Anda di halaman 1dari 18

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Inisiasi akar merupakan proses terbentuknya akar tanaman dari stek.

Panjang akar merupakan hasil perpanjangan sel-sel dibelakang meristem batang.

Perbanyakan tanaman dengan mudah dapat kita lakukan dengan banyak cara.

Perbanyakan tanaman dengan mudah dapat kita lakukan dengan banyak cara. Ada

yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula tingkat keberhasilannya rendah.

(Thompson and Kelly, 2007).

Cara stek banyak dipilih oleh banyak orang apalagi bagi pengebun buah-

buahan dan tanaman hias. Alasannya karena bahan untuk membuat ini sedikit.

Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai persamaan dalam umur ,

ukuran tinggi , ketahanan terhadap penyakit dan sifat lainnya. Stek juga memiliki

banyak jenis yaitu stek batang, stek daun, dan stek akar (Wudianto, 2009) .

Sifat perakaran tanaman lebih dikendalikan oleh sifat genetis dari tanaman

yang bersangkutan, tetapi pula ditentukan oleh sistem perakaran tanaman tersebut

dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah atau media tumbuh tanaman. Faktor yang

mempengaruhi pola penyebaran akar antara lain adalah penghalang mekanis, suhu

tanah, ketersediaan air, dan ketersediaan unsur hara (Lakitan, 2000).

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan

menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan

menjadi tanaman baru . Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih

unggul dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan. Kelebihan

perbanyakan tanaman secara stek yaitu antara lain sangat mudah dilakukan, dapat

menghasilkan warna bunga yang menarik (Hasim, 2005).


2

Dimulainya fase reproduktif bermula dengan inisiasi mulai yang biasanya

terjadi antara 30 dan 40 hari setelah kemunculan tetapi dapat berubah-ubah,

menurut genotipe dan kondisi dan 14 sampai lebih dari 40 hari pada beberapa

kultivar afrika barat. Waktunya sangat dikendalikan oleh fotoperiode dan suhu.

Semakin pendek fotoperiode, semakin cepat inisiasinya. Iniasi juga akan tertunda

oleh suhu yang hangat dan suhu yang dingin (Goldsworthy dan Fisher, 2004).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk

mengamati pertumbuhan akar dan tunas stek tanaman Bougenville

(Bougainvillea spectabilis) dengan atau tanpa daun pada konsentrasi zat pengatur

tumbuh yang berbeda.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan jurnal ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian praktikum di Laboratorium Fisiologi

Tumbuhan, Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang

membutuhkan.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Sistematika bahan dari Bougainvillea adalah sebagai berikut : Kingdom :

Plantae : Divisio : Spermatophyta : Sub divisio : Angiospermae : Class :

Dicotyledonae : Ordo : Centrospermae : Famili : Nyctaginaceal : Genus :

Bougainvillea : Spesies : Bougainvillea spectabilis (Rukmana, 2005).

Tanaman Bougainvillea ini merupakan tanaman hias bunga yang

warnanya sangat beragam dan spektakuler. Tumbuh semak menjalar dengan

batang berduri. Perbanyakannya biasanya dengan stek batang ataupun cabang.

Pada umumnya bunga ini memiliki warna yang sangat beragam mulai dari putih,

merah muda dan tua, jingga dan lain-lain (Arifin, 2005).

Struktur batang merupakan pohon yang berkayu keras penampangnya

bulat, bercabang dan berantik banyak , sehingga tanaman ini diabaikan tumbuh

alami dapat mencapai ketinggian 15cm. Daun-daun tumbuh rimbun secara

tunggal, bentuknya mirip jantung hati yang dasarnya agak bulat (bundar) dengan

warna hijau tua namun ada pula yang belang0belang (variegata) antara hijau

dengan putih atau hijau bercampur kekuning-kuningan (Rukmana , 2005).

