Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Dalam bidang farmasi khususnya kimia atau analisis farmasi sering dilakukan

analisis sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif

seperti identifikasi organoleptik, sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk

menentukan kadar suatu senyawa.

Pada percobaan ini akan dilakukan analisis senyawa turunan antibiotik yakni

amoxicillin yang selanjutnya akan ditentukan kadarnya dengan menggunakan

metode iodometri.

Iodometri merupakan suatu metode penentuan kadar berdasarkan reaksi

oksidasi reduksi yang dilakukan dengan titrasi tidak langsung yakni bahan pereduksi

dioksidasi dengan larutan baku dalam jumlah berlebih dan kelebihannya dititrasi

dengan larutan baku natrium tiosulfat.

Analisis senyawa amoxicillin ini dianggap penting khususnya bagi mahasiswa

farmasi karena sebagaimana diketahui senyawa turunan antibiotik diketahui memiliki

beberapa aktivitas farmakologis diantaranya menghambat sintesis peptidoglikan

atau proses penting dalam kehidupan suatu mikroorganisme. Meskipun ada efek

samping seperti reaksi hipersensitivitas dan menimbulkan resistensi, tetapi itulah

pentingnya dilakukan analisis untuk melihat bagaimana kualitas mutu dari sediaan

yang dibuat. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.

I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1. Maksud percobaan

Dapat mengetahui dan memahami cara analisis secara kuantitatif senyawa

golongan antibiotik.
I.2.2. Tujuan percobaan

Dapat mengetahui dan memahami cara analisis kuantitatif senyawa amoxicillin

dengan menggunakan metode iodometri.

I.3. Prinsip percobaan

Analisis senyawa amoxicillin dengan menggunakan metode iodometri dimana

amoxicillin ditambahkan larutan basa dan didiamkan, kemudian ditambahkan asam

dan I2. Kemudian dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat dengan penambahan

indikator kanji.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori umum

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme

(khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat

membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain sedangkan

Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada

manusia. Antibiotika merupakan segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik,


yamg mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses suatu proses

biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.

Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi,

meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat

seleksi terhadap mutan atau transporman. Antibiotika bekerja seperti pestisida

dengan menekan atau memutuskan satu mata rantai metabolisme, hanya saja

targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara

kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang

tidak wajar bagi kuman untuk hidup (1).

Antibiotika tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau

nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotika sangat beragam keefektifannya dalam

melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram

negative atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya

juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi

tersebut (2).

Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya

berdasarkan struktur kimianya. Berdasarkan struktur kimianya, antibitik

dikelompokkan sebagai berikut (3):

1. Golongan Aminoglikosida

Diantaranya adalah amikasin, gentamisin, kanakmisin, neomisin, paromisin,

sisomisin, streptomisin, dan tobramisin.

2. Golongan Beta-Laktam

Diantaranya golongan karbapenem(ertapenem, imipenem, meropenem), golongan

sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan

beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).


Salah satu contoh dari golongan beta-laktam ini adalah golongan sefalosporin dan

golongan sefalosporin ini ada hingga generasi ketiga dan seftriakson merupakan

generasi ketika dari golongan sefalosporin.

- Seftriakson

Obat ini umumnya aktif terhadap kuman gram-positif, tetapi kurang aktif

dibandingkan dengan sefalosporin generasi pertama. Untuk meningitis obat ini

diberikan dua kali sehari sedangkan untuk infeksi lain umumnya cukup satu kali

dalam sehari.

Dosis lazim obat ini ialah 1-2 g/hari IM atau IV dalam dosis tunggal atau dibagi

dalam 2 dosis. Seftriakson tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 0.25 ; 0.5 ; dan

1 g. apabila obat ini diberikan sebanyak 250mg akan sangat ampuh dan tanpa

komplikasi oleh karena itu menjadi pilihan utama untuk uretritis oleh gonokokus.

3. Golongan Glikopeptida

Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

4. Kloramfenikol contohnya tiamfenikol

5. Quinolon ontohnya asam nalidiksat, fluroquinolon

Berdasarkan sifat (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap

bakteri.

2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat

pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.

Amoxicillin adalah antibiotik dalam kelompok obat penisilin. Memerangi

bakteri dalam tubuh. amoxicillin digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi

yang disebabkan oleh bakteri seperti inveksi telinga, infeksi kantong kemih,

pneumonia, gonoreae dan infeksi coli/salmonella. Amoxicillin juga kadang-kadang


digunakan bersama dengan yang lain. Plaritromisin disebut antibiotik (biaxin) untuk

mengobati bisul perut yang disebabkan oleh infeksi belicobacterphilory. Kombinasi

ini kadang-kadang digunakan dengan peredam asam lambung disebut tansopiazole

(prevacid) (4).

Analisis kimia farmasi kuantitatif biasanya dibagi menjadi beberapa analisis

berdasarkan metode dan teknik kerjanya (4):

1. Analisis gravimetri.

2. Analisis volumetri yang biasa desebut juga analisis titrimetri.

3. Analisis gasometri.

4. Analisis dengan metode fisika dan kimia.

Analisis titrimetri umumnya dapat dibagi dalam 4 bentuk, yaitu (5):

1. Reaksi netralisasi atau disebut asidimetri/alkalimetri

2. Reaksi pembentukan kompleks

3. Reaksi pengendapan

4. Reaksi oksidasi-reduksi.

Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dan

analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik

akhir, meskipun demikian penggunaan indikator yang dapat berubah warnanya

dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan (6).

II.2. Uraian Bahan

1. Aquadest (7 : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling/aquades

RM/BM : H2O/18.02 g/mol

an : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.
Kelarutan :-

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut.

2. Natrium Tiosulfat (7 : 428)

Nama Resmi : NATRII THIOSULFAS

Nama Lain : Natrium Tiosulfat

RM/BM : Na2S2O3/248,17

rian : Hablur besar tidak berwarna ; dalam udarah lembab meleleh basah; dalam hampa

udara pada suhu diatas 33 merapuh.

tan : Dalam 0,5 bagian air; praktis tidak larut dala etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : sebagai penitran

3. Natrium hidroksida (7 : 421)

Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM

Nama lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/40

: bentuk batang massa hablur air keping- keping keping, keras dan rapuh dan

menunjukkan susunan hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis dan korosif

segera menyerap karbondioksida.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : sebagai pemberi suasana basa.

4. Asam Klorida (7 : 53)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam Klorida


RM/BM : HCl / 36,46

rian : cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan dengan 2

bagian air, asaap dan bau hilang.

Kegunaan : sebagai pemberi suasana asam

5. I2 (7:316)

Nama resmi : IODUM

Nama lain : Iodium

RM/BM : I/126,91

an : keping atau butir, berat, mengkilat seperti logam;hitam kelabu; bau khas.

utan : larut dalam lebih kurang 300 bagian air, dalam 13 bagian etanol (95 %) P. dalam

lebih kurang 80 bagian gliserol P dan dalam lebih kurang 7 bagian karbondisulfida P

; larut dalam kloroform P dan dalam karbontetraklorida P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pereaksi.

6. Indikator kanji (7:93)

Nama resmi : AMILUM MANIHOT

Nama lain : Amilum/pati kentang

Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berbau.

tan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai indikator.

7. Amoxicillin (8 : 95)

Nama resmi : AMOXICILLIN

Rumus molekul : C16H19N3O5S. 3H2O

Berat molekul : 419,45


Pemerian : Serbuk hablur putih, praktis tidak berbau.

an : Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzen, dalam karbon

tetraklorida dan dalam kloroform.

BAB III

METODE KERJA

III.1. Alat dan bahan

III.1.1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu botol semprot,

buret, erlenmeyer, gelas ukur, karet hisap, kertas perkamen, klem, pipet skala, pipet

ukur, statif, sendok tanduk, dan timbangan analitik.

III.1.2. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aquades,

asam klorida 0,1 N, Indikator kanji 1%, I2 0,693 N, natrium hidroksida 0,1 N, Natrium

tiosulfat 0,1 N dan tablet amoxicillin.

III.2. Cara kerja

1. Tablet amoxicillin yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak dengan 68,82 mg yang

setara dengan 50 mg amoxicillin.

2. Dilarutkan dengan 100 ml aquades, kemudian disaring.

3. Larutan tersebut diambil 5 ml dan ditambahkan NaOH 0,1 N sebanyak 5 ml,

kemudian ditutup (±20 menit).

4. Ditambahkan HCl P sebanyak 1 ml dan I2 0,693 N sebanyak 10 ml.

5. Dititrasi sedikit dengan Na2S203 berlebih, kemudian ditambahkan indikator kanji,

kemudian dititrasi kembali hingga berubah warna.


BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1. Data pengamatan

Berat etiket tablet fenobarbital = 500 mg.

Bobot rata-rata tablet

Bobot yang setara dengan 50 mg

Volume titrasi = 7,15 ml.

Perubahan warna = Biru-bening

IV.2. Perhitungan

Kadar = (N . V I2 – N . V Na2S2O3) x Be sampel

= (0,693 N . 10 ml – 0,1N . 7,15 ml) x 85,8

= (6,93 – 0,715) x 85,8

= 6,215 x 85,8

= 533,247 mg.

Mg=V.N.Be sampel

= 7,15 . 0,1 . 85,8

= 61,347 mg
IV.3. Reaksi

Penentuan Kadar Amoksisilin

+ I2
O
n
OH
OH
CH2OH
O
H
H
OH
OH
CH2OH
O
H
H

Amylum

I
I
O
n
OH
OH
CH2OH
O
H
H
OH
OH
CH2OH
O
H
H

Biru

2
+ Na2S2O3
Amoksisilin

+ H2S2O3
2
Na. Amoksisilin
I
I
+ Na2S2O3
O
n
OH
OH
CH2OH
O
H
H
OH
OH
CH2OH
O
H
H
Biru

+ 2 NaI + H2S2O3
O
n
OH
OH
CH2OH
O
H
H
OH
OH
CH2OH
O
H
H
Bening

BAB V

PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan analisis secara kuantitatif dari senyawa

amoxicillin dengan dosis etiket 500 mg. Kemudian, bobot yang ditimbang untuk
analisis dari tablet amoxicillin yang telah dihaluskan yakni yang diperkirakan setara

dengan 50 mg amoxicillin dengan cara menimbang 5 tablet amoxicillin, kemudian

dihitung dengan cara 50 mg amoxicillin yang diinginkan dibagi dengan 5 tablet dikali

dosis etiket dalam tablet amoxicillin, kemudian dikalikan dengan bobot keseluruhan

5 tablet tadi dan dari percobaan didapatkan sebanyak 68,82 mg. Jadi, yang

ditimbang adalah 68,82 mg amoxicillin yang berarti setara dengan 50 mg amoxicillin.

Adapun larutan penitran yang digunakan adalah Na 2S2O3 0,1 N. Cara

pembuatan dan pembakuan Na2S2O3 0,1 N adalah dibuat dengan cara menimbang

Na2S2O3 sesuai perhitungan dan volume larutan yang diinginkan dan dilarutkan

serta diadkan dengan aquades. Kemudian dibakukan dengan cara ditimbang

seksama ±150 mg kalium iodat yang sudah dikeringkan pada suhu 1200C secara

seksama, dilarutkan dalam 25 ml air yang telah didihkan. Selanjutnya, ditambahkan

2 gram kalium iodida yang bebas iodat dan 5 ml HCl P dalam erlenmeyer tertutup.

Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan Na2S2O3 yang akan dibakukan sambil terus

dikocok. Bila larutan menjadi kuning pucat ditambah 100 ml air dan 3 ml larutan

kanji. Titrasi dilanjutkan sampai bening.

Amoxicillin dianalisis dengan menggunakan metode iodometri. Metode

iodometri merupakan metode yang melibatkan reaksi oksidasi reduksi yang

dilakukan secara tidak langsung. Pertama-tama, ditimbang amoxicillin sebanyak

68,82 mg yang setara dengan 50 mg amoxicillin, kemudian dilarutkan dalam 100 ml

aquades dan disaring. Setelah itu, diambil 5 ml dan ditambahkan NaOH 0,1 N

sebanyak 5 ml dan didiamkan selama 5 menit, setelah itu ditambahkan HCl P

sebanyak 1 ml dan ditambahkan I2 sebanyak 10 ml, setelah itu dititrasi dengan

sedikit Na2S2O3 0,1 N berlebih, lalu ditambahkan indikator kanji 1% 2-3 tetes dan

dititrasi kembali hingga berubah warna.


Volume titrasi yang dihasilkan hingga memberikan perubahan warna dari biru

hingga bening ialah 7,15 ml.

Tujuan penambahan NaOH 0,1 N adalah untuk memberikan suasana basa,

sebagaimana diketahui amoxicillin bersifat asam, dan didiamkan supaya melarut

atau bereaksi sempurna, kemudian ditambahkan HCl P dengan tujuan untuk

memberi suasana asam atau menetralkan kembali larutan tadi. Selanjutnya,

ditambahkan I2 dengan tujuan sebagai pereaksi artinya dalam metode ini yang

bereaksi ialah I2 dengan Na2S2O3 sebagai penitran.

Hasil yang diperoleh yaitu kadar dalam mg = 533,247 mg dan % kadar =

12,2%. Jadi, hasil ini tidak sesuai dengan literatur dimana menurut farmakope edisi

IV kadar amoxicillin yaitu tidak kurang dari 90,0%. Hal ini disebabkan oleh banyak

faktor kesalahan diantaranya NaOH hanya didiamkan selama 5 menit bukan 20

menit dan tidak ditutup, kemudian dalam percobaan tidak dititrasi dulu dengan

Na2S2O3 0,1 N berlebih, tetapi langsung ditambahkan indikator kanji.


