Disusun oleh:
Dr. Yurniwati, M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanawataala, karena hanya atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan buku “Ensiklopedi Pembelajaran Matematika
untuk Siswa Sekolah Dasar”.
Buku ini disusun sebagai wujud kepedulian atas rendahnya prestasi belajar
matematika siswa sekolah dasar dan keterbatasan pengetahuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran matematika. Mengingat buku penunjang pembelajaran matematika yang
masih relatif sedikit, buku ini akan memberi kontribusi dan menambah khasanah
keilmuwan di negara kita. Dengan adanya buku ini, pembelajaran matematika di sekolah
dasar akan bergeser dari pelajaran yang menakutkan menjadi pembelajaran yang
menyenangkan. Dari pembelajaran siswa pasif menjadi aktif, dari bersifat abstrak menjadi
konkret.
Buku ini mencakup 4 cabang matematika yaitu: a) Aritmetika; b) Geometri;
c) Pengukuran; dan 4) Statistika. Semua topik disajikan secara urut menurut alphabet. Pada
setiap topik disajikan definisi dan pembelajaran dilengkapi dengan ilustrasi gambar untuk
membantu pemahaman.
Buku Ensiklopedi Pembelajaran Matematika untuk Siswa Sekolah Dasar dapat
dimanfaatkan oleh guru dan mahasiswa calon guru sebagai sumber bacaan untuk
menambah wawasan. Selain itu dapat juga digunakan oleh orang tua ketika membantu
siswa belajar di rumah.
Selanjutnya kami menyadari bahwa buku ini masih perlu penyempurnaan. Oleh
sebab itu silakan bapak/ibu mengirimkan saran ke alamat email yurniwati@unj.ac.id.
Saran dari pembaca kami pergunakan untuk perbaikan pada edisi berikutnya.
Akhirnya, harapan kami semoga buku ini berkenan di hati pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
1. Bangun Ruang 4
2. Bilangan 5
3. Berat 6
4. Bidang Datar 8
5. Bilangan Bulat 10
6. Bilangan Cacah 11
7. Bilangan Desimal 11
8. Bilangan Ganjil 12
9. Bilangan Genap 12
10. Bilangan Kuadrat 13
11. Bilangan Prima dan Komposit 14
12. Bilangan Pecahan 15
13. Debit 15
14. Diagonal 16
15. Diagram Batang 16
16. Diagram Garis 17
17. Diagram Lingkaran 18
18. Faktor Bilangan 19
19. Faktor Prima 19
20. Faktorisasi Prima 19
21. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) 20
22. Jaring-jaring Bangun Ruang 22
23. Kecepatan 23
24. Keliling 23
25. Keliling Persekutuan Terkecil 24
26. Luas 25
27. Luas Permukaan 29
28. Menghitung Maju 31
29. Menghitung Mundur 31
30. Nilai Tempat 32
31. Pembagian Bilangan Bulat 33
32. Pembagian Bilangan Cacah 34
33. Pembagian Bilangan Pecahan 37
34. Pembulatan 38
35. Penjumlahan Bilangan Bulat 38
36. Penjumlahan Bilangan Cacah 39
37. Penjumlahan Bilangan Pecahan 41
3
1. BANGUN RUANG
Bangun ruang sangat mudah dijumpai di sekitar kita. Oleh sebab itu guru tidak perlu
menyediakan berbagai bangun ruang di dalam kelas. Guru dapat meminta siswa untuk
membawa bangun ruang dari rumah masing-masing. Bangun ruang di sekitar kita
contohnya adalah sebagai berikut:
\
2. BILANGAN
1. Mencacah dari 1 -10, anak menyebutkan secara lisan urutan bilangan seperti satu,
dua, tiga, empat, dst.
2. Korespondensi satu-satu, anak membiasakan ketika menyebutkan satu bilangan
antara 1 sampai dengan 10 sambil melakukan satu kegiatan.
Contoh: anak melakukan gerakan mengambil mainan kedalam kotak satu persatu
sambil menyebutkan bilangan. Ketika menyebutkan satu, anak mengambil satu
mainan, ketika menyebutkan dua, anak mengambil satu mainan lagi, dst. Anak
tidak dibolehkan menyebutkan satu bilangan tetapi mengambil mainannya lebih dari
satu. Atau menyebutkan dua bilangan berturut-turut tetapi mainan yang diambil
satu.
Contoh: Anak memasukkan bola kedalam kotak satu persatu. Ketika menyebutkan
satu, anak memasukkan 1 bola kedalam kotak. Anak menyebutkan dua, anak
memasukkan 1 bola lagi. Anak menyebutkan tiga, anak memasukan 1 bola, dst.
Ketika berhenti pada bilangan ketiga, guru menyatakan bahwa bahwa banyak bola
dalam kotak ada 3. Kegiatan yang sama dilakukan untuk 4 kotak, 5 kotak, dst.
Hingga anak dapat paham dengan sendirinya bahwa banyak bola ditunjukkan oleh
bilangan terakhir yang disebutkan.
6
3. BERAT
Pembelajaran:
Banyak macam alat yang digunakan untuk mengukur berat, diantaranya adalah seperti
berikut:
a. Timbangan pegas
b.Timbangan Badan
c. Timbangan Angsa
7
d. Timbangan mas
Penggunaan timbangan berat di atas dipilih sesuai dengan besar benda yang akan ditimbang.
Seperti untuk menimbang mas, akan tidak tepat kalau menggunan timbangan pegas.
Kegiatan mengukur berat dapat dilakukan dengan mengukur benda benda sekitar. Misalkan
siswa menimbang berat kotak pensil. Pada salah satu wadah diletakkan kotak pensil,
sedangkan wadah yang lainnya di masukkan kelereng satu persatu sehingga lengan
timbangan seimbang. Berat kotak pensil sama dengan jumlah kelereng yang digunakan.
8
4. BIDANG DATAR
Pembelajaran:
Secara geometri bangun datar merupakan kurva tertutup. Kurva tertutup terbagi atas: (1)
mempunyai sisi batas berupa garis lengkung dan (2) mempunyai sisi batas berupa garis
lurus. Bidang datar tersebut antara lain:
Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk pembelajaran bidang datar,
yaitu:
1. Memasangkan bidang dengan bangun ruang yang memiliki bidang batas seperti
bidang tersebut.
Contoh:
9
5. BILANGAN BULAT
Pembelajaran:
Pertama diperkenalkan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari. Pada gambar di
samping tanpak burung camar yang terbang
150 m dipermukaan laut dinyatakan dalam
bentuk bilangan positif. Sedangkan batu
karang berada pada kedalam 100m di bawah
permukaan laut dinyatakan sebagai bilangan
negatif
Sedangkan aplikasi bilangan negatif dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan pada:
Bilangan bulat dapat dimodelkan dengan menggunakan setengah lingkaran seperti berikut:
Contoh:
3 ditunjukkan dengan
-4 ditunjukkan dengan
0 ditunjukkan dengan
6. BILANGAN CACAH
Definisi:
Bilangan cacah adalah urutan bilangan yang dimulai dari 0, 1, 2, 3, 4, 5, ….
Pembelajaran:
7. BILANGAN DESIMAL
Pembelajaran:
Bilangan desimal berdasarkan kepada bilangan dasar 10. Bilangan setelah satuan disebut
bilangan desimal. Bilangan desimal mempunyai ciri tanda koma yang terletak setelah nilai
tempat satuan seperti 2,36. Nilai tempat bilangan desimal adalah:
XX X,X X X X
Satuan persepuluhan
Puluhan perseratusan
Ratusan perseribuan
12
Bilangan desimal dipelajari setelah siswa memahami konsep pecahan dengan menggunakan
pendekatan berikut:
𝟏 𝟏 𝟏
= 0,1 = 0,01 = 0,001
𝟏𝟎 𝟏𝟎𝟎 𝟏𝟎𝟎𝟎
8. BILANGAN GANJIL
Definisi:
Bilangan ganjil adalah bilangan yang tidak habis dibagi 2.
Pembelajaran:
Kegiatan membagi bilangan dengan 2 dapat di modelkan dengan menyusun sejumlah benda
dalam bentuk dua baris. Misalnya hendak ditentukan apakah 7 termasuk bilangan ganjil.
Ambillah 7 bola dan minta siswa menyusun bola dalam bentuk dua baris.
Hasil susunan adalah terdapat 1 bola yang yang tersisa. Artinya, 7 tidak habis dibagi dua,
sehingga 7 dinyatakan sebagai bilangan ganjil.
9. BILANGAN GENAP
Definisi:
Bilangan genap adalah bilangan yang habis dibagi 2
Pembelajaran:
Siswa diminta menyusun benda menjadi dua baris. Misalnya untuk menentukan apakah 10
termasuk bilangan genap? Diberikan 10 buah daun kepada siswa. Kemudian siswa diminta
menyusun daun tersebut menjadi 2 barisan
13
Definisi:
Bilangan kuadrat adalah bilangan yang merupakan hasil dari perkalian bilagan tertentu
dengan dirinya.
Pembelajaran:
Anak membuat pola bilangan seperti di atas, kemudian mintalah anak untuk
menghitung banyak kotak kecil dalam setiap persegi.
Definisi:
Bilangan prima adalah bilangan yang mempunyai tepat 2 buah faktor, sedangkan bilangan
komposit mempunyai lebih dari dua faktor.
Pembelajaran:
Dengan menggunakan kepingan anak diminta untuk menyusun kepingan tersebut dalam
formasi baris dan kolom.
14
Dengan menggunakan kepingan anak diminta untuk menyusun kepingan tersebut dalam
formasi baris dan kolom. Tampak pada tabel di atas, jika hanya dapat menyusun kepingan
dalam dua cara maka bilangannya disebut bilangan prima. Tetapi jika dapat membentuk
menyusun lebih dari dua cara maka bilangannnya disebut bilangan komposit
15
Pembelajaran:
Konsep bilangan cacah diajarkan dengan pendekatan berikut:
Contoh lainnya,
13. DEBIT
14. DIAGONAL
Pembelajaran:
Pembelajaran tentang diagonal dilakukan dengan percobaan. Siswa diberikan guntingan
kertas berbentuk persegi. Kemudian mintalah anak untuk melipat persegi melalui titik sudut
persegi. Dengan percobaan ini anak akan paham bahwa melipat melalui dua titik yang
segaris tidak dapat dilakukan , melainkan hanya dapat dilakukan melalui dua titik yang
tidak segaris.
Pembelajaran:
Kegiatan pembelajaran adalah dengan menyusun sejumlah buah-buahan menurut jenisnya
seperti dibawah ini.
17
Pembelajaran:
Dengan menggunakan data pada grafik batang di atas dapat dibuat diagram garis seperti
berikut:
Pembelajaran:
Dengan menggunakan kartu gambar hewan laut pada diagram batang dibuat sebuah
lingkaran besar. Data yang sama tetap dalam kelompoknya. Kemudian dibuat garis yang
menghubungkan titik pusat dengan perbatasan data yang berbeda sehingga terbentuk juring-
juring. Tampak pada gambar di bawah, terdapat 5 buah juring dan besar juring tergantung
kepada banyak data.
Besar juring tergantung kepada sudut juring. Sudut juring dapat ditentukan dengan
cara berikut:
! !"#$!!"#$ !
× 360! = × 360! = 72!
! !"#" !"
𝑛 𝐾𝑢𝑟𝑎 − 𝑘𝑢𝑟𝑎 4
× 100 % = × 100% = 20%
𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎 20
Definisi:
Faktor adalah bilangan yang dapat membagi habis (tanpa sisa) suatu bilangan
Pembelajaran:
Contoh: Tentukan faktor 12.
1 2 3 4 6 12
12
12 6 4 3 2 12 Faktor dari 12 = 1, 2, 3, 4, 6, 12
Definisi:
Faktor Prima adalah bilangan prima yang dapat membagi habis (tanpa sisa) suatu bilangan.
Pembelajaran:
Faktor dari 60 adalah:
1 2 3 4 5 6 10 12 15 20 30 60
60
60 30 20 15 12 10 6 5 4 3 2 1
Pembelajaran:
Faktor prima dapat ditentukan dengan menggunakan pohon faktor.
20
Pembelajaran:
FPB dibelajarkan dengan memberikan masalah berikut kepada siswa:
Guru mempunyai 24 jeruk dan 16 buah kue. Jeruk dan kue tersebut akan dimasukkan
kedalam kotak dengan ketentuan jumlah jeruk dan kue pada setiap kotak sama. Berapa
banyak kotak terbanyak yang diperlukan?
24 Jeruk 16 Kue
Jika di masukkan kedalam 4 buah kotak maka banyak jeruk dan kue dalam setiap kotak
adalah
6 jeruk 6 jeruk 6 jeruk 6 jeruk
4 kue 4 kue 4 kue 4 kue
Anak dipancing dengan pertanyaan, apakah hanya 4 kotak? Bagaimana kalau kotaknya
ditambah?
