Anda di halaman 1dari 21

Penelitian Energi Terbarukan Banyak yang belum bisa

diterapkan di Masyarakat

Banyak penelitian para akademisi di perguruan tinggi tentang energi terbarukan hanya berhenti di
konsep keilmuan saja. Secara teori sudah bagus namun banyak yang belum bisa diterapkan
dimasyarakat. Padahal sebenarnya saat ini masyarakat sangat membutuhkan energi terbarukan
karena energi konvensional dari alam sudah semakin berkurang kuantitasnya di tengah semakin
banyaknya jumlah populasi dunia.

Oleh karena itu,menurut saya perguruan tinggi haruslah terus mendorong para penelitinya untuk
lebih aktif lagi agar penelitiannya bisa memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. “hal ini juga yang
menjadi salah satu tugas dari perguruan tinggi dalam tri darma perguruan tinggi yakni pengabdian
terhadap kepentingan masyarakat,”urainya.

Dalam pengupayaan energi terbarukan, para peneliti dalam hal ini yang diwakili oleh perguruan tinggi
juga harus bekerja sama dengan dunia industri dan juga pemerintah. Industri berfungsi untuk
menciptakan produk energi nya sedangkan pemerintah bergelut dalam regulasi yang mendukung
pengembangan penelitian energi terbarukan tersebut. “Idealnya sinergi ketiga pihak tersebut mampu
mendukung pengembangan energi terbaharukan di Indonesia,”imbuhnya.

Saat ini juga penting untuk kembali pada konsep back to nature yakni energi maupun teknologi yang
mengguakan bahan dasar dari alam serta green tecnology yang ramah pada lingkungan. Tekonologi
yang ramah lingkungan juga menjadi fokus para peneliti mengingat aktifitas manusia khususnya
industrialisasi telah banyak menyebabkan pencemaran lingkungan dan dunia butuh teknolgi yang
lebih ramah pada lingkungan. “Di negara-negara maju industrialisasi telah menuju penggunaan green
technology harusnya Indonesia juga sudah menuju ke arah sana,”ungkapnya.

Kuncoro melihat hal ini sebagai kesempatan bagi para peneliti baik dosen maupun mahasiswa untuk
melihat konsep back to nature ini sebagai sebuah celah untuk menciptakan energi terbarukan yang
unik dan tepat guna pemamfaatannya bagi masyarakat. Saat ini memang sudah ada banyak
penelitian energi yang berkembang seperti biofiuel dan briket untuk bahan bakar. “Dengan konsep
back to nature dan green tecnology ini baiknya para peneliti mengeksplor lebih dalam tentang energi-
energi baru,”tandasnya.
Kagama Desak Pemerintah Bijaksana
dalam Pengelolaan Energi

YOGYAKARTA-Sektor energi adalah bagian yang penting dan strategis. Namun


sayang, seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan energi, pengelolaannya
dinilai masih belum optimal dan sering masih berpihak kepada kepentingan
asing. Di samping itu, saat ini masih tampak gejala penggunaan energi yang
belum efisien.
"Kebutuhan energi kita itu terus meningkat, tapi pemanfaatannya masih
menunjukkan gejala yang belum efisien," ujar Dekan Fakultas Teknik UGM, Ir.
Tumiran, M.Eng., Ph.D., dalam Seminar Pengelolaan Energi terhadap Nilai
Tambah Nasional, yang digelar di Ghra Sabha Pramana (GSP) UGM, Jumat
(11/3). Acara yang diprakarsai oleh Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama)
tersebut dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha,
Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D. Seminar juga dihadiri perwakilan
Kagama dari beberapa daerah, seperti Banyumas dan Kebumen.

