Anda di halaman 1dari 5

Tanggal : 09 OKTOBER 2017 Metodologi Penelitian

Nama Mahasiswa : RYAN YAHYA Lokasi penelitian :


Informasi Citasi Yayasan Lupus Indonesia cabang
Pengarang : Irma Yanih Surabaya.
Tahun : 2016
Judul artikel : Variabel yang diteliti : 2
SYSTEMIC LUPUS
Metode pengumpulan data :
ERYTHEMATOSUS (SLE) Diskriptif

Penerbit / nama jurnal :


KUALITAS HIDUP PENDERITA
SYSTEMIC LUPUS
ERYTHEMATOSUS (SLE)
BERDASARKAN LupusQoL

Volume : 4
Issue / No : 1
Halaman : 1-12

Latar Belakang Hasil Penelitian / Studi


Lupus merupakan penyakit Penderita SLE merupakan wanita
autoimun yang banyak menyerang dengan usia antara 18 hingga 37 tahun
wanita dengan usia antara 15–45 dengan rerata usia 34 tahun. 53,8%
tahun (Wallace, 2009). Perbandingan penderita telah menderita SLE selama
risiko antara wanita dan pria adalah lebih dari 5 tahun terdapat 53%
9:1. Hal ini berhubungan dengan penderita SLE memiliki status
hormon yang terdapat pada wanita pendidikan yang tinggi yakni
yakni hormon estrogen (Waluyo & merupakan tamatan perguruan tinggi
Putro, 2012) . Etnik juga menjadi baik swasta ataupun negeri. Tidak
salah satu faktor risiko terkena ditemukan penderita SLE dengan
Lupus. Mereka yang memiliki kulit pendidikan rendah, pendidikan terendah
gelap seperti penduduk Asia, yang dimiliki penderita SLE adalah
penduduk asli Amerika dan Hispanik Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni
memiliki risiko lebih besar terserang sebanyak 38,46%.
Lupus dibandingkan mereka yang Sebanyak 61, 5% penderita
berkulit putih (Waluyo & Putro, memutuskan untuk tetap bekerja
2012). 62% penderita SLE di dengan pendapatan yang diperoleh per
Amerika Serikat berasal dari etnis bulan lebih dari Rp 1.740.000 yang
caucasian, 27% (80 orang) berasal merupakan batasan upah minimum
dari etnis African American pada tahun 2012. Pada 38,5% penderita
(Beusterien, dkk., 2013). Kedua etnis SLE yang memutuskan untuk tidak
ini termasuk etnis yang memiliki bekerja lagi mengaku untuk mengisi
corak kulit gelap di Amerika waktu luang yang mereka miliki,
Lupus dapat muncul akibat mereka biasa melakukan berbagai
adanya hubungan interaksi antara kegiatan seperti belajar memasak dan
gen tertentu yang mendorong belajar berbagai keterampilan di rumah
munculnya lupus dengan stimulus mereka sebagai hobi baru mereka.
dari lingkungan (Wallace, 2009). Berdasarkan BMI yang dimiliki
Lupus terbagi menjadi 3 jenis yakni oleh penderita SLE terdapat 46,2%
Systemic Lupus Erythematosus penderita SLE memiliki status gizi yang
(SLE), Cutaneous Lupus normal dengan nilai BMI untuk orang
Erythomatosus, Drug-Induced Lupus Asia antara 18,5–22,99. 15,4%
Erythematosus. SLE merupakan penderita SLE memiliki status gizi
jenis lupus yang paling sulit obesitas dengan nilai BMI > 27,5 dan
dideteksi karena gejala pada penyakit 23,1% penderita SLE memiliki status
ini sering menyerupai penyakit lain, gizi gemuk dengan nilai BMI antara
sehingga SLE sering kali disebut 23,00–27,49. Mereka mengalami
sebagai penyakit seribu wajah penambahan berat badan sebagai efek
(Waluyo & Putra, 2012). Sedikit samping dari pengobatan yang diterima.
dokter yang mampu mendeteksi SLE Terdapat 15,4% penderita SLE yang
menjadi salah satu faktor pendorong memiliki status gizi kurus dengan nilai
sulit didiagnosanya SLE. SLE lebih BMI ≤ 18,5
banyak dipelajari pada bidang Sebanyak 76,92% penderita SLE
rheumatologi. Penderita SLE memiliki pengetahuan yang baik
pertama kali akan didiagnosa mengenai penyakit Lupus dan SLE.
menderita penyakit lain, sehingga Mereka memahami bahwa penyakit
menerima pengobatan yang salah. SLE ini merupakan penyakit autoimun
Saat penyakitnya tak kunjung kronis yang dapat menyebabkan
sembuh, maka mereka harus kerusakan pada berbagai organ yang
menghadapi berbagai pemeriksaan mereka miliki.