BAB VI

PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Kadar amoxicillin yang diperoleh dari analisa kuantitatif menggunakan metode

iodometri adalah 533,247 mg atau % kadar yang diperoleh adalah 12,2%.

VI.2. Saran

-
DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswara, Sulistia G. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Universitas Indonesia:


Jakarta. 1995.

2. Anonim. http:/rgmaisyah.Scribd .com/Antibiotik/2013/04/18.

3. Priyanto. Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan.


LESKONFI. Jakarta. 2010.

4. Anonim.http://www.kimiaitumenyenangkan.blogspot.com/2012/04/18/ujianti-mikroba-
pada-antibiotik.html.

5. Wunas, J. Said,S. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. UNHAS : Makassar. 1986.

6. Sudjadi. Analisis Kuantitatif Obat. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta. 2008.

7. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI: Jakarta. 1979.

8. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi IV. DEPKES RI: Jakarta. 1995.

laporan praktikum kimia analisa


situs ini uraian tetntang laporan praktikum di labopratorium kimia analisa, departemen teknik
kimia, fakultas teknik, universitas sumatera utara,

Rabu, 11 November 2009


KIMIA ANALISA KUALITATIF

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISA KUALITATIF

Semester : III
Kelompok : II ( Dua )
Tanggal percobaan : 22 Agustus 2009

NAMA
NIM
DEDY ANWAR
080405009

LABORATORIUM KIMIA ANALISA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

LABORATORIUM KIMIA ANALISA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA / NIM : Dedy Anwar


KELOMPOK : II (dua)
MODUL : Kimia Analisa Kualitatif
TGL. PERCOBAAN : 22 Agustus 2009
Medan, 2009 Asisten,

(Rudiansyah)

LABORATORIUM KIMIA ANALISA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENUGASAN
NAMA / NIM : Dedy Anwar / 080405009
Andriani Dewi / 080405030
Juliananta Sitepu / 080405060
KELOMPOK : II (dua)
MODUL : Kimia Analisa Kualitatif
TGL. PERCOBAAN : 22 Agustus 2009

Medan, 2009 Asisten,

(Rudiansyah)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Kimia Analisa Kualitatif
dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan
Praktikum Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang
ada di Departemen Teknik Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa
ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan
untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa.
Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta
literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.
3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu
praktikan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan.
Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini.
Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk
peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan
terima kasih.
Medan, 5 Oktober 2009
Penulis,

Dedy Anwar

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR . v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Percobaan 1
1.4 Manfaat Percobaan 2
1.5 Ruang Lingkup Percobaan 2
BAB II TEORI ANALISA KUALITATIF 3
2.1 Metode Analisa Kualitatif 3
2.1.1 Analisis Kualitatif Berdasarkan sifat fisis bahan 3
2.1.2 Identifikasi Kation berdasarkan H2S 3
BAB III IDENTIFIKASI ANION 7
3.1 Ringkasan Percobaan 7
3.2 Tinjauan Pustaka 7
3.2.1 Barium Karbonat (BaCO3) 12
3.2.2 Natrium Khromat (NaCrO4) 14
3.2.3 Natrium Klorida (NaCl) 16
3.2.4 Perak Bromida (AgBr) 18
3.2.4 Hidrogen Iodida (HI) 20
3.2.5 Reagensia 22
3.3 Prosedur Praktikum 19
3.3.1 Identifikasi Anion Karbonat 26
3.3.2 Identifikasi Anion Khromat 26
3.3.3 Identifikasi Anion Klorida, Bromida, Iodida 26
3.4 Flowchart 28
3.4.1 Flowchart Identifikasi Anion Karbonat 28
3.4.2 Flowchart Identifikasi Anion Khromat 29
3.4.3 Flowchart Identifikasi Anion Klorida 30
3.4.4 Flowchart Identifikasi Anion Bromida 31
3.4.5 Flowchart Identifikasi Anion Iodida 32
3.5 Reaksi Spesifikasi 33
BAB IV IDENTIFIKASI KATION 34
4.1 Ringkasan Percobaan 34
4.2 Tinjauan Pustaka 34
4.2.1 PbSO4 (Timbal (II) Sulfat) 41
4.2.2 HgCl2 (Merkuri Klorida) 43
4.2.3 Regensia 45
4.3 Prosedur Praktikum 48
4.3.1 Identifikasi Kation Pb+ 48
4.3.2 Identifikasi Kation Hg+ 48
4.4 Flowchart 49
4.4.1 Flowchart Identifikasi Kation Pb+ 49
4.4.2 Flowchart Identifikasi Kation Hg+ 50
4.5 Reaksi Spesifikasi 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 52
5.1. Kesimpulan 52
5.2. Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 53
LAMPIRAN A LA-1
LAMPIRAN B LB-1
LAMPIRAN C LC-1

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Flowsheet Pembuatan BaCO3 13


Gambar 3.2 Flowsheet Pembuatan NaCrO4 15
Gambar 3.3 Flow Proses Pembuatan Garam 17
Gambar 3.4 Flowsheet Pembuatan AgBr 19
Gambar 3.5 Flowsheet Pembuatan HI 21
Gambar 3.6 Flowchart Identifikasi Anion Karbonat 28
Gambar 3.7 Flowchart Identifikasi Anion Kromat 29
Gambar 3.8 Flowchart Identifikasi Anion Klorida 30
Gambar 3.9 Flowchart Identifikasi Anion Bromida 31
Gambar 3.10 Flowchart Identifikasi Anion Iodida 32
Gambar 4.1 Skema Pemisahan Kation 37
Gambar 4.2 Flowsheet Pembuatan Timbal (II) Sulfat 43
Gambar 4.3 Flowsheet Pembuatan HgCl2 45
Gambar 4.4 Flowchart Identifikasi Kation Pb+ 49
Gambar 4.5 Flowchart Identifikasi Kation Hg+ 50
Gambar A.1 Flowchart Pembuatan Ekstrak Soda LA-1

DAFTAR TABEL

Tabel B.1. Alat dan Fungsi LB-1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Kimia analisa adalah ilmu yang mempelajari cara – cara penganalisaan zat kimia yang
terdapat didalam suatu senyawa atau larutan yang akan dianalisa baik jenis maupun kadarnya
:
1. Analisa Kualitatif Adalah penyelidikan kimia mengenai jenis unsur atau ion yang terdapat
dalam suatu zat tunggal atau campuran.
2. Analisa Kuantitatif Adalah penyelidikan kimia mengenai kadar unsur atau ion yang
terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran.
Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analisis dalam titrasi-titrasi,
dalam penetapan gravimetri, dan dalam memisahkan suatu sampel menjadi komponen-
komponennya (Underwood, 1986). Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan
untuk mencari susunanpersenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel.
Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation. Analisa anion dan kation bertujuan
untuk menganalisa adanya ion dalam sample. Analisa Anion dominan menggunakan cara
yang lebih mudah dibanding analisa terhadap kation dan berlangsungnya juga sangat singkat
sehingga kita dapat secara cepat mendapatkan hasil percobaan.
Analisa anion - kation dapat juga digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam
pemeriksaan darah, urine, dan sebagainya.

1.2Perumusan Masalah
Menganalisa adanya anion dalam sampel dengan langkah-langkah pendahuluan, yaitu dengan
pemberian karbon aktif untuk adsorbsi warna tambahan, uji logam berat, lalu dilakukan
identifiksi anion. Dan bagaimana kelarutan ion-ion Pb2+, Hg+, Ag+, Cd2+, dan Cu2+ setelah
direaksikan dengan HCl encer dan gas H2S jenuh.

1.3Tujuan Percobaan
Mengidentifikasi anion – anion sulfat, phospat, khromat, dan halida dengan pereaksi spesifik
membentuk endapan. Dan memisahkan kation-kation Pb+2, Hg+, Ag+, Cd+2 dan Cu+2,
berdasarkan kelarutannya dengan HCl encer dan gas H2S (jenuh). Dan selanjutnya
diidentifikasi dengan reaksi spesifik.

1.4Manfaat Percobaan
Agar mahasiswa mengerti dan mampu mengaplikasikan analisa anion dan kation dalam dunia
kerja.

1.5Ruang Lingkup percobaan


Praktikum Kimia Analisa Kualitatif ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas
Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Menggunakan bahan–bahan antara lain ”Fanta hijau”, ”You C1000”, Na2CO3, HNO3, HCl,
Ba(OH)2, BaCl2, NH4OH, AgNO3, Hac, K2CrO4, KI, dan H2S. Dan dalam percobaan ini
digunakan alat-alat seperti tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, gelas ukur, beaker glass,
batang pengaduk, corong, pipa kapiler, bunsen, penjepit tabung, sentrifuse dan, penganas air.
BAB II
TEORI ANALISA KUALITATIF

2.1 Metode Analisis Kualitatif


Analisa kualitatif atau disebut juga analisa jenis adalah untuk menentukan macam atau jenis
zat atau komponen-komponen bahan yang dianalisa. Dalam melakukan analisa kita
mempergunanakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya.
Misalnya ada suatu sampel cairan dalam gelas kimia. Bila kita ingin tahu apa sampel cair itu
maka kita lakukan analisa kualitatif terhadap sampel cairan itu. Caranya ialah kita tentukan
sifat-sifat fisis sampel tersebut. Misalnya bagaimanakah warna, bau, indeks bias, titik didih,
massa jenis serta kelarutan. Begitu pula bila sampel berupa padatan, kita tentukan
bagiamanakah warna, bau, warna nyala, titik leleh, bentuk kristal, serta kelarutannya. Harus
disadari bahwa untuk melakukan analisa kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan
pengetahuan yang cukup mengenai sifat fisis bahan-bahan yang dianalisa.
Pengetauan ini sangat diperlukan dalam manarik kesimpulan yang tepat. Data tentang sifat-
sifat fisis ini dapat ditemukan dalam suatu Hand Book, misalnya dalam Physical and
Chemical Data Hand Book. Berdasarkan metodenya, analisa kualitatif dapat dikelompokkan
dalam dua kelompok. Pertama, analisis bahan berdasarkan karakterisasi fisis, yaitu penentuan
sifat fisis dan keasaman. Kedua, analisis bahan berdasarkan metode H2S, yaitu analisis kation
dan analisis anion. Pada bab ini akan diuraikan bagaimana cara melakukan analisa kualitatif
tersebut.
2.1.1 Analisis kualitatif berdasarkan sifat fisis bahan
Sebelum kita melakukan penentuan sifat fisis berupa penentuan titik leleh dan bentuk kristal
untuk sampel padat dan penentuan titik didih dan indeks bias untuk sampel cair, lakukanlah
terlebih dahulu analisis pendahuluan. Untuk sampel padat analisis pendahuluan meliputi:
warna, bau, bentuk, kelarutan, pemanasasan dalam tabung uji serta tes nyala. Sedangkan
untuk sampel cair analisis penaduluan meliputi: warna, bau, kelarutan serta keasaman.
2.1.2 Idetifikasi kation berdasarkan H2S
Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-
pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap
kation. Oleh karena itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum
dilakukan pengendapan golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan
padat harus dilarutkan dahulu. Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat yang
akan dianalisis dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan. Sebagai pelarut dapat dicoba
dahulu secara berturut-turut mulai dari air, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat,
air raja (HCl : HNO3 = 3 : 1). Mula-mula dicoba dalam keadaan dingin lalu dalam keadaan
panas. Bila pelarutnya HCl pekat larutan harus diuapkan sampai sebagaian besar HCl habis.
Bila larutan HNO3 atau air raja, maka semua asam harus dihilangkan dengan cara
menguapkan larutan sampai hampir kering, kemudian ditambahkan sedikit HCl, diuapkan
lagi sampai volumenya sedikit lalu encerkan dengan air.
Analisa kualitatif merupakan analisa yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis
antar variabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna
hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang
dirumuskan dalam penelitian. Hubungan antar semantis sangat penting karena dalam analisa
kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka-angka seperti pada analisa kuantitatif.
Prinsip pokok teknik analisa kualitatif ialah mengolah dan menganalisa data-data yang
terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Prosedur
analisa data kualitatif dibagi dalam lima langkah yaitu:
1.Mengorganisasi data: Cara ini dilakukan dengan membaca berulang kali data yang ada
sehingga peneliti dapat menemukan data yang sesuai dengan penelitiannya dan membuang
data yang tidak sesuai
2.Membuat kategori, menentukan tema, dan pola: langkah kedua ialah menentukan kategori
yang merupakan proses yang cukup rumit karena peneliti harus mampu menglompokkan data
yang ada kedalam suatu kategori dengan tema masing-masing sehingga pola keteraturan data
menjadi terlihat secara jelas
3.Menguji hipotesa yang muncul dengan menggunakan data yang ada: setelah proses
pembuatan kategori maka peneliti melakukan pengujian kemungkinan berkembangnya suatu
hipotesa dan mengujinya dengan menggunakan data yang tersedia
4.Mencari eksplanasi alternatif data: proses berikutnya ialah peneliti memberikan keterangan
yang masuk akal data yang ada dan peneliti harus mampu menerangkan data tersebut
didasarkan pada hubungan logika makna yang terkandung dalam data tersebut; dan
5.Menulis laporan: penulisan laporan merupakan bagian analisa kualitatif yang tidak
terpisahkan. Dalam laporan ini peneliti harus mampu menuliskan kata, frasa dan kalimat serta
pengertian secara tepat yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan data dan hasil
analisanya.
Model lain untuk melakukan analisa data kualitatif ialah dengan menggunakan:
1.Analisa Domain,
2.Analisa Taksonomi,
3.Analisa Komponensial,
4.Analisa Tema Kultural dan
5.Analisa Komparasi Konstan.
Dalam mengaplikasikan teknik-teknik analisa di bawah ini, penulis menggunakan contoh
bidang ilmu Desain Komunikasi Visual.
1. Analisa Domain: Analisa domain berguna untuk mencari dan memperoleh gambaran
umum atau pengertian yang bersifat secara mneyeluruh. Hasil yang diharapkan ialah
pengertian di tingkat permukaan mengenai domain tertentu atau kategori-kategori konseptual.
2. Analisa Taksonomi: analisa taksonomi didasarkan pada focus terhadap salah satu domain
(struktur internal domain) dan pengumpulan hal-hal / elemen yang sama.
3. Analisa Komponensial: analisa komponensial menekankan pada kontras antar elemen
dalam suatu domain; hanya karakteristik-karaktersitik yang berbeda saja yang dicari.
4. Analisa Tema Kultural: cara melakukan analisa tema kultural ialah dengan mencari benang
merah yang ada yang dikaitkan dengan nilai-nilai, orientasi nilai, nilai dasar / utama, premis,
etos, pandangan dunia dan orientasi kognitif. Analisa berpangkal pada pandangan bahwa
segala sesuatu yang kita teliti pada dasarnya merupakan suatu yang utuh (keseluruhan), tidak
terpecah-pecah; oleh karena itu peneliti dalam menganalisa data sebaiknya menggunakan
pendekatan yang utuh (holistic approach).
5. Analisa Komparasi Konstan (Grounded Theory Research) cara melakukan analisa
komparasi konstan adalah sebagai berikut:
a.Mengumpulkan data untuk menyusun / menemukan suatu teori baru.
b.Berkonsentrasi pada deskripsi yang rinci mengenai sifat atau cirri dari data yang
dikumpulkan untuk menghasilkan pernyataan teoritis secara umum.
c.Membuat hipotesa jalinan hubungan antara gejala yang ada, kemudian mengujinya dengan
bagian data yang lain.
d.Didasarkan dari akumulasi data yang telah dihipotesakan, peneliti mengembangkan suatu
teori baru.