Selain belum efisien, menurut Tumiran, ketergantungan terhadap energi fosil di


Indonesia, khususnya minyak, juga masih tinggi. Padahal, kemungkinan
pengembangan energi baru dan terbarukan (renewable energy), seperti
pemanfaatan sumber energi panas bumi, air, bahan bakar nabati atau biofuel,
angin, matahari (solar cell), biomass, dan coal bed methane (CBM) cukup
terbuka.
Kondisi tersebut berbeda dengan beberapa negara lain, seperti China, yang
cukup berhasil dalam pengelolaan dan pemanfaatan energi. Tumiran
mencontohkan digunakannya kendaraan berbasis elektrik di China sehingga
dapat mengurangi jumlah penggunaan bahan bakar dari energi fosil. "Apalagi
tidak ada jaminan stok energi akan selalu ada. Belum lagi kalau kita bicara
mengenai infrastruktur energi kita yang masih lemah," kata Tumiran yang juga
menjabat anggota Dewan Energi Nasional (DEN) itu.
Dikatakan Tumiran bahwa berbicara tentang energi sangat terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Di sini masih terlihat adanya
kesenjangan kondisi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi antara Jawa dan
luar Jawa. Bukti nyata yang bisa dilihat adalah saat ini sekitar 50% daerah di
luar Jawa belum terkoneksi dengan listrik. Akibatnya, industri sulit tumbuh
optimal di sana. "Nilai tambah produksi dan industrialisasi sangat tergantung
dari pasokan listrik, maka kita mendukung agar pemerintah lebih bijaksana lagi
dalam pengelolaan energi ini," tutur Tumiran.
Sementara itu, Konsul Kehormatan Austria di Yogyakarta, Sugiharto Sulaiman,
mengatakan energi di Indonesia memang tidak akan habis. Hanya saja, bangsa
ini diperkirakan akan kehabisan akal untuk dapat terus mencari sumber-sumber
energi. Sugiharto juga sepakat agar pengelolaan energi di Indonesia dilakukan
dengan 'hati nurani' dan tidak mengedepankan hal-hal politis.
Di Indonesia, saat ini setidaknya ada 118 daerah eksplorasi dan produksi yang
tersebar di 150 kabupaten/kota. Hampir senada dengan Tumiran, Sugiharto
juga menyayangkan sumber energi tak terbarukan Indonesia banyak yang
dikuasai oleh pihak asing dan hasilnya diekspor. Di saat bersamaan, negara ini
justru juga mengimpor barang-barang tersebut. "Sumber energi terbarukan
tidak dikembangkan dengan baik, sementara di sisi lain sumber energi tak
terbarukan dinilai dengan harga pasar," kata Sugiharto.
Untuk itu, Sugiharto mengusulkan beberapa alternatif solusi, yakni
dihentikannya eksploitasi lebih jauh dan menggunakan energi secukupnya.
Selain itu, eksploitasi diharapkan dilakukan oleh perusahaan nasional dan harga
energi ditentukan oleh negara. "Perusahaan nasional harus berperan dalam
eksploitasi dan eksplorasi guna kepentingan bangsa," pungkasnya. (Humas
UGM/Satria AN)
Ketua DPR RI – Pemerintah Harus Mencari
Solusi Tanpa Kenaikan BBM

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia mengakui kenaikan harga BBM berpengaruh
kepada bertambahnya kemiskinan. Pemerintah harus mencari solusi sehingga Bahan Bakar Minyak
(BBM) bersubsidi tidak perlu naik. “Kita harus mencari solusi, oleh karena itu, konversi energi dan
konservasi energi harus segera dilakukan,” kata Marzuki Alie.

Ketua DPR RI Marzuki Alie saat menemui pendemo BEM Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin,
setelah menjadi pembicara dalam Dialog Nasional bertema “Pembangunan Peradaban Islam Menuju
Indonesia Unggul dan Bermartabat”, di Gedung Traning Center UIN Alauddin, Makasar, Senin (5/3).

Dia menyayangkan Indonesia masih besar dalam menggunakan energi yang tidak terbarukan berasal
dari fosil seperti minyak bumi, sedangkan kita lupa untuk mengembangkan energi yang terbarukan.
Potensi energi baru terbarukan sangat besar dimiliki Indonesia, Seharusnya sudah dipikirkan
mengenai pengembangkan energy terbarukan, sehingga perlu pengamanan energi pembangunan,
karena kedepan kebutuhan energy semakin banyak.

Sebagai Negara yang maju suatu keniscayaan industri harus tumbuh, keperluan energinya semakin
besar. Oleh karenanya Marzuki Alie dalam pertemuan Internasional minta peranan Negara di dunia
agar membantu Indonesia mengembangkan energi baru dan terbarukan, antara lain panas bumi yang
dipergunakan hanya 3. “Kalau kita mampu mengembangkan energi baru terbarukan, maka
ketergantungan kita kepada energi fosil akan berkurang,” katanya.

Marzuki Alie juga mengungkapkan, Sebelumnya pertamina atau kilang minyak dalam negeri hanya
bisa mengolah minyak mentah menjadi BBM hanya spek atau klasifikasi tertentu saja. Tidak semua
bisa diolah oleh kilang-kilang dalam negeri, termasuk minyak mentah yang impor. Jadi minyak
mentah yang diimpor terbatas sehingga terjadi praktek mafia, apalagi pembelian terbatas hanya
Petral. “Jika petral bermasalah maka sebaiknya di bubarkan,” tegasnya.

Lebih lanjut dia mengusulkan selain financial audit juga perlu dilakukan operasional audit. Karena
audit oerasional akan melihat efisiensi sejauh mana efisiensi yang dilakukan dengan keberadaan
petral.

Pertamina juga diharapkan mampu mengoptimalkan pengolahan minyak dalam negeri, hingga saat
ini yang diolah oleh pertamina hanya 50, sedangkan 35 digunakan untuk membayar cost recovery,
dan 15 untuk kontraktor.

Ketua DPR Marzuki Alie meminta agar 35 yang digunakan untuk cost recovery diambil alih oleh
pemerintah, sehingga kita mengolah hasil produksi dalam negeri ini 85, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan BBM dalam negeri untuk BBM bersubsidi. “Kita tidak akan terpengaruh dengan harga
minyak dunia, karena kita mampu memproduksi 85,” imbuhnya.