lagi baik laboratoris ataupun klinis, Tidak jarang mereka menemukan
setelah dirujuk ke ahli rheumatologi beberapa rekan yang telah mencari tahu
barulah diketahui penderita tersebut terlebih dahulu segala sesuatu mengenai
mengidap SLE (Walllace, 2009; Lupus ataupun SLE yang kemudian
Waluyo & Putra, 2012) . Banyak menanyakan kebenaran hasil temuan
kasus Lupus telah ditemukan di mereka kepada penderita. 23,07%
Amerika, dan 70% dari kasus Lupus penderita SLE memiliki pengetahuan
yang ada di Amerika merupakan yang cukup baik. Mereka dapat
SLE (Wallace, 2009). Penyebab menjawab 5–6 pertanyaan yang telah
munculnya SLE multifaktor, seperti disediakan mengenai Lupus dan SLE
halnya penyakit autoimun yang lain. sehingga memperoleh nilai sebesar 50–
Faktor genetik diduga memegang 60. Mereka kurang paham mengenai
peranan yang penting pada jenis penyakit Lup bahwa sebenarnya
patofisiologi SLE. Pengaruh genetik lupus menjadi 3 jenis yakni SLE,
dibuktikan dengan berbagai Discoid dan Cuteneous. Mereka hanya
penelitian yang menunjukkan bahwa mengetahui 1 jenis lupus yakni SLE
anti DNA sering dijumpai pada atau mereka lebih sering menyebutnya
keluarga penderita SLE dan 70% dengan lupus darah.
dari saudara kembar monozigot
penderita SLE memiliki kelainan
yang sama (Kresno, 2010).
Perubahan fisik yang dialami
(pertambahan/ penurunan berat
badan, moon face, munculnya
jerawat, rambut rontok, adanya
rambut halus pada wajah)
mengakibatkan penurunan kepuasan
pada citra diri penderita SLE.
Kekhawatiran yang paling banyak
dirasakan oleh penderita adalah
mengenai penampilan dan
penambahan berat badan yang
mereka alami selama proses
pengobatan (Hale dkk, 2014).
Penderita SLE tidak hanya
mengalami perubahan fisik sebagai
akibat dari SLE yang mereka derita,
namun mereka juga mengalami
penurunan pada kesehatan fisik
secara signifikan. Penderita SLE
terpaksa melepaskan pekerjaan yang
mereka miliki karena sulitnya
menyelesaikan pekerjaan dengan
kondisi kesehatan fisik yang mereka
miliki (McElhone, dkk., 2010).
Segala perubahan kondisi yang
harus dialami penderita SLE baik
pada aspek lingkungan seperti
dukungan sosial, aspek fisik dan
aspek emotional mengakibatkan
adanya perubahan pada kualitas
hidup mereka. Kualitas hidup adalah
persepsi individu atas kedudukan
atau posisi mereka dalam kehidupan
pada konteks budaya dan nilai sistem
di mana mereka hidup dan
berhubungan dengan pencapaian
harapan, mimpi, standar dan
perhatian yang mereka miliki (WHO,
1998). Pada berbagai penelitian yang
dilakukan di berbagai negara lain
menunjukkan adanya penurunan
kualitas hidup penderita SLE.
Tujuan Penelitian / Studi Implikasi Hasil Penelitian
Untuk menggambarkan kualitas hidup
penderita SLE menurut karakteristik Tidak ada
orang seperti usia, status pendidikan,
status pendapatan, status gizi,
pengetahuan mengenai lupus dan SLE,
dan lama menderita SLE.

Pertanyaan Penelitian Kekuatan Penelitian / Studi


1. Apakah SLE hanya pada Sesuai EYD
wanita saja ?
2. Apa SLE dapat di sembuhkan
terutama pada wanita ?
3. Bagaimana tingkat
keberhasilan dari penyuluhan
penyakit SLE ?
4. Apakah SLE menyerang
imun saja ?
5. Bagaimana mengatasi dini
penyakit SLE ?
Desain Penelitian / Studi Keterbatasan Penelitian / Studi
Informed Concent 1. Perbandingannya tidak ada
2. Penelitannya masih sebatas hasil
dari buku

KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa Responden pada penelitian ini sebagian besar
merupakan wanita dengan usia antara 17-37 tahun, memiliki status pendidikan
yang tinggi, memutuskan tetap bekerja setiap hari dengan pendapatan Rp >
1.740.000, 7 orang penderita SLE (53,8%) telah menderita SLE selama > 5
tahun. Sebagian besar penderita SLE menunjukkan pengetahuan yang baik
mengenai Lupus dan SLE. Sebagian besar penderita SLE (46.2%) memiliki
status gizi yang normal.

Anda mungkin juga menyukai