Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

P3A0 Partus Maturus dengan SC a.i Perdarahan Antepartum e.c. Plasenta

Previa Totalis + MOW

Disusun Oleh :
Eneng Utari Vitaloka
12100117141

Konsulen :
dr. Dhanny P.J. Santoso, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS OBSTETRI-GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RSUD dr. SLAMET GARUT
2018

1
KETERANGAN UMUM

Identitas
Nama : Ny. SH
Jenis Kelamin : perempuan
Usia : 31 Tahun
Alamat : Cimuncang
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Status : Menikah
Suku : Sunda
No.Med : 01108754
Tanggal Masuk: 02 Juli 2018

Anamnesa

Rujuk : Puskesmas pasundan

Keterangan : Perdarahan dari jalan lahir

Keluhan Utama : Perdarahan dari Jalan Lahir

Anamnesa Khusus :

G3P2A0 merasa hamil 9 bulan, dirujuk puskesmas dengan Perdarahan banyak dari jalan
lahir, px mengeluh perdarahan sejak ± 5 jam sebelum masuk Rumah Sakit, perdarahan banyak
hingga 2x ganti pembalut. Keluhan dirasakan tiba-tiba ketika selesai sholat isya. Mules-mules juga
dirasakan sejak ± 2 jam SMRS semakin kuat dan sering. keluhan tidak disertai nyeri pada bagian
perut dan keluar air-air dari jalan lahir di sangkal pasien. Gerakan janin masih di rasakan oleh
pasien. Gerakan ini dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.

2
Riwayat Obtetri
Kehamil tempat Penolong Cara Cara BB JK Usia Hidup
an ke- kehamilan persalinan /mati

1 Rumah Paraji 9 Bulan Spontan 2800 gr L 11 Hidup


Th

2 Rumah Paraji 9bulan Spontan 2900 gr P 7 Th Hidup

3 SAAT INI

Keterangan Tambahan

Pernikahan

 Menikah pertama kali.


Istri : Usia Nikah 23 tahun, SMP , IRT
Suami : Usia Nikah 22 tahun, SD, Buruh

Haid

 HPHT : 25 - 10 - 2017
 Tafsiran Persalinan : 2 – 07 - 2018
 Siklus Haid : Teratur
 Lama Haid : 3-4 Hari
 Banyak Haid : Biasa
 Menarche : 13 Tahun

Prenatal Care

 Dilakukan di : Puskesmas
 Jumlah kunjungan : 9 kali
 Terakhir PNC : 1 Juli 2018

Kontrasepsi Terakhir

 Suntik untuk 3 bulan


 Durasi : 6 bulan
 Motivasi : pasien setuju KB, ingin MOW
3
Keluhan Selama Hamil :

 Mual (-)
 Muntah (-)
 Pusing (-)
 Nyeri kepala (-)
 Nyeri ulu hati (-)
 Pandangan Kabur (-)
 Kejang (-)

Riwayat Penyakit Terdahulu:

Riwayat penyakit terdahulu seperti: penyakit jantung, penyakit paru, penyakit


ginjal,penyakit hepar, penyakit DM, penyakit tiroid, , hipertensi, dan alergi disangkal oleh pasien.

Pemeriksaan Fisik

 Kesadaran : Compos Mentis


 Tekanan darah: 120/80 mmhg
 Nadi : 84 x/menit
 Respirasi : 20 x/menit
 Suhu : afebrile
 Kepala : konjungtiva anemis: -/-
Sclera icterik: -/-
 cor : bunyi jantung normal, regular
 Pulmo : VBS regular, Ronchi (-), wheezing(-)
 Abdomen : cembung lembut, NT (-)
 Hepar dan Lien: sulit di nilai
 Ekstremitas : tidak ada edema pada ekstremitas dan tidak ad avarices.

Status Obstetri

• TFU/LP : 36/95 cm

• Letak anak : Kepala, 5/5, puka

4
• HIS : 3 x/10 menit/30 detik

• DJJ : 142 x/mnt, regular

• TBBA : ± 3100 gr

• Usia kehamilan :

- Berdasarkan TFU : 40 - 41 minggu

- Berdasarkan HPHT : 40 - 41minggu

 Taksiran persalinan :

- Berdasarkan HPHT : 2 - 07 - 2018

• Inspekulo :

- Fluksus (+)

- OUE : tertutup, tampak darah keluar dari OUE

- Portio : tidak ada edema dan hiperemis

 Perabaan fornises :

- Teraba bantalan lunak pada presentasi kepala

DIAGNOSIS : G3P2A0 Gravida 40 - 41 Minggu dengan Perdarahan Antepartum

Rencana Pengelolaan :

- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, HIS, BJJ

- Cek darah rutin

- Infus ringer laktat 500 cc 20 gtt

- Rencana USG

- Rencana sectio cesarea

- Rencana motiasi KB steril

- Inform consent

5
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Rutin (02/7/2018)

• Hb : 12,5 g/dL

• Ht : 35 %

• Lekosit : 14,060 / mm3

• Trombosit : 241.000 /mm3

• Eritrosit : 4,04 juta/mm3

HASIL USG

 Diidentifikasi letak plasenta menutupi OUI

DIAGNOSIS : G3P2A0 GRAVIDA 40 - 41 MGG DENGAN PERDARAHAN

ANTEPARTUM E.C. PLASENTA PREVIA TOTALIS

PENGELOLAAN SELANUTNYA : DILAKUKAN SECTIO CESAREA

LAPORAN OPERASI

• Tanggal : 3 – 07 - 2018

• Operator : dr. Berland, Sp.OG/ dr. H. Rizky, Sp.OG

• Asisten I : Dasep

• Asisten II : Neneng Ic

• Ahli anastesi : dr. Dhadi, Sp.An

• Jenis anastesi : Spinal

• Diagnosis prabedah : G3P2A0 gravida 40 - 41 minggu dengan perdarahan antepartum

e.c plasenta previa totalis

6
• Indikasi operasi : Plasenta previa totalis

• Jenis operasi SCTP + MOW

• Diagnosis pasca bedah : P3A0 partus maturus dengan SC a.i perdarahan antepartum e.c.

plasenta previa totalis + MOW

• Kategori operasi besar

• Desinfeksi kulit povidon iodine 10%

• Jaringan yang di eksisi tidak dikirim ke PA

• Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya.

• Dilakukan insisi fenenstyle ± 10cm

• Setelah peritoneum dibuka, tampak dinding depan uterus

• SBR disayat konkaf, bagian tengahnya ditembus jari penolong, diperlebar kekiri dan

kekanan

• Jam 00.26 : - lahir bayi perempuan dengan meluksir kepala

- BB : 2940 gr - PB : 47 cm

- Apgar 1’=6 5’=8

- Disuntikkan oksitosin 10 IU intramural, kontraksi baik

• Jam 00.27 : - lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat

- B : 500 gr - ukuran : 14x9x10 cm

• SBR dijahit jelujur, sebelum semua lapisan ditutup, tuba diidentifikasi, diikat, dijepit,

dipotong, perdarahan dihentikan dilakukan MOW

• Perdarahan dirawat

• Dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum kandung kemih

• Fascia dijahir dengan PGA no I

• Kulit dijahit subkutikular

• Perdarahan selama operasi ± 400 cc

7
• Diuresis selama operasi ± 200 cc

Instruksi pasca bedah

• Observasi KU, tensi, nadi, respirasi, suhu pendarahan tiap 15 menit sampai pulih

• Infus : RL 500 cc 20 gtt

• Antibiotic : cefotaxime 2x 1 gr iv, Metronidazole 3 x 500 mg iv.