Hal itu dapat dilakukan dengan cara meminta persetujuan Menteri keuangan, Menteri ESDM dan BP
Miga. Persetujuan Menteri Keuangan untuk membayar 35 cost recovery dengan tunai tidak dengan
minyak, Menteri ESDM untuk kontrak perjanjiannya, BP Migas untuk memperhitungkan cost recovery
secara efisien. Menurutnya perlu solusi, dengan berjuang agar 35 biaya cost recovery bisa ditarik
olah dalam negeri, sehingga BBM subsidi tidak perlu naik.

Selain itu, Marzuki Mengungkapkan bahwa keperluan industri yang selama ini dengan kebijakan BBM
impor, tapi bahayanya sering terjadi manipulasi oleh industri dengan sering mengambil BBM
bersubsidi. Dengan naiknya harga minyak dunia, industri akan menghadapi harga minyak yang
mahal, sehingga produksi minyak yang seharusnya untuk rakyat menjadi kurang karena diambil oleh
industry.

Dia mengusulkan solusinya agar segera konfersi pemakaian minyak solar kepada industry ke gas.
Kalau industri segera dikonfersi ke gas, maka industri dalam negeri akan bersaing, harga BBM tidak
akan naik, apapun yang terjadi di luar negeri tidak akan berpengaruh di Indonesia. (as)
Basic Steps dalam Menempuh Kedaulatan Energi
Basic Steps dalam Menempuh Kedaulatan Energi
Indonesia memiliki banyak berbagai sumber daya alam yang melimpah. Mulai dari
panas matahari, berbagai bahan tambang, hasil pertanian dan keanekaragaman hasil laut yang
melimpah. Bila semua ini tidak di manfaatkan dengan baik, maka ini semua akan terbuang
sia-sia.
Sebenarnya kita bisa menjadi negara maju dan bisa bersaing di ranah internasional
dalam masalah energi terbarukan, jika kita saling bahu-membahu antara semua lapisan
masyarakat, para mahasiswa, para pakar ahli dan juga tak kalah penting yaitu peran dari
pemerintah. Ini semua satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan jika kita ingin mencari solusi
untuk energi terbarukan.
Dalam menempuh kedaulatan energi diperlukan step by step dalam mencari solusi
yang selama ini permasalahan energi di indonesia sudah kompleks dan mendesak. Hal ini
sudah jelas disebabkan karena demand (permintaan) akan energi, baik dalam bentuk BBM
maupun listrik terus meningkat melebihi kapasitas produksi di dalam negri. Dalam
data www.migas.esdm.go.id, cadangan minyak Indonesia dari waktu ke waktu terus
berkurang. Terbukti cadangan minyak Indonesia saat ini hanya 4,03 miliar barel atau berada
di peringkat 27 dunia dan pada tahun 2011 produksi minyak indonesia hanya 902.000 barel
per hari. Bila tidak ada penemuan baru, maka dalam 20 tahun ke depan, Indonesia
mengimpor seluruh kebutuhan minyaknya. Untuk mengantisipasi masalah ini maka
diperlukan langkah-langkah yaitu:
1. Mengurangi konsumsi BBM
Ini masalah yang sangat kompleks, bila konsumsi BBM tidak ditemukan solusi yang
tepat. Pemerintah dalam membuat kebijakan tentang pengurangan penggunaan BBM dalam
Perpres No 15 Tahun 2012 yang salah satunya aturan tentang kendaraan dinas tidak
diperkenankan menggunakan BBM bersubsidi, ini tidak memberikan efek yang kuat terhadap
krisisnya energi kita. Diperlukan lagi kebijakan yang signifikan agar krisis energi teratasi.
Penggunaan BBM kita terus meningkat karena adanya penggunaan kendaraan pribadi yang
terus meningkat dan penurunan penggunaan angkutan umum. Terlihat dari data statistik
bahwa pengguna bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebagian besar adalah kendaraan
pribadi, utamanya mobil pribadi.
“Dari data statistik, Pengguna BBM bersubsidi 53% adalah mobil pribadi, 40% sepeda
motor, dan sisanya adalah angkutan,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Statistik Ekonomi
dan Moneter BI Hendy Sulistiowaty, di Jakarta. (www.infobanknews.com). Apakah masalah
ini terus dibiarkan? Sedangkan kebijakan dari pemerintah hanya melakukan pembatasan
penggunaan BBM bersubsidi dan tidak memikirkan cadangan minyak kita yang terus
menipis. Dan juga kendaraan pribadi yang terus meningkat seiringnya pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat pula. Salah satu upaya basic steps untuk mengurangi
konsumsi BBM disamping pembatasan penggunaan BBM bersubsidi juga diperlukan
pembenahan terhadap angkutan umum di semua daerah termasuk ibu kota maupun perkotaan
yang berada di daerah. Banyak masyarakat mengeluhkan kondisi fisik angkutan umum serta
pelayanan yang didapat masih sangat buruk. Staf pengajar Fakultas Teknik Program Studi
Teknik Sipil Universitas Atmajaya, Yogyakarta Imam Basuki, untuk meraih gelar doktor di
Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkapkan, pengembangan sistem angkutan umum
dan pergerakan kendaraan pribadi perlu dikembangkan secara terencana, terpadu antar
berbagai jenis moda transportasi sesuai dengan besaran kota, fungsi kota, dan hirarki
fungsional kota dengan mempertimbangkan karakteristik dan keunggulan karakteristik moda,
perkembangan teknologi, pemakaian energi, lingkungan, dan tata ruang. Untuk itu guna
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dan mampu berkompetisi dengan kendaraan
pribadi, perlu dibuat indikator dan tolok ukur yang diperlukan bagi pelayanan angkutan
umum perkotaan. "Mestinya kebijakan pembangunan transportasi darat dapat mendorong
penggunaan angkutan massal untuk menggantikan kendaraan pribadi diperkotaan sebagai
upaya pelaksanaan pembatasan kendaraan pribadi dan diperlukan indikator kinerja pelayanan
yaitu aksesibilitas, kehandalan/ketepatan, keselamatan, kenyamanan, pentarifan, prasarana
dan sarana," ujarnya menambahkan. (www.okezone.com). Jika angkutan umum segera
dibenahi, maka dengan seiringnya waktu, pengguna kendaraan pribadi akan beralih kepada
angkutan umum. Dengan demikian penggunaan cadangan minyak akan lebih bisa bertahan
lama, anggaran APBN untuk subsidi BBM akan berkurang, kemacetan yang menjadi kendala
di ibu kota maupun perkotaan di daerah pun berkurang dan global warmingpun akan
berkurang dengan berkurangnya polusi kendaraan yang meningkat.