BAB III
IDENTIFIKASI ANION
BERDASARKAN REAKSI PENGENDAPAN

3.1 Ringkasan percobaan


Hari / tanggal : Sabtu, 22 Agustus 2009
Pukul : 13.30 – 17.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Warna : Hijau
Hasil : Anion Karbonat (CO3-)
Anion Khromat (CrO4-)
Anion Klorida (Cl-)
Anion Bromida (Br-)
Anion Iodida (I-)

3.2 Tinjauan Pustaka


Analisa anion adalah analisa yang bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam sampel.
Sedangkan analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis unsur atau ion yang terdapat
dalam suatu sampel. Jadi, analisa anion secara kualitatif merupakan analisa yang dilakukan
untuk mengetahui adanya anion serta jenis anion apa saja yang terdapat dalam suatu sampel.
Cara identifikasi anion tidak begitu sistematik seperti pada identifikasi kation. Salah satu cara
penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam perak,
garam-garam kalsium, barium dan seng. Selain itu ada cara penggolongan anion menurut
Bunsen, Gilreath dan Vogel.
Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam bariumnya, warna,
kalarutan garam alkali dan kemudahan menguapnya. Gilreath menggolongkan anion
berdasarkan pada kelarutan garam-garam Ca, Ba, Cd dan garam peraknya. Sedangkan Vogel
menggolongkan anion berdasarkan pada proses yang digunakan dalam identifikasi anion
yang menguap bila diolah dengan asam dan identifikasi anion berdasarkan reaksinya dalam
larutan. Identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dibagi dua lagi yaitu anion
membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau H2SO4 encer, dan anion yang membentuk
gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat. Demikian pula identifikasi anion berdasarkan
reaksi dalam larutan dibagi dua yaitu anion yang diidentifikasi dengan reaksi pengendapan
dan dengan reaksi redoks.
Identifikasi anion meliputi analisis pendahuluan, analisis anion dari zat asal dan analisis
anion dengan menggunakan larutan ekstra soda. Dari hasil analisis sebelumnya (data
kelarutan) dan pengetahuan tentang kation yang ada, dapat memberikan petunjuk tentang
anion yang mungkin ada atau tak ada dalam larutan sampel. Sebagai contoh, zat asal larut
dalam air panas, kation yang ditemukan Pb2+, anion yang mungkin ada adalah klorida karena
PbCl2 larut dalam air panas. Tidak mungkin nitrat karena timbal nitrat mudah larut dalam air
dingin. Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya :
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan
reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi
kecil.
Reaksi ini terdapat beberapa macam jenis, diantaraknya :
1. Uji Manik fosfat
Digunakan garam mikroskomik, natrium ammonium hidrogen fosfat tetrahidrat, manik
tembus cahaya tak berwarna mengandung natrium metafosfat.
2. Uji nyala
Bagian terpanas nyala adalah pada zona pelelhan yang terletak pada kira-kira sepertiga
ketinggian nyala, daerah ini dimanfaatkan untuk menguji kedapat lelehan zat dan juga
melengkapi dalam menguji keatsirian relative dari zat-zat atau campuran zat.
3. Uji Spektroskopi
Untuk memisahkan cahaya atau rona-rona komponennya dan mengidentifikasikan kation
yang ada oleh perangkat rona yang khas itu.
4. Pemanasan
Yaitu teknik dengan cara zat disimpan dalam sebuah tabung pengapian
yang dibuat dari pipa kaca lunak, dan dipanasi dalam sebuah nyala Bunsen, mula-mula
dengan lembut dan kemudian dengan lebih kuat.
5. Uji Manik natrium karbonat
Manik natrium karbonat disiapkan dengan melelehkan natrium karbonat pada lingkaran
kawat Pt dalam nyala Bunsen, diperoleh pantulan kecil tak tembus cahaya, jika dibasahi,
maka akan dibenamkan dalam kalium nitrat dan sedikit mangan, sehingga terbentuk manik
hijau natrium manganat
6. Uji Pipa Tiup
Suatu nyala mengoksid diperoleh dengan memegang mulut pipa dengan pipa itu kira-kira
sepertiga kedalam nyala dan meniup dengan lebih kuat dalam arah sejajar dengan puncak
pembakar.
7. Uji Manik Borak
Manik dan zat yang menempel mula-mula dipanasi dalam nyala mereduksi bawah, dibiarkan
dingin dan warnanya diamati. Kemudian manik itu dipanasi dalam nyala mengoksida bawah,
biarkan dingin dan warnanya diamati lagi.
Namun, Untuk uji reaksi kering metode yang sering dilakukan adalah
1. Reaksi nyala dengan kawat nikrom : Sedikit zat dilarutkan kedalam HCl. Diatas kaca arloji
kemudian dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah bersih
kemudian dibakar diatas nyala oksidasi .
2. Reaksi nyala beilstein : Kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas nyala oksida
sampai nyala hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna hijau.
3. Reaksi nyala untuk borat : Dengan cawan porselin sedikit zat padat ditambahkan asam
sulfat pekat dan beberapa tetes methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada
borat akan timbul warna hijau.
Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang digunakan untuk
kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku karena beberapa
anion termaksud dalam lebih dari satu golongan.
Anion-anion dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Anion sederhana seperti O2,F- atau CN-.
b. Anion oksodiskret seperti NO3- atau SO42-.
c. Anion polimer okso seperti silikat, borad, atau fospat terkondensasi.
d. Anion kompleks halide, seperti TaF6 dan kompleks anion yang mengandung anion berbasa
banyak seperti oksalat
Reaksi-reaksi dalam anion ini akan dipelajari secara sistematis untuk memudahkan reaksi
dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama, ini meliputi asetat, format,
oksalad, sitrat, salisilad, benzoad, dan saksinat.
Bila dalam pemeriksaan kation ditemukan kation-kation logam berat (kation golongan I, II,
III, IV dan Mg2+ pada golongan skema H2S) maka pemeriksaan anion menggunakan larutan
ekstrak soda. Larutan ekstrak soda dibuat dengan memasak cuplikan dalam larutan jenuh
natrium karbonat 10 menit, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh disebut ekstrakselama soda
(ES). Karena ES suasana basa maka larutan ES ini tidak dipergunakan tanpa pengaturan
suasana yang tepat. Biasanya sebelum digunakan ditabahkan dulu asam.
Sebagai contoh:
Analisis terhadap ion-ion preduksi
Warna KMnO4 hilang menunjukkan ion pereduksi positif ada
ES + H2SO4 (4N) + KMnO4
Warna KMnO4 tidak hilang menunukkan ion
Pereduksi tidak ada
Analisis terhadap ion-ion pengoksida
ES + H2SO4 (4N) kemudian dituangkan dengan hati-hati ke dalam larutan difenil amin
dalam H2SO4 pekat. Bila terjadi warna biru tua menunjukkan ion pengoksida ada. Bila
bukan biru tua maka menunjukkan ion pengoksida tidak ada.
Fungsi larutan ekstrak soda adalah untuk mengendapkan kation logam berat dan untuk
mempertinggi kelarutan anion.. Pada pemanasan dengan penambahan Na2CO3 ion-ion logam
diendapkan dalam bentuk oksida, hidroksida, karbonat dan karbonat basa. Bila Na2CO3 yang
ditambahkan banyak maka CrO4 2- yang dapat larut makin banyak. Dari hasil identifikasi
sebelumnya dapat ditehui adanya beberapa anion seperti CO32- dan CH3COO-. Berikut ini
akan dibahas beberapa reaksi identifikasi anion yang lain.
SO32- : Dengan larutan KMnO4 yang diasamkan dengan asam sulfat encer akan terjadi
penghilangan warna ungu KMnO4 karena MnO4 tereduksi menjadi ion Mn2+.
S2O32- : Dengan larutan Ion akan terjadi penghilangan warna iod karena terbentuk larutan
tetrationat yang tak berwarna.
SO42- : Dengan larutan barium klorida membentuk endapan putih BaSO4 yang tak larut
dalam HCl encer, asam nitrat encer tetapi larut dalam HCl pekat panas.
NO2- : Dengan larutan KI kemudian diasamkan dengan asetat atau sulfat encer akan
dibebaskan iodium yang dapat diidentifikasi dari timbulnya warna biru dalam pasta kanji.
CN- : Denga larutan AgNO3 terbentuk endapan putih AgCN yang mudah larut dalam larutan
sianida berlebih karena membentuk ion komplkes [Ag(CN)2]–
SCN- : Dengan larutan FeCl3 membentuk warna merah darah.
[Fe(CN)6]4- : Dengan larutan FeCl3 akan terbentuk endapan biru prusia dalam larutan netral
atau asam. Endapan diuraikan oleh larutan hidroksida alkali membentuk endapan Fe(OH)3
yang berwarna coklat.
[Fe(CN)6]3- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan merah jingga, Ag3[Fe(CN) 6]
yang larut dalam amonia tetapi tidak larut dalam asam nitrat.
Cl- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan putih AgCl yang tidak larut dalam air dan
asam nitrat encer, tetapi larut dalam amonia encer.
Br- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan kuning AgBr yang sukar larut dalam
amonia encer, larut dalam amonia pekat, KCN dan Na2S2O3 tetapi tidak larut dalam sama
nitrat encer.
I- : Dengan larutan Pb asetat terbentuk endapan kuning PbI2 yang larut dalam air panas yang
banyak membentuk larutan tidak berwarna, ketika didinginkan terbentuk keping-keping
kuning keemasan.
NO3 - : Dengan tes cincin coklat. Tambahkan 3 ml larutan FeSO4 yang segar ke dalam 2 ml
larutan NO3-. Tuangkan 3-5 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Terbentuknya
cicncin coklat menunjukkan adanya NO3

3.2.1 Barium Karbonat (BaCO3)


Senyawa Barium Karbonat mungkin berada dalam bentuk bahan tambang yang lain.
Karbonat dan Barium Karbonat yang diendapkan. Barium karbonat merupakan persenyawaan
antara Barium dan Karbonat.
3.2.1.1 Sifat – Sifat Barium Karbonat (BaCO3)
A. Sifat Fisika :
1.Berat molekul : 197,37 gr/mol
2.Warna : putih
3.Spesifik gravity : 4,29
4.Titik lebur : 17400 C
5.Titik didih : 14500 C
6.Sering bergabung dengan galena
7.Tersedia dalam jumlah yang sedikit di alam
B. Sifat Kimia :
1.Mempunyai kelarutan yang normal
2.Larut dalam air
3.Terbentuk karena reaksi oleh asam karbonat yang berlebihan
4.Barium Karbonat dapat dilarutkan dalam asam nitrat
5.Terurai pada saat pendidihan larutan
6.Barium Karbonat digunakan untuk racun tikus
3.2.1.2 Pembuatan Karbonat (BaCO3)
A.Skala Laboratorium
Dalam skala laboratorium Barium Karbonat dapat dibuat dengan mengalirkan gas CO2
kepada larutan Ba(OH)2 sehingga terjadi endapan Barium Karbonat (BaCO3) reaksinya
adalah :
Ba(OH)2 + CO2 BaCO3 + H2O
B.Skala Industri
Proses pembuatan BaCO3 dapat dilakukan dengan menggunakan proses feedstock BaCO3
dengan kemurnian tinggi yang digunakan oleh OSRAM Sylvania Product Inc.. Prosesnya
sebagai berikut:
Garam BaCl2 dengan kemurnian tinggi terlarut dalam air deionisir. Solution difiltrasi untuk
menghilangkan residu padatan tersuspensi dan hasil filtrasi dibuang. Solution NH4HCO3
kemudian dipompa ke BaCl2 untuk mengendapkan BaCO3.
Penguapan NH3 dari penambahan NH4HCO3 ke BaCl2 dilepaskan ke scrubber. Scrubber air
limbah disalurkan secara langsung ke fasilitas pengolahan air limbah OSRAM on-site.
Presipitat BaCO3 yang masih mengandung NH4+ dipisahkan dengan pengurai amonia.
Presipitat BaCO3 dicuci dengan air deionisir dan hasil air cucinya dikirim langsung ke bagian
pengolahan air limbah. Produk BaCO3 dibersihkan, dikeringkan, dan sized. Uap air
dilepaskan ke atmosfer dari unit pengering dan pengukur. Debu yang dihasilkan selama tahap
sizing ditangkap oleh pengumpul debu dan akhirnya dibuang. Produk akhir BaCO3
digunakan sebagian secara internal dalam fasilitas OSRAM sebagai bahan baku untuk
menghasilkan produk OSRAM.
Gambar 3.1 Flowsheet pembuatan BaCO3
3.2.1.3 Kegunaan Karbonat (BaCO3)
Digunakan sebagai bahan Pembuat Racun Tikus
Sebagai bahan untuk Gelas Optik
Bahan Pembuat Keramik, Cat, dan Enamel.

