecepatan tinggi baik di mata impeller (impeller eye) maupun
daerah di dekatnya, di nozzle suction, atau di pipa yang dekat dengan nozzle suction.
Kecepatan aliran yang tinggi akan menghasilkan tekanan lokal yang rendah, tekanan lokal
tersebut bisa turun sampai di bawah tekanan uap-nya sehingga akan terjadi kavitasi. Tanda-
tanda terjadinya suction recirculation adalah terdapat kerusakan kavitasi di daerah pressure
side dari inlet vanes atau dekat impeller eye.
Fluida yang meninggalkan sisi discharge impeller atau nozzle discharge pompa
pada flow rate (laju aliran) yang rendah kemungkinan bisa saja berbalik arah, sehingga
menghasilkan vortex (pusaran) berkecepatan tinggi antara dua arah aliran sehingga
menyebabkan area bertekanan rendah. Tekanan dapat turun sampai di bawah tekanan uap
(vapor pressure) fluida sehingga dapat menyebabkan kavitasi. Kerusakan akibat
recirculation cavitation terjadi pada daerah discharge dari batas luar impeller, cutwater,
bagian dalam nozzle discharge, atau pada pipa dekat nozzle discharge.
Vane Passing Syndrome Cavitation terjadi ketika clearance antara ujung impeller
dengan cutwater (bagian ujung impeller yang berbentuk wedge-shape) terlalu kecil,
sehingga menyebabkan turbulensi. Kerusakan akibat Vane Passing Syndrome Cavitation
18
dapat diamati pada bagian center dari cutwater, ujung blade impeller, discharge pelindung
ujung impeller, dan casing pompa bagian downstream teapt dibelakang cutwater.
19
BAB II. Percobaan
Alat:
20
dari proses tersebut. Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah fluida air.
Air digunakan karena jumlahnya yang relatif banyak sehingga memudahkan praktikan
dalam melakukan percobaan.
Bahan:
1. Air
Percobaan 1
Percobaan 2
1. Menvariasikan putaran dari 1100, 1200, 1300, 1400, 1500 rpm dengan laju alir pada
masing-masing tiap putaran sebagai berikut 4, 6, 8, 10 L/s;
21
3. Membaca nilai torsi dengan menggunakan stroboscope;
4. Mentabelkan data-data dan memplot dalam satu grafik ΔP terhadap laju alir pada
beberapa rpm.
1. Menvariasikan laju alir dari 8, 10, 12 L/s dengan laju alir pada masing-masing tiap
laju alir sebagai berikut 1100, 1200, 1300, 1400, 1500 rpm;
4. Mentabelkan data-data dan memplot dalam satu grafik ΔP terhadap laju alir pada
beberapa rpm.
22
BAB III. Pengolahan Data dan Analisis
I. Data Percobaan
Percobaan 1 : Variasi Q pada RPM Tetap
Tabel 1. Pengamatan saat Q divariasikan pada RPM Tetap
23
Q RPM Torsi P1 (in P2 (in
(gpm) (lbf-in) H2O) H2O)
1100 6.3 -4 51.5
1200 7.4 -4 62.5
3.2.Menentukan FHP :
24
𝑄𝑄(𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔) × ∆𝑃𝑃(𝑓𝑓𝑓𝑓 𝐻𝐻2 𝑂𝑂) × 1ℎ𝑝𝑝
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 =
3960(𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔)(𝑓𝑓𝑓𝑓 𝐻𝐻2 𝑂𝑂)
3.3.Menentukan efisiensi :
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹
𝜂𝜂 = × 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
A. Percobaan I
B. Percobaan II
25
III. Grafik Hubungan Parameter
A. Percobaan I
• Hubungan antara Perubahan Laju Alir terhadap Torsi Pompa
14
12
10
8
Torsi
0
0 2 4 6 8 10 12
Q
1100 rpm 1200 rpm 1300 rpm 1400 rpm 1500 rpm
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
RPM
26
• Hubungan antara Peningkatan Laju Alir terhadap Efisiensi Pompa
0.25
0.2
1200 rpm
0.1 1300 rpm
1400 rpm
0.05 1500 rpm
0
0 2 4 6 8 10 12
Q
B. Percobaan II
• Hubungan antara Penurunan Tekanan terhadap RPM
10
9
8
Perubahan Tekanan
7
6
5 8 gpm
4 10 gpm
3 12 gpm
2
1
0
0 500 1000 1500 2000
RPM
27
0.45
0.4
0.35
0.3
BHP 0.25
8 gpm
0.2
10 gpm
0.15
12 gpm
0.1
0.05
0
0 2 4 6 8 10
Delta P
0.12
0.1
0.08
Efisiensi
0.06 8 gpm
10 gpm
0.04
12 gpm
0.02
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
BHP
28
IV. Analisis
A. Analisis Percobaan
29
air terakumulasi di bawah alat. Hal ini tentunya mempengaruhi kinerja dari pompa
sentrifugal, yang selanjutnya akan dibahas pada analisis kesalahan.
Parameter –parameter dalam pompa sentrifugal adalah kapasitas (Q), head, BHP
(Brake Horse Power), BEP (Best Efficiency Point) dan kecepatan spesifik. Parameter-
parameter ini bisa divariasikan untuk mendapatkan kerja pompa yang memuaskan. Pada
percobaan yang kita lakukan parameter kunci yang divariasikan adalah Q, head, dan BHP.
Kapasitas (Q) berarti laju alir dimana liquid bergerak atau didorong oleh pompa ke
titik tertentu yang diinginkan dalam proses. Satuan yang kita gunakan gallons per minute
(gpm) atau kubik meter per jam (m3/hr). Q berubah seiring dengan perubahan proses dalam
operasi yang dipengaruhi oleh:
• Karakteristik liquid proses (misal : densitas, viskositas)
• Ukuran pompa, seksi inlet dan outlet
• Ukuran impeller
• Kecepatan rotasi impeller (RPM)
• Ukuran dan bentuk rongga diantara baling-baling
• Pump suction, suhu discharge, dan kondisi tekanan
4.2.1 Percobaan 1
• Hubungan antara Perubahan Laju Alir (Q) terhadap Torsi (𝝉𝝉) Pompa
Dari data percobaan 1, yang menghasilkan perbandingan antara nilai laju alir (Q)
yang merupakan variabel bebas dari percobaan dengan nilai torsi yang dihasilkan melalui
pembacaan, memperlihatkan nilai perbandingan yang berbanding lurus. Dimana, semakin
besar nilai Q (laju alir) pada tiap RPM yang tetap, maka didapat nilai torsi yang semakin
besar juga. Sehingga, pada grafik antara perubahan laju alir (Q) terhadap nilai dari torsi
pompa dapat terlihat bahwa torsi berbanding lurus dengan laju alir. Hubungan ini dapat
dilihat dengan menggunakan persamaan
𝑄𝑄(𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔)∆𝐻𝐻(𝑓𝑓𝑓𝑓𝐻𝐻2 𝑂𝑂)104
η=
2𝜋𝜋 𝜏𝜏(𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙. 𝑖𝑖𝑖𝑖)𝜔𝜔(𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟)
30
Dimana:
𝑄𝑄 = Laju Alir (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔)
𝜏𝜏 = Torsi (𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙. 𝑖𝑖𝑖𝑖)
Untuk mendapatkan nilai head (∆𝐻𝐻(𝑓𝑓𝑓𝑓𝐻𝐻2 𝑂𝑂)) yang diinginkan atau akan di set
konstan, saat laju alirnya ditingkatkan maka energi pompa (BHP) akan semakin besar juga.
Sehingga putaran impeller pompa juga harus semakin besar. Hal tersebut berakibat pada
torsi yang harus meningkat juga. Karena torsi merupakan suatu kemampuan mesin untuk
memutar atau menggerakan motor (Impeller pada pompa). Oleh Karena itu, dapat
dipastikan bahwa data percobaan berupa perbandingan yang lurus antara nilai laju alir (Q)
dengan torsi (𝜏𝜏) sesuai dengan teori beserta rumus diatas dan sesuai dengan grafik 1 pada
percobaan 1 yaitu menghasilkan grafik yang memiliki bentuk linear keatas antara nilai laju
alir (Q) dengan torsi (𝜏𝜏).
31
• Hubungan antara Peningkatan Laju Alir (Q) terhadap Efisiensi Pompa (𝜼𝜼)
Pada grafik 3 dari percobaan 1 berupa hubungan antara peningkatan laju alir
terhadap efisiensi pompa terlihat bahwa dengan diberikan variasi melalui peningkatan laju
alir, maka efisiensi kerja pompa akan relatif semakin meningkat secara linear. Tetapi, pada
beberapa titik akan mengalami sedikit penurunan efisiensinya kemudian akan naik lagi
seiring dengan kenaikan laju alir.
Lalu, apabila kita analisis lebih lanjut mengenai penurunan efisiensi pada satu titik
tersebut dapat disebabkan karena penurunan nilai head pompa. Pada saat efisisensi dari
pompa menurun tetapi laju alirnya meningkat disebabkan karena terjadinya penurunan
delta P. Dengan penurunan nilai delta P, setalah kita analisis pada titik tersebut juga terjadi
penurunan nilai dari head pompa. Hal tersebut sesuai dengan persamaan dibawah ini yang
memperlihatkan apabila delta P turun maka nilai head pompa juga akan turun Karena
keduanya berbanding lurus. Persamaan tersebut dapat dilihat sebgai berikut:
∆P (ft. H2O)
HT = ∆𝐻𝐻 =
ρ. Sp. Gr
Dimana:
HT = ∆𝐻𝐻 = Head Pompa
∆P = Perubahan Tekanan
Lalu, apabila kita amati pada grafik 3 percobaan 1 diatas, terjadi peningkatan secara
linear antara peningkatan laju alir (Q) terhadap efisiensi dari pompa (η). Hal tersebut sesuai
dengan teori yang tertera mengenai hubungan antara laju alir terhadap efisiensi pada
persamaan dibawah ini. Dimana saat laju alir (Q) dinaikkan maka akan menyebabkan nilai
efisiensi (η) juga akan mengalami peningkatan dikarenakan antara Q dan η memiliki
perbandingan yang lurus. Hubungan ini dapat dilihat pada persamaan berikut:
𝑄𝑄(𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔)∆𝐻𝐻(𝑓𝑓𝑓𝑓𝐻𝐻2 𝑂𝑂)104
η=
2𝜋𝜋𝜋𝜋(𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙. 𝑖𝑖𝑖𝑖)𝜔𝜔(𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟)
Dimana:
𝑄𝑄 = Laju Alir (𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔)
32
η = Efisiensi Pompa(%)
4.2.2 Percobaan 2
33
• Hubungan antara Efisiensi dengan BHP
Berdasarkan grafik yang telah dibuat pada bab sebelumnya, terlihat bahwa nilai
efisiensi yang didapatkan cukup fluktuatif, atau naik-turun. Saat nilai Q bertambah, nilai
efisiensi juga cenderung untuk bertambah. Dimana nilai efiseinsi terbesar didapatkan saat
Q bernilai terbesar juga, yaitu pada 16 gpm. Selanjutnya, pada nilai Q tetap, semakin besar
nilai BHP, nilai efisiensinya cenderung untuk naik. Walaupun terdapat data dimana nilai
efisiensi turun dengan bertambahnya nilai BHP. Adapun rumus efisiensi adalah sebagai
berikut:
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹
𝜂𝜂 = 𝑥𝑥 100%
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
Dimana berdasarkan rumus matematis tersebut, nilai efisiensi dan BHP berbanding
terbalik. Sehingga pada saat nilai FHP tetap/konstan, nilai efisiensi akan turun dengan
bertambahnya nilai BHP. Namun, pada percobaan ini nilai FHP tidak konstan, sehingga
hubungan antara efisiensi dan BHP tidak dapat ditentukan berdasarkan hubungan
matematis tersebut, karena dipengaruhi juga oleh nilai FHP.
C. Analisis Kesalahan
Pada percobaan ini terdapat beberapa kesalahan yang terjadi, seperti nilai efisiensi pompa
yang didapatkan sangat kecil. Adapun kesalahan tersebut disebabkan oleh faktor human
error dan kesalahan paralaks. Pada saat praktikum, praktikan mengalami kesulitan saat
melakukan pembacaan torsi pompa di torsimeter karena putaran rotor yang tidak dapat
berhenti cukup lama, walaupun praktikan telah dibantu oleh tachometer. Selanjutnya, nilai
laju alir, kecepatan sudut, dan tekanan seringkali berubah karena lamanya waktu yang
digunakan praktikan saat membaca torsi. Pergeseran nilai-nilai tersebut mengakibatkan
data yang diambil oleh praktikan menjadi kurang teliti/akurat. Kesalahan juga terjadi
karena praktikan kurang teliti saat membaca skala pressure gauge sehingga nilai tekanan
yang didapatkan juga menjadi kurang akurat.
34
BAB IV. Kesimpulan
1. Parameter yang berpengaruh terhadap kerja pompa sentrifugal adalah energi pompa (BHP),
energi fluida (FHP), efisiensi, dan head atau penurunan tekanan.
2. Hubungan laju alir dengan torsi berbanding lurus, yaitu semakin meningkat laju alir (Q)
maka semakin meningkat juga torsi (𝜏𝜏) yang bekerja pada pompa.
3. Hubungan antara peningkatan RPM terhadap nilai rata-rata BHP memperlihatkan bahwa
semakin meningkat putaran dari impeller (RPM) maka akan semakin meningkat juga BHP
(Energi per satuan waktu dan daya yang diberikan impeller pompa ke fluida) yang
dihasilkan.
4. Hubungan laju alir dengan efisiensi pompa berbanding lurus, yaitu semakin meningkat
nilai laju alir (Q) yang diberikan maka akan meningkatkan efisiensi (η) pompa.
5. Hubungan antara nilai perubahan tekanan dengan nilai putaran impeller (RPM) berbanding
lurus, nilai perubahan tekanan akan semakin besar dengan bertambahnya nilai putaran
impeller.
6. Hubungan antara nilai perubahan tekanan dengan BHP berbanding lurus, dimana nilai
perubahan tekanan semakin besar saat nilai BHP semakin besar pula.
7. Efisiensi tidak hanya dipengaruhi oleh nilai BHP saja, melainkan dipengaruhi oleh nilai
FHP dan BHP.
35
Daftar Pustaka
Anonim. 1989. Petunjuk Praktikum Proses & Operasi Teknik I. Depok: Departemen Teknik Gas &
Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
McCabe, Warren L. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering. New York: McGraw Hill.
Sahdev, Mukesh. 2015. Centrifugal Pumps: Basics Concepts of Operation, Maintenance, and
Troubleshooting, Part I.
Glover, Travis F. 1975. Understanding NPSH for Pumps. Technical Publishing Co.
36