2. Energi terbarukan
Untuk terus tidak ketergantungan dengan minyak sebagai ketahanan energi kita maka
diperlukan langkah untuk menemukan energi pengganti. Ada banyak cara untuk melakukan
energi terbarukan. Dengan langkah yaitu:
1. Mengubah pemakaian BBM untuk pembangkit listik ke pemakaian batubara, gas,
geothermal, dan air.

Sebagaimana juga dicetuskan oleh Menteri ESDM Jero Wacik menyampaikan hal ini
dalam keterangan persnya seusai rapat terbatas kabinet membahas energi,di Kantor
Presiden Kamis, 3 Mei 2012.
(www.presidensby.info/index.php/fokus/2012/05/03/7889.html).
Ini merupakan hal sangat efektif bila kebijakan ini benar-benar dilaksanakan karena bisa
mengurangi pemakaian minyak kita. Sebagai contoh, penggunaan batubara dan gas bumi
(yang selama ini hanya difokuskan untuk ekspor) untuk pembangkit listrik menggantikan
BBM terbukti mengurangi pemakaian BBM untuk pembangkit listrik, dari 34%
(kompas.com, 5 Juni 2006) pada tahun 2006 menjadi 29% pada tahun 2008 (kompas.com, 4
Juni 2008). Metode ini sangat terbukti efektif untuk mengurangi BBM kita walaupun sedikit
mendampakkan efek polusi.
Kemudian potensi energi geotermal Indonesia yang sebesar 27.000 MegaWatt (atau 40
persen potensi energi geotermal dunia) merupakan yang terbesar di dunia. Sayangnya,
potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2008, tidak sampai 8 % potensi
energi geotermal yang dimanfaatkan untuk PLTPB, padahal dari potensi energi panas bumi
saja sudah hampir mampu untuk mencukupi kebutuhan listrik di Indonesia tahun 2008 yang
sekitar 29.000 MW, atau bahkan lebih dari seperempat kebutuhan listrik Indonesia tahun
2020 yang diproyeksikan sebesar 100.000 MW.
Selain energi energi geotermal langkah yang digunakan adalah penggunaan nuklir untuk
membangkitkan listrik. Terlepas dari perseteruan antara WALHI vs BATAN seputar
pemanfaatan nuklir untuk PLTN, data badan energi A.S. tahun 2006 menunjukkan bahwa
fuel cost untuk energi nuklir merupakan yang terendah (US$ 0,0172 per kWh), di bawah
batubara yang US$ 0,0237 per kWh ; sementara minyak bumi adalah yang tertinggi (US$
0,0963 per kWh). Hanya saja, biaya operasi dan maintenance untuk PLTN masih lebih tinggi
daripada batubara. Pemerintah sendiri berencana membangun sampai 3 PLTN dengan total
kapasitas minimal 3.000 MegaWatt, dan diharapkan bisa mulai beroperasi pada tahun 2016.
Indonesia sendiri ternyata memiliki cadangan uranium yang luar biasa melimpah di Papua,
Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Kemudian langkah alternatif lain yang mungkin bisa diperhatikan adalah potensi biomass
sebagai sumber energi. Masyarakat Indonesia sendiri sudah memanfaatkan biomass untuk
memasak sejak dahulu, yang umumnya berasal dari batok kelapa, kayu bakar, serbuk gergaji,
maupun sekam atau merang padi. Di Indonesia, perkebunan kelapa sawit di Kalteng saja
berpotensi menghasilkan listrik lebih dari 200 MW. Belum lagi biomass yang berasal dari
tempat dan sumber lain di Indonesia, seperti sekam padi dan ampas tebu. Pengadaan listrik
dari biomass juga dapat mengurangi pengangguran, karena dapat digolongkan sebagai
kegiatan padat karya.
Adapun energi panas matahari juga cukup menjanjikan. Pulau Kalimantan yang terletak
di khatulistiwa mendapatkan intensitas radiasi matahari yang konstan sepanjang tahun. Di
pulau Kalimantan, intensitas puncak radiasi pada tengah hari bisa mencapai 1,02 kW / m2.
Dengan asumsi efisiensi terendah (15 %) dan luas panel 400 m2, maka potensi daya
maksimum yang bisa dibangkitkan adalah 61,5 kW (atau rata ? rata harian sebesar 20 kW).
Kendala dari pembangkit listrik tenaga surya ini adalah hanya dapat beroperasi jika ada sinar
matahari.
Pilihan lainnya adalah penggunaan incinerator. Incinerator adalah sejenis pembangkit
listrik yang menghasilkan energi listrik dari pembakaran sampah. Setiap 250 ton sampah per
harinya dapat menghasilkan energi listrik sekitar 6,5 MW. Artinya, jika 40 persen dari
sampah di Jakarta yang produksinya sampai 12.000 ton per harinya dapat diumpankan ke
incinerator, maka energi listrik yang dibangkitkan dapat mencapai 125 MW. Keuntungan
lainnya adalah dapat mengurangi volume dan berat sampah. sedangkan kerugiannya adalah
dapat menghasilkan senyawa deoxin yang berpotensi memicu kanker. Tetapi, dengan
teknologi sekarang, emisi deoxin ke lingkungan dapat dikurangi sampai 99,7 persen.