3.2.2Na2CrO4 (Natrium kromat)


Natrium kromat bersifat murni dan kemurnian yang tinggi. Senyawa ini biasanya digunakan
sebagai reagensia. Namun, senyawa natrium kromat merupakan senyawa beracun.
3.2.2.1Sifat – Sifat Na2CrO4 (Natrium kromat)
Sifat Fisika :
1.Berbentuk kristal berwarna kuning.
2.Juga berada dalam bentuk larutan.
3.Berwarna kuning.
4.Berat molekul : 342,16
5.Titik lebur : 19,9oC
6.Densitas : 1,483 gr/ml
Sifat Kimia :
1.Sedikit larut dalam alkohol.
2.Merupakan zat yang beracun.
3.Afinitas elektron kuat.
4.Bersifat reduktor.
5.Keelektronegatifan kecil
6.Beracun.
7.Bersifat reduktor.
3.2.2.2Pembuatan Na2CrO4 (Natrium kromat)
A. Skala laboratorium
Pembuatan asam kromat bisa dilakukan dengan mereaksikan kalium kromat dengan timbal
asetat. Kemudian menghasilkan endapan yang larut dalam larutan natrium hidroksida.
Kelarutan dalam larutan natrium hidroksida disebabkan karena terbentuknya senyawa garam
kompleks dan natrium plumbit yang mereduksi konsentrasi ion Pb2+ sehingga timbal kromat
larut dalam larutan.
K2CrO4 + Pb(C2H3O2)2 PbCrO4 + 2KC2H3O2
(kalium kromat) (timbal asetat) (timbal kromat) (kalium asetat)
PbCrO4 + 4NaOH Na2(PbO2) + Na2CrO4 + 2H2O
(timbal kromat) (natrium hidroksida) (natrium plumbit) (natrium kromat) (air)
B. Skala industri
Dalam skala industri, pembuatan natrium kromat dilakukan dengan melelehkan bijih krom
dalam tungku dengan asam dan soda dengan aliran udara. Lelehan tersebut dilarutkan dalam
air dan sedikit natrium karbonat ditambahkan. Larutan tersebut didinginkan dan diasamkan
dengan asam asetat pada konsentrasi tertentu dan dibentuk menjadi kristal.
Gambar 3.2 Flowsheet Pembuatan NaCrO4

3.2.2.3Kegunaan CrO4 (Anion kromat)


1.PbCrO4 digunakan sebagai pigmen dalam industri cat, karet, plastik, pelapisan keramik,
dan analisis organik.
2.Cr(C2H3O2).3H2O digunakan dalam industri tekstil, katalis polimerisasi dan oksidasi, dan
pengemulsi.
3.ZnCrO4.7H2O digunakan sebagai zat warna.
4.ZnCr2O7 digunakan sebagai zat warna.
5.K2Cr2O7 digunakan sebagai agen pengoksidasi, reagensia analitis, komposisi kuningan,
bahan peledak, korek api, tekstil, percetakan, perekat, pewangi sintetis, zat warna.
6.Na2Cr2O7 digunakan dalam kolorimetri, agen pengompleks, oksidator inhibitor dalam etil
eter.

3.2.3NaCl (Natrium Klorida)


Natrium Klorida biasanya disebut Garam, adalah senyawa yang hamper setiap hari
digunakan. Senyawa ini adalah komponen utma dalam bahan masakan, pembutan yang
mudah dan harga yang relative terjangkau.
3.2.3.1Sifat – sifat NaCl(Natrium Klorida)
Sifat Fisika :
1.Rumus Kimia ( NaCl )
2.Tampilan Padatan
3.Titik Lebur 140˚C
4.Titik didih 430˚C
5.Densitas pada suhu 20˚C 1.9 kg/L
Sifat Kimia :
1.Di alam terdapat sebagai Karnalit
2.Mudah Larut dalam Air
3.Dapat ditemukan di air laut
4.Tidak hogroskopis
5.Dapat digunakan sebagai katalis
3.2.3.2Pembuatan NaCl(Natrium Klorida)
A. Skala laboratorium
Natrium klorida terbentuk dari campuran unsur alam Natrium dan Chlor. Zat ini sangat
banyak dijumpai di alam dengan reaksi :
Na+ + Cl- → NaCl
B. Skala Industri
Ada bermacam-macam cara pembuatan garam yang telah dikenal manusia, tetapi dalam
tulisan ini hanya akan diuraikan secara singkat cara pembuatan garam yang proses
penguapannya menggunakan tenaga matahari (solar evaporation), mengingat cara ini dinilai
masih tepat untuk diterapkan perkembangan teknologi dan ekonomi di Indonesia pada waktu
sekarang. Pada dasarnya pembuatan garam dari air laut terdiri dari langkah-langkah proses
pemekatan (dengan menguapkan airnya) dan pemisahan garamnya (dengan kristalisasi).
Bila seluruh zat yang terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran
bermacam-macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk tetapi
juga beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses kristalisasi yang
demikian disebut “kristalisasi total”. Bila terjadi kristalisasi komponen garam tersebut diatur
pada tempat-tempat yang berlainan secara berturut-turut maka dapatlah diusahakan
terpisahnya komponen garam yang relatif lebih murni. Proses kristalisasi demikian disebut
kristalisasi bertingkat. Untuk mendapatkan hasil garam Natrium Klorida yang kemurniannya
tinggi harus ditempuh cara kristalisasi bertingkat, yang menurut kelakuan air laut, tempat
kristalisasi garam (disebut meja garam) harus mengkristalkan air pekat dari 25°Be sehingga
menjadi 29°Be, sehingga pengotoran oleh gips dan garam-garam magnesium dalam garam
yang dihasilkan dapat dihindari/dikurangi.

Gambar 3.3 Flow Proses Pembuatan Garam

3.2.3.3Kegunaan NaCl(Natrium Klorida)


1.Digunakan sebagai bahan penting untuk makanan
2.Dapat digunakan sebagai bahan pengawet
3.Bahan baku pembuatan logam Na dan Larutan NaOH
4.Dan bahan untuk pembuat keramik, kaca dan
5.Sebagi bahan pembuat Pupuk

3.2.4AgBr (Perak Bromida)


Perak bromida adalah persenyawaan antara Ag+ dan Br-. Senyawa sangat sering digunakan
delam Fotografi karma depat menghitamkan berkas Film dari kamera.
3.2.4.1Sifat – sifat AgBr (Perak Bromida)
Sifat Fisika :
1.Rumus Kimia ( AgBr)
2.Tampilan Padatan,
3.Berwarna Kuning Muda
4.Titik Lebur 423˚C
5.Densitas pada suhu 20˚C 6,5 kg/L
Sifat Kimia :
1.Sukar larut dalam ammonia
2.Mudah larut dalam senyawa kompleks
3.Ksp sebesar 3,3 x 10-13
4.Menghitam jika dikenai cahaya
5.Senyawa anorganik
3.2.4.2Pembuatan AgBr (Perak Bromida)
A. Skala laboratorium
Pembuatan perak bromida secara laboratorium secara reaksi substitusi Br2 dengan senyawa
atau garam yang mengandung perak misalnya perak iodida dengan reaksi :
Br2 + 2 AgI → 2 AgBr + I2
Dapat juga dibuat dengan mereaksikan garam perak dengan asam bromida untuk
menghasilkan perak bromida dengan reaksi :
AgNO3 + HBr → AgBr + HNO3
B. Skala industri
Pembuatan brom ini memakai “proses pendorongan uap” dari air garam. Untuk air laut,
dimana konsentrasi bom relatif encer, udara merupakan bahan peniup yang paling ekonomis.
Tetapi untuk pengolahan sumber-sumber yang mempunyai kandungan brom relatif tinngi
seperti air garam (brom cara peniupan uap (vapor) brom yang lebih baik ialah dengan uap
(steam). Dalam proses ini air garam dipanaskan di dalam penukar kalor sampai suhu 90oC,
kemudian dilewatkan menuju menara klorinator. Setelah mengalami klorinasi sebagian, air
garam itu dialirkan ke dalam menara tiupan uap, dimana uap diinjeksikan dari bawah sambil
menambahkan klor dan yang mengandung halogen dikondensasikan dan dipisahkan melalui
gravitasi. Lapisan yang terdiri dari campuran air halogen dikembalikan ke menara uap, dan
halogen yang sebagian besar terdiri dari brom, pada lapisan bawah dipisahkan dan
dimurnikan.
Brom mentah dari proses yang terdahulu dapat dimurnikan dengan melewatkan uap melalui
isian yang terbuat dari besi yang dapat menangkap klor yang menyebabkan ketidakmurnian.
Sebagian besar brom yang dihasilkan dijadikan alkali bromida dan senyawa lain misal Perak
bromida.
AgNO3 + HBr → AgBr + HNO3

Gambar 3.4 Flowsheet Pembuatan AgBr

3.2.4.3Kegunaan AgBr (Perak Bromida)


1.Sebagai pereaksi (reagensia) di laboratorium.
2.Pembuatan etilena dibromida.
3.Digunakan dalam penghambat nyala (bahan anti nyala).
4.Digunakan dalam pembuatan senyawa racun api.
5.Sebagai obat penenang yang aman.
6.Pembuatan rol film fotografi dan kertas foto.
7.Pembuatan desinfektan, anti hama (fumigan).
3.2.5Hidrogen Iodida (HI)
Hidrogen Iodida adalah senyawa organik dengan rumus HI, merupakan gas tidak berwarna
yang dibuat dengan persenyawaan H2 dengan uap I2. bnyak penelitian menemukan bahwa
senyawa ini tidak stabil.
3.2.5.1Sifat – sifat Hidrogen iodida (HI)
Sifat fisikanya :
1.Rumus Kimia ( HI)
2.Tampilan Gas putih
3.Titik Lebur –50.8˚C
4.Titik didih 35.4˚C
5.Densitas pada suhu 20˚C 2.85 kg/L (cair)
6.Densitas pada suhu 20˚C 4.4 kg/L (gas)
Sifat Kimianya :
1.Reduktor pada katalis Pt
2.Asam Kuat
3.Larut baik dalam air
4.Merupakan Reduktor
5.Senyawa anorganik
3.2.5.2Pembuatan Hidrogen iodida (HI)
A. Skala laboratorium
Asam iodida (HI) terbentuk dari pemanasan iodida dengan asam posfat yang dibentuk dari
posfor merah, memakai bantuan asam sulfur sebagai pendingin dengan reaksi :
I- + H3PO4 → HI + H2PO4-
B. Skala industri
Pembuatan iodin dapat dilakukan dengan tiga tahap yang paling mungkin dari brines.
Langkah pertama adalah klarifikasi terhadap brines untuk memisahkan minyaknya dan materi
yang lain. Kemudian pada tahap selanjutnya, dilakukan penambahan larutan perak nitrat ke
dalam presipitat atau endapan dari perak iodida yang terkandung dalam brines, dimana akan
terjadi penyaringan dan perlakuan untuk membentuk logam perak dan larutan ferro iodida.
Perak ini pada akhirnya akan dilarutkan kembali oleh asam nitrat pada siklus yang lain dan
direaksikan dengan klorin untuk membebaskan iodin. Pada langkah terakhir, setealh
pembebasan iodin itu telah terjadi, itu berarti anion iodida telah berada dalam keadaan bebas
pada larutannya. Larutan tersebut akan dilewatkan pada kabel-kabel tembaga, sehingga
iodida dalam larutan akan bereaksi menjadi cupro iodida yang tidak larut pada scrap reactor
yang akhirnya akan disaring lagi, dikeringkan untuk memisahkan senyawa tersebut menjadi
iodium dengan residu senyawa besi II klorida. Lalu ditambah H3PO4 menghasilkan HI.