Bunga tanaman ini dibedakan atas dua macam yaitu bunga asli dan bunga

palsu (Bractea) . Bunga asli tentunya seperti tabung , berukuran kecil dan

panjangnya sekitar 2cm, serta berwarna putih. Sedangkan bunga palsu tampak

cantik , tersusun , dalam tangkai yang lebat dan menjuntai, berwarna putih , merah

, jingga, merah hati, ungu ataupun kombinasi dari warna-warni tersebut . Bunga
4

palsu ini sebenarnya adalah daun penumpu yang berfungsi sebagai perhiasan

bunga (Rukmana, 2005).

Pasangan daun yang sama dihubungkan dengan tonjolan yang melintang .

Daun menyirip berdaun satu, helaian daun lebar bulat sampai memanjang, bertepi

rata , tulang menyirip atau bertulang tiga sampai lima. Daun tanaman ini juga

memiliki pertangkaian pendek dengan panjang 0,5-1 cm berwarna kecoklatan

muda (Aljung, 2008).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman ini biasa ditanam secara massal ataupun individu sering juga

dalam pot maupun planter box di patio serta tanaman atap , tanaman ini juga

menyukai cahaya penuh dengan kelembapan yang sedang , tetapi sangat toleran

terhadap kekeringan. Bougenville menghendaki curah hujan 112-199 mm/bulan

dengan 6-9 hari (Arifin, 2005).

Dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi ataupun rendah hingga

ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. Tanaman hias ini membutuhkan

cahaya matahari penuh untuk proses pembungaannya. Untuk di daerah yang

tergolong subur dengan curah hujan cukup tinggi, media tanah yang digunakan

biasanya dicampur dengan media berupa puing-puing bangunan (Endah, 2002) .

Pada fase awal pertumbuhan, bougenville membutuhkan curah hujan atau

air tanah yang memadai. Namun setelah memasuki fase reproduktif berbunga

justru lebih menyerangi keadaan iklim kering. Disamping itu, bougenville

menghendaki sinar matahari yang langsung dan insensitasnya panjang sehingga

cocok ditanam di tempat terbuka atau tanaman luar ruangan (Rukmana, 2005).
5

Tanah

Bougenville tumbuh baik di daerah-daerah dengan ketinggian 0-1200

mdpl. Pada tanah-tanah yang kering dan miskin, bougenville lebih sering

berbunga. Tetapi pada tanah-tanah yang subur pertumbuhannya badaniayah malah

berlebih-lebihan. Karena bunga ini bisa berbunga sepanjang tahun

(Sastropradja, dkk., 2007).

Tanaman bougenville umumnya tumbuh subur pada jenis tanah padsolik

merah kuning (PMK) latosol dan andosol. Tanaman melati membutuhkan tanah

yang tekstur pasir campur liat, aerase dan drainase yang baik, subur, gembur, dan

banyak mengandung bahan organik (Wudiarto, 2009).

Media tanam atau lahan yang akar ditanami harus diusahakan yang subur,

gembur, dan drainase diatur dengan baik. Penyiraman dan pemupukan harus

dilakukan secara teratur sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada fase

pertumbuhan, perlu dipupuk dengan pupuk yang mengandung nitrogen tinggi,

sedangkan pada saat tanaman akan mulai berbunga, perlu dipupuk dengan pupuk

yang tinggi (Suryowinoto, 2007).

Inisiasi Akar

Inisiasi merupakan salah satu aspek dari tumbuh pada tanaman dengan

menghasilkan bagian-bagian atau organ baru. Kenaikan jumlah akar merupakan

salah satu dari ciri pertumbuhan atau inisiasi tersebut. Rambut akar dapat tumbuh

dan akar utama (akar lateral) maupun berasal dari jaringan batang tumbuhan (akar

adventif) yang dapat dipacu dengan pemberian golongan hormon auksin dalam

jumlah tertentu (Mukherji dan Gosh, 2000).


6

Proses pertumbuhan akar adventif terdiri atas tiga bagian differensiasi sel

yang diikuti dengan terbentuknya sel-sel meristem (inisiasi akar), differensiasi sel-

sel meristem tadi sampai terbentuuk priomordia akar dan munculnya akar-akar

baru (Ashari, 2005).