Sebagai tambahan, produksi BBM melalui metode alternatif seperti BBN (Bahan Bakar
Nabati) berupa biodiesel dan bioethanol serta BBM sintetis dari proses coal liquefaction
(destilasi cair batubara) perlu juga mendapat perhatian dan apa yang saya sampaikan tadi,
mengingat Indonesia adalah negara pengekspor batubara kedua terbesar dunia, dan akan lebih
baik jika batubara ini diproses di dalam negri menjadi BBM sintetis (premium dan solar)
untuk memenuhi kebutuhan BBM domestik daripada sekedar mengekspornya ke luar negri.
Berikut adalah langkah-langkah untuk menuju kedaulatan energi. Bila langkah-
langkah ini dijalankan dengan baik, maka negara kita tidak akan kawatir dengan krisis energi
yang akan melanda kita. Kita di anugrahi oleh sang maha kuasa dengan berlimpahnya SDA
kita Dan SDM pada negara kita sudah cukup memadai bahkan tak kalah bersaing dengan
SDM di negara lain. Hanya saja langkah-langkah dari semua ini, basic stepsnya adalah peran
pemerintah masih kurang. Pemerintah hanya mementingkan elit politiknya saja. Sungguh
saya riskan melihat demokrasi dan birokrasi di negara kita masih sangat buruk. Mari para elit
politik bersama-sama merubah dan mereformasi birokrasi dan demokrasi kita demi
terwujudnya stabilitas dan ketahanan energi kita yang baik. Semoga pemerintah lebih serius
memikirkan alternatif ini, tidak hanya menurunkan harga BBM, memajukan jam belajar
sekolah, dan kebijakan lainnya yang sebenarnya tidak tepat untuk mengatasi krisis energi di
Indonesia.
Krisis energi yang semakin dirasakan oleh
masyarakat dunia akibat pemakaiannya yang terus
meningkat, menjadi keprihatinan para pakar di
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dilandasi
oleh keprihatinan itu dan dalam rangka mencari
solusi atas semakin berkurangnya cadangan
minyak bumi, pasokan listrik dan sumber daya alam
lainnya, maka pada tahun 1997 berdirilah Pusat
Studi Energi Universitas Gadjah Mada (PSE-UGM).

Pada usianya yang sudah lebih dari satu dekade,


banyak kegiatan pendidikan, penelitian, pelayanan
masyarakat maupun teknologi aplikasi yang telah
dilaksanakan oleh PSE-UGM. Beberapa Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), Perusahaan Swasta,
Instansi Pemerintah, Lembaga Penelitian maupun
Perguruan Tinggi telah menjadi mitra PSE-UGM
dalam menyelesaikan problem energi. Dengan
berbekal pengalaman tersebut, di bidang energi
tidak terbarukan PSE-UGM menawarkan beberapa
kajian untuk mengoptimalkan potensi minyak dan
gas bumi agar cadangan yang ada di Indonesia
dapat lebih lama dieksplorasi. PSE-UGM juga
menawarkan kepada pemerintah daerah untuk
bersama-sama mencari solusi atas ketidak-
seimbangan pasokan-kebutuhan listrik dengan
memanfaatkan potensi energi terbarukan di daerah
setempat. Sebagai wujud kepedulian terhadap
semakin berkurangnya cadangan energi tidak
terbarukan di Tanah Air, PSE-UGM ikut mendorong
para pengambil kebijakan dan pemangku
kepentingan untuk memfasilitasi dan menstimulasi
pengembangan biofuel generasi pertama dan
kedua, termasuk energi hidrogen dan hybrid energy
menuju perwujudan clean and sustainable energy.

PSE-UGM juga mempunyai komitmen untuk


membantu optimalisasi pemakaian energi di
industri, khususnya terkait dengan langkah
konservasi agar konsumsi energi dapat ditekan
sekecil mungkin. Terkait dengan itu, PSE-UGM
menawarkan pelatihan bagi engineer dan operator
dari industri dengan beberapa topik yang terkait
masalah manajemen energi termal dan listrik.

Di bidang pengembangan software, PSE-UGM


telah mengembangkan sistem informasi, advanced
seismic processing untuk eksplorasi minyak bumi,
dan pengembangan remastering data seismik di
beberapa BUMN. Untuk aplikasi industri, kami telah
berhasil melakukan invensi OTS (operator training
simulator) dan telah diaplikasikan pada salah satu
industri kimia nasional berskala besar. Untuk itu
PSE-UGM ingin menjadi mitra di dalam
pengembangan software aplikasi tersebut.
Krisis energi yang semakin dirasakan oleh
masyarakat dunia akibat pemakaiannya yang terus
meningkat menjadi keprihatinan para pakar energi
di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dilandasi
oleh keprihatinan itu dan dalam rangka mencari
solusi atas semakin berkurangnya cadangan
minyak bumi, pasokan listrik dan sumber daya alam
lainnya, maka pada tahun 1997 berdirilah Pusat
Studi Energi Universitas Gadjah Mada (PSE-
UGM).Banyak kegiatan pendidikan, penelitian,
pelayanan masyarakat maupun teknologi aplikasi
yang telah dilaksanakan oleh PSE-UGM. Beberapa
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Perusahaan
Swasta, Instansi Pemerintah, Lembaga Penelitian
maupun Perguruan Tinggi telah menjadi mitra PSE-
UGM dalam menyelesaikan problem energi.

Dengan berbekal pengalaman itu, di bidang energi


tidak terbarukan PSE-UGM menawarkan beberapa
kajian untuk mengoptimalkan potensi minyak dan
gas bumi agar cadangan yang ada di Indonesia
dapat lebih lama dieksplorasi dan dieksploitasi.
PSE-UGM juga menawarkan kepada pemerintah
daerah untuk bersama-sama mencari solusi atas
ketidakseimbangan pasokan kebutuhan listrik
dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan di
daerah setempat. Sebagai wujud kepedulian
terhadap semakin berkurangnya cadangan energi
tidak terbarukan di tanah Air, PSE-UGM ikut
mendorong pengambil kebijakan dan pemangku
kepentingan untuk memfasilitasi dan menstimulasi
pengambangan biofuel generasi pertama dan
kedua, termasuk energi hidrogen dan hybrid energy
menuju perwujudan clean and sustainable energy.
PSE-UGM juga mempunyai komitmen untuk
membantu optimalisasi pemakaian energi di
industri, khususnya terkait dengan langkah
konservasi agar konsumsi energi dapat ditekan
sekecil mungkin. Terkait dengan itu, PSE-UGM
menawarkan pelatihan bagi engineer dan operator
dari industri dengan beberapa topik yang terkait
masalah manajemen energi termal dan listrik.

Dalam konteksnya dengan prestasi dan pencapaian


PSE UGM khususnya sepanjang tahun 2010-2012,
PSE UGM telah banyak berkiprah serta
melaksanakan aktivitas di berbagai bidang
pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat
maupun teknologi aplikasi. Sesuai visi dan misinya,
PSE-UGM ikut berkontribusi dalam memecahkan
permasalahan masyarakat dengan ikut mendorong
pengambil kebijakan menstimulasi pengambangan
biofuel generasi pertama dan kedua serta
membantu mengatasi gejolak di masyarakat akibat
rencana kenaikan BBM melalui penerbitan buku
dan publikasi baik di jurnal ilmiah maupun media
massa cetak dan cyber.

PSE UGM juga telah memperoleh capaian-capaian


bereputasi nasional dalam menyelesaikan
permasalahan energi melalui kerjasama dengan
beberapa BUMN, Perusahaan Swasta, Instansi
Pemerintah, Lembaga Penelitian maupun
Perguruan Tinggi, misalnya bekerjasama dengan
PT.Pertamina melakukan eksplorasi minyak bumi,
penelitian Enhanced Oil Recovery, Survey Seismik
Mikrotremor di lapangan Limau Barat dan Tengah
Ubeb Limau, Survey Microtremor untuk Identifikasi
Keberadaan dan Penyebaran Hidrokarbon di
Struktur North Pulai dan Lirik serta penyediaan
Jasa Passive Seismic dan Penyusunan Kajian
Rencana Umum Ketenagalistrikan kota Bontang
dengan Pemda Bontang, Dalam skala global, PSE
UGM telah menjalin kerjasama dengan berbagai
institusi luar negeri, seperti Karlsruhe Universiteit,
Saga University, New Energy and Industrial
Technology Develoment Organization (NEDO),
japan dan New South Wales University.

Sebagai institusi yang bernaung di bawah UGM,


PSE juga berkewajiban melaksanakan kegiatan
berorientasi pendidikan, misalnya workshop,
seminar audit energi, seminar Ketahanan Energi
dengan Deplu RI, penulisan publikasi di Journal
Diplomasi, Kemenlu, RI dan pembuatan buku
dengan Judul Energi dari Yogya edisi 1 dan 2. PSE
UGM bersama-sama Sekolah Paska Sarjana UGM
juga telah merancang pendirian program Magister
Energi Bersih (MEB) dan Laboratorium Energi
Bersih (LEB). Program Strata 2 ini rencananya akan
berada di bawah naungan Sekolah Paska Sarjana,
UGM.

Di bidang pengabdian masyarakat PSE-UGM serta


secara aktif melakukan penyuluhan biofuel di desa-
desa binaan di sekitar DIY, seperti desa Wonoerto
dan Bangun kerto di kecamatan Turi, Sleman serta
desa Karangmojo, Gunung Kidul. Melalui dana
PHKI, PSE-UGM juga telah meyelenggarakan
pelatihan tentang energi terbarukan dan
pemasangan instalasi panel surya di Gunung Kidul
dan Bantul. Dalam konteksnya dengan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat, PSE UGM
mendapat bantuan alat-alat instalasi biofuel dari
PT.PLN, seperti 1 set alat distilasi bioetanol, 1 set
alat pemurni biogas dan 1 set reaktor biodiesel.
Berkat tersedianya instalasi-instalasi biofuel
tersebut, aktivitas pengabdian kepada masyarakat
dapat terlaksana dengan lebih baik.

Dalam hal pengembangan perangkat lunak untuk


memenuhi kebutuhan industri, PSE-UGM telah
mengembangkan sistem informasi, advanced
seismic processing untuk eksplorasi minyak bumi
dan pengembangan remastering dataseismic di
beberapa BUMN. Untuk aplikasi industri, PSE-UGM
telah melakukan OTS (Operator Training Simulator)
dan telah diaplikasikan pada salah satu industri
kimia nasional bersekala besar. Instalasi
atau software hasil rancang bangun peneliti dan staf
PSE UGM memiliki keunggulan teknologi dan
kompetitif bila dibandingkan dengan produk-produk
sejenis karena instalasi atau software didesain oleh
para pakar dibidangnya. Software dalam bidang
eksplorasi minyak dan gas bumi telah dipercaya
untuk digunakan dalam pencarian sumur-sumur
minyak baru oleh perusahaan-perusahaan minyak
asing (Medco Energy, Chevron Pacific Indonesia,
Pacific Oil and Gas Indonesia, Mobil Oil Indonesia,
dsb dan Nasional (Pertamina). Beberapa instalasi
energi air (mikrohidro) rancangan PSE UGM telah
terpasang dan beroperasi dengan baik di beberapa
daerah (Nusa Tenggara,dsb), Software OTS telah
digunakan sebagai softwaresimulasi pabrik oleh
salah satu pabrik kimia terkemuka di Indonesia
Produk-produk unggulan PSE UGM sampai saat ini
antara lain:

1.Instalasi Energi Air/Mikrohidro


2.Instalasi Energi Bayu
3.Instalasi Energi Surya
4.Instalasi Energi Listrik
5.OTS (Operator Training
Simulator) software untuk industri kimia
6.Instalasi Bioetanol
7.Instalasi Biodiesel
8.Instalasi Biogas
9.Buku Energi dari Yogya edisi 1 dan 2
10. Petromax Premium
11. Tungku Pengering Tembakau
12. Kompor Bioetanol
Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Pro Dan Kontra

Kenaikan harga BBM bersubsidi mau tidak mau akhirnya datang juga. Berbagai reaksi dari
masyarakat timbul dengan gencar baik yang pro maupun yang kontra. Yang pro tentunya pemerintah
yang juga didukung Kadin, sebenarnya tidak menginginkan terjadinya kenaikan harga BBM
bersubsidi, namun kondisi dan kenyataan yang terjadi memaksa pemerintah untuk mengambil
kebijakan yang non-populis. Di sisi lain, yang kontra terhadap kenaikan BBM mulai dari anggota DPR,
DPRD, kalangan mahasiswa dari berbagai universitas, petani, nelayan, angkutan umum dan masih
banyak lagi mereka semua menolak kenaikan harga BBM. Diantara yang pro dan kontra terhadap
kebijakan kenaikan harga BBM tersebut terdapat kelompok yang abstain. Mereka ini tidak ikut demo,
pasrah, harga BBM tidak naik syukur, kalau BBM naik monggo kerso. Mereka juga sebenarnya
berharap harga BBM tetap, karena dengan kenaikan BBM akan mengakibatkan tambahan
pengeluaran mereka sehari-hari, tetapi tetap menerima.

Sudah jelas pemerintah dengan perangkatnya beserta jajarannya akan mendukung kenaikan harga
BBM bersubsidi karena gaji mereka dibayar dari APBN dan mereka pula yang menerbitkan kebijakan
kenaikan harga BBM bersubsidi untuk menyelamatkan APBN. Selama APBN aman, gaji mereka tetap
aman. Namun bukan alasan itu yang menjadi dasar kebijakan kenaikan harga BBM. Kebijakan itu
dikeluarkan setelah melalui kajian dan berbagai pertimbangan yang masak serta dengan
memperhitungkan dampak positif dan negatifnya yang memang pada akhirnya kenaikan harga BBM
lah yang dianggap paling tepat untuk dilakukan. Tujuannya bukan hanya untuk menyelamatkan
APBN, tapi juga untuk menyelamatkan penyelenggaraan kegiatan negara lainnya seperti pelayanan
kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi dan lainnya. Bahkan Kadin ikut menganjurkan agar
pemerintah menaikkan harga BBM untuk memberikan kepastian bagi dunia usaha. Dari kalangan
masyarakat yang setuju dengan kenaikan BBM antara lain diperoleh pendapat bahwa harga BBM
wajar naik karena harga minyak mentah yang merupakan bahan pokoknya juga meningkat. Pendapat
lain mengatakan harga BBM perlu naik agar masyarakat berhemat dan efisien dalam menggunakan
BBM. Sementara seorang PNS mengatakan bahwa ia setuju harga BBM naik, karena mengurangi
subsidi untuk BBM yang akan terbuang percuma, lebih baik dana subsidi digunakan untuk kesehatan
atau pendidikan. Pendapat yang lebih ekstreem berpendapat bahwa sebaiknya subsidi sebaiknya
dihapus, dananya dialihkan untuk BLT dan harga BBM disesuaikan dengan harga pasar.

Dari kalangan yang kontra atau tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM, diantaranya adalah
sebagian anggota DPR. Ada yang mengatakan bahwa kebijakan kenaikan harga BBM kurang tepat
untuk saat ini, karena akan menambah beban rakyat yang sedang menghadapi berbagai tekanan
ekonomi seperti kenaikan harga pangan. Beberapa alasan yang dikemukakan dari kalangan ibu
rumah tangga, petani, mahasiswa, elite politik, LSM maupun kalangan masyarakat lainnya yang tidak
setuju terhadap adanya kenaikan harga BBM bersubsidi antara lain :

 akan mengakibatkan efek berantai terhadap harga kebutuhan pokok rakyat,


 pemerintah terlalu terburu-buru menerbitkan kebijakan,
 pemerintah malas dan hanya mencari jalan pintas,
 akan mengakibatkan semakin meluasnya masalah kemiskinan,
 dapat memicu konflik sosial dalam masyarakat,
 memperparah masalah pengangguran,
 akan memicu kenaikan harga barang lainnya, biaya transportasi dan inflasi

Kelompok masyarakat yang netral atau abstain terhadap kenaikan harga BBM punya alasan
tersendiri. Mereka lebih banyak diam menunggu perkembangan dan tampaknya lebih mencari aman.
Kelompok ini sebagian besar berasal dari warga kelas menengah dan warga keturunan serta sebagian
masyarakat terpelajar baik kelas atas, menengah maupun bawah yang nrimo apapun kebijakan yang
diambil pemerintah selama hak mereka tidak berkurang. Seorang PNS mengatakan bahwa kalau
harga BBM naik kasihan para tukang ojek harus menambah biaya, namun kalau tidak naik APBN kita
payah, jadi terserah pemerintah saja, katanya. Beberapa alasan lain yang dapat diperoleh dari
kelompok yang abstain ini antara lain :
 ibarat buah simalakama,
 percuma ikut demo penolakan kenaikan BBM, toh akhirnya naik juga,
 serahkan kepada pemerintah, pemerintah yg lebih mengetahui situasinya,
 lebih senang kalau harga BBM tidak naik, tapi kalau pemerintah maunya naik mau bilang apa

Diantara yang pro, kontra maupun yang abstain yang paling banyak dimuat beritanya adalah mereka
yang menolak kenaikan BBM. Seperti misalnya berita tentang adanya aksi demo penolakan kenaikan
BBM yang marak di berbagai daerah di Jawa, Sulawesi dan Sumatera dan tempat lainnya di Indonesia
yang disiarkan berbagai media cetak dan elektronik serta internet. Padahal, yang setuju juga banyak,
tapi beritanya tidak segencar berita aksi penolakan kenaikan harga BBM. Apalagi yang abstain,
hampir tidak ada beritanya sama sekali. Hal ini wajar, karena mungkin di balik penyebaran berita aksi
penolakan kenaikan harga BBM tersebut terdapat tujuan politis tertentu.

Terlepas dari ajang pro dan kontra, pemerintah telah memutuskan untuk menaikkan harga BBM
bersubsidi dan memang demikian kenyataan yang harus dihadapi oleh negara dan masyarakat.
Walaupun akan dirasakan berat dampaknya, namun kebijakan itulah yang saat ini dianggap
pemerintah paling pas. (use sign)

Anda mungkin juga menyukai