• Analgetik : tramadol 200 mg dalam futrolit 15 tpm

• Puasa : tidak puasa

• Lain-lain : bedrest 12 jam post op, bila mual dan muntah berikan ondancentron 4 mg

FOLLOW UP

TANGGAL CATATAN INSTRUKSI

JAM

03/07/2018 • S : Nyeri luka operasi • P:

05.00 • O: – Cefotaxim 2x1 gr IV

POD O – KU : CM – Metronidazol 3x500

– T : 110/70 mmHg mg

– R : 20 x/mnt – Kaltrofen 2x1 supp

– N : 82 x/mnt – Breast care

– S : 36,5°C – Vulva hygiene

– Mata : CA -/- SI -/-

– ASI : -/-

– Abdomen : datar lembut

– TFU : sepusat

8
– Perdarahan (+)

– LO : tertutup verban

– BAB/BAK : -/+ (DC)

• A : P3A0 partus maturus dengan

SC a.i perdarahan antepartum e.c

plasenta previa totalis + MOW

TANGGAL HASIL LAB

03/07/2018 Hasil darah rutin

• Hb : 12,5 g/dL

• Ht : 35 %

• Lekosit : 14,060 / mm3

• Trombosit : 241.000 /mm3

• Eritrosit : 4,04 juta/mm3

TANGGAL CATATAN INSTRUKSI

JAM

04/07/2018 • S : Nyeri luka operasi • P:

POD I • O: – Cefotaxim 2x1 gr IV

– KU : CM – Metronidazol 3x500 mg

– T : 100/70 mmHg – Kaltrofen 2x1 supp

– R : 20 x/mnt – Breast care

– N : 80 x/mnt – Vulva hygiene

9
– S : 36,5°C – Aff DC

– Mata : CA +/+ SI -/- – Mobilisasi

– ASI : -/- – Cek darah rutin

– Abdomen : datar lembut

– TFU : 1 jari ↓ pusat

– Perdarahan (+)

– LO : tertutup verban

– BAB/BAK : -/+

• A : P3A0 partus maturus dengan

SC a.i perdarahan antepartum e.c

plasenta previa totalis + MOW

TANGGAL HASIL LAB

04/07/2018 Hasil darah rutin

• Hb : 9,1 g/dL

• Ht : 25 %

• Lekosit : 11.340 / mm3

• Trombosit : 228.000 /mm3

• Eritrosit : 2.86 juta/mm3

TANGGAL CATATAN INSTRUKSI

JAM

05/07/2018 • S : - • P:

05.00 • O: – Cefadroxil 2x500 mg

10
POD II – KU : CM – Metronidazol 3x500 mg

– T : 110/70 mmHg – As mefenamat 3x500 mg

– R : 20 x/mnt – Nutribreast 1x1

– N : 86 x/mnt – Breast care

– S : 36,5°C – Vulva hygiene

– Mata : CA -/- SI -/- – Aff infus

– ASI : -/- – Mobilisasi

– Abdomen : datar lembut – R/BLPL

– TFU : 2 jari ↓ pusat

– Perdarahan (+)

– LO : kering terawat

– BAB/BAK : -/+

• A : P3A0 partus maturus dengan SC

a.i perdarahan antepartum e.c

plasenta previa totalis + MOW

TANGGAL HASIL LAB

05/07/2018 Hasil darah rutin

• Hb : 11,0 g/dL

• Ht : 31 %

• Lekosit : 13.690 / mm3

• Trombosit : 215.000 /mm3

• Eritrosit : 3.55 juta/mm3

11
PEMBAHASAN

1. Apakah penegakkan diagnosis pasien ini sudah benar?

2. Apakah penanganan pada pasien ini sudah benar?

3. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

PEMBAHASAN KASUS

1. APAKAH PENEGAKKAN DIAGNOSIS PASIEN INI SUDAH BENAR?

 Plasenta Previa

A. Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga

menutupi seluru atau sebagian dari pembukaan dari jalan lahir (ostium uteri internum).

Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau

di daerah fundus uteri.

B. Klasifikasi

Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 4 :

a. Plasenta previa totalis : plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.

b. Plasenta previa partialis : plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum

c. Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada pada pinggir ostium internum

d. Plasenta previa letak rendah : plasenta berimplantasi pada segmen bawah uterus

sedemikian rupa sehingga tepi plasenta tidak mencapai ostium

internum, tetapi terletak berdekatan dengan ostium tersebut.

12
Klasifikasi plasenta previa tergantung pada penilaian besarnya dilatasi serviks pada saat

dilakukan pemeriksaan. Sebagai contoh plasenta letak rendah pada pembukaan 2 cm dapat

menjadi plasenta previa parsial pada pembukaan 8 cm. sebaliknya plasenta previa totalis sebelum

pembukaan serviks dapat menjadi plasenta previa parsial pada pembukaan 4 cm. Pemeriksaan

dalam untuk menentukan perubahan posisi plasenta dapat mencetuskan perdarahan hebat.

Dengan kemajuan diagnostik, plasenta previa dapat dibedakan dengan jelas dari plasenta

letak rendah. Bila plasenta previa sentralis ditegakkan secara ultrasonografi pada trimester terakhir

kehamilan, kita tidak perlu lagi melakukan pemeriksaan klinis di kamar operasi dan operasi dapat

segera dilakukan.

C. Insidensi

Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh

kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak. Plasenta

previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih

sering pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal uterus bercacat ikut mempertinggi angka

kejadian. Negara berkembang lebih sering insidensinya dibandingkan dengan negara maju.

13
D. Etiologi

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui dengan

pasti. Plasenta previa meningkat keajdiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya

kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.

Keadaan ini bisa ditemukan pada :

1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek

2. Mioma uteri

3. Kuterase berulang

4. Umur lanjut

5. Bekas seksio sesarea

6. Perubahan inflamasi atau atrrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.

Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi

plasenta. Hal ini terjadi pada perokok berat.

E. Manifestasi klinis

1. Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri.

Perdarahan pada plasenta previa bersifat berulang-ulang karena setelah terjadi pergeseran

antara plasenta dan dinding rahim. Oleh karena itu, regangan dinding rahim dan tarikan pada

serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan

perdarahan baru.

2. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawa rahim

sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul

3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa lebih

sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral dan

14
marginal serta roobekannya marginal, sedangkan plasenta letak rendah robekannya

beberapa sentimeter dari tepi plasenta.

F. Patogenesis

- Kerusakan endometrium corpus uteri menyebabkan impantasi kurang baik, sehingga

plasenta berimplantasi pada SBR

- Kebutuhan nutrisi melebihi normal (contoh : gemelli, bayi besar) sehingga plasenta

melebar ingga mencapai OUI/SBR

G. Patofisiologi

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester tiga dan mungkin juga lebih

awal, oleh karena telah terbentuk segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan.

Tapak plasenta terbentuk dari bagian maternal yaitu desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian

uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang

berimplantasi akan mengalami laserasi akibat pelepasan desidua sebagaii tapak plasenta.

Demikian pula pada waktu serviks mendatar dan terbuka ada bagian plasenta yang terlepas. Pada

tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruangan

intervillus dari plasenta. Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa raasa nyeri. Pada plasenta

yang menutupi seluruh ostium internum perdarahan teradi lebih awal dalam kehamilan oleh karena

segmen bawah rahim terbentuk terlebih dahulu pada bagian terbawah yaitu osstium uteri

internum. Sebaliknya, pada plasenta previa parssialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi

pada waktu mendekati atau awal persalinan. Perdaraan pertama terjadi pada usia kurang dari 30

minggu kehamilan tetapi lebih dari 50% terjadi pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu.

Dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari

tropoblas, akibatnya plasenta melekat kuat pada dinding uterus.

15
H. Diagnosis

Wanita hamil yang mengalami perdarahan pada usia kehamilan lanjut biasanya plasenta

previa atau solusio plasenta. Diagnosis belum tentu bisa dilakukan dengan pemeriksaan fisik.

Pada pemeriksaan inspekulo adanya perdarahan aktif, OUE yang tertutup, portio tidak ada

edema. Perabaan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi kepala. Pemeriksaan servik

dengan jari seperti tidak diperbolehkan karena akan menyebabkan perdarahan, kecuali pasien

berada di ruang operasi dengan persiapan lengkap untuk pelahiran cesar. Jika dilakukan vaginal

toucher, perlahan-lahan jari digerakkan menuju pembukaan serviks untuk meraba jaringan

plasenta. Kemudian jari-jari digerakkan mengikuti seluruh pembukaan untuk mengetahui derajat

atau klasifikasi plasenta. Jika plasenta lateralis atau marginalis dilanjutkan dengan amniotomi dan

diberi oksitosin drip untuk mempercepat persalinan. Jika tidak ada perdarahan banyak, pasien

dikembalikan ke ruang bersalin. Jika terjadi perdarahan banyak atau plasenta totalis langsung

dilanjutkan seksio sesarea. Persiapan tersebut disebut double set-up examination.

Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang dikosongkan akan

memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi sampai 96-98%. Magnetic

Resonance Imaging (MRI) juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta

termasuk plasenta previa. MRI kalah praktis jika dibandingkan dengan USG, terlebih pada suasana

mendesak.

Bisa dilakukan juga sonografi transvaginal tapi sedikit dilakukan karena akan sangat

berbahaya jika dilakukann bukan oleh yang ahlinya.

Sonografi transperineal dinyatakan akurat pada 75 wanita yang memiliki plasenta previa.

I. Diagnosis Banding

16
Jenis plasenta previa lainnya seperti plasenta previa marginalis, lateralis, dan letak rendah.

Yang membedakan hanyalah jumlah perdarahannya.

Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari

perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung kehamilan 28 minggu.

Vasa previa adala pembuluh darah janin berjalan menyebrangi ketuban dan melewati

ostium uteri internum.

KESIMPULAN

Diagnosis pada pasien kita suda benar. Pada pasien kita didapatkan keluhan utama

perdarahan dari jalan lahir.

a. Anamnesa tambahan : pasien dalam keadaan hamil trimester tiga dan adanya

perdarahan yang keluar dari jalan lahir dan tanpa adanya rasa nyeri

b. Pemeriksaan inspekulo : adanya perdarahan aktif, OUE yang tertutup, portio tidak

ada edema

c. Perabaan fornises :Teraba bantalan lunak pada presentasi kepala

d. Hasil USG : Diidentifikasi letak plasenta menutupi OUI

Pendarahan antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.

Pendarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara kehamilan

minggu ke 28- awal partus. Perdarahan antepartum bisa disebabkan ole plasenta previa yang

merupakan etiologi tersering dari perdarahan antepartum dan solusio plasenta.

2. APAKAH PENANGANAN PADA PASIEN INI SUDAH BENAR ?

 Pengelolaan

Pengelolaan plasenta previa dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

17
1. Terminasi – kehamilan segera dilakukan sebelum terjadi perdarahan yang membawa

kematian, misalnya kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, dan anak

mati (tidak selalu)

a. Cara pervaginam

- Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis, plasenta previa

latteralis (dengan anak letak kepala). Diagnosis ditegakkan dengan melakukan

pemeriksaan USG, perabaan formises atau pemeriksaan dalam dikamar operasi atau

tergantung indikasi.

- Dilakukan oksitosin drip disertai amniotomi

b. Cara perabdominam atau seksio sesarea

Dilakukan pada keadaan :

- Plasenta previa dengan perdarahan banyak

- Plasenta previa totalis

- Plasenta previa lateralis di posterior

- Plasenta letak rendah dengan letak anak sungsang

 Seksio sesarea

Tujuan melakukan seksio sesarea adalah untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan

mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim.

Robekan serviks dan segmen bawah rahim mudah terjadi bila anak dilahirkan pervaginam

karena daerah tersebut pada plasenta previa banyak mengandung pembuluh darah. Seksio

sesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan pada plasenta previa lainnya jika terjadi

perdarahan hebat.

18
Tindakan seksio sesarea pada plasenta previa, selain dapat mengurangi kematian bayi,

dapat dilakukan untuk kepentingan ibu. Oleh karena itu, seksio sesarea juga dilakukan pada

plasenta previa walaupun sudah mati.

2. Ekspektatif – dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di

dunia luar baginya kecil sekali.

Syarat :

- Keadaan umum ibu dan anak baik (Hb > 8%)

- Perdarahan sedikit

- Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat badan kurang dari 2500 gr

- Tidak ada HIS persalinan

- Belum in partu

Penatalaksanaan :

- Pasang infus, tirah baring

- Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik

- Pemantauan kesejahteraan janin dan dengan USG dan KTG setiap minggu

- Berikan antibiotik

- Pada usia kehamilan < 32 minggu diberikan dexamethasone

- Transfusi darah jika Hb < 8 g/dL

 Komplikasi

Bahaya untuk ibu :

1. Perdarahan pasca persalinan karena :

- Kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding rahim (plasenta akreta)

- Daerah perlekatan luas

19
- Kontraksi segmen bawah rahim kurang sehingga mekanisme penutupan pembuluh

darah pada insersi plasenta tidak baik

2. Infeksi nifas karena luka plasenta lebih dekat pada ostium

3. Syok hipovolemik

4. Emboli udara (jarang)

5. Kelainan koagulopati sampai syok

6. Kematian

Bahaya untuk anak :

1. Hipoksia

2. Anemia

3. Kematian

KESIMPULAN

Penatalaksanaan pada pasien kita dilakukan seksio cesarea sudah benar karena pada

plasenta previa totalis harus dilakukan terminasi kehamilan perabdominam jika tidak dilakukan

bisa terjadi komplikasi perdarahan hebat dan komplikasi lainnya.

3. BAGAIMANA PROGNOSIS PADA PASIEN INI ?

 Prognosis

Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik dibandingkan dengan

masa lalu. Hal ini dikarekan diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan USG di samping

ketersediaan transfusi darah dan infus cairan yang telah ada di hampir semua rumah sakit

kabupaten. Rawat inap yang ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah melahirkan seksio

sesarea atau bertempat tinggal jauh dari tempat yang diperlukan.

20
Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi

proggram keluarga berencana menambah penurunan insidensi plasenta previa. Dengan demikian,

banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun,nasib janin belum terlepas dari komplikasi

kelahiran prematur yang dilakukan dengan persalinan spontan ataupun seksio sesarea. Karena itu,

kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan konservati

diberlakukan.pada satu penelitian yang melibatkan 93.000 persalinan oleh Crane dan kawan-

kawan (1999) dilaporkan angka kelairan prematur 47%. Hubungan hambatan pertumbuhan janin

dan kelainan bawaan dengan plasenta previa belum terbukti.

KESIMPULAN

- Quo ad vitam pada pasien ini ad bonam karena setelah dilakukan terapi berupa

tindakan seksio cesarea. Hasil pemeriksaan pos operatif hari kedua dari keadaan umum

dan tanda-tanda vital dalam batas normal, juga tidak ditemukan kelainan pada

pemeriksaan fisik yang lainnya.

- Quo ad functionam pasien ini untuk reproduksi ad malam karena dilakukan sterilisasi,

sehingga pasien tidak dapat hamil lagi. Sedangkan untuk fungsi seksual dan

menstruasi ad bonam karena tidak dilakukan terapi apapun yang menyebabkan

rusaknya genitalia eksterna.

21

Anda mungkin juga menyukai