TINJAUAN PUSTAKA
Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik adalah weber (1 weber/m2 = 1 tesla)
yang mempengaruhi luasan satu meter persegi (Afza, 2011).
(a) (b)
Gambar 2.2 Arah domain dan kurva bahan paramagnetik (a). Sebelum
diberi medan magnet luar, (b). Setelah diberi medan
magnet luar.
penambahan medan magnet luar tidak memberi pengaruh apa-apa karena tidak
ada lagi domain yang perlu disearahkan, keadaan ini disebut dengan penjenuhan
(saturasi).
Bahan ini juga mempunyai sifat remanensi, artinya bahwa setelah medan
magnet luar dihilangkan, akan tetap memiliki medan magnet, karena itu bahan ini
sangat baik sebagai sumber magnet permanen. Permeabilitas bahan: µ » µo
dengan suseptibilitas bahan: χm » 0. Contoh bahan ferromagnetik: besi, baja. Sifat
kemagnetan bahan ferromagnetik akan hilang pada temperatur Curie. Temperatur
Curie untuk besi lemah adalah 770oC dan untuk baja adalah 1043oC
Sifat bahan ferromagnetik biasanya terdapat dalam bahan ferit. Ferit
merupakan bahan dasar magnet permanen yang banyak digunakan dalam industri-
industri elektronika, seperti dalam loudspeaker, motor-motor listrik, dynamo dan
KWH-meter. Bahan-bahan ferromagnetik dapat dikategorikan menjadi dua bagian
yaitu:
a. Bahan yang mudah dijadikan magnet yang lazim disebut bahan magnetik
lunak. Bahan ini banyak digunakan untuk inti transformator, inti motor atau
generator, rilai (relay), peralatan sonar atau radar.
b. Bahan ferromagnetik yang sulit dijadikan magnet tetapi setelah menjadi
magnet tidak mudah kembali seperti semula disebut bahan magnetik keras,
bahan ini digunakan untuk pabrikasi magnet permanen (Jiles, D. C, 1998).
(a) (b)
Selain bergantung pada jenis bahan, ternyata µ juga bergantung pada suhu bahan
dan kuat medan magnet yang bekerja. Sebagai contoh, besi (Fe) berkadar 99,91%
pada B = 20 gauss dan suhu kamar mempunyai µ= 200 gauss/oersted, sedangkan
pada suhu 0oC permeabilitas magnet itu besarnya 920 gauss/oersted, bahkan nilai
µ maksimum yang mungkin adalah 5000 gauss/oersted. Keberadaan nilai µ bahan
berkaitan dengan sifat magnetiknya (Gambar 2.6), sehingga bahan itu termasuk:
ferromagnetik, ferrimagnetik, paramagnetik, ataukah diamagnetic (Jiles, D. C,
1998).
2. Samarium-Cobalt Magnet
Magnet Samarium-Cobalt adalah salah satu dari dua jenis magnet
bumi yang langka, merupakan magnet permanen yang kuat yang terbuat dari
paduan samarium dan kobalt. Mereka dikembangkan pada awal tahun 1970.
3. Keramic Magnet
Ferrite adalah senyawa kimia yang terdiri dari keramik bahan dengan besi (III)
oksida (Fe2O3) sebagai komponen utama. Bahan ini digunakan untuk membuat
magnet permanen, seperti core ferit untuk transformator, dan berbagai aplikasi
lain. Ferit keras banyak digunakan dalam komponen elektronik, diantaranya
motor-motor DC kecil, pengeras suara (loud speaker), meteran air, KWH-meter,
telephone receiver ,circulator , dan rice cooker.
4. Plastik Magnet
Fleksibel (karet) magnet dibuat dengan mencampur ferit atau bubuk
Neodymium magnet dan pengikat karet sintetis atau alami. Fleksibel (karet)
magnet dibuat dengan menggulung atau metode ekstrusi. Magnet plastik dibuat
karena keuntungan dari magnet ini fleksibilitas, biaya rendah, dan kemudahan
dalam penggunaan. Magnet plastik biasanya diproduksi dalam bentuk lembaran
strip atau yang banyak digunakan dalam mikro-motor, gasket dan lain-lain. Ferit
bahan fleksibel berbasis sering dilaminasi dengan vinil dicetak putih atau
berwarna.
ferit yang memiliki sifat-sifat campuran beberapa oksida logam valensi II, dimana
oksida besi valensi III (Fe2O3) merupakan komponen yang utama.
Ferit lunak mempunyai struktur kristal kubik dengan rumus umum
MO.Fe2O3 dimana M adalah Fe, Mn, Ni, dan Zn atau gabungannya seperti Mn-Zn
dan Ni-Zn. Bahan ini banyak digunakan untuk inti transformator, memori
komputer, induktor, recording heads, microwave dan lain-lain. Ferit keras banyak
digunakan dalam komponen elektronik, diantaranya motor-motor DC kecil,
pengeras suara (loud speaker), meteran air, KWH-meter, telephone receiver,
circulator dan rice cooker.
= 1 untuk vakum
> 1 untuk bahan paramagnetik
< 1 untuk bahan diamagnetik
>> 1 untuk bahan ferromagnetik
Gambar 2.16 (a) material magnetik lunak (b) material magnetik keras.
1. Tahap petama adalah proses perataan serbuk dari bentuk bulat menjadi
bentuk pipih (plat like) dan kemudian mengalami penyatuan (welding
prodominance). Serbuk yang sudah diratakan (bentuk pipih) disatukan
membentuk sebuah lembaran (lamellar).