Cara menyemaikan stek batang adalah cabang dipilih sepanjang 10cm-

15cm beberapa daun disisakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan batang-

batang setelah disemaikan dalam pot atau kantung plastik lalu diselubungi plastik

bening, atau dapat juga pot-pot itu dimasukkan kedalam kotak kayu yang bertutup

(Widarto, 2006).

Keberhasilan perbanyakan tanaman hanya ditentukan oleh langkah-

langkah yang tepat dalam melaksanakan metode pembiakan, faktor terpenting

harus mendapat perhatian adalah ketersediaan air, suhu udara, suhu media,

cahaya, dan ketersediaan unsur hara esensial bagi tanaman ( Lakitan, 2005 ).

Pembentukan akar dipengaruhi oleh adanya auksin. Auksin pada akar

lebih cepat dibandingkan dengan batang, tetapi konsentrasi auksi distimulasi

untuk batang dapat menghambat pertumbuhan akar. Tudung akar menghasilkan

asam absisat, suatu bahan pertumbuhan bahan tanaman

(Witham dan Devlin , 2002).

Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh digunakan untuk memacu pertumbuhan tanaman.

Namun, di samping dapat memacu zat itu pun dapat menghambat pertumbuhan

tanaman yang tidak dikehendaki. Penggunaan zat pengatur tumbuh dimaksudkan

untuk mencegah terjadinya gugur bunga dan buah memperbaiki mutu buah dan

meningkatkan hasil buah (Setiadi, 2006).


7

Zat pengatur tumbuh memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan kultur. Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam penggunaan

zat pengatur tumbuh antara lain jenis yang akan digunakan , konsentrasi , urutan

penggunaan dan periode masa induksi kultur (Gunawan, 2005).

Induksi kalus tanaman dikotil diperlukan auksin dengan konsentrasi tinggi

dan sitokinin pada konsentrasi rendah sedangkan pada tanaman monokotil

pembentukan kalus hanya membutuhkan auksi yang tinggi tanpa sitokinin

(George dan Shemington, 2004).

Dari semua jenis zat pengatur tumbuh yang sangat efektif untuk

pertumbuhan akar adalah golongan auksin-asam indol-3 asetat (IAA).

Diidentifikasikan pada tahun 1934 sebagai senyawa alami yang menunjukan

aktivitas auksin yang dapat mendorong pertumbuhan akar adventif

(Ashari, 2005).

Inisiasi akar pada umumnya diatur oleh adanya auksin. Daerah tergenerasi

akar terletak pada abisat batang yang dipotong mengikuti perpindahan polar

auksin menuju proses akhir fisiologi , yang letaknya lebih dekat pada ujung

tanaman (Mukherji dan Gosh, 2000).

Stek

Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai persamaan dalam

unsur , dalama ukuran tinggi , ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya.

Dan kita juga memperoleh tanaman yang sempurna serta tekniknya yang sangat

sederhana (Widianto, 2000).

Bahan stek batang yang diambil dari potongan batang, cabang, atau

ranting yang digunakan untuk bahan stek sebaiknya tidak terlalu tua dan tidak
8

terlalu muda. Batang, cabang, atau ranting yang tua umumnya berwarna

kecoklatan, keras, dan bagian luarnya tertutup jaringan kulit yang sudah mati

(Rahardja dan Wiryanto, 2003).

Mudahnya stek untuk berakar tergantung pada spesiesnya. Ada yang

mudah sekali untuk berakar, cukup dengan media air saja, akan tetapi banyak juga

yang sukar untuk berakar walaupun dengan perlakuan khusus. Pada pinus

kulitnya, batangnya memiliki banyak saluran resin yang arahnya vertikal

(Thomson dan Kelly, 2007).


9

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Lahan Laboatorium Fisiologi

Tumbuhan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara Pada hari kamis, 9 maret 2018 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai.

Pada ketinggian ± 25 m dpl.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pisau yang

digunakan untuk memotog batang Bougenville (Bougenville spectabilis), gelas

beaker yang digunakan untuk merendam batang dengan ZPT, ember yang

digunakan untuk menakar media tanam,ayakan yang digunakan untuk mengayak

tanah dan pasir, cangkul yang digunakan untuk mencapur media, gembor yang

digunakan untuk menyiram tanaman, alat tulis yang digunakan untuk menulis

data, buku penuntun yang digunakan sebagai pedoman praktikum.

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu batang tanaman

Bougenville (Bougenville spectabilis) yang digunakan sebagai bahan percobaan,

topsoil dan pasir yang digunakan sebagai media tanam, IAA yang digunakan

sebagai zat pengatur tumbuh, polybag yang digunakan untuk tempat media,

plastic transparan yang digunakan untuk menyungkup batang, tali plastik yang

digunakann untuk mngikat sungkupan, label yang digunakan untuk menadai

polybeg, air yang digunakan untuk menyiram tanaman, air destilata yang

digunakan untuk merendam batang, pacak kecil yang digunakan untuk

menyangga sungkupan, aquades yang berfungsi sebagai pelarut larutan ZPT.


10

Prosedur Percobaan

1. Dicampur media tanam topsoil dan pasir dengan perbandingan 2:1

kemudian disiram dengan air

2. Diisi media ke dalam polybeg sebanyak 6 buah polybeg.

3. Dipotong 3 batang melati dengan daun dan tanpa daun.

4. Direndam cabang bagian bawah selama ±15 menit dengan perlakuan

a. air destilata

b. larutan 0,1 mg IAA/l

c. larutan 1 mg IAA/l

5. Ditanam bahan stek kedalam polybeg dan diberi label.

6. Disiram dengan sedikit air.

7.Disungkup batang melati dengan plastik transparan dan ditempatkan

ditempat yang teduh.

8. Diamati pertumbuhannya setiap minggu.

9. Diamati pertumbuhan akar setelah 8 minggu.


11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Komoditi : Bougainvillea spectabilis

Tanggal Tanam : 08 Maret 2018

Parameter : Jumlah Tunas


Jumlah Tunas
Direndam Air Direndam IAA Direndam IAA
Tanggal
Destilata 0,1 mg/L 1,0 mg/L
Pengamatan
Dengan Tanpa Dengan Tanpa Dengan Tanpa
Daun Daun Daun Daun Daun Daun
15 Maret 2018 0 1 0 1 0 2
23 Maret 2018 1 5 14 4 0 2
29 Maret 2018 3 6 14 4 0 4
06 April 2018 5 6 14 4 0 4
12 April 2018 5 7 14 5 0 4
19 April 2018 6 7 13 5 0 4
26 April 2018 6 7 15 7 - 6

Komoditi : Bougainvillea spectabilis

Parameter : Jumlah Akar


Jumlah Akar
DIrendam Air Direndam IAA Direndam IAA
Tanggal
Destilata 0,1 mg/L 1,0 mg/L
Pengamatan
Dengan Tanpa Dengan Tanpa Dengan Tanpa
Daun Daun Daun Daun Daun Daun
20 Mei 2018 0 3 5 8 0 6

Pembahasan

Dalam percobaan inisiasi akar ini, ZPT yang digunakan adalah IAA.

Penggunaan ZPT ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar pada setekan

bunga bougenville. Jika dilihat dari tingkat keberhasilan dan kegagalan dalam
12

pertumbuhan akar yaitu melihat jumlah tunas yang tumbuh, maka ZPT haruslah

sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Konsentrasi yang tinggi juga dapat merusak

jaringan akar dan memperlambat pertumbuhan dan konsentrasi ZPT yang rendah

pun akan memperlambat pertumbuhan. Hal ini sesuai literatur

Setiadi (2006) yang menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh digunakan untuk

memacu pertumbuhan tanaman.

Pada pengamatan jumlah tunas pada inisiasi akar dengan perlakuan air

destilata didapati rataan dengan daun adalah 3,7 dan tanpa daun adalah 5,5. Pada

perlakuan ini air destilata tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara

efektif. Hal ini sesuai literatur Gunawan (2005) yang menyatakan bahwa zat

pengatur tumbuh memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan kultur.

Pada pengamatan dengan permberian IAA 1 mg/l didapati rataan dengan

daun adalah 12 dan tanpa daun adalah 4,2. Hal ini menunjukkan pemberian pada

IAA pada tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah tunas karena

fungsi IAA bekerja yaitu untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai

literatur Setiadi (2006) yang menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh digunakan

untuk memacu pertumbuhan tanaman.

Pada pengamatan pemberian IAA 0,1 mg/l didapati rataan dengan daun

adalah 0 dan tanpa daun adalah 3,7. Hal ini menunjukkan pemberian IAA dalam

jumlah rendah akan memeningkatkan pertumbuhan tunas. Hal ini sesuai literatur

Ashari (2005) yang menyatakan bahwa dari semua jenis zat pengatur tumbuh

yang sangat efektif untuk pertumbuhan akar adalah golongan auksin-asam indol-3

asetat (IAA).
13

Pada pengamatan jumlah akar pada inisiasi akar dengan perlakuan air

destilata didapati rataan dengan daun adalah 0 dan tanpa daun adalah 3. Pada

perlakuan ini air destilata tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara

efektif. Hal ini sesuai literatur Witham dan Devlin (2002) yang menyatakan

bahwa pembentukan akar dipengaruhi oleh adanya auksin.

Pada pengamatan jumlah akar dengan permberian IAA 1 mg/l didapati

rataan dengan daun adalah 5 dan tanpa daun adalah 8. Hal ini menunjukkan

pemberian pada IAA pada tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah

akar karena fungsi IAA bekerja yaitu untuk merangsang pertumbuhan tanaman.

Hal ini sesuai literatur Setiadi (2006) yang menyatakan bahwa zat pengatur

tumbuh digunakan untuk memacu pertumbuhan tanaman.

Pada pengamatan jumlah akar pemberian IAA 0,1 mg/l didapati rataan

dengan daun adalah 0 dan tanpa daun adalah 6. Hal ini menunjukkan pemberian

IAA dalam jumlah rendah akan memeningkatkan pertumbuhan akar. Hal ini

sesuai literatur Mukherji dan Gosh (2000) yang menyatakan bahwa kenaikan

jumlah akar merupakan salah satu dari ciri pertumbuhan atau inisiasi tersebut.

Berdasarkan praktikum konsentrasi IAA yang digunakan adalah 1 mg/l

dan 0,1 mg/l. dan hasil praktikum terlihat jumlah tunas yang berhasil pada

perlakuan ini adalah IAA dengan konsentrasi 1 mg/l pada pertumbuhan tunas dan

akar dengan daun dan Destilata pada perlakuan tanpa daun. Hal ini dapat

disebabkan karena ZPT yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, jika ZPT yang

digunakan berlebih dapat menghambat proses fisiologi tumbuhan. Hal ini sesuai

literatur Witham dan Devlin (2002) yang menyatakan bahwa pembentukan akar

dipengaruhi oleh adanya auksin.


14

Media tanam yang digunakan dalam praktikum ini adalah campuran top

soil dengan pasir dengan perbandingan 2:1 yang bertujuan dapat lebih mudah akar

stek bergerak karena pori-pori tanah menjadi besar dan membantu pertumbuhan

tanaman. Hal ini sesuai literatur Wudiarto (2009) yang menyatakan bahwa

Tanaman bougenville umumnya tumbuh subur pada jenis tanah padsolik merah

kuning ( PMK ) latosol dan andosol.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek adalah harus

memperhatikan media tanam yang digunakan. Media tanam yang cocok

digunakan adalah media yang memiliki aerasi dan unsur hara yang baik dan

diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai literatur Widianto (2000)

yang menyatakan bahwa tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai

persamaan dalam unsur , dalam ukuran tinggi , ketahanan terhadap penyakit dan

sifat-sifat lainnya.
15

KESIMPULAN

1. Dalam percobaan inisiasi akar ini, ZPT yang digunakan adalah IAA.

2. Konsentrasi IAA yang digunakan adalah 1 mg/l dan 0,1 mg/l.

3. Inisiasi akar dengan perlakuan air destilata pada pertumbuhan tunas

didapati rataan dengan daun adalah 3,7 dan tanpa daun adalah 5,5.

4. Permberian IAA 1 mg/l pada pertumbuhan tunas didapati rataan dengan

daun adalah 12 dan tanpa daun adalah 4,2.

5. Pemberian IAA 0,1 mg/l pada pertumbuhan tunas didapati rataan dengan

daun adalah 0 dan tanpa daun adalah 3,7.

6. Inisiasi akar dengan perlakuan air destilata pada pertumbuhan akar

didapati rataan dengan daun adalah 0 dan tanpa daun adalah 3.

7. Permberian IAA 1 mg/l pada pertumbuhan akar didapati rataan dengan

daun adalah 5 dan tanpa daun adalah 8.

8. Pemberian IAA 0,1 mg/l pada pertumbuhan akar didapati rataan dengan

daun adalah 0 dan tanpa daun adalah 6.

9. Media tanam yang digunakan dalam praktikum ini adalah campuran

topsoil dengan pasir dengan perbandingan 2:1.

10. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek adalah 1). Sumber bahan

stek dan 2). Perlakuan terhadap bahan stek.

Saran
Diharapkan praktikan agar selalu mengambil data tiap minggu dan
memperhatikan pertumbuhan tanaman bougenville sesuai dengan perlakuannya.
16

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H. S. 2005. Tanaman Hias Tampil Prima. Penebar Swadaya : Jakarta.

Ashari, S. 2005. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press : Jakarta.

Agung . 2008 . Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi : Jakarta.

Endah , H.J. 2002. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga Agromedia Pustaka :
Jakarta.

George dan Shemington. 2004. Propogation of Ornamental Plants. Kalyani


Publisher : New Delhi.

Goldsworthy, P.R, dan N.M.Fisher. 2004. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.


Penerjemah Tohari. UGM Press : Yogyakarta.

Gunawan, 2005. Bercocok Tanam dalam Pot. Penebar Swadaya : Jakarta.

Hasim. 2005. Bougenville. Kanisius : Jakarta.

Lakitan, B. 2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada :


Jakarta.

Lakitan, B. 2005. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada :


Jakarta.

Mukherji S and Ghush, 2002. Plant Physiology. New Delhi : Tata Mc. Grow Hill
Publishing Company Limite.

Rahardja, P.C dan Wahyu, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman.


Agromedia Pustaka : Jakarta.

Rukmana, R. 2005. Bougenville. Kanisius : Jakarta.

Sastrapradja, S. Rudy. E.N, dan Lili S. 2007. Tanaman Hias. Balai Pustaka:
Jakarta.

Setiadi. 2006. Hortikultura Pekarangan dan Buah-Buahan. Yasaguna : Jakarta.

Suryowinoto. S.M, 2007. Flora Eksotika Tanaman Hias Berbunga. Kanisius :


Jakarta.

Thompson, HL and W.C. Kelly. 2007. Vegetable Crops. Mc. Graw Hill. Book
Company Inc : New York.
17

Widianto, R. 2009. Membuat Stek Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya :


Jakarta.

Widarto. 2006. Tanaman Hias Tampil Prima. Penebar Swadaya : Jakarta.

Witham, F.H and Delvin, R.M. 2002. Plant Physiology Fourth Edition. CBS
Publisher & Distributors : New Delhi.

Widiarto, 2009. Perbanyakan Tanaman. Kanisius : Jakarta.


18

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai