Kata Pengantar
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena
hanya dengan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Pengendalian Air Asam Tambang Pada Tambang Batubara.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ibu Sri
Widyati S.T., M.T selaku dosen mata kuliah Pengetahuan Lingkungan Tambang
yang telah memberi kami kesempatan untuk mempelajari lebih jauh tentang Ilmu
Pengetahuan Lingkungan Tambang dengan media pembuatan makalah ini. Kami
juga berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan mendukung atas
pembuatan makalah dari mata kuliah ini sehingga proses pengerjaan nya
berjalan dengan tepat waktu dan lancar.
Kami mohon maaf apabila dalam pengerjaan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dari segi penyampaian kata, isi materi, format laporan dan lai- lain.
Kami sangat terbuka atas saran dan pesan terhadap makalah yang telah kami
buat ini agar kedapannya kami bisa lebih baik lagi dalam pembuatan makalah.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Kelompok 9
2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASA TEORI
2.1 Batubara
Pada dasarnya batubara termasuk ke dalam jenis batuan sedimen.
Batuan sedimen terbentuk dari material atau partikel yang terendapkan di dalam
suatu cekungan dalam kondisi tertentu, dan mengalami kompaksi serta
transformasi balk secara fisik, kimia maupun biokimia. Pada saat
pengendapannya material ini selalu membentuk perlapisan yang horizontal Batu
bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.Batu bara juga adalah batuan
organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk. untuk bituminus dan untuk antrasit.
2.1.1 Umur Batubara
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya
terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira
340 juta tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batu bara yang paling
produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di
belahan bumi bagian utara terbentuk.Pada Zaman Permian, kira-kira 270 juta
tahun yang lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di
belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke
Zaman Tersier (70 - 13 juta tahun yang lalu) di berbagai belahan bumi lain.
2.1.2 Materi Pembentukan Batubara
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis
tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut:
• Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.
Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
• Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
5
Sumber : Kafkapa.blogspot.co.id
Gambar 2.1
Tambang terbuka batubara
6
Sumber : Kafkapa.blogspot.co.id
Gambar 2.2
Tambang tertutup batubara.
2.1.4 Kelas dan Jenis Batubara
Selain cara penambangan dan juga bentuk secara umu, sekarang akan
kita lihat klasifikasi dan jenis batubara. Berdasarkan tingkat proses
pembentukannya yang di control oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara
secara umum dibagi menjadi 5 kelas yaitu:
• Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
• Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-
10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di
Australia.
• Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus.
• Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
• Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.
7
Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.3
Batubara
Ada dua teori yang menjelaskan terbentuknya batubara, yaitu teori insitu
dan teori drift. Teori insitu menjelaskan, tempat dimana batubara terbentuk sama
dengan tempat terjadinya coalification dan sama pula dengan tempat dmana
tumbuhan tersebut berkembang.
Teori drift menjelaskan, bahwa endapan batubara yang terdapat pada
cekungan sedimen berasal dari tempat lain. Bahan pembentuk batubara
mengalami proses transportasi, sortasi dan terakumulasi pada suatu cekungan
sedimen. Perbedaan kualitas batubara dapat diketahui melalui stratigrafi lapisan.
Hal ini mudah dimengerti karena selama terjadi proses transportasi yang
berkaitan dengan kekuatan air, air yang besar akan menghanyutkan pohon yang
besar, sedangkan saat arus air mengecil akan menghanyutkan bagian pohon
yang lebih kecil (ranting dan daun). Penyebaran batubara dengan teori drift
memungkinkan, tergantung dari luasnya cekungan sendimentasi.
Pada proses pembentukan batubara atau coalification terjadi proses kimia
dan fisika, yang kemudian akan mengubah bahan dasar dari batubara yaitu
selulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi
pembentukkannya dapat diperlihatkan sebagai berikut:
5(C6H10O5) ---> C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan
lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut
yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.
2.2.1 Endapan Batu Bara Eosen
Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai
sekitar Tersier Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di
Sumatera dan Kalimantan.
Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari
sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera.
Dari batuan sedimen yang pernah ditemukan dapat diketahui bahwa
pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen Tengah. Pemekaran Tersier
Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan
busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-
Australia. Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-
marin, terutama fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal.
Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar
Eosen Tengah - Atas namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas
hingga Oligosen Bawah. Di Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi
pada fase awal kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-marin). Berbeda
dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara dimana endapan fluvial
kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran pantai yang
kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur
Eosen Atas.
Endapan batu bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan
berikut: Pasir dan Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito
(Kalimantan Selatan), Kutai Atas (Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan
Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan (Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera
Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).
2.2.2 Endapan Batubara Miosen
Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada
Paparan Sunda telah berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini
terjadi transgresi marin pada kawasan yang luas dimana terendapkan sedimen
marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen batugamping. Pengangkatan
dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik Neogen di
10
Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.4
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2.4.1 Air
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air,
yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara
dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna
air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat
endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam
slarida (HCn), mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb
merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide)
13
Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.5
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2.4.2 Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat
pertambangan batubara ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak
mungkin ditutup kembali yang menyebabkan terjadinya kubangan air dengan
kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan tersebut mengadung zat
kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat
racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang
dengan baik. SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah,
akibat pencemaran tanah tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya akan
mati. Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada,
menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic,
14
Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.6
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2.4.3 Udara
Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan
dari pembakaran batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat
cokelat dan juga sebagai polusi yang membentuk acid rain (hujan asam) dan
ground level ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat membuat kotor udara.
Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat berbahaya bagi
kesehatan, yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran
pernafasan (ISPA), dan dalam jangka panjang jika udara tersebut terus dihirup
akan menyebabkan kanker, dan kemungkinan bayi lahir cacat.
15
Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.7
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2.4.4 Hutan
Penambangan batubara dapat menghancurkan sumber-sumber
kehidupan rakyat karena lahan pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah
dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan adanya perluasan tambang
sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat perluasan ini juga bisa
menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang semestinya
menjadi daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya
tata drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.
Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.9
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2.4.5 Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan batubara terjadi pada saat
aktivitas bongkar muat dan tongkang angkut batubara. Selain itu, pencemaran
16
juga dapat mengganggu kehidupan hutan mangrove dan biota yang ada di
sekitar laut tersebut.
Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.10
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.11
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah
kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan
penggunaannya. Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan,
abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat
: seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium,
barium, cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang
sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.
Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.12
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan
batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup
yang cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan
Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan
sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air
sungai menjadi keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai
akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara
18
Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 2.13
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal
yang lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan
kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik
atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan ganti rugi yang tidak
seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik
lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari
pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih
konsumtif. Bahkan kerusakan moralpun dapat terjadi akibat adanya pola hidup
yang berubah.
19
BAB III
PEMBAHASAN
Sumber Google.com
Gambar 3.1
Gambaran Umum Lokasi Penambangan Lati
kemiringan lapisan relatif landai dan dengan luas areal timbunan di luar areal
tambang yang relatif sangat terbatas. Pemakaian pola penambangan ini salah
satunya adalah bertujuan agar luas areal yang terganggu oleh kegiatan
penambangan tidak terlalu luas. Areal untuk penimbunan tanah penutup
diusahakan tidak terlalu jauh dari areal bukaan dan sedapat mungkin dengan
memanfaatkan kembali bekas areal bukaan (Subardja, 2007).
Sumber : ihbn.blogspot.com
Foto 3.2
Dampak lingkungan di kalimantan Selatan
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air,
yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara
dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna
air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat
endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam
slarida (HCn), mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb
merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide)
berinteraksi dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga
terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap
perubahan pH yang drastis.
23
3.3 Penanggulangannya
Organisasi kampanye global lingkungan Greenpeace sebagai lembaga
yang menyoroti kasus di atas dapat melaporkan berita tersebut ke pihak yang
berwajib, agar para pelaku pencemaran lingkungan (dalam hal ini adalah
perusahaan tambang di sekitar kawasan Tanah Laut hingga Kota Baru,
Kalimantan Selatan) dapat segera dihukum sesuai undang-undang yang berlaku.
Pemerintah juga harus bersikap responsif terhadap apa yang telah terjadi dan
segera mengambil tindakan. Pemerintah seharusnya memberikan hukuman yang
berat bagi para pelaku pencemaran lingkungan dan bersikap tegas guna
memberikan efek jera sehingga kedepannya tidak ada lagi yang berani
mencemari lingkungan dengan tidak bertanggung jawab. Peraturan yang
mengatur tentang pelanggaran lingkungan hidup di Indonesia harus diperketat.
Perusahaan yang bersangkutan seharusnya menerapkan sistem manajemen
lingkungan yang berkelanjutan dan konsisten demi menjaga kelestarian
lingkungan, melakukan pengolahan limbah secara benar serta menghasilkan
produk yang ramah lingkungan. Dengan begitu diharapkan limbah yang
dihasilkan perusuhaan dapat diminimalisir dan tidak mencemari lingkungan
sekitar pabrik. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan antara lain, melakukan
auditing secara berkala guna mengawasi dan mencegah terjadinya pelanggaran
terhadap sertifikasi ISO yang dimiliki PT. Arutmin, PT. Tanjung Alam Jaya dan
PT. Banpu beserta anak perusahaannya, Jorong Barutama Greston,
meningkatkan kepedulian mulai dari diri sendiri untuk menjaga kelestarian
lingkungan sekitar pabrik, melakukan pemeriksaan kadar asam air di sungai
sekitar pabrik secara berkala, memanfaatkan sungai dengan sebaik-baiknya,
serta adanya kerja sama yang bersinergi dari berbagai pihak demi menciptakan
lingkungan yang bersih dan nyaman demi kelangsungan hidup semua makhluk
hidup. Apabila langkah-langkah tersebut dapat direalisasikan, diharapkan mampu
mengatasi permasalahan pencemaran sungai di lingkungan tersebut.
24
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Kegiatan pertambangan dan pengolahanya memang membawa dampak
positif yang cukup besar untuk pembangunan negara, namun perlu kita ketahui
bahwa kegiatan pertambangan dan pengolahan minyak bumi serta berbagai
macam logam dapat mengakibatkan percemaran lingkungan yang besar dan sulit
dihindari.
Pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi akibat dari perusahaan
tambang di antaranya adalah pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran
udara, erosi, hujan asam, rusaknya ekosistem, punah flora dan fauna, dan lain
sebagainya.
Pencemaran di PT. Berau Coal meliputi pencemaran air yang
menunjukkan bahwa keasaman air di sepanjang sungai lebih disebabkan oleh
25
4.2 Saran
Sumber daya alam yang ada sudah sepatutnya dikelola dengan cara
yang baik agar sumber daya alam tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh
semua manusia tanpa mengenyampingkan kelestarian lingkungan.
26
DAFTAR PUSTAKA
26