2. Tahap kedua adalah pembentukan serbuk pada arah yang sama (equiaxed),
yaitu menyerupai lembaran berbentuk lebih pipih dan bulat. Perubahan
bentuk ini disebabkan oleh pengerasan (hardening) dari serbuk.
3. Tahap ketiga adalah orientasi penyatuan acak (welding orientation) yaitu
fragmen-fragmen membentuk partikel-partikel equaxed kemudian
disatukan dalam arah yang berbeda dan struktur lembaran mulai
terdegredasi.
4. Tahap keempat mechanical alloying ini adalah proses steady state (steady
state processing), struktur bahan perlahan-lahan menghalus menjadi
fragmen-fragmen, kemudian fragmen-fragmen tersebut disatukan dengan
fragmen-fragmen yang lain dalam arah berlawanan.
Parameter sintering:
1. Temperatur (T)
2. Waktu
3. Kecepatan pendinginan
4. Kecepatan pemanasan
5. Atmosfer sintering
6. Jenis material
Berdasarkan pola ikatan yang terjadi pada proses kompaksi, ada 2 fenomena yang
mungkin terjadi pada saat sintering, yaitu:
1. Penyusutan (shrinkage)
Apabila pada saat kompaksi terbentuk pola ikatan bola-bidang maka pada proses
sintering akan terbentuk shrinkage, yang terjadi karena saat proses sintering
berlangsung gas (lubricant) yang berada pada porositas mengalami degassing
(peristiwa keluarnya gas pada saat sintering). Dan apabila temperatur sinter terus
dinaikkan akan terjadi difusi permukaan antar partikel matrik dan filler yang
akhirnya akan terbentuk liquid bridge/necking (mempunyai fasa campuran antara
matrik dan filler). Liquid bridge ini akan menutupi porositas sehingga terjadi
eleminasi porositas/berkurangnya jumlah dan ukuran porositas. Penyusutan
dominan bila pemadatan belum mencapai kejenuhan (Nayiroh,2013).
2. Retak (cracking)
Apabila pada kompaksi terbentuk pola ikatan antar partikel berupa bidang,
sehingga menyebabkan adanya trapping gas (gas/lubricant terjebak di dalam
material), maka pada saat sintering gas yang terjebak belum sempat keluar tapi
liquid bridge telah terjadi, sehingga jalur porositasnya telah tertutup rapat. Gas
yang terjebak ini akan mendesak ke segala arah sehingga terjadi bloating
(mengembang), sehingga tekanan di porositas lebih tinggi dibanding tekanan di
luar. Bila kualitas ikatan permukaan partikel pada bahan komposit tersebut
rendah, maka tidak akan mampu menahan tekanan yang lebih besar sehingga
menyebabkan retakan (cracking). Keretakan juga dapat diakibatkan dari proses
pemadatan yang kurang sempurna, adanya shock termal pada saat pemanasan
karena pemuaian dari matrik dan filler yang berbeda (Nayiroh,2013).
Histogram [x10.0]
Gambar 2.19 Tiga nilai pada sumbu x D10, D50 dan D90
Horiba scientific salah satu perusahaan yang memproduksi PSA
menyatakan pendekatan yang umum untuk menentukan lebar distribusi mengutip
tiga nilai pada sumbu x, D10, D50, D90 dan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar di samping. D50 median, telah didefinisikan sebagai diameter di mana
setengah dari populasi terletak di bawah nilai ini. Demikian pula, 90 persen dari
distribusi terletak di bawah D90, dan 10 persen dari populasi terletak di bawah
D10 seperti terlihat pada gambar 2.19.
jumlah dari volume zat padat yang ditempati oleh zat padat. Porositas pada suatu
material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari suatu rongga
yang ada di dalam material tersebut. Besarnya porositas pada suatu material
bervariasi mulai dari 0% sampai dengan 90% tergantung dari jenis dan aplikasi
material tersebut. Ada dua jenis porositas yaitu porositas terbuka dan porositas
tertutup. Porositas yang tertutup pada umumnya sulit untuk ditentukan karena pori
tersebut merupakan rongga yang terjebak di dalam padatan dan serta tidak ada
akses ke permukaan luar, sedangkan pori terbuka masih ada akses ke permukaan
luar, walaupun ronga tersebut ada ditengah-tengah padatan.
2.10.7 Permagraph
Permagraph merupakan salah satu alat ukur sifat magnet dari berbagai
kelompok seperti Alnico, ferrite atau dari logam tanah jarang. Sifat magnet yang
akan diukur oleh permagraph diantaranya adalah koersifitas Hc, nilai produk
maksimum (BH)max dan remanensi Br. Untuk permagraph C memiliki
perlengkapan dalam pengukuran kurva histerisis bahan permanen magnet seperti:
electronic EF 4-1F, elektromagnet EP 2/E (kuat medan magnet sampai dengan
1800 kA/m = 2.2 Tesla), komputer dan printer.
Hasil yang dapat diperoleh dari permagraph C: otomatis mengukur
kurva histerisis magnet permanen (B-H curve), dapat menentukan kuantitas
magnet seperti koersifitas, remanensi, nilai produk maksimum, pengukuran
dengan surrounding coils untuk menentukan nilai rata-rata magnetik dan
pengukuran distribusi kuat medan magnet permanen dengan pole coils (Yulianto,
A.2013).
Flux density adalah jumlah garis gaya tiap satuan luas yang tegak lurus
kuat medan. Flux density dapat dirumuskan sebagai berikut :
(2.5)
Garis gaya magnet adalah lintasan kutub utara dalam medan magnet atau
garis yang bentuknya demikian hingga kuat medan di tiap titik dinyatakan oleh
garis singgungnya. Garis-garis gaya keluar dari kutub-kutub dan masuk ke kutub
selatan.