Gambar 3.5 Flowsheet Pembuatan HI.

3.2.5.3Kegunaan Hidrogen iodida (HI)


1.Untuk membuat asam hidrida.
2.Sebagai katalis untuk klorinasi senyawa organik.
3.Dalam kimia analitik untuk penentuan angka iodium.
4.Untuk pengobatan (farmasi) dan fotografi.
5.Sebagai zat warna pada germisida (pembasuh kuman).

3.2.6 Regensia
3.2.6.1. Anion Karbonat :
1.Na2CO3
A. Sifat Fisika :
1.Padatan Kristal Berwarna putih
2.Titik Lebur 851°C
3.Densitas (anhydrous) : pada 20°C 2.5 Kg/L
4.Densitas (Dekahidrat) : pada 20°C 1.4 Kg/L
5.Nama Dagang : Soda Hablur / Soda Cuci
B. Sifat Kimia :
1.Mudah Melapuk oleh udara
2.Beracun
3.Dapat digunakan sebagai pembersih
4.Pelunak Air sadah
5.Pereksi dalam pembuatan Kaca
2.Ba(OH)2
A. Sifat Fisika :
1. Berbentuk Kristal
2. Berwarna Putih
3. Titik Lebur : 78°C
4. Densitas : pada suhu 20°C 2,13 kg/L
5. Tidak Berbau
B. Sifat Kimia :
1. Merupakan larutan Basa
2. Larutan Anorganik
3. Pereaksi Analitik
4. Pereaksi dalam pemurnian Gula
5. Tidak beracun
3. HCl
A. Sifat Fisika
1. Massa atom : 36,45
2. Massa jenis : 3,21 gr/cm3.
3. Titik leleh : -1010C
4. Energi ionisasi : 1250 kj/mol
5. Kalor jenis : 0,115 kal/gr0C
6. Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna
7. Berbau tajam.
B. Sifat Kimia
1.HCl akan berasap tebal di udara lembab.
2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang.
3.Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter.
4.Merupakan oksidator kuat.
5.Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya, sehingga dapat
6. Racun bagi pernapasan.
3.2.6.2 Anion Khromat :
1.NH4OH
A. Sifat Fisika :
1.Berbentuk Cair
2.berbau tidak sedap
3.Tidak Berwarna
4.Titik Lebur : -78 °C
5.Titik Didih : - 33,5°C
B. Sifat Kimia :
1.Tidak dapat diisolasi
2.Tidak Stabil
3.Merupakan larutan basa
4.Mudah larut dalam Air
5.Autoniosasi
2.Hac
A. Sifat Fisika :
1. Tidak berwarna
2. Tidak berbau
3. Berbentuk cair
4. Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna
5. Titik lelehnya Rendah
B. Sifat Kimia ;
1. Merupakan Asam
2. Mudah larut dalam Air
3. Merupakan oksidator kuat.
4. Larutanya Stabil
5. Beracun

3. BaCl2
A. Sifat Fisika :
1. Berbentuk Kristal
2. Tidak Berwarna
3. Titik Lebur : 960°C
4. Densitas : pada suhu 20°C 3,10 kg/L
5. Tidak Berbau
B. Sifat Kimia
1. Merupakan Garam Organik
2. Mudah Larut dalam Air
3. Digunakan sebagai zat Aditif untuk pelumas
4. Beracun
5. Tidak bereaksi dengan Udara
3.2.6.3Anion Clorida, Bromida, Iodida :
1.HNO3
A. Sifat fisika :
1. Massa jenis : 1,502 gr/cm3
2. Titik didih : 86ºC
3. Titik lebur : -42ºC
4. Energi evaporasi : 9,43 kkal/mol pada 20oC
5. Berat molekul : 63,02 gram/mol
6. Nilai entropi : 37,19 kkal/mol oK pada 25oC
7. Tidak berwarna

B. Sifat kimia :
1.Merupakan oksidator yang kuat dan asam kuat
2.Reaksi dengan amonia menghasilkan amonium nitrat, menurut reaksi:
HNO3 + NH3 → NH4NO3
3.Reaksi dengan nikel sulfida menghasilkan garam nikel nitrat, nitrogen monoksida,
belerang, dan air.
3 NiS + 8 HNO3 → 3 Ni(NO3)2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O
4.Reaksi dengan NiS yang ditambah asam klorida, menghasilkan garam nikel klorida.
3 NiS + 2 HNO3 + 6 HCl → 3 NiCl2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O
5.Reaksi dengan logam perak akan membentuk perak nitrat dan nitrogen dioksida.
Ag + 2 HNO3 → AgNO3 + NO2 + H2O
2. AgNO3
A. Sifat Fisika :
1.Padatan Kristal
2.Tidak Berwarna
3.Tidak Berbau
4.Tidak Aromatis
5.Rumus Kimianya AgNO3
B. Sifat Kimia :
1.Larut dalam air
2.Merupakan Garam
3.Oksidator Kuat
4.Dapat diisolasi
5.Beracun
3. CCl4
A. Sifat Fisika :
1. Berbentuk Cair
2. Densitas : pada suhu 20°C 2,238 kg/L
3. Tidak Berwarna
4. ΔHf° : -135.44 kJ/mol
5. Memiliki bau Khas
B. Sifat Kimia :
1.Sangat reaktif terhadap zat lain
2.Dapat diisolasi
3.Beracun
4.Tidak larut dalam Air
5.Tidak stabil
4. NH4OH
Telah dijelaskan pada Sub Bab 3.2.2.3

3.3 Prosedur Praktikum


3.3.1 Identifiksi Anion Karbonat (CO32-)
a.Ambil 2 sendok spatula Natrium Karbonat (Na2CO3), masukan dalam tabung reaksi
Kemudian tambahkan 5 ml HCl 3N
b.Sedikan Tabung Reaksi dengan penutup Gabus dan pipa kapiler Bengkok.
c.Alirkan gas yang keluar dari tabung reaksi pertama ketabung reaksi kedua yang berisi
larutan Ba(OH)2. Amati apa yang terjadi

3.3.2 Identifikasi Anion Khromat (CrO42-)


a.Kepada 5 tetes E.S ditambahkan NH4OH encer sampai basa
b.Lalu ditambahkan Hac sampai larutan menjadi asam
c.Ditambahkan 2 tetes BaCl2 10% presipitat kuning menujukan adanya anion khromat

3.3.3 Identifikasi Anion Klorida, Bromida, Iodida


a.Kepada 5 tetes E.S ditambahkan 10 tetes HNO3 encer. Kemudian panaskan sampai tidak
mengeluarkan gas lgi ( jika terdapat sufit maka harus dihalau terlebih dahulu) lalu tambahkan
1 tetes larutan AgNO3. Presipitatnya putih yang larut dalam NH4OH menunujukan adanya
Anion klorida
b.Kepada 5 tetes larutan E.S ditambahkan 10 tetes HNO3 encer lalu dipanaskan di dalam
pengans air kemudian ditambahkan 4 tetes larutan AgNO3. bila terbentuk endapan kuning
pucat (endapan AgBr), maka tambahkan 1 tetes NH4OH dan 6 tetes air klor. Lalu
ditambahkan 10 tetes larutan CCl4 dan tabung dikocok baik – baik. Lapisan ungu yang
terbentuk menunjukan adnya anion iodida (I-).

3.4 Flowchart
3.4.1 Flowchart Identifikasi Anion Karbonat
Tidak

ya

Gambar 3.6 Flowchart Identifikasi anion Karbonat

3.4.2 Flowchart Identifikasi Anion Khromat


Tidak

Ya

Gambar 3.7 Flowchart Identifikasi Anion Khromat

3.4.3 Flowchart Identifikasi Anion Klorida


Ya

Gambar 3.8 Proses Identifikasi Anion Klorida

3.4.4 Flowchart Identifikasi Anion Bromida

Tidak
Ya
Gambar 3.9 Flowchat Identifikasi Anion Bromida

3.4.5 Flowchart Identifikasi Anion Iodida

Tidak

Ya
Gambar 3.10 Flowchart Identifikasi anion Iodida

3.5 Reaksi Spesifikasi

Dari hasil pengamatan teramati bahwa :


1.Identifikasi Anion Karbonat
NaCO3 + HCl + Ba(OH)2 BaCO3 ↓

2.. Identifikasi Anion Khromat


E.S + NH4OH + Hac + BaCl2 BaCrO4 ↓

3. Identifikasi Anion Klorida, Bromida, dan Iodida


a. E.S + HNO3 (dipanaskan) + AgNO3 AgCl ↓ + NH4OH
(larut)

b. E.S + HNO3 (dipanaskan) +AgNO3 AgBr ↓

AgBr + NH4OH + CCl4 NH4I ↓


BAB IV
IDENTIFIKASI KATION
BERDASARKAN KELARUTAN

4.1 Ringakasan percobaan


Hari / tanggal : Sabtu, 22 Agustus 2009
Pukul : 13.30 – 17.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Warna : Hitam
Hasil : Kation Pb2+
Kation Hg2+

4.2 Tinjauan Pustaka


Golongan Kation
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khasnya adalah sebagai berikut :
Golongan I : Kation-kation golongan ini membentuk endapan putih dengan asam klorida
(HCl) encer. Kation-kation golongan ini adalah timbal (Pb), merkurium I (Hg+), dan perak
(Ag+).
Golongan II : Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida (HCl), tetapi
membentuk endapan sulfida dengan hidrogen sulfida (H2S) dalam suasana asam mineral
encer. Kation-kation golongan ini dibagi ke dalam 2 sub golongan yaitu :
II A (Golongan Tembaga) 1) Merkurium II (Hg+2)
2) Tembaga II (Cu+2)
3) Bismut (Bi)
4) Kadmium (Cd+2)
II B (Golongan Arsen) 1) Arsenik III (As+3)
2) Arsenik V (As+5)
3) Stibium V (Sb+5)
4) Timah II (Sn+2)
5) Timah V (Sn+5)
Apabila telah mengendap dapat dibedakan dengan reaksi amonium polisulfida di mana
golongan II A melarut dan golongan II B mengendap.
Golongan III : Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida (HCl) encer
ataupun dengan hidrogen sulfida (H2S) dalam suasana asam mineral encer, melainkan
membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau sedikit basah.
Kation-kation golongan ini adalah kobalt II (Co+2), nikel II (Ni+2), besi II (Fe+2), besi III
(Fe+3), aluminium (Al), seng II (Zn+2), dan mangan II (Mn+2).
Golongan IV : Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II dan
III. Kation-kation ini membentuk endapan karbonat dengan amonium karbonat (NH4)2CO3
dengan adanya amonium klorida (NH4Cl) dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-
kation golongan ini adalah kalsium II (Ca+2), strontium II (Sr+2) dan barium II (Ba+2).
Golongan V : Kation-kation golongan ini disebut sebagai kation golongan sisa karena tidak
membentuk endapan dengan reagensia sebelumnya seperti halnya reagensia-reagensia yang
digunakan untuk memisahkan kation-kation golongan I sampai IV. Kation-kation golongan
ini adalah magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (Ka), litium (Li), dan hidrogen (H).
(Vogel,1990).

Identifikasi Reaksi
Timbal II (Pb+2)
Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan. Timbal (Pb) dapat diidentifikasi
dengan menggunakan K2CrO4 dan KI. Jika Pb+2 diidentifikasi dengan larutan kalium
kromat (K2CrO4) akan menghasilkan endapan kuning cerah :
Pb+2 + CrO42- → PbCrO4↓
Jika Pb diidentifikasi dengan larutan KI akan menghasilkan endapan kuning :
Pb+2 + 2I- → PbI2↓
Timbal juga dapat diidentifikasi dengan asam klorida (HCl) encer yang akan menghasilkan
endapan putih :
Pb+2 + 2Cl- ↔ PbCl2↓
Sedangkan jika diidentifikasi dengan hidrogen sulfida (H2S) dalam suasana asam encer atau
netral, akan menghasilkan endapan hitam :
Pb+2 + H2S → PbS↓ + 2H
Merkurium II (Hg+2)
Merkurium adalah logam cair yang berwarna putih keperakan pada suhu biasa dan memiliki
massa jenis 13,534 gr/ml pada suhu 25˚C. Merkurium tidak bereaksi dengan asam klorida
(HCl) atau asam sulfat (H2SO4)-2 encer, tapi merkurium dapat bereaksi dengan asam nitrat
(HNO3) yang dingin :
6Hg + 8HNO3 → 3Hg2+2 + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O
Merkurium juga dapat bereaksi dengan amonia (NH3) yang akan menghasilkan endapan
hitam :
NH2
2Hg2+2 + NO3- + 4NH3 + H2O → HgO.Hg ↓ + 2Hg↓ + 3NH4
NO3
Perak (Ag+)
Perak adalah logam putih yang dapat ditempa dan liat. Perak tidak larut dalam asam klorida,
asam sulfat encer (1M), atau asam nitrat encer (2M). Perak membentuk ion monovalen dalam
laruta tidak berwarna. Ag+ dapat diidentifikasi dengan larutan NH3 akan menghasilkan
endapan coklat perak oksida :
2Ag+ + 2NH3 + H2O → Ag2O↓ + 2NH4+
Sedangkan jika diidentifikasi dengan asam nitrat akan menghasilkan endapan putih :
3Ag2S↓ + 2HNO3 → S↓ + 2NO↑ + 3Ag2O↓ + H2O
Kadmium II (Cd+2)
Kadmium adalah logam putih keperakan yang dapat ditempa dan liat. Jika kadmium II
direaksikan dengan KCN akan terbentuk endapan putih kadmium sianida (Cd(CN)2) :
Cd+2 + 2CN- → Cd(CN)2↓
Bila kadmium dialirkan dengan gas hidrogen sulfida, maka kadmium sulfida akan
mengendap dan menghasilkan endapan kuning :
(Cd(CN)4)-2 + H2S → CdS↓ + 2H+ + 4CN-
Tembaga II (Cu+2)
Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Jika tembaga II
direaksikan dengan K4Fe(CN)6 akan menghasilkan endapan coklat kemerahan :
2Cu+2 + (Fe(CN)6)-4 → Cu(Fe(CN)6)↓
Sampel + HCl 0,1 M
Endapan (Gol IA) Filtrat + H2O3 3 % + HCl 6 N
1. AgCl Panaskan dialirkan H2S + NH4OH
2. Hg2Cl2
3. PbCl2

Endapan (Gol IIA) Filtrat panaskan + HNO3 + NH4Cl 10 %


1. HgS panaskan + NH4OH encer , panaskan
2. PbS
3. CuS
4. CdS
Endapan (Gol IIIA) Filtrat + NH4OH, alirkan H2S
1. Fe(OH)3
2. Cr(OH)3
3. Ad(OH)2
4. Mn2O2H2O Endapan Filtrat dilarutkan dalam cairan HNO3,
(Gol IIIB) panaskan + 10 ml air + NH4Cl 10 % +
(NH4)2CO3, panaskan

Endapan (Gol IV) Filtrat uapkan sampai pekat


1. CaCO3 + 3 ml HNO4, panaskan
2. BaCO3
3. SrCO3
Residu (Gol V)
1. Mg
2. K
3. Na
4. Ki

Gambar 4.1 Skema Pemisahan Kation (Anonim.2007)


Kelarutan
Kelarutan adalah sifat fisik yang merujuk pada kemampuan suatu substansi untuk larut dalam
suatu larutan. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam
suatu pelarut. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan
perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol dalam air, hingga sulit
larutseperti perak klorida (AgCl2) dalam air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan :


1). Temperatur
Untuk pelarutan zat padat, kelarutannya meningkat seiring kenaikan suhu, sedangkan untuk
gas perilakunya lebih unik.
2). Pelarut
Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada dalam pelarut organik.
Ion-ion dalam kristal tidak memiliki gaya tarik yang besar terhadap molekul pelarut organik.
Oleh karena itu, biasanya kelarutannya lebih rendah dibandingkan kelarutan dalam air.
3). Efek Ion Sekutu
Suatu endapan umumnya dapat lebih larut dala air murni daripada suatu larutan yang
mengandung salah satu ion endapan.
4). Pengaruh Aktifitas
Ternyata banyak endapan menunjukkan kelarutan yang meningkat dalam larutan yang
mengandung ion-ion yang tidak bereaksi secara kimia dengan ion-ion endapan.
5). Pengaruh pH
Ion hidrogen yang bersenyawa dengan anion suatu garam untuk membentuk asam lemah,
dengan demikian meningkatkan kelarutan garam itu. Pada larutan yang keasamannya cukup
tinggi, anion asam lemah tidak mengubah pH secara berarti.
6). Efek Kompleks
Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut juga tergantung pada konsentrasi zat-zat yang
membentuk kompleks dengan kation garam itu.

Aplikasi Pemisahan Kation-kation


Salah satu aplikasi dari pemisahan kation-kation dalam mengidentifikasi logam-logam yang
terkandung dalam sediaan kosmetik yang berfungsi sebagai zat pemutiara. Zat pemutiara
adalah suatu zat yang digunakan dalam kosmetik untuk memberikan efek mengkilat seperti
mutiara sehingga bagian wajah akan terlihat makin segar, dan logam-logam yang terdapat
dalam kosmetik dapat menyebabkan iritasi.
Dari hasil pemeriksaan golongan ternyata pada pemeriksaan golongan III A memberikan
reaksi positif terhadap logam aluminium (Al). Serbuk logam aluminium sering digunakan
dalam formula bedak sebagai zat yang memberikan daya kilat. Garam-garam aluminium
dapat merupakan astringen pada kosmetik tertentu, tapi dapat mengiritasi kulit. (Mutiatikum,
2003).

Fungsi dan Manfaat Hasil Kali Kelarutan (Ksp)


Harga hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa ionik yang sukar larut dapat memberikan
informasi tentang kelarutan suatu senyawa tersebut dalam air. Semakin besar harga Ksp suatu
zat, semakin mudah larutsenyawa tersebut.
Harga Ksp suatu zat dapat digunakan untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan suatu zat
jikadua larutan yang mengandung ion-ion dari senyawa sukar larut dicampurkan. Untuk
meramalkan terjadi tidaknya suatu endapan AmBn jika larutan yang mengandung ion An+
dan Bm- dicampurkan digunakan konsep hasil kali ion (Qsp) berikut ini:
Jika Qsp > Ksp maka akan terjadi endapan AmBn.
Jika Qsp = Ksp maka akan terjadi larutan jenuh AmBn.
Jika Qap

Penerapan Hubungan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)


Hubungan hasil kali kelarutan mempunyai nlai yang besar dalam analisis kualitatif, karena
dapat meramalkan reaksi-reaksi pengendapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya
merupakan nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion ketika kesetimbangan tercapai. Jika
kondisinya adalah demikian, sehingga hasil kai ion berbeda dengan hasil kali kelarutan,
sistem itu akan berusaha menyesuaikan dirinya sendiri, sehingga hasilkali ion mencapai hasil
kali kelarutan. Jadi, jika hasil kali ion sengaja dibuat lebih besar dari hasil kali kelarutan
mengakibatkan mengendapnya garam padat. Dan sebaliknya, jika hasil kali ion lebih kecil
dari hasilkali kelarutan, kesetimbangan dalam sistem dicapai kembali dengan melarutnya
sebagian garam padat ke dalamlarutan.
Perlu diperhatikan, bahwa pengendapan sempurna suatu elektrolit yang sangat sedikitlarut
adalah tak mungkin, karena seberapa besarnya konsentrasi salah satu ion dinaikkan dengan
sengaja, konsentrasiion lainnya tidakdikurangkam sampai nol, karena hasil kali kelarutan
merupakan nilai yang konstan (Svehla, 1990).
Analisis kualitatif berdasarkan sifat fisis bahan
Sebelum kita melakukan penentuan sifat fisis berupa penentuan titik leleh dan bentuk kristal
untuk sampel padat dan penentuan titik didih dan indeks bias untuk sampel cair, lakukanlah
terlebih dahulu analisis pendahuluan. Untuk sampel padat analisis pendahuluan meliputi:
warna, bau, bentuk, kelarutan, pemanasasan dalam tabung uji serta tes nyala. Sedangkan
untuk sampel cair analisis penaduluan meliputi: warna, bau, kelarutan serta keasaman.

Idetifikasi kation berdasarkan H2S


Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-
pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap
kation. Oleh karena itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum
dilakukan pengendapan golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan
padat harus dilarutkan dahulu. Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat yang
akan dianalisis dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan. Sebagai pelarut dapat dicoba
dahulu secara berturut-turut mulai dari air, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat,
air raja (HCl:HNO3 = 3:1). Mula-mula dicoba dalam keadaan dingin lalu dalam keadaan
panas. Bila pelarutnya HCl pekat larutan harus diuapkan sampai sebagaian besar HCl habis.
Bila larutan HNO3 atau air raja, maka semua asam harus dihilangkan dengan cara
menguapkan larutan sampai hampir kering, kemudian ditambahkan sedikit HCl, diuapkan
lagi sampai volumenya sedikit lalu encerkan dengan air.

4.2.1 PbSO4 (Timbal (II) Sulfat)


Senyawa timbal (II) sulfat ini memiliki rumus molekul PbSO4. Kebanyakan timbal ini
tersedia dalam bentuk senyawa atau mineral galena yaitu PbS, seperti yang terdapat dalam
elektoda pada baterai basah/aki. Senyawa ini memiliki warna putih berupa endapan kristal
dengan struktur bangun yang berbentuk rhombik.
4.2.1.1 Sifat-sifat PbSO4 (Timbal (II) Sulfat)
A. Sifat fisika :
1.Berat molekul : 303,27 gram/mol
2.Massa jenis : 6,2 gr/cm3
3.Titik lebur : 1170oC
4.Kelarutan pada 0oC : 0,0028 dari 100 bagian
5.Kelarutan pada 40oC : 0,0056 dari 100 bagian
6.Nilai indeks bias : 1,8823
7.Endapan kristal berwarna putih.
8.Memiliki bentuk struktur bangun rhombik atau monoklinik.
9.Larut dalam larutan asam pekat dan garam-garam dari NH4.
10.Tidak melarut dalam larutan etanol 95 %.
B. Sifat Kimia :
1.Reaksi dengan amonium asetat akan membentuk timbal (II) asetat dengan amonium sulfat.
PbSO4 + 2 CH3COONH4 → Pb(CH3COO)2 +(NH4)2SO4
2.Dapat diperoleh dari reaksi dengan asam sulfat dengan timbal (II) nitrat.
Pb(NO3)2 + H2SO4 → PbSO4 + 2 HNO3
3.Dapat diperoleh juga bila Pb(NO3)2 direaksikan dengan Na2SO4.
Pb(NO3)2 + Na2SO4 → PbSO4 + 2 NaNO3
4.Reaki antara PbS dengan H2O2 dapat menghasilkan juga senyawa PbSO4.
PbS + 4 H2O2 → PbSO4 + 4 H2O
5.Reaksi yang terjadi dari senyawa ini pada katoda aki pada reaksi pengisiannya adalah :
PbSO4 + H+ + 2e- → Pb + HSO4-
4.2.1.2 Pembuatan PbSO4 (Timbal (II) Sulfat)
A. Skala laboratorium
Secara laboratorium, PbSO4 dapat dibuat dari reaksi garam timbal (II) dengan garam sulfat
seperti natrium sulfat dan lain-lain untuk membentuk endapan PbSO4 yang tidak larut dalam
reagensia yang berlebihan. Senyawa yang biasa dipakai dalam membuat PbSO4 adalah
Pb(NO3)2 dengan Na2SO4, menurut reaksi
Pb(NO3)2 + Na2SO4 → PbSO4
B. Skala industri
Untuk skala industri, timbal oksida berdasarkan teknik pembakaran. Dalam proses ini, ada
empat prinsip dasar yang digunakan yaitu:
1.Logam timbal dioksidasi sebagian dan digiling menjadi berbentuk serbuk (disebut juga
sebagai oksida hitam dalam perdagangan). Kemudian dipanaskan pada suhu 600°C untuk
menyelesaikan proses oksidasi.
2.Logam timbal tersebut dioksidasi menjadi timbal oksida (PbO).
2Pb + O2 → 2 PbO
3.Timbal yang mencair akan masuk ke dalam pembakaran pada suhu sekitar 1000°C. Timbal
tersebut akan berubah menjadi timbal oksida cair.
PbO(S) PbO(L)
4.Timbal cair pada suhu sekitar 500°C akan dibakar dan menghasilkan
5.Timbal oksida yang tersublimasi menjadi timbal II sulfat.

Gambar 4.2 Flowsheet Pembuatan Timbal (II) Sulfat.

4.2.1.3 Kegunaan PbSO4 (Timbal (II) Sulfat)


1.Sebagai bahan penyimpan energi dalam baterai basah/aki.
2.Sebagai zat warna pada seni lukis.
3.Untuk pembuatan keramik.
4.Sebagai komponen listrik dan senyawa vinil lainnya yang membutuhkan stabilitas
pemanasan yang tinggi.

4.2.2 HgCl2 (Merkuri Klorida)


HgCl2 merupakanpersenyawaan merkuri dengan gas klor dan terbentuk kalomel. HgCl2
merupakan kristal putih atau tepung, yang larut dalam alkohol,eter, dan metil asetat. HgCl2
merupakan zat yang sangat beracun.
4.2.2.1 Sifat-sifat HgCl2 (Merkuri Klorida)
A. Sifat Fisika
1.Berat molekul : 271,52 sma.
2.Berwarna : bening.
3.Struktur kristalnya berbentuk belah ketupat.
4.Indeks bias : 1,859.
5.Densitas : 5,44 gr/ml.
6.Titik leleh : 2770C.
7.Titik didih : 3040C.
B. Sifat Kimia
1.Tidak dapat larut dalam HCl encer.
2.Mempunyai dua ikatan kovalen.
3.Dalam air dan zat organik digunakan sebagai pelarut.
4.Membentuk endapan bila direaksikan dengan HCl asetaldehid.
5.Bila direaksikan dengam asitelina untuk membentuk trikloromercuric asetaldehid
C(HgCl).CHO.
6.Memiliki afinitas elektron rendah dan Bersifat reduktor.
4.2.2.2 Pembuatan HgCl2 (Merkuri Klorida)
A. Skala Laboratorium
Dalam skala laboratorium, HgCl2 dapat dibuat dengan mereaksikan raksa (Hg) dengan asam
klorida (HCl).
Reaksi :
Hg2+ + 2HCl HgCl2 + H2
B. Skala Industri
Dalam skala industri, pembuatan merkuri klorida dilakukan dengan melelehkan bijih raksa
dalam tungku dengan asam dan soda dengan aliran udara. Lelehan tersebut dilarutkan dalam
air dan sedikit merkuri klorida ditambahkan. Larutan tersebut didinginkan dan diasamkan
dengan asam asetat pada konsentrasi tertentu dan dibentuk menjadi kristal.

Gambar 4.3 Flowsheet pembuatan HgCl2


4.2.2.3 Kegunaan HgCl2 (Merkuri Klorida)
1.Digunakan secara luas di laboratorium penelitian,kedokteran,penerangan, pabrik kulit dan
kertas.
2.Digunakan dalam pembuatan cermin yaitu untuk mempermudah mereduksi suatu bahan.
3.Dipergunakan dalam pengolahan biji emas, perak dan baja dalam proses pemurnian.
4.Untuk biologis unsur dan sebagian besar senyawa raksa sangat beracun, dapat merusak
sistem sentral saraf.

4.2.3 Regensia
4.2.2.1. Kation Pb+2 :
1.HCl
A. Sifat Fisika
1.Massa atom : 36,45
2.Massa jenis : 3,21 gr/cm3.
3.Titik leleh : -1010C
4.Energi ionisasi : 1250 kj/mol
5.Kalor jenis : 0,115 kal/gr0C
6.Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna
7.Berbau tajam.
B. Sifat Kimia
1.HCl akan berasap tebal di udara lembab.
2.Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang.
3.Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter.
4.Merupakan oksidator kuat.
5.Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya, sehingga dapat
6.Racun bagi pernapasan.
2.K2CrO4
A. Sifat Fisika :
1.Rumus Kimia (K2CrO4 )
2.Titik lebur 917˚C
3.Padatan
4.Berwarna Kuning
5.Densitas pada suhu 20˚C 1.9 kg/L
B. Sifat Kimia :
1.Pereaksi Analis dan untuk Pigmen
2.Mudah bereaksi dengan Air
3.Larutan Basa
4.Beracun
5.Dapat diisolasi

4.2.2.2. Kation Hg+ :


1. NH4OH
A. Sifat Fisika :
1.Berbentuk Cair
2.berbau tidak sedap
3.Tidak Berwarna
4.Titik Lebur : -78 °C
5.Titik Didih : - 33,5°C
B. Sifat Kimia :
1.Tidak dapat diisolasi
2.Tidak Stabil
3.Merupakan larutan basa
4.Mudah larut dalam Air
5.Autoniosasi
2. HNO3
A. Sifat fisika :
1.Massa jenis : 1,502 gr/cm3
2.Titik didih : 86ºC
3.Titik lebur : -42ºC
4.Energi evaporasi : 9,43 kkal/mol pada 20oC
5.Berat molekul : 63,02 gram/mol
6.Nilai entropi : 37,19 kkal/mol oK pada 25oC
7.Tidak berwarna
B. Sifat kimia :
1.Merupakan oksidator yang kuat dan asam kuat
2.Reaksi dengan amonia menghasilkan amonium nitrat, menurut reaksi:
HNO3 + NH3 → NH4NO3
3.Reaksi dengan nikel sulfida menghasilkan garam nikel nitrat, nitrogen monoksida,
belerang, dan air.
3 NiS + 8 HNO3 → 3 Ni(NO3)2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O
4.Reaksi dengan NiS yang ditambah asam klorida, menghasilkan garam nikel klorida.
3 NiS + 2 HNO3 + 6 HCl → 3 NiCl2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O
5.Reaksi dengan logam perak akan membentuk perak nitrat dan nitrogen dioksida.
Ag + 2 HNO3 → AgNO3 + NO2 + H2O

4.3 Prosedur Praktikum


4.3.1 Identifikasi Kation Pb2+
1.Sebanyak 5 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml HCl 0,1 M.
2.Bila terbentuk endapan, pisahkan dan filtratnya disimpan dan beri nama.
3.Ke dalam endapan masukkan aquadest 2 ml, lalu dipanaskan pada penangas air, bila ada
Pb+2 larut,
4.Diambil larutannya dan identifikasi dengan K2CrO4 dan KI. Bila terbentuk endapan kuning
PbCrO4 dan PbI2 maka menunjukkan ada kation Pb+2.
4.3.2 Identifikasi Kation Hg+
1.Sebanyak 5 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml HCl 0,1 M.
2.Bila terbentuk endapan, pisahkan dan filtratnya disimpan dan beri nama.
3.Ke dalam endapan masukkan aquadest 2 ml, lalu dipanaskan pada penangas air, bila ada
Pb+2 larut,
4.Diambil larutannya dan identifikasi dengan K2CrO4 dan KI. Bila terbentuk endapan kuning
PbCrO4 dan PbI2 maka menunjukkan ada kation Pb+2.
5.Presipitat (endapan) AgCl dan HgCl (warna putih) ditambah 2 ml NH4OH 0,1 M, adanya
endapan hitam adalah HgNH3Cl.

4.4 Flowchart
4.4.1 Flowchart Identifikasi kation Pb2+
Tidak
Ya

Gambar 4.4 Flowchart Identifikasi Kation Pb+2


4.4.2 Flowchart Identifikasi kation Hg+

Tidak

Ya

Gambar 4.5 Flowchart Identifikasi Kation Hg+


4.5 Rekasi Spesifikasi
1. Sampel + HCl 0,1 M PbCl2 ↓ + H2O
2. Identifikasi Pb2+
Sampel + HCl + K2CrO4 PbCrO4 ↓ + 2 KCl
3. Identifikasi Hg+
HgCl + 2 NH4OH HgNH3Cl ↓ + H2O
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1) Di dalam sampel minuman bersoda “ Fanta apel “ mengandung anion – anion karbonat,
khromat, klorida, bromida, dan iodida
2) CO32- dapat diidentifikasi dengan menggunakan Na2CO3 yang membentuk endapan
berwarna kuning.
3) CrO42- dapat diidentifikasi dengan NH4OH, Hac dan BaCl2 dengan membentuk endapan
putih
4) Cl- dapat diidentifikasi dengan NH4OH, dan HNO3, dengan membentuk endapan putih
5) Br- dapat diidentifikasi dengan HNO3, AgNO3, dan NH4OH dengan membentuk endapan
kuning
6) I- dapat diidentifikasi dengan HNO3, AgNO3, NH4OH, dan CCl4 dengan membentuk
endapan putih
7) Didalam sampel minuman ”You C1000” Mengandung Kation – kation Timbal, dan Perak
8) Pb+2 dapat diidentifikasi dengan HCl dan K2CrO4 yang membentuk endapan endapan
kuning.
9) Hg+ dapat diidentifikasi dengan AgCl yang akan membentuk endapan berwarna hitam
5.2. Saran
1) Diharapkan kepada praktikan agar benar-benar memperhatikan apakah sudah terbentuk
endapan dengan warna yang sesuai dengan prosedur.
2) Pada saat pengunaan NH4OH hendaklah tidak mencium baunya, dan agar cepat menutup
botol nya agar tidak menyebar dalam ruangan
3) Diharapkan kepada praktikan agar mencuci setiap peralatan yang akan digunakan seperti
pipet tetes, agar tidak terkontaminasi dengan zat-zat atau larutan yang telah digunakan
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009a. Air. http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009


Anonim. 2009b. Asam Klorida http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009
Anonim. 2009c. Natrium Clorida http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009
Anonim. 2009d. Anion-Kation. http//-Bloggersejati.com. 9 September 2009
Anonim. 2009e. Kation-anion http//-www.medicafarma.com 9 September 2009
Anonim. 2009f. Analisa Kualitatif http//-www.bolgkita.info.fv 11 September 2009
Anonim. 2009g. Anion-kation http//-www.che-mistry.wordpress.org
11 September 2009
Anonim. 2009h. Laporan praktikum http//-sulae.blogspot.com
14 September 2009
Day,R.A. dan A.L. Underwood. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Jakarta :
Erlangga.
Dini, P. 2002 Proses Pembentukan Kristalisasi garam. Jakarta. Deparetemen Kelautan dan
Perikanan
Harjadi,W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Mulyono,HAM. 2005. Kamus Kimia. Cetakan ke-3 Jakarta : Bumi aksara

LAMPIRAN A
PEMBUATAN EKSTRAK SODA

A.1 PROSEDUR
Adapun prosedur pembuatan ekstrak soda sebagai berikut :
1.Dua sampai tiga mililiter sample dimasak dengan 5 ml larutan jenuh NaCO3
2.Lalu disaring dan presipitatnya dibuang.
3.Kemudian filtratnya diasamkan dengan HNO3 encer
4.Larutan Tersebut dimasak kembali sampai semua CO2 keluar
5.Selanjutnya Larutan ini disebut Ekstrak Soda.
A.2 FLOWCHART

Tidak

Ya
Gambar A.1 Flowchart Pembuatan ekstrak Soda
LAMPIRAN B
PERALATAN
Tabel B.1 Alat dan Fungsi
No
Nama Alat
Fungsi
Gambar
1
Tabung Reaksi
untuk tempat terjadinya reaksi.

2
Pipet Tetes
untuk mengambil sampel maupun larutan.

3
Sentrifiuse
untuk mempercepat terbentuknya endapan

4
Corong Gelas
untuk membantu memasukkan larutan ke dalam tabung reaksi

5
Beaker Glass
untuk tempat meletakkan larutan

6
Bunsen
untuk memanaskan larutan

7
Penjepit Tabung
untuk memegang tabung saat dipanaskan pada penangas air

8
Rak Tabung
untuk tempat meletakkan tabung reaksi agar tidak pecah

9
Penganas Air
Memanaskan Larutan

10
Pipa Kapiler
mengalirkan Gas dari tabung reaksi ke tabung lain

11
Kertas Lakmus
Unutk menguji larutan, Basa atau Asam

12
Batang pengaduk
Untuk mengaduk larutan

13
Gelas Ukur
Untuk mengukur larutan
LAMPIRAN
C
CURRICULUM VITAE

NAMA
:
Dedy Anwar
NIM
:
080405009
NO HP
:
0831908042015
ALAMAT MEDaN
:
Jl. Jambu No. 50D
Alamat asal
:
Jln. BM.Muda Pangsidimpuan
Agama
:
Islam
tempat tanggal lahir
:
Padangsidimpuan 8 Agustus 1990
hobby
:
Badminton
cita-cita
:
-
RIWAYAT PENDIDIKAN

JENJANG PENDIDIKAN
TAHUN
TK Bayangkari
1995 – 1996
SD N 142417 Padangsidimpuan
1996 – 2002
SMP N 1 Padangsidimpuan
2002 – 2005
SMA N 3 Padangsidimpuan
2005 – 2008
Teknik Kimia FT USU
2008 - Sekarang
RIWAYAT ORGANISASI

NAMA ORGANISASI
JABATAN
TAHUN MENJABAT
Covalen Study Group (CSG) Teknik Kimia USU

Himatek FT USU

HMI
Anggota

Anggota

Anggota
2007 - Sekarang

2007 - Sekarang

2007

PESAN & KESAN : Semoga lulus Praktikum Kimia Analisa dengan nilai
memuaskan

DEDY ANWAR
080405009

Diposting oleh laporan permanganometri di 03.00

1 komentar:

1.

Sarmada Hasibuan19 Oktober 2014 01.37

kurang jelas bro


salam kenal dari saya mahasiswa PTKI medan

Balas

Muat yang lain...


Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog
 ▼ 2009 (5)
o ▼ November (3)
 ▼ Nov 11 (3)
 KIMIA ANALISA KUALITATIF
 GRAVIMETRI
 ASIDI ALKALIMETRI
o ► Oktober (2)

Mengenai Saya

laporan permanganometri
Lihat profil lengkapku

Kimia Analisis Farmasi


Selasa, 28 Mei 2013
Analisis Turunan Antibiotik

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Dalam bidang farmasi khususnya kimia atau analisis farmasi sering dilakukan

analisis sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif

seperti identifikasi organoleptik, sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk

menentukan kadar suatu senyawa.

Pada percobaan ini akan dilakukan analisis senyawa turunan antibiotik yakni

amoxicillin yang selanjutnya akan ditentukan kadarnya dengan menggunakan

metode iodometri.
Iodometri merupakan suatu metode penentuan kadar berdasarkan reaksi

oksidasi reduksi yang dilakukan dengan titrasi tidak langsung yakni bahan pereduksi

dioksidasi dengan larutan baku dalam jumlah berlebih dan kelebihannya dititrasi

dengan larutan baku natrium tiosulfat.

Analisis senyawa amoxicillin ini dianggap penting khususnya bagi mahasiswa

farmasi karena sebagaimana diketahui senyawa turunan antibiotik diketahui memiliki

beberapa aktivitas farmakologis diantaranya menghambat sintesis peptidoglikan

atau proses penting dalam kehidupan suatu mikroorganisme. Meskipun ada efek

samping seperti reaksi hipersensitivitas dan menimbulkan resistensi, tetapi itulah

pentingnya dilakukan analisis untuk melihat bagaimana kualitas mutu dari sediaan

yang dibuat. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.

I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1. Maksud percobaan

Dapat mengetahui dan memahami cara analisis secara kuantitatif senyawa

golongan antibiotik.

I.2.2. Tujuan percobaan

Dapat mengetahui dan memahami cara analisis kuantitatif senyawa amoxicillin

dengan menggunakan metode iodometri.

I.3. Prinsip percobaan

Analisis senyawa amoxicillin dengan menggunakan metode iodometri dimana

amoxicillin ditambahkan larutan basa dan didiamkan, kemudian ditambahkan asam

dan I2. Kemudian dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat dengan penambahan

indikator kanji.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori umum

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme

(khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat

membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain sedangkan

Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada

manusia. Antibiotika merupakan segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik,

yamg mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses suatu proses

biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.

Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi,

meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat

seleksi terhadap mutan atau transporman. Antibiotika bekerja seperti pestisida

dengan menekan atau memutuskan satu mata rantai metabolisme, hanya saja

targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara

kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang

tidak wajar bagi kuman untuk hidup (1).


Antibiotika tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau

nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotika sangat beragam keefektifannya dalam

melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram

negative atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya

juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi

tersebut (2).

Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya

berdasarkan struktur kimianya. Berdasarkan struktur kimianya, antibitik

dikelompokkan sebagai berikut (3):

1. Golongan Aminoglikosida

Diantaranya adalah amikasin, gentamisin, kanakmisin, neomisin, paromisin,

sisomisin, streptomisin, dan tobramisin.

2. Golongan Beta-Laktam

Diantaranya golongan karbapenem(ertapenem, imipenem, meropenem), golongan

sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan

beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

Salah satu contoh dari golongan beta-laktam ini adalah golongan sefalosporin dan

golongan sefalosporin ini ada hingga generasi ketiga dan seftriakson merupakan

generasi ketika dari golongan sefalosporin.

- Seftriakson

Obat ini umumnya aktif terhadap kuman gram-positif, tetapi kurang aktif

dibandingkan dengan sefalosporin generasi pertama. Untuk meningitis obat ini

diberikan dua kali sehari sedangkan untuk infeksi lain umumnya cukup satu kali

dalam sehari.
Dosis lazim obat ini ialah 1-2 g/hari IM atau IV dalam dosis tunggal atau dibagi

dalam 2 dosis. Seftriakson tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 0.25 ; 0.5 ; dan

1 g. apabila obat ini diberikan sebanyak 250mg akan sangat ampuh dan tanpa

komplikasi oleh karena itu menjadi pilihan utama untuk uretritis oleh gonokokus.

3. Golongan Glikopeptida

Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

4. Kloramfenikol contohnya tiamfenikol

5. Quinolon ontohnya asam nalidiksat, fluroquinolon

Berdasarkan sifat (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap

bakteri.

2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat

pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.

Amoxicillin adalah antibiotik dalam kelompok obat penisilin. Memerangi

bakteri dalam tubuh. amoxicillin digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi

yang disebabkan oleh bakteri seperti inveksi telinga, infeksi kantong kemih,

pneumonia, gonoreae dan infeksi coli/salmonella. Amoxicillin juga kadang-kadang

digunakan bersama dengan yang lain. Plaritromisin disebut antibiotik (biaxin) untuk

mengobati bisul perut yang disebabkan oleh infeksi belicobacterphilory. Kombinasi

ini kadang-kadang digunakan dengan peredam asam lambung disebut tansopiazole

(prevacid) (4).

Analisis kimia farmasi kuantitatif biasanya dibagi menjadi beberapa analisis

berdasarkan metode dan teknik kerjanya (4):

1. Analisis gravimetri.

2. Analisis volumetri yang biasa desebut juga analisis titrimetri.


3. Analisis gasometri.

4. Analisis dengan metode fisika dan kimia.

Analisis titrimetri umumnya dapat dibagi dalam 4 bentuk, yaitu (5):

1. Reaksi netralisasi atau disebut asidimetri/alkalimetri

2. Reaksi pembentukan kompleks

3. Reaksi pengendapan

4. Reaksi oksidasi-reduksi.

Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dan

analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik

akhir, meskipun demikian penggunaan indikator yang dapat berubah warnanya

dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan (6).

II.2. Uraian Bahan

1. Aquadest (7 : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling/aquades

RM/BM : H2O/18.02 g/mol

an : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.

Kelarutan :-

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut.

2. Natrium Tiosulfat (7 : 428)

Nama Resmi : NATRII THIOSULFAS

Nama Lain : Natrium Tiosulfat

RM/BM : Na2S2O3/248,17
rian : Hablur besar tidak berwarna ; dalam udarah lembab meleleh basah; dalam hampa

udara pada suhu diatas 33 merapuh.

tan : Dalam 0,5 bagian air; praktis tidak larut dala etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : sebagai penitran

3. Natrium hidroksida (7 : 421)

Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM

Nama lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/40

: bentuk batang massa hablur air keping- keping keping, keras dan rapuh dan

menunjukkan susunan hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis dan korosif

segera menyerap karbondioksida.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : sebagai pemberi suasana basa.

4. Asam Klorida (7 : 53)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam Klorida

RM/BM : HCl / 36,46

rian : cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan dengan 2

bagian air, asaap dan bau hilang.

Kegunaan : sebagai pemberi suasana asam

5. I2 (7:316)

Nama resmi : IODUM

Nama lain : Iodium


RM/BM : I/126,91

an : keping atau butir, berat, mengkilat seperti logam;hitam kelabu; bau khas.

utan : larut dalam lebih kurang 300 bagian air, dalam 13 bagian etanol (95 %) P. dalam

lebih kurang 80 bagian gliserol P dan dalam lebih kurang 7 bagian karbondisulfida P

; larut dalam kloroform P dan dalam karbontetraklorida P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pereaksi.

6. Indikator kanji (7:93)

Nama resmi : AMILUM MANIHOT

Nama lain : Amilum/pati kentang

Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berbau.

tan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai indikator.

7. Amoxicillin (8 : 95)

Nama resmi : AMOXICILLIN

Rumus molekul : C16H19N3O5S. 3H2O

Berat molekul : 419,45

Pemerian : Serbuk hablur putih, praktis tidak berbau.

an : Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzen, dalam karbon

tetraklorida dan dalam kloroform.

BAB III

METODE KERJA
III.1. Alat dan bahan

III.1.1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu botol semprot,

buret, erlenmeyer, gelas ukur, karet hisap, kertas perkamen, klem, pipet skala, pipet

ukur, statif, sendok tanduk, dan timbangan analitik.

III.1.2. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aquades,

asam klorida 0,1 N, Indikator kanji 1%, I2 0,693 N, natrium hidroksida 0,1 N, Natrium

tiosulfat 0,1 N dan tablet amoxicillin.

III.2. Cara kerja

1. Tablet amoxicillin yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak dengan 68,82 mg yang

setara dengan 50 mg amoxicillin.

2. Dilarutkan dengan 100 ml aquades, kemudian disaring.

3. Larutan tersebut diambil 5 ml dan ditambahkan NaOH 0,1 N sebanyak 5 ml,

kemudian ditutup (±20 menit).

4. Ditambahkan HCl P sebanyak 1 ml dan I2 0,693 N sebanyak 10 ml.

5. Dititrasi sedikit dengan Na2S203 berlebih, kemudian ditambahkan indikator kanji,

kemudian dititrasi kembali hingga berubah warna.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1. Data pengamatan

Berat etiket tablet fenobarbital = 500 mg.

Bobot rata-rata tablet

Bobot yang setara dengan 50 mg


Volume titrasi = 7,15 ml.

Perubahan warna = Biru-bening

IV.2. Perhitungan

Kadar = (N . V I2 – N . V Na2S2O3) x Be sampel

= (0,693 N . 10 ml – 0,1N . 7,15 ml) x 85,8

= (6,93 – 0,715) x 85,8

= 6,215 x 85,8

= 533,247 mg.

Mg=V.N.Be sampel

= 7,15 . 0,1 . 85,8

= 61,347 mg

IV.3. Reaksi

Penentuan Kadar Amoksisilin

+ I2
O
n
OH
OH
CH2OH
O
H
H
OH
OH
CH2OH
O
H
H

Amylum

I
I
O
n
OH
OH
CH2OH
O
H
H
OH
OH
CH2OH
O
H
H

Biru

2
+ Na2S2O3
Amoksisilin

+ H2S2O3
2
Na. Amoksisilin

I
I
+ Na2S2O3
O
n
OH
OH
CH2OH
O
H
H
OH
OH
CH2OH
O
H
H
Biru

+ 2 NaI + H2S2O3
O
n
OH
OH
CH2OH
O
H
H
OH
OH
CH2OH
O
H
H
Bening

BAB V

PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan analisis secara kuantitatif dari senyawa

amoxicillin dengan dosis etiket 500 mg. Kemudian, bobot yang ditimbang untuk

analisis dari tablet amoxicillin yang telah dihaluskan yakni yang diperkirakan setara

dengan 50 mg amoxicillin dengan cara menimbang 5 tablet amoxicillin, kemudian

dihitung dengan cara 50 mg amoxicillin yang diinginkan dibagi dengan 5 tablet dikali

dosis etiket dalam tablet amoxicillin, kemudian dikalikan dengan bobot keseluruhan

5 tablet tadi dan dari percobaan didapatkan sebanyak 68,82 mg. Jadi, yang

ditimbang adalah 68,82 mg amoxicillin yang berarti setara dengan 50 mg amoxicillin.


Adapun larutan penitran yang digunakan adalah Na 2S2O3 0,1 N. Cara

pembuatan dan pembakuan Na2S2O3 0,1 N adalah dibuat dengan cara menimbang

Na2S2O3 sesuai perhitungan dan volume larutan yang diinginkan dan dilarutkan

serta diadkan dengan aquades. Kemudian dibakukan dengan cara ditimbang

seksama ±150 mg kalium iodat yang sudah dikeringkan pada suhu 1200C secara

seksama, dilarutkan dalam 25 ml air yang telah didihkan. Selanjutnya, ditambahkan

2 gram kalium iodida yang bebas iodat dan 5 ml HCl P dalam erlenmeyer tertutup.

Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan Na2S2O3 yang akan dibakukan sambil terus

dikocok. Bila larutan menjadi kuning pucat ditambah 100 ml air dan 3 ml larutan

kanji. Titrasi dilanjutkan sampai bening.

Amoxicillin dianalisis dengan menggunakan metode iodometri. Metode

iodometri merupakan metode yang melibatkan reaksi oksidasi reduksi yang

dilakukan secara tidak langsung. Pertama-tama, ditimbang amoxicillin sebanyak

68,82 mg yang setara dengan 50 mg amoxicillin, kemudian dilarutkan dalam 100 ml

aquades dan disaring. Setelah itu, diambil 5 ml dan ditambahkan NaOH 0,1 N

sebanyak 5 ml dan didiamkan selama 5 menit, setelah itu ditambahkan HCl P

sebanyak 1 ml dan ditambahkan I2 sebanyak 10 ml, setelah itu dititrasi dengan

sedikit Na2S2O3 0,1 N berlebih, lalu ditambahkan indikator kanji 1% 2-3 tetes dan

dititrasi kembali hingga berubah warna.

Volume titrasi yang dihasilkan hingga memberikan perubahan warna dari biru

hingga bening ialah 7,15 ml.

Tujuan penambahan NaOH 0,1 N adalah untuk memberikan suasana basa,

sebagaimana diketahui amoxicillin bersifat asam, dan didiamkan supaya melarut

atau bereaksi sempurna, kemudian ditambahkan HCl P dengan tujuan untuk

memberi suasana asam atau menetralkan kembali larutan tadi. Selanjutnya,


ditambahkan I2 dengan tujuan sebagai pereaksi artinya dalam metode ini yang

bereaksi ialah I2 dengan Na2S2O3 sebagai penitran.

Hasil yang diperoleh yaitu kadar dalam mg = 533,247 mg dan % kadar =

12,2%. Jadi, hasil ini tidak sesuai dengan literatur dimana menurut farmakope edisi

IV kadar amoxicillin yaitu tidak kurang dari 90,0%. Hal ini disebabkan oleh banyak

faktor kesalahan diantaranya NaOH hanya didiamkan selama 5 menit bukan 20

menit dan tidak ditutup, kemudian dalam percobaan tidak dititrasi dulu dengan

Na2S2O3 0,1 N berlebih, tetapi langsung ditambahkan indikator kanji.


BAB VI

PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Kadar amoxicillin yang diperoleh dari analisa kuantitatif menggunakan metode

iodometri adalah 533,247 mg atau % kadar yang diperoleh adalah 12,2%.

VI.2. Saran

-
DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswara, Sulistia G. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Universitas Indonesia:


Jakarta. 1995.

2. Anonim. http:/rgmaisyah.Scribd .com/Antibiotik/2013/04/18.

3. Priyanto. Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan.


LESKONFI. Jakarta. 2010.

4. Anonim.http://www.kimiaitumenyenangkan.blogspot.com/2012/04/18/ujianti-mikroba-
pada-antibiotik.html.

5. Wunas, J. Said,S. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. UNHAS : Makassar. 1986.

6. Sudjadi. Analisis Kuantitatif Obat. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta. 2008.

7. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI: Jakarta. 1979.

8. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi IV. DEPKES RI: Jakarta. 1995.

Diposting oleh Almi Kombong di 20.40


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

1 komentar:

1.

bee.kingdom15 Maret 2017 02.22

Reaksi Kimia yang terjadi ???

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2013 (6)
o ▼ Mei (6)
 Analisis Senyawa Analgetik dan Antipiretik
 Analisis Turunan Barbiturat
 Analisis Turunan Xanthin
 Analisis Golongan Vitamin
 Analisis Turunan Antibiotik
 Analisis Senyawa Sulfonamid

Mengenai Saya

Almi Kombong
My name is Almi. My Full name is Almi Kombong. U can call me Almi.. And other
that u can ask when we have become friend's. So, SALAM KENAL
Lihat profil lengkapku
Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai