Anda di halaman 1dari 26

1

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena
hanya dengan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Pengendalian Air Asam Tambang Pada Tambang Batubara.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ibu Sri
Widyati S.T., M.T selaku dosen mata kuliah Pengetahuan Lingkungan Tambang
yang telah memberi kami kesempatan untuk mempelajari lebih jauh tentang Ilmu
Pengetahuan Lingkungan Tambang dengan media pembuatan makalah ini. Kami
juga berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan mendukung atas
pembuatan makalah dari mata kuliah ini sehingga proses pengerjaan nya
berjalan dengan tepat waktu dan lancar.
Kami mohon maaf apabila dalam pengerjaan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dari segi penyampaian kata, isi materi, format laporan dan lai- lain.
Kami sangat terbuka atas saran dan pesan terhadap makalah yang telah kami
buat ini agar kedapannya kami bisa lebih baik lagi dalam pembuatan makalah.
Wassalamu’alaikum Wr Wb

Bandung, November 2018

Kelompok 9
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batubara
terbesar di dunia. Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia
adalah Kalimantan. Pertumbuhan tambang di Kalimantan sendiri semakin pesat
karena semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan. Batubara adalah
salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang
dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya
terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.Batu bara juga adalah batuan organik
yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui
dalam berbagai bentuk. untuk bituminus dan untuk antrasit.
Adapun permasalahan yang timbul mengenai lingkungan dalam industri
pertambangan khususnya industri pertambangan batubara sangatlah perlu
diperhatikan karena dampak yang akan ditimbulkannya dan erat hubungannya
dengan jalannya proses pada suatu industri kemudian akan menjadi dasar dalam
pengambilan kebijakan pada perusahaan, seperti pengelolaan limbah akibat
kegiatan penambangan dan upaya pencegahan maupun pengendalian serta
perbaikan terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin ditimbulkan industri
tersebut. Adapun dampak negatif terhadap lingkungan akibat dari kegiatan
penambangan salah satunya adalah masalah air asam tambang (mine acid
drainage).
Pengendalian terhadap air asam tambang merupakan hal yang perlu
dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan
penambangan berakhir, karena air asam tambang (mine acid drainage) dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas air, air permukaan dan air tanah, selain itu
jika dialirkan ke sungai akan berdampak terhadap masyarakat yang tinggal
disepanjang aliran sungai serta akan mengganggu biota yang hidup didarat juga
biota diperairan.
3

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari pembuatan makalah tentang pengendalian air asam
tambang yaitu untuk mengetahui dampak yang timbul akibat penambangan
batubara pada lingkungan sekitar.
1.2.2 Tujuan
Adapun beberapa tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui dan memahami mengenai batubara.
2. Mengetahui dampak dari penambangan batubara.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah terbentuknya kembali air
asam tambang.
4. Untuk mengetahui metode atau alat apa yang digunakan dalam
pengendalian air asam tambang.

1.3 Identifikasi Masalah


Apabila terjadi air asam tambang identifikasi masalah yang dilakukan
dalam perencanaan pengendalian air asam tambang adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik dari tanah/batuan penutup ( over burden )
terhadap adanya material yang berpotensi membentuk asam dan non
asam atau bahan yang mengandung kapur
2. Lahan bekas penambangan yang dibiarkan terbuka dan tidak ditutup
kembali dengan lapisan penutup ( over burden ) atau top soil akan
menyebabkan teroksidasinya mineral – mineral sulfida berupa pirit,
terutama terjadi pada waktu hujan.

1.4 Rumusan Masalah


1. Mengetahui dan memahami mengenai batubara ?
2. Mengetahui dampak dari penambangan batubara ?
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah terbentuknya kembali air
asam tambang ?
4. Untuk mengetahui metode atau alat apa yang digunakan dalam
pengendalian air asam tambang ?
4

BAB II
LANDASA TEORI

2.1 Batubara
Pada dasarnya batubara termasuk ke dalam jenis batuan sedimen.
Batuan sedimen terbentuk dari material atau partikel yang terendapkan di dalam
suatu cekungan dalam kondisi tertentu, dan mengalami kompaksi serta
transformasi balk secara fisik, kimia maupun biokimia. Pada saat
pengendapannya material ini selalu membentuk perlapisan yang horizontal Batu
bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.Batu bara juga adalah batuan
organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk. untuk bituminus dan untuk antrasit.
2.1.1 Umur Batubara
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya
terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira
340 juta tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batu bara yang paling
produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di
belahan bumi bagian utara terbentuk.Pada Zaman Permian, kira-kira 270 juta
tahun yang lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di
belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke
Zaman Tersier (70 - 13 juta tahun yang lalu) di berbagai belahan bumi lain.
2.1.2 Materi Pembentukan Batubara
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis
tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut:
• Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.
Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
• Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
5

• Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama


pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara.
Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan
tumbuh di iklim hangat.
• Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal
pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae
seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu
bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
• Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan
modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga,
kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum,
kurang dapat terawetkan.
2.1.3 Penambangan Batubara
Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu
bara digunakan sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk
membuat coke untuk pembuatan baja. Tambang batu bara tertua terletak di
Tower Colliery di Inggris. Dilihat dari cara menambang, penambangan batubara
dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Penambangan Terbuka
Penambangan jenis ini dilakukan dengan cara menambang batubara
tanpa melakukan penggalian berat karena letak batubara yang dekat
dengan permukaan bumi.

Sumber : Kafkapa.blogspot.co.id
Gambar 2.1
Tambang terbuka batubara
6

· 2. Penambangan bawah tanah


Jenis penambangan ini dilakukan dengan teknik khusus dimana nantinya
perlu dibuat terowongan tegak hingga mencapai lapisan batubara. Ketika
telah mencapa lapisan tersebut, selanjutnya diperlukan lagi terowongan
mendatar untuk mendapatkan batubara tersebut.

Sumber : Kafkapa.blogspot.co.id
Gambar 2.2
Tambang tertutup batubara.
2.1.4 Kelas dan Jenis Batubara
Selain cara penambangan dan juga bentuk secara umu, sekarang akan
kita lihat klasifikasi dan jenis batubara. Berdasarkan tingkat proses
pembentukannya yang di control oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara
secara umum dibagi menjadi 5 kelas yaitu:
• Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
• Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-
10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di
Australia.
• Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus.
• Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
• Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.
7

2.1.5 Pembentukan Batubara


Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara
disebut dengan istilah pembatubaraan (coalification). Secara ringakas proses ini
dibagi menjadi dua tahap proses yang terjadi, antara lain:
• Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman
terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam
proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan
biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi)
dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
• Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit
menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.

Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.3
Batubara

2.1.6 Genesa Pembentukan Batubara


Komposisi batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan
tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O,
N, S, P. Hal ini dapat dipahami, karena batubara terbentuk dari jaringan
tumbuhan yang telah mengalami coalification. Pada dasarnya pembentukkan
batubara sama dengan cara manusia membuat arang dari kayu, perbedaannya,
arang kayu dapat dibuat sebagai hasil rekayasa dan inovasi manusia, selama
jangka waktu yang pendek, sedang batubara terbentuk oleh proses alam, selama
jangka waktu ratusan hingga ribuan tahun. Karena batubara terbentuk oleh
proses alam, maka banyak parameter yang berpengaruh pada pembentukan
batubara. Makin tinggi intensitas parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu
batubara yang terbentuk.
8

Ada dua teori yang menjelaskan terbentuknya batubara, yaitu teori insitu
dan teori drift. Teori insitu menjelaskan, tempat dimana batubara terbentuk sama
dengan tempat terjadinya coalification dan sama pula dengan tempat dmana
tumbuhan tersebut berkembang.
Teori drift menjelaskan, bahwa endapan batubara yang terdapat pada
cekungan sedimen berasal dari tempat lain. Bahan pembentuk batubara
mengalami proses transportasi, sortasi dan terakumulasi pada suatu cekungan
sedimen. Perbedaan kualitas batubara dapat diketahui melalui stratigrafi lapisan.
Hal ini mudah dimengerti karena selama terjadi proses transportasi yang
berkaitan dengan kekuatan air, air yang besar akan menghanyutkan pohon yang
besar, sedangkan saat arus air mengecil akan menghanyutkan bagian pohon
yang lebih kecil (ranting dan daun). Penyebaran batubara dengan teori drift
memungkinkan, tergantung dari luasnya cekungan sendimentasi.
Pada proses pembentukan batubara atau coalification terjadi proses kimia
dan fisika, yang kemudian akan mengubah bahan dasar dari batubara yaitu
selulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi
pembentukkannya dapat diperlihatkan sebagai berikut:
5(C6H10O5) ---> C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO

2.2 Batubara Di Indonesia


Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di
cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau
Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batu bara ekonomis
tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur Eosen atau sekitar
Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier
Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar
khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong
kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah
sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi
dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam
sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah
dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen.
Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan
9

sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan
lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut
yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.
2.2.1 Endapan Batu Bara Eosen
Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai
sekitar Tersier Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di
Sumatera dan Kalimantan.
Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari
sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera.
Dari batuan sedimen yang pernah ditemukan dapat diketahui bahwa
pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen Tengah. Pemekaran Tersier
Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan
busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-
Australia. Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-
marin, terutama fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal.
Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar
Eosen Tengah - Atas namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas
hingga Oligosen Bawah. Di Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi
pada fase awal kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-marin). Berbeda
dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara dimana endapan fluvial
kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran pantai yang
kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur
Eosen Atas.
Endapan batu bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan
berikut: Pasir dan Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito
(Kalimantan Selatan), Kutai Atas (Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan
Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan (Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera
Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).
2.2.2 Endapan Batubara Miosen
Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada
Paparan Sunda telah berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini
terjadi transgresi marin pada kawasan yang luas dimana terendapkan sedimen
marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen batugamping. Pengangkatan
dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik Neogen di
10

Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batu bara Miosen yang ekonomis


terutama terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur),
Cekungan Barito (Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan.
Batu bara Miosen juga secara ekonomis ditambang di Cekungan Bengkulu.
Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan
dataran pantai yang mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di
Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya adalah kadar abu dan belerang yang
rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batu bara Miosen ini tergolong sub-
bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika sangat tebal (PT
Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batu bara Miosen di
beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang
dan Prima (PT KPC), endapan batu bara di sekitar hilir Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat Tanjungenim, Cekungan
Sumatera bagian selatan.

2.3 Dapak Kegiatan Pertambangan


Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan batubara, nikel, dan
marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi
lingkungan sekitarnya.
Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negara dan pendapatan
asli daerah serta menampung tenaga kerja. Sedangkan dampak negatif dari
kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan
permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara,
menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena
transportasi alat dan pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat
memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan
komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga
harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui
bahan mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan
tamparannya terhadap industri penambangan kita.
Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya
alam hasil penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya
11

adalah dengan pengembangan wilayah atau community development.


Perusahaan pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi
tambang termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya
manusia. Karena hasil tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan
penambangan sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan.

2.4 Dampak Penambangan Batubara Terhadap Lingkungan


Pertambangan adalah suatu kegiatan mencari, menggali, mengolah,
memanfaatkan dan menjual hasil dari bahan galian berupa mineral, batu bara,
panas bumi dan minyak dan gas.Manusia dalam mempertahankan hidupnya
akan mengelola dan memanfaatkan alam sebagai sumber makanan, pakaian,
tempat tinggal, dan berbagai kebutuhan pendukung lainnya yang dibutuhkan
secara terus-menerus untuk tetap eksis dan melahirkan suatu peradaban. Segala
aktivitas manusia dalam mengelola alam memiliki dampak positif langsung
terhadap ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan serta kesejahteraan hidup
manusia yang diperoleh dari alam. Namun hal lain yang juga sering timbul secara
bersamaan atau dapat muncul dikemudian hari adalah dampak negatif terhadap
pemanfaatan alam. Kemampuan manusia yang semakin maju disetiap zamannya
dalam mengelola alam, bukan mustahil mengakibatkan terjadinya kerusakan
alam. Apalagi kepadatan penduduk yang semakin meningkat, eksploitasi secara
besar-besaran terhadap alam tak dapat dihindari. Salah satu contoh kebutuhan
hidup manusia yang juga begitu penting tapi sarat terhadap kerusakan adalah
bidang pertambangan.Kegiatan pertambangan dapat menimbulkan dampak
positif maupun dampak negatif. Termasuk sebagai dampak positif adalah sumber
devisa negara, sumber pendapatan asli daerah (PAD), menciptakan lahan
pekerjaan, dan sebagainya. Sedangkan dampak negatif dapat berupa bahaya
kesehatan bagi masyarakat sekitar areal pertambangan, kerusakan lingkungan
hidup, dan sebagainya.
Kegiatan pertambangan telah memberikan kontribusi besar dalam
berbagai aspek kehidupan di seluruh dunia. Tambang-tambang batubara, minyak
dan gas menyediakan sumber energi, sementara tambang-tambang mineral
menyediakan berbagai bahan baku untuk keperluan industri. Bahan-bahan
tambang golongan C, seperti batu, pasir, kapur, juga tidak ketinggalan
memberikan sumbangan yang signifikan sebagai bahan untuk pembangunan
12

perumahan, gedung-gedung perkantoran, pabrik dan jaringan jalan. Akan tetapi


berbeda dengan sumbangannya yang besar tersebut, lahan-lahan tempat
ditemukannya bahan tambang akan mengalami perubahan lanskap yang radikal
dan dampak lingkungan yang signifikan pada saat bahan-bahan tambang
dieksploitasi Pertambangan merupakan salah satu aktivitas manusia dalam
memanfaatkan sumberdaya alam yang telah dimulai sejak dahulu dan berlanjut
hingga sekarang. Keuntungan yang diperoleh dari aktivitas ini memang sangat
besar, khususnya dalam aspek ekonomi. Kendati demikian kerugian yang akan
muncul adalah lebih besar dari keuntungan yang telah diperoleh, jika dampak
kerusakan yang ditimbulkan dibiarkan tanpa upaya perbaikan.
Seperti yang diketahui, pertambangan batubara juga telah menimbulkan
dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah, udara,
dan hutan.

Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.4
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2.4.1 Air
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air,
yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara
dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna
air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat
endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam
slarida (HCn), mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb
merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide)
13

berinteraksi dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga


terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap
perubahan pH yang drastis.
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium,
dan isotop radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan
mengakibatkan kontaminasi radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini
terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan
jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan
terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan
dikonversi menjadi metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan
membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang
terkontaminasi merkuri.

Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.5
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2.4.2 Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat
pertambangan batubara ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak
mungkin ditutup kembali yang menyebabkan terjadinya kubangan air dengan
kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan tersebut mengadung zat
kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat
racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang
dengan baik. SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah,
akibat pencemaran tanah tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya akan
mati. Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada,
menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic,
14

menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah


pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi
umum daerah penambangan secara permanen.
Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana,
gas ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana
yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5%
pada emisi gas rumah kaca.
Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkat
an laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muara-
muara sungai.

Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.6
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan

2.4.3 Udara
Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan
dari pembakaran batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat
cokelat dan juga sebagai polusi yang membentuk acid rain (hujan asam) dan
ground level ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat membuat kotor udara.
Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat berbahaya bagi
kesehatan, yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran
pernafasan (ISPA), dan dalam jangka panjang jika udara tersebut terus dihirup
akan menyebabkan kanker, dan kemungkinan bayi lahir cacat.
15

Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.7
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2.4.4 Hutan
Penambangan batubara dapat menghancurkan sumber-sumber
kehidupan rakyat karena lahan pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah
dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan adanya perluasan tambang
sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat perluasan ini juga bisa
menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang semestinya
menjadi daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya
tata drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.

Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.9
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2.4.5 Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan batubara terjadi pada saat
aktivitas bongkar muat dan tongkang angkut batubara. Selain itu, pencemaran
16

juga dapat mengganggu kehidupan hutan mangrove dan biota yang ada di
sekitar laut tersebut.

Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.10
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan

2.4.6 Dampak Terhadap manusia


Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara
terhadap manusia, munculnya berbagai penyakit antara lain :
1. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit
kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut
mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan
(Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan
polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan
batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran
pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker paru-
paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan kelahiran
bayi cacat.
17

Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.11
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah
kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan
penggunaannya. Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan,
abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat
: seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium,
barium, cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang
sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.

Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.12
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan
batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup
yang cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan
Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan
sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air
sungai menjadi keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai
akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara
18

setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan


manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (
b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4),
dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat menyebabkan
penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
2.4.7 Dampak Sosial dan kemasyarakatan
1. Terganggunya Arus Jalan Umum
Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan
batubara berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya
kecelakaan,meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah
sebagian dari dampak yang ditimbulkan.

Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.13
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal
yang lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan
kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik
atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan ganti rugi yang tidak
seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik
lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari
pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih
konsumtif. Bahkan kerusakan moralpun dapat terjadi akibat adanya pola hidup
yang berubah.
19

2.5 Air Asam Tambang

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di PT Arutmin Indonesia. Data primer berupa
kualitas air dan tanah diambil dari sekitar lokasi studi sedangkan analisis
sampel dilakukan di lapangan (insitu) maupun di laboratorium. Untuk analisis
kualitas air dilakukan di Laboratorium Puslit Geoteknologi – LIPI sedangkan untuk
analisis tanah di Puslitbang Tanah, Bogor.
20

Sumber Google.com
Gambar 3.1
Gambaran Umum Lokasi Penambangan Lati

Formasi pembawa lapisan batubara pada daerah potensi batubara


konsesi PT Arutmin Indonesia adalah Formasi Berau dan Formasi Lati. Formasi
ini terdiri dari satuan batupasir, mudstone, batulanau, batulempung, batubara
dan batugamping. Ketebalan Formasi Berau atau Formasi Lati berkisar 600
meter hingga 1.600 meter, umur Miosen Tengah hingga Miosen Atas dan
diendapkan dalam lingkungan delta dan laut dangkal. Formasi ini jari jemari
dengan Formasi Sterile di bagian bawahnya dan tidak selaras dengan Formasi
Labanan di bagian atasnya (Subardja, 2007).
Letak Geografis Kabupaten Berau yang dekat dengan garis katulistiwa
menjadikan daerah ini memiliki iklim tropis dengan curah hujan tinggi dan hari
hujan merata sepanjang tahun. Intensitas penyinaran matahari yang tinggi
menjadikan suhu udara relatif tinggi sepanjang
23
tahun dengan kelembaban
udara yang tinggi pula. Sebagai daerah dengan iklim tropis
Lokasi penelitian memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan
musim kemarau. Kedua musim tersebut diselingi dengan masa peralihan
dengan curah hujan masih relatif banyak (Subardja, 2007).
Namun demikian kondisi alam Kabupaten Berau yang masih dikelilingi
oleh hutan tropis yang masih lebat menjadikan daerah ini berkarakter hutan
hujan tropis dengan curah hujan yang relatif merata sepanjang tahun. Hal ini
didorong oleh kelembaban udara yang tinggi dan daerah perairan yang masih
luas. Curah hujan cenderung tinggi sepanjang tahun, berkisar antara 91 -
246 mm perbulan (Subardja, 2007).
Metoda penambangan yang dilakukan pada PT Arutmin Indonesia di Lati
menggunakan pola penambangan box-cut contour mining. Pola penambangan
box cut contour mining dilakukan pada areal-areal yang memiliki
21

kemiringan lapisan relatif landai dan dengan luas areal timbunan di luar areal
tambang yang relatif sangat terbatas. Pemakaian pola penambangan ini salah
satunya adalah bertujuan agar luas areal yang terganggu oleh kegiatan
penambangan tidak terlalu luas. Areal untuk penimbunan tanah penutup
diusahakan tidak terlalu jauh dari areal bukaan dan sedapat mungkin dengan
memanfaatkan kembali bekas areal bukaan (Subardja, 2007).

3.2 Pencemaran Lingkungan Di PT Arutmin Indonesia


Pencemaran air yang kini mengancam sungai dan anak sungai di
Kalimantan Selatan tak terlepas dari peran pembukaan kolam penampungan
limbah tambang batu bara milik perusahaan-perusahaan swasta.
Studi kasus organisasi kampanye global lingkungan Greenpeace menyoroti tiga
perusahaan tambang yang menyumbang pencemaran air terbesar hingga
kerusakan lingkungan akibat aktivitas penambangan.
Perusahaan-perusahaan tambang ini melakukan aktifitas pertambangan
di sepanjang kawasan Tanah Laut hingga Kota Baru di Kalimantan Selatan.
"Kolam-kolam penampungan ini pH (derajat keasaman) nya rendah sekali,
bahkan, kolam asam Arutmin pHnya hanya 2,34," kata juru kampanye Iklim dan
Energi Greenpeace Arif Fiyanto dalam peluncuran laporan Pertambangan Batu
Bara Meracuni Air di Kalimantan Selatan, di Jakarta, Rabu (3/12/2014).
Menurut Arif, Konsesi PT Arutmin Indonesia di Distrik Asam-Asam adalah lokasi
terburuk yang dikunjungi Greenpeace. Lingkungan Konsesi Arutmin tandus,
pepohonan mati mengering, kolam limbah warna-warni serta lubang-lubang
tambangterbengkalai. Sampel dari konsesi Arutmin mengandung kadar pH
terendah dari semua sampel, yakni 2,32. Saat pengambilan sampel, dikatakan
Arif, air dari kolam pengendapan yang kotor dan tercemar mengalir ke sungai.
Selain itu, genangan air yang melimpah dan jejak air terkontaminasi berada
kurang dari 20 meter dari jalan umum yang sering dilintasi oleh masyarakat
Salaman. Tak hanya Arutmi, Tanjung Alam Jaya dan Banpu beserta anak
perusahaannya, Jorong Barutama Greston juga turut menyumbang pencemaran
air di lokasi ini. Banpu diketahui memiliki masalah besar terkait air asam
tambang."Kami menemukan sebuah lubang bekas tambang sepanjang dua
kilometer dengan lebar dua ratus meter dengan kasaman dan kandungan logam
berat mangan yang tinggi. Satelit menunjukan, kolam itu mengalir ke luar dan
22

dapat mengontaminasi sungai-sungai kecil yang terhubung dengannya," kata


Arif. Lain halnya dengan Tanjung Alam Jaya. Air asam dari kolam-kolam
penampungan limbah tambang terbengkalai hingga menimbulkan kebocoran
yang mengarah ke sungai kecil milik masyarakat. Disebutkan, pH air ini 3,74 di
bawah standar asam. Ironisnya, sungai kecil tersebut mengalir melewati kebun
milik masyarakat yang ditanami singkong, pisang dan tanaman lainnya. Sungai
ini juga digunakan masyarakat untuk mandi dan memasak air.

Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 3.2
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air,
yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara
dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna
air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat
endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam
slarida (HCn), mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb
merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide)
berinteraksi dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga
terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap
perubahan pH yang drastis.
23

3.3 Penanggulangannya
Organisasi kampanye global lingkungan Greenpeace sebagai lembaga
yang menyoroti kasus di atas dapat melaporkan berita tersebut ke pihak yang
berwajib, agar para pelaku pencemaran lingkungan (dalam hal ini adalah
perusahaan tambang di sekitar kawasan Tanah Laut hingga Kota Baru,
Kalimantan Selatan) dapat segera dihukum sesuai undang-undang yang berlaku.
Pemerintah juga harus bersikap responsif terhadap apa yang telah terjadi dan
segera mengambil tindakan. Pemerintah seharusnya memberikan hukuman yang
berat bagi para pelaku pencemaran lingkungan dan bersikap tegas guna
memberikan efek jera sehingga kedepannya tidak ada lagi yang berani
mencemari lingkungan dengan tidak bertanggung jawab. Peraturan yang
mengatur tentang pelanggaran lingkungan hidup di Indonesia harus diperketat.
Perusahaan yang bersangkutan seharusnya menerapkan sistem manajemen
lingkungan yang berkelanjutan dan konsisten demi menjaga kelestarian
lingkungan, melakukan pengolahan limbah secara benar serta menghasilkan
produk yang ramah lingkungan. Dengan begitu diharapkan limbah yang
dihasilkan perusuhaan dapat diminimalisir dan tidak mencemari lingkungan
sekitar pabrik. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan antara lain, melakukan
auditing secara berkala guna mengawasi dan mencegah terjadinya pelanggaran
terhadap sertifikasi ISO yang dimiliki PT. Arutmin, PT. Tanjung Alam Jaya dan
PT. Banpu beserta anak perusahaannya, Jorong Barutama Greston,
meningkatkan kepedulian mulai dari diri sendiri untuk menjaga kelestarian
lingkungan sekitar pabrik, melakukan pemeriksaan kadar asam air di sungai
sekitar pabrik secara berkala, memanfaatkan sungai dengan sebaik-baiknya,
serta adanya kerja sama yang bersinergi dari berbagai pihak demi menciptakan
lingkungan yang bersih dan nyaman demi kelangsungan hidup semua makhluk
hidup. Apabila langkah-langkah tersebut dapat direalisasikan, diharapkan mampu
mengatasi permasalahan pencemaran sungai di lingkungan tersebut.
24

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Kegiatan pertambangan dan pengolahanya memang membawa dampak
positif yang cukup besar untuk pembangunan negara, namun perlu kita ketahui
bahwa kegiatan pertambangan dan pengolahan minyak bumi serta berbagai
macam logam dapat mengakibatkan percemaran lingkungan yang besar dan sulit
dihindari.
Pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi akibat dari perusahaan
tambang di antaranya adalah pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran
udara, erosi, hujan asam, rusaknya ekosistem, punah flora dan fauna, dan lain
sebagainya.
Pencemaran di PT. Berau Coal meliputi pencemaran air yang
menunjukkan bahwa keasaman air di sepanjang sungai lebih disebabkan oleh
25

faktor lingkungan di sekitar penambangan batubara, daripada pencemaran


dari limbah hasil pengolahan batubara. Penambangan batubara secara
langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah pencucian batubara
tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian
tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam,
dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara
tersebut.
Penanggulangan yang dilakukan diantaranya mengatur tentang
pelanggaran lingkungan hidup di Indonesia harus diperketat. Perusahaan yang
bersangkutan seharusnya menerapkan sistem manajemen lingkungan yang
berkelanjutan dan konsisten demi menjaga kelestarian lingkungan, melakukan
pengolahan limbah secara benar serta menghasilkan produk yang ramah
lingkungan. Dengan begitu diharapkan limbah yang dihasilkan perusuhaan dapat
diminimalisir dan tidak mencemari lingkungan sekitar pabrik. Beberapa tindakan
yang dapat dilakukan antara lain, melakukan auditing secara berkala guna
mengawasi dan mencegah terjadinya pelanggaran terhadap sertifikasi ISO yang
dimiliki PT. Arutmin

4.2 Saran
Sumber daya alam yang ada sudah sepatutnya dikelola dengan cara
yang baik agar sumber daya alam tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh
semua manusia tanpa mengenyampingkan kelestarian lingkungan.
26

DAFTAR PUSTAKA

Bugowi, Achmad.2012.”Dampak Pertambangan Batubara” www.vodca-


stinger.blogspot.com Diakses pada tanggal 18 Desember 2016 pukul
23.17 WIB (Online)
Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan
Batubara. Departemen ESDM.2006.”Batubara Indonesia” Jakarta:
Departemen ESDM.
Santoso, Budi.1999.”Ilmu Lingkungan Industri” Depok: Universitas
Gunadharma

26

Anda mungkin juga menyukai