21
1. Mendaftar:
Faktor 24 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24
Faktor 16 = 1, 2, 4, 8, 16
Faktor kedua billangan tersebut dapat kita tulis dalam bentuk diagram berikut:
24 16
2. Faktor prima 24 16
24 = 23 . 3
16 = 24
FPB (24,16) = 23 = 8
Faktor prima 24 dan 16 ditempatkan dalam diagram venn, dan faktor prima yang terletak
pada bagian tengah lingkaran merupakan FPB.
3. Pembagian
Kedua bilangan dibagi dengan bilangan prima. Diawali dengan bilangan prima terkecil
seperti berikut:
22
FPB (24,16) = 2 x 2 x 2 = 23 = 8
Pembelajaran:
Siswa diminta membawa kotak, kemudian digunting pada bagian rusuknya, tetapi
diupayakan agar tidak ada bagian yang terlepas. Berikut adalah jaring-jaring kubus, balok,
prisma segitiga, dll
23. KECEPATAN
𝑿
𝒗 =
𝒕
Keterangan: v = kecepatan
x = jarak
t = waktu
Contoh:
Bapak tiba di Jakarta setelah mengendarai mobil dari Bandung selama 3 jam. Jika
jarak Jakarta – Bandung adalah 210 km, berapa kecepatan mobil bapak? Jawab:
𝒙 𝟐𝟏𝟎
𝒗 = = = 𝟕𝟎
𝒕 𝟑
24. KELILING
Untuk menghitung keliling bidang dilakukan dengan cara menjumlahkan semua sisi bidang
Contoh:
Kelilingnya adalah 4 cm + 6 cm + 2 cm + 7 cm = 19 cm
Rumus keliling untuk bidang datar, disajikan pada tabel berikut:
k = 2 (p + l) k=s+s+s k=4a k = 2 (a + b) k = 4a
k = 2a + b + c k = 2 (a + b) k = 𝜋𝑑
Pembelajaran:
Masalah sehari-hari yang relevan dengan KPK adalah:
1. Mendaftar:
KPK (4,5) = 20
2. Faktor prima
4 = 22
5=5
KPK (4,5) = 22 x 5 = 20
26. LUAS
Seperti tanpak pada gambar di atas, meja A memerlukan 10 buah kertas origami, maka
dapat dikatakan bahwa luas meja A adalah 10 satuan.
Kegiatan dilanjutkan dengan menghitung luas bidang pada kertas berpetak. Siswa
menghitung kotak yang terdapat dalam bidang untuk menentukan luas bidang tersebut.
26
Selanjutnya adalah menentukan rumus luas bidang. Rumus dasar yang digunakan
adalah rmus luas persegi panjang, karena melalui luas persegi panjang dapat dikembangkan
rumus luas bidang datar lainnya. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan kertas
dan gunting.
A 1 2 2
B 3 2 6
C 4 3 12
Dengan mengamati kolom ke-2, ke-3 dan ke-4, anak diarahkan untuk sampai kepada
kesimpulan bahwa:
27
Lpersegi panjang = 𝑝 ×𝑙
Selanjutnya, rumus luas bidang lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan kertas yang
digunting atau digandakan kemudian disusun kembali sehingga berbentuk persegipanjang.
Berikut adalah uraiannya.
Luas Segitiga
Untuk menentukan rumus luas segitiga, dibuat segitiga lain yang persis sama sehingga
terdapat dua segitiga yang kongruen. Kemudian disusun berbentuk persegi panjang.
Sehingga diperoleh:
= 𝑎 ×𝑡
! ×!
Luas segitiga =
!
Luas jajargenjang
Persegi panjang dipotong pada salah satu titik sudut dan tegak lurus alas, kemudian
disusun kembali sehingga berbentuk persegi panjang.
= 𝑎× 𝑡
28
Luas Trapesium
Layang-layang
Layang-layang tersebut dipotong menurut sumbu mayor dan disusun kembali berbentuk
persegi panjang.
Sehingga, Llayang-layang = 𝑝 ×𝑙
29
= 𝑑! × 𝑑!
Lingkaran
= 𝜋×𝑟 ×𝑟 = 𝜋 𝑟!
Jari-jari
½ Keliling Lingkaran
Pembelajaran:
Penghitungan luas permukaan sebaiknya di jelaskan dengan mengamati langsung bendanya.
Misalnya luas permukaan balok, siswa pertama kali melakukan pengamatan terhadap balok.
30
Kubus tersebut jika di buka akan tanpak seperti gambar di bagian kanan. Tampak 3
pasang bidang sama besar, yaitu:
Khusus untuk luas permukaan bola dapat dijelaskan dengan bantuan jeruk yang
berukuran sedang. Jeruk dibelah pada penampang terbesarnya, dan buatlah lingkaran
dengan menggunakan penampang jeruk. Caranya adalah dengan meletakkan jeruk pada
posisi terbalik dan letakkan alat tulis pada bagian kulit jeruk. Gerakkan alat tulis di
sepanjang penampang jeruk. Buatlah 5 lingkaran. Tantanglah siswa dengan pertanyaan: jika
kulit jeruk di lepas kecil-kecil dan disusun dalam lingkaran, berapa πbuah lingkaran yang
akan terisi penuh dengan kulit jeruk?
Definisi:
Kegiatan menghitung dikatakan maju jika mencacah bilangan mulai dari bilangan terkecil
sampai bilangan terbesar, seperti: satu, dua, tiga, dst
Pembelajaran:
Kegiatan belajar dilakukan dengan meminta siswa melangkah maju kedepan di atas ubin
yang sudah diberi nomor mulai dari 1, 2, 3, 4, 5, … sambil diikuti dengan mebaca bilangan
secara lisan.
Definisi:
Mencacah bilangan mulai dari bilangan terbesar sampai bilangan terkecil. Seperti
menghitung mundur dari lima yaitu: lima, empat, tiga, dua, satu.
Pembelajaran:
Menghitung mundur merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan bilangan nol. Anak
melakukan menghitung mundur apabila anak benar-benar sudah menguasai menghitung
maju. Kegiatan belajar dilakukan dengan meminta 5 orang siswa berdiri dan kelima anak
tersebut duduk satu persatu. Mulai pada kondisi semua anak masih berdiri, anak lainnya
menyebutkan bilangan “lima”. Ketika seorang anak duduk, anak lainnya menyebutkan
banyak anak yang berdiri yaitu “empat”. Seorang anak lagi duduk, anak menghitung sisa
anak yang berdiri yaitu 3, dst. Ketika semua anak sudah duduk atau tidak ada lagi siswa
yang berdiri, guru langsung memperkenalkan konsep bilangan “nol”. Karena tidak ada lagi
siswa yang tersisa, maka boleh dikatakan siswanya “habis” atau dalam matematika disebut
“nol”.
32
Pembelajaran:
`Atau 13 = 10 + 3
Untuk bilangan yang lebih besar dapat digunakan kubus kecil. Umpama akan ditentukan
nilai tempat 34.
34 = 3 puluhan + 4 satuan
34 = 30 + 4
Untuk mempelajari nilai tempat ratusan dan ribuan dapat digunakan Block Dienes, seperti
contoh berikut:
33
375 = 300 + 70 + 5
Pembelajaran:
Pembagian bilangan bulat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pengelompokkan.
Misalnya 6 : 2, ada berapa banyak kelompok beranggotakan 2 sehingga diperoleh 6.
Ternyata diperlukan 5 kelompok (-2) untuk memperoleh (-10) sehingga, (-10) : (-2) adalah 5.
34
Kita lihat bentuk soal yang lain (-8) : 2. Bentuk soal ini lebih mudah karena dapat
diselesaikan dengan pendekatan berikut: 8 keping negatif di kelompokkan menjadi 2
kelompok. Berapa anggota setiap kelompok?
Pembelajaran:
Pembagian merupakan operasi kebalikan dari perkalian. Mengajarkan dasar pembagian
tidak terlepas dari perkalian. Hal tersebut penting, karena siswa dapat membantu siswa
memahami pembagian. Pembelajaran konsep pembagian hendaknya diawali dengan
menggunakan benda konkret.
Contoh: 6: 2…
Disediakan enam buah permen:
Kepada anak ditanyakan, berapa banyak kelompok yang terbentuk jika setiap kelompok
jumlahnya 2 permen ?
35
Dengan menggunakan permen untuk membentuk kelompok yang jumlahnya 2, anak dapat
mengetahui banwa mereka dapat membuat 3 kelompok, sehingga 6 : 2 = 3.
Pembagian dengan cara tersebut lebih tepat diterapkan pada bilangan pecahan.
6 : 2 diselesaikan dengan cara menentukan berapa banyak anggota jika 6 permen dibagikan
ke dalam 2 kelompok?
Untuk bilangan yang lebih besar seperti 34 : 2, juga diselesaikan dengan prinsip yang sama.
Pertama setiap orang dibagai 1 permen, terpakai 6 permen dan masih sida 18 permen lagi.
Karena sisanya masih banyak, pembagian berikutnya dibagikan 2 permen kepada setiap
orang. Terpakai 12 permen dan masih ada sisa 6 permen. Karena permen tinggal sedikit
mungkin setiap orang hanya dapat 1 permen, sehingga permennya habis. Akibatnya setiap
orang mendapat 4 permen, sehingga 24: 6 = 4.
36
Pembelajaran:
Pembagian pada pecahan seringkali merupakan bagian paling sulit dalam operasi pecahan.
Dalam hal ini diperlukan alat peraga yang beragam pada penjelasan tahap awal sebelum
menjelaskan secara absrak kepada siswa.
Misalnya: 12 : 4 = ….
Terdapat 12 orang anak dan akan dibentuk kelompok beranggotakan 4 orang. Berapakah
banyak kelompok yang dapat dibentuk?
!
Misalnya: 2 : =…
!
!
Dalam gambar di atas tampak bahwa terdapat 8 buah dalam 2, sehingga,
!
!
2: =8
!
38
Ternyata dibutuhkan 8 kali lompatan untuk bergerak sejauh seperempatan dari 2 sampai
di 0. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
! ! ! ! ! ! ! ! !
2– − − − − − − − = 0, maka 2 : =8
! ! ! ! ! ! ! ! !
34. PEMBULATAN
Pembelajaran:
Kemampuan dasar nilai tempat adalah pengelompokkan. Nilai tempat 13 dapat ditentukan
membuat kelompok yang beranggotakan 10. Setiap kelompok yang beranggotakan 10
disebut puluhan. Sedangkan yang tidak mencukupi membuat 10 disebut satuan.
Pembelajaran:
2 +4 = ……Type equation here.
∪
2 + 4 = 6
39
6 + (-2) = …..
∪
Membentuk 0 (nol)
6 + (-2) = 4
(-4) + (-3) =
∪
Dengan mudah diperoleh (-4) + (-3) = (-7)
Pembelajaran:
Penjumlahan di jelaskan dengan pendekatan penggabungan
Contoh 1. 4+3=…
Sehingga 4 + 3 = 7
40
Contoh 2. 36 + 28 = …
Pembelajaran:
Penjumlahan pecahan memerlukan pemikiran yang lebih tinggi dari pada penjumlahan
pada bilangan cacah. Prinsip penjumlahan pada bilangan cacah tidak berbeda dengan
prinsip penjumlahan pada bilangan cacah yaitu menggunakan prinsip penggabungan.
Kesulitan anak dalam penjumlahan pecahan dapat kurangi melalui penggunaan benda
kongret dan gambar.
Berikut ini akan diuraikan penjumlahan pecahan dalam bentuk penjumlahan pecahan yang
mempunyai penyebut sama dan tidak sama.
! !
Contoh : + = .............
! !
!
Kita dapat menggambarkan sebagai satu bagian dari persegi panjang yang dibagi tiga.
!
1 1 1
3 3 3
! ! !
Gabungannya menunjukkan hasil dari + yaitu 2 bagian dari 3 bagian atau .
! ! !
! ! !
Sehingga : + = .
! ! !
42
Kita juga akan mendapatkan hasil yang sama dengan cara berikut:
! ! !!! !
+ = = .
! ! ! !
Dua buah pecahan yang mempunyai penyebut berbeda dapat dijumlahkan jika kedua
penyebutnya disamakan.
! !
Contoh: Hitunglah + =…
! !
!
Gambar dua persegi dan persegi pertama dibagi 2 secara tegak untuk dan persegi kedua
!
!
dibagi 3 secara mendatar untuk menunjukkan .
!
! !
! !
Kemudian persegi pertama dibagi 3 secara mendatar dan persegi kedua dibagi 2 secara tegak
Sekarang kita gabungkan bagian berwarna biru pada persegi kedua ke persegi pertama.
43
!
dan hasil penjumlahannya adalah 5 bagian dari 6 yaitu
!
! ! ! !
Karena = × = dan
! ! ! !
! ! ! !
= × =
! ! ! !
! ! ! ! !
maka, + = + =
! ! ! ! !
Pembelajaran:
Pada operasi pengurangan, juga digunakan prinsip pengambilan. Perhatikan soal berikut:
Dengan mengambil 3 buah kepingan negatif dari 7 buah kepingan negatif diperoleh sisanya
adalah 4 buah kepingan negatif. Sehingga (-7) – (-3) = (-4)
Akan diambil 2 buah kepingan negatif. Hal itu tidak dapat dilakukan karena pada
barisan kepingan di atas tidak mempunyai kepingan negatif. Untuk itu kita ubah bentuk
penyajian 3 dengan cara berikut:
Pada barisan kepingan di atas terdapat keping negatif, sehingga dapat diambil 2 keping
negatif.
Definisi:
Pengurangan adalah pemisahan sebagian benda dari kelompok asal
Pembelajaran:
Pengurangan bilangan cacah dilakukan dengan dua pendekatan berikut:
a. Pengambilan: pengurangan dilakukan untuk menentukan sisa jika sebagian anggota
diambil
Contoh: 8 – 3=
45
b. Pemasangan:
Contoh 7 – 4 : …
Kadangkala pada pengurangan, bilangan yang hendak dikurangkan nilai satuan atau
puluhannya kurang dari bilangan pengurang seperti 85 – 48. Berikut penyelesaiannya
dengan Blok Dienes.
47
Pengurangan bilangan yang mempunyai angka nol sering menyulitkan siswa. Seperti 405 –
137, siswa harus melakukan penukaran sebanyak dua kali. Pertama untuk puluhan dan
untuk satuan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi berikut:
400 + 5
300 + 100 + 5
300 + 90 + 15
Diambil
yang
Sisanya adalah berwarna
merah
200 + 60 + 8 = 268
= 200 + 60 + 8
= 268
48
Pembelajaran:
Pengurangan pada bilangan pecahan pada dasarnya tidak berbeda dengan pengurangan
pada bilangan cacah yaitu dijelaskan dengan menggunakan pendekatan pengambilan dan
pemisahan.
!
Kita dapat menggambarkan sebagai tiga bagian dari persegi panjang yang dibagi empat,
!
!
Tiga bagian menunjukkan
!
! !
- berarti satu bagian diambil dari tiga bagian
! !
diambil
! ! !
Jadi, - =
! ! !
Setelah pengerjaan dengan gambar kita dapat melakukan pengerjaan secara aljabar seperti
berikut;
! ! !!! !
- = =
! ! ! !
49
2. Pengurangan dua Bilangan Pecahan Biasa yang Mempunyai Penyebut Tidak Sama
Dua buah pecahan yang mempunyai penyebut berbeda dapat dikurangkan jika
kedua penyebutnya sama.
! !
Contoh: Hitunglah - =
! !
! !
Pertama diubah dulu dalam bentuk perenaman yaitu , sehingga
! !
! ! ! ! !
Jawabnya, - = − =
! ! ! ! !
Pembelajaran:
Operasi perkalian bilangan bulat mengacu kepada penjumlahan berulang. Bilangan pertama
menunjukkan berapa banyak kelompok dan bilangan kedua menunjukkan berapa banyak
anggota pada setiap kelompok.
50
Contoh 1: 3 × (-4) = …
Kita akan mengmbil 2 kelompok yang beranggotakan (-3). Jadi perlu menunjukkan nol
dengan 6 buah kepingan negatif dan 6 keping positif.
Perkalian dengan bilangan pertama adalah bilangan negatif seperti 3 x (-4) diartikan berapa
kali penambahan terhadap nol. Sedangkan perkalian dengan bilangan pertama bilangan
negatif seperti (-2) × (-3), yang terjadi adalah sebaliknya yaitu berapa kali pengambilan dari
nol.
51
Definisi:
Perkalian adalah pengulangan sejumlah benda
Pembelajaran:
Langkah awal untuk memperkenalkan perkalian adalah membentuk pengertian dan
pemahaman tentang operasi perkalian. Pada kehidupan sehari-hari banyak terjadi kegiatan
yang berulang seperti kita makan tiga kali sehari, mandi dua kali sehari. Kegiatan tersebut
analog dengan memasukkan 2 ayam mainan dari kotak, kemudian mengambil 2 mainan
lagi, lalu mengambil 2 mainan lagi. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut;
Dari contoh diatas, terdapat 3 buah kotak yang masing-masingnya berisi 2 ayam mainan
atau dalam bahasa matematika dikatakan terdapat 3 kelompok yang mempunyai 2 anggota.
Dalam notasi matematika ditulis 3 x 2 = 6. Pendekatan pada penjelasan perkalian tersebut
menggunakan pendekatan kelompok.
Pendekatan lain dapat digunakan adalah menggunakan model sebaran, yaitu objek disusun
dalam baris dan kolom.
Contoh: 5x3 =
52
Siswa mengamati gambar tersebut dari kiri ke kanan dan dari atas kebawah. Terdapat 5
baris sepatu dan setiap barisnya terdapat 3 sepatu, sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk
perkalian 5 x 3 dan banyak sepatu semuanya adalah 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15.
Perkalian untuk bilangan yang terdiri dari 2 digit atau lebih tetap menggunakan
pendekatan pengulangan penjumlahan. Seperti perkalian 3 x 16, dapat digambarkan dengan
beberapa cara, seperti berikut:
3 X 16 = (3 X 10) + (3 X 6)
= 30 + 18
= 48
16 16
3 x 3x
18 48
30 +
48
53
Perkalian bilangan dengan satu angka lebih mudah dipahami oleh anak. Sedangkan
perkalian dengan bilangan 2 angka agak sulit bagi anak. Secara visual kita dapat gambarkan
32 x 24, berikut seperti berikut:
Pembelajaran:
Perkalian pada pecahan dapat dikerjakan dengan cara penjumlahan berulang.
!
Contoh 1. 3 x = .....
!
!
Kita dapat gambarkan dengan persegi berikut, dinyatakan dengan derah berwarna merah.
!
!
3x =…
!
! ! ! ! !
Dari gambar diperoleh bahwa 3 x = + + =
! ! ! ! !
! !
Jadi: 3 x =
! !
! !
Contoh 2. × = ….
! !
Untuk menyelesaikan perkalian ini kita memerlukan plastik persegi yang kita gambar seperti
berikut:
Kedua plastik itu kita letakkan berimpit, sehingga kita dapatkan gambar seperti berikut:
Karena berimpit akan terlihat daerah yang diarsir dua kali. Daerah
itu merupakan hasil perkalian dan besarnya adalah 2 bagian dari 12
!
yaitu .
!"
55
Definisi:
Barisan bilangan yang mempunyai aturan tertentu
Contoh: 1, 3, 5, 7, 9,…
1, 4, 7, 10, 13, …
Pembelajaran:
Konsep pola diperkenalkan dengan mengawalinya dengan pola gambar seperti
berikut:
Pada gambar pertama terdapat 1 kotak, gambar kedua 3 kotak, ketiga 6 kotak dan
seterusnya. Dalam hal ini anak menghubungkan gambar dengan bilangan dibawahnya,
sehingga terdapat hubungan antara bentuk visual dengan bilangan. Anak dapat dilatihkan
dengan pola berikut:
Mintalah anak untuk melanjutkan gambar, kemudian lanjutkan dengan menghitung banyak
titik pada setiap gambar.
56
Terakhir, anak berlatih untuk membuat pola bilangan tanpa gambar, seperti:
Dengan memperhatikan selisih tiap bilangan diketahui bahwa bilangan tersebut mempunyai
aturan selisih dua bilangan adalah 3. Mintalah anak menentukan 3 buah bilangan
berikutnya.
Pembelajaran:
Pemblajaran mata uang akan lebih bermakna jika siwa belajar dalam bentuk bermain peran
dan menggunakan uang tiruan. Pertama kali dengan memperkenalkan siswa dengan
berbagai bentuk mata uang .
Atau siswa diminta membelanjakan uangnya untuk membeli berbagai alat tulis dengan
sejumlah uang. Umpama pada koperasi sekolah dijual alat tulis dengan harga berikut:
46. MEDIAN
Definisi: Data yang terletak di tengah pada sekumpulan data yang telah diurutkan.
Pembelajaran:
Karena jumlah data 13 maka data yang terletak di tengah adalah data ke 7 yaitu hiu.
47. MODUS
Contoh:
48. PANJANG
Setelah itu dilanjutkan dengan mengukur menggunakan alat ukur baku seperti penggaris,
meteran kain atau meteran rol.
49. PENGUBINAN
Definisi:
Menyusun beberapa bidang datar dengan rapat tanpa terdapat bidang yang tumpang tindih
atau terdapat ruang kosong diantaranya. Bidang yang disusun dapat terdiri dari satu macam
atau lebih.
60
Contoh:
Pembelajaran:
Anak menggunakan sejumlah segitiga kemudian mereka diberi kesempatan
menyusunnya dengan rapat tanpa ada ruang kosong. Susunya terjadi adalah seperti berikut:
50. PI
C
A B
a. Lingkarkan tali mengelilingi lingkaran tersebut dan ukurlah panjangan tali. Lakukan
hal yang sama pada lingkaran lainnya.
b. Ukurlah diameter setiap lingkaran.
c. Bandingkan panjang keliling lingkaran dengan panjang diameter dan catatlah
hasilnya pada tabel berikut:
61
2 B
3 C
Pada kolom terakhir akan diperoleh bilangan yang mendekati 3, 14 yang kemudian disebut
!!
dengan bilangan 𝜋 (dibaca: pi). Kadang untuk besaran π digunakan karena merupakan
!
Definisi: Prisma adalah bangun ruang yang memiliki minimal dua bidang yang sejajar.
Pembelajaran:
52. RATA-RATA
rerata = x1 + x2 + x3 + x4 + … + xn
n
Keterangan: x = data
xn = data ke-n
n = banyak data
Pembelajaran:
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memindahkan gambar dari kelompok yang
lebih banyak kepada kelompok yang lebih sedikit.
53. SKALA
Definisi: Skala adalah perbandingan antara jarak pada gambar dan jarak sebenarnya.
Pembelajaran:
Pembelajaran tentang skala diawali dengan menentukan jarak pada denah rumah
atau denah sekolah dengan jarak sesungguhnya.
Contoh:
Misalkan, jarak ruang kantor dengan kelas pada denah adalah 5 cm, dan jarak
sesungguhnya 30 m, Berapa skala denah kelas tersebut?
! !" ! !" !
Skala: = =
!" ! !""" !" !""
Jarak antara kota A dan kota B pada peta adalah 6 cm dan skala yang dipakai adalah 1 :
450.000. Berapa jarak sebenarnya?
Jawab:
6 1
=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 450.000
= 2.700.000 cm
= 2,7 km
Pembelajaran:
Sifat asosiatif (pengelompokkan) merupakan salah satu sifat operasi bilangan dalam
matematika. Dengan menerapkan sifat asosiatif, kita dapat mengubah urutan pengerjaan
penjumlahan bilangan tanpa mengubah hasil. Sifat asosiatif dapat diilustrasikan seperti
berikut:
Buktikan: (3 + 4) + 2 = 3 + (4 + 2)
Untuk membuktikan diperlukan sedotan dengan panjang 2 cm, 3cm dan 4 cm. Sedotan
tersebut disusun seperti berikut:
Hasil akhir dari kedua penjumlahan di atas adalah 9. Artinya pengelompokkan pada operasi
penjumlahan tidak mengubah hasil.
Pembelajaran:
Sifat asosiatif pada perkalian dapat diilustrasikan dengan menggunakan kubus yang disusun
menjadi balok berukuran 3 x 4 x 2 sebagai berikut:
65
Pada gambar sebelah kiri tampak dua buah balok berukuran 3×4 secara matematis dapat
ditulis 2 × (3 × 4). Sedangkan pada gambar sebelah kanan tampak 4 buah balok berukuran
2 × 3 dan secara matematis di tulis 4 × (2 × 3).
2 × 3 × 4 = 4 × (2 ×3) atau
2 × 3 × 4 = 2 × 3 × 4 (sifat komutatif)
Pembelajaran:
6 12 8
6 12 8
5 8 5
5 9 6
Sifat bangun ruang dipelajari dengan melakukan pengamatan langsung kepada bangun
ruang tersebut. Dari hasil pengamatan dapat diketahui banyak bidang batas, rusuk dan titik
sudut, Misalnya seperti berikut:
66
Pembelajaran:
Untuk mengetahui sifar bidang datar siswa dilibatkan secara aktif. Siswa mengamati
setiap bidang datar dan mengelompokkan bidang dengan berbagai kriteria.
Segi n beraturan
Pembelajaran:
Sifat distributif pada pengurangan dapat dilustrasikan sebagai berikut:
Pak Sani akan mencat dinding berukuran 2m x 9m, tetapi karena hari sudah sore dia baru
selesai mengecat dinding berukuran 2m x 6m. Berapa luas dinding yang akan dicat keesokan
harinya?
Masalah tersebut dapat digambarkan sbb, dinding yang harus dicat Pak Sani adalah Adan B,
daerah A sudah selesai dicat sedangkan daerah B belum selesai.
69
𝑝 × 𝑙 = 2 × 9 − (2 × 6)
2 × 9 − 6 = 2 × 9 − (2 × 6)
Pembelajaran:
Sifat asosiatif dapat dijelaskan dengan cara berikut:
Contoh: 2 x (4 + 3) = …
2 x (4 + 3) = (2 x4) + (2 x 3)
= 8 +6
= 14
Pembelajaran:
Berikut sifat komutatif (pertukaran) akan dijelaskan dengan menggunakan alat peraga
persegi.
70
3 + 4 = …. 4 + 3 = ….
Pembelajaran:
8 mainan mobil dapat disusun seperti berikut:
4 baris dan 2
kolom atau 4 x 2
2 baris dan 4 kolom atau 2 x 4
Definisi:
Bidang yang mempunyai suatu garis, maka objek yang berhadapan sama bentuknya dan
jaraknya.
Pembelajaran:
Pada kehidupannya simetri lipat terdapat pada kupu-kupu. Badan kupu-
kupu merupkan sumbunya. Warna dan motif sayap pada tempat yang
berlawan sama.
71
Teknik untuk memperkenalkan simetri lipat kepada anak adalah dengan menggunakan
kertas origami. Anak diminta melipat kertas origami berbentuk persegi sehingga sisi –sisi
persegi saling berhimpit. Bukalah kembali lipatan kertas, didapat garis lipatan kertas yang
disebut dengan garis sumbu.
Mintalah anak untuk meghitung garis lipatan yang terdapat pada sebuah persegi. Lakukan
hal yang sama pada persegi panjang, segitiga dan lain-lain. Untuk latihan anak
dimintamembuat garis sumbu gambar-gambar berikut:
Definisi:
Menunjukkan banyak cara sebuah bidang kembali menyerupai bentuk asal melalui
perputaran (rotasi)
Pembelajaran:
Untuk menentukan simetri putar segitiga diperlukan sebuah segitiga terbuat dari
kertas. Kemudian siswa menjiplak segitiga tersebut pada selembar kertas. Putarlah segitiga
72
tersebut tepat diatas gambarnya. Jika dilakukan satu putaran penuh, berapa kali segitiga
tersebut menutup gambar segitiga?
64. SUDUT
a
b
c
Contoh:
Definisi: sudut yang dibentuk oleh dua sisi yang berpotongan pada sebuah bidang.
Pembelajaran:
Siswa diberikan berbagai bentuk bidang, minta siswa untuk menyebutkan sudut dalam
bidang tersebut. Besar sudut dalam diukur dengan menggunakan busur derajat. Misalnya
untuk segitiga berikut:
Jumlah sudut dalam semua segitiga adalah 180o. Hal ini dapat dibuktikan dengan kegiatan
melipat. Caranya, buatlah potongan segitiga dari kertas dan lipatlah segitiga tersebut dengan
langkah berikut:
Pada akhir lipatan tampak bahwa ∠ 1, ∠2 dan ∠ 3 membentuk sudut lurus atau 180o.
Pembelajaran:
Sudut komplemen disebut juga sudut penyiku. ∠A disebut sudut komplemen dari ∠ B, jika
∠ 𝐴 + ∠ 𝐵 = 90o. Sebaliknya sudut B dapat juga disebut sebagai sudut komplemen dari
sudut A.
Pembelajaran:
Siswa diberikan beberapa contoh sudut tumpul dengan ukuran berbeda, kemudian
siswa diminta mengukur sudut tersebut dengan busur derajat.
75
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan siswa mencari sudut lancip yang terdapat di
lingkungan sekitar seperti di sekolah atau di rumah. Terkahir siswa diminta menggambar
beberapa buah sudut lancip.
Sudut luar ditentukan dengan membuat garis bantu dengan memperpanjang salah satu sisi.
Seperti segitiga di atas, garis DG adalah perpanjangan dari garis DE. Sehingga, ∠ DEG
adalah 180o (karena membentuk garis lurus).Maka besar sudut luar atau ∠FEG = 180o - ∠
DEG
Jawab:
∠ DEF = 108o
Besar sudur dalam = 180o – 108o = 72o
Jumlah sudut dalam = 5 x 72o = 360o
76
∠ POQ = 180o
Contoh:
Pembelajaran:
Sebuah sudut siku-siku diketahui setelah dilakukan pengukuran dengan busur
derajat atau dengan menggunakan alat bantu yang dapat dibuat dari lipatan kertas
Pembelajaran:
Sudut suplemen disebut juga sudut pelurus. ∠ A disebut sudut suplemen dari ∠B
jika ∠𝐴 + ∠ 𝐵 = 180o. Sebaliknya ∠ B juga merupakan sudut suplemen dari A.
Contoh:
45o
∠ EDF = 45o
Sudut suplemen EDF = ∠CDF
= 180o – 45o = 135o
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan siswa mencari sudut tumpul yang terdapat di
lingkungan sekitar seperti di sekolah atau di rumah. Terkahir siswa diminta menggambar
beberapa buah sudut tumpul.
73. SUHU
Pembelajaran:
Pengukuran suhu dilakukan dengan termometer. Ada tiga macam termometer, yaitu
Celcius, Fachrenheit dan Reamor
Definisi:
Taksiran rendah adalah operasi hitung antara bilangan yang telah dibulatkan ke nilai tempat
sebelumnya.
Pembelajaran:
Tentukan hasil dari operasi hitung 468 – 220
79
Jawab:
Karena taksiran rendah, maka setiap bilangan dibulatkan ke ratusan.
468 dibulatkan menjadi 400
220 dibulatkan menjadi 200
Jadi, taksiran rendah 400 – 200 = 200
Definisi:
Taksiran tinggi adalah operasi hitung antara bilangan yang telah dibulatkan ke nilai tempat
berikutnya.
Pembelajaran:
Tentukan hasil dari operasi hitung 26 + 32.
Jawab:
77. VOLUME
Definisi: Membandingkan isi suatu bangun ruang dengan satu satuan volume
Pembelajaran:
Dalam pembelajaran volume, diperlukan kubus satuan dan bangun ruang yang akan
dihitung volumenya, seperti kubus. Caranya siswa diminta memasukkan kubus satuan ke
dalam balok.
Dengan bertanya seperti demikian, anak digiring untuk menjawab bahwa: ada 8 kubus pada
lapisan bawah dan semuanya ada 4 lapisan kubus. Maka volume atau banyak kubus satuan
semuanya adalah:
Volume = 4 x 8 = 32
Maka V balok = 𝐴 × 𝑡
Dengan menggunakan rumus dasar tersebut (V = A ×t) dapat diturunkan untuk prisma
lainnya,seperti prisma segitiga dan silinder, seperti tampak pada gambar berikut:
81
𝑉 = 𝐴 ×𝑡
𝑉 = 𝐴 ×𝑡 𝑉 = 𝝅 ×𝒓𝟐 × t
! × !!
𝑉= × 𝑡! Keterangan:
!
t2 = tinggi limas
Dari percobaan tersebut dapat diturunkan rumus volume kerucut seperti berikut:
Vkerucut : Vsilinder = 1 : 3
!
V kerucut = Vsilinder
!
! ×!
=
!
!
= ! 𝝅𝒓𝟐 𝑡
! ×!
Dengan diketahuinya rumus volume kerucut yaitu . Maka rumus tersebut berlaku
!
untuk semua bangun yang berbentuk limas termasuk piramid (limas segiempat).
82
78. WAKTU
Pembelajaran:
Pembelajaran tentang waktu diawali dengan membahas tentang siang, malam dan
kemaren, besok dan lain lain. Selain itu dapat juga dibelajarkan dengan menanyakan ulang
tahun siswa karena akan terkait dengan bulan dan tahun. Sistematika pembelajaran waktu
adalah diawali dari tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit dan detik.
Pembelajaran jam, menit dan detik lebih rumit dibandingkan dengan pembelajaran
tahun, bulan dan minggu. Sebelumnya siswa diperkenalkan dengan dua macam bentuk jam
yaitu jam analog dan jam digital.
Pembelajaran jam dilakukan dengan kegiatan berikut: buat 12 buah kartu bilangan
bertuliskan angka 1 – 12. Kemudian sambungkan potongan kertas itu dan tuliskan sebuah
bilangan pada setiap kartu mulai dari 1-12. Akhirnya didapat jam analog berbentuk garis
bilangan dari 1 sampai 12. Dari kertas berwarna lain buatlah penunjuk berbentuk panah.
Letakkan panah menunjuk salah satu bilangan. Mintalah anak membaca bilangan yang
ditunjuk oleh panah.
83
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Setelah anak berhasil membaca jam analog bentuk panjang, ubahlah bentuk susunan kartu
bilangan itu menjadi lingkaran. Pangkal panah diletakkan pada pusat lingkaran dan
fungsinya tetap yaitu sebagai penunjuk angka. Lanjutkan kegiatan membaca jam dengan
menggunakan jam analok bentuk lingkaran
Untuk melatih anak membaca menitan, diperlukan 12 kartu, kemudian kartu itu bertuliskan
angkan 5, 10, 15, …, 60. Kartu tersebut disusun berbentuk lingkaran anak dapat berlatih
untuk membaca menitan.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
84
Pelajaran terakhir untuk membaca jam adalah anak membaca jam yang mengandung
menitan. Untuk ini 2 set kartu bilangan yang telah dibuat disusun seperti berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Bahr , D. L., Lisa Ann de Garcia. (2010) Elementary Mathematics Is Anything but Elementary:
Content and Methods from a Developmental Perspective . Australia: Wadsworth,
Cengage Learning
Bennett,A. B., Laurie J. Burton, L. Ted. (2012) Mathematics For Elementary Teachers : A
Conceptual Approach — 9th ed. New York: McGraw-Hill
Kajander, A. 2007. Big Ideas For Growing Mathematicians : Exploring Elementary Math With 20
Ready-To-Go Activities. Chicago: Zephyr Press
Kennedy, L.M., Steve Tipps, Art Johnson. (2008). Guiding Children’s Learning of
Mathematics, 11ed. Australia: Thomson Wadsworth
Koshy, Valsa and Jean Murray. 2011. Unlocking Mathematics Teaching-2nd Ed. Canada:
Routledge
Musser, G.L. William F. Burger. (2011). Mathematics for Elementary Teachers: a Contemporary
Aproach- 11th Ed. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Reys, J.R. et al. (2009). Helping Children Learn Mathematics-9th Ed. USA: John Wiley & Sons.
Van de Walle, J.A. (2013).Elementary and Middle School Mathematics (5th ed). New York:
Longman
Watson, G. 2003. Ready-To-Use Activities That Make Math Fun!. San Fransisco: Jossey-Bass
86
RIWAYAT HIDUP
Yurniwati, lahir pada tahun 1966 di kota kecil yang terletak diantara G. Singgalang
dan G. Merapi yaitu kota Bukittinggi, Sumatera barat. Sebagai anak ke 8 dari 12 orang
bersaudara dari pasangan suami-istri H. Mukhtar Suleman dan Nuraini.
Menghabiskan masa SD, SMP dan SMA di Bukittinggi dan kemudian merantau ke
Jakarta pada tahun 1982 untuk melanjutkan studi di IKIP Jakarta. Pada tahun 1989 meraih
gelar Sarjana Pendidikan untuk Pendidikan Matematika dan tahun 1998 meraih gelar
Magister Pendidikan untuk Pendidikan Kelas Awal SD di PPS IKIP Jakarta. Tahun 2009
berhasil meraih gelar Doktor Pendidikan untuk Pendidikan Matematika di UPI Bandung.
Pada tahun 1999 menikah dengan Rudy Cahyo Yuniarto, pemuda asal Jember,
Jawa Timur dan dikaruniai sepasang putra-putri yaitu Ali Farhan dan Farah Nuraini.
Kariernya diawali dengan mengajar matematika di SMP Wiradharma, Kali Malang,
Jakarta Timur pada tahun 1988. Dua tahun kemudian mengajar di SMA Yappenda,
Tanjung Priok, Jakarta Utara. Semenjak tahun 1993 diangkat menjadi PNS dan mengajar
rumpun bidang studi Pendidikan Matematika di PGSD-FIP UNJ Jakarta. Semenjak tahun
2010 mengajar di Pascasarjana jurusan Pendidikan Dasar di UNJ Jakarta.