Anda di halaman 1dari 87

EDISI PERTAMA

ENIKLOPEDI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

Disusun oleh:
Dr. Yurniwati, M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


2016
Tidak untuk diperjualbelikan dan dipakai di lingkungan sendiri
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanawataala, karena hanya atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan buku “Ensiklopedi Pembelajaran Matematika
untuk Siswa Sekolah Dasar”.
Buku ini disusun sebagai wujud kepedulian atas rendahnya prestasi belajar
matematika siswa sekolah dasar dan keterbatasan pengetahuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran matematika. Mengingat buku penunjang pembelajaran matematika yang
masih relatif sedikit, buku ini akan memberi kontribusi dan menambah khasanah
keilmuwan di negara kita. Dengan adanya buku ini, pembelajaran matematika di sekolah
dasar akan bergeser dari pelajaran yang menakutkan menjadi pembelajaran yang
menyenangkan. Dari pembelajaran siswa pasif menjadi aktif, dari bersifat abstrak menjadi
konkret.
Buku ini mencakup 4 cabang matematika yaitu: a) Aritmetika; b) Geometri;
c) Pengukuran; dan 4) Statistika. Semua topik disajikan secara urut menurut alphabet. Pada
setiap topik disajikan definisi dan pembelajaran dilengkapi dengan ilustrasi gambar untuk
membantu pemahaman.
Buku Ensiklopedi Pembelajaran Matematika untuk Siswa Sekolah Dasar dapat
dimanfaatkan oleh guru dan mahasiswa calon guru sebagai sumber bacaan untuk
menambah wawasan. Selain itu dapat juga digunakan oleh orang tua ketika membantu
siswa belajar di rumah.
Selanjutnya kami menyadari bahwa buku ini masih perlu penyempurnaan. Oleh
sebab itu silakan bapak/ibu mengirimkan saran ke alamat email yurniwati@unj.ac.id.
Saran dari pembaca kami pergunakan untuk perbaikan pada edisi berikutnya.
Akhirnya, harapan kami semoga buku ini berkenan di hati pembaca.

Jakarta, November 2015

Penulis
2

DAFTAR ISI

1. Bangun Ruang 4
2. Bilangan 5
3. Berat 6
4. Bidang Datar 8
5. Bilangan Bulat 10
6. Bilangan Cacah 11
7. Bilangan Desimal 11
8. Bilangan Ganjil 12
9. Bilangan Genap 12
10. Bilangan Kuadrat 13
11. Bilangan Prima dan Komposit 14
12. Bilangan Pecahan 15
13. Debit 15
14. Diagonal 16
15. Diagram Batang 16
16. Diagram Garis 17
17. Diagram Lingkaran 18
18. Faktor Bilangan 19
19. Faktor Prima 19
20. Faktorisasi Prima 19
21. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) 20
22. Jaring-jaring Bangun Ruang 22
23. Kecepatan 23
24. Keliling 23
25. Keliling Persekutuan Terkecil 24
26. Luas 25
27. Luas Permukaan 29
28. Menghitung Maju 31
29. Menghitung Mundur 31
30. Nilai Tempat 32
31. Pembagian Bilangan Bulat 33
32. Pembagian Bilangan Cacah 34
33. Pembagian Bilangan Pecahan 37
34. Pembulatan 38
35. Penjumlahan Bilangan Bulat 38
36. Penjumlahan Bilangan Cacah 39
37. Penjumlahan Bilangan Pecahan 41
3

38. Pengurangan Bilangan Bulat 43


39. Pengurangan Bilangan Cacah 44
40. Pengurangan Bilangan Pecahan 48
41. Perkalian Bilangan Bulat 49
42. Perkalian Bilangan Cacah 51
43. Perkalian Bilangan Pecahan 54
44. Pola Bilangan 55
45. Mata Uang 56
46. Median 57
47. Modus 58
48. Panjang 59
49. Pengubinan 59
50. Pi 60
51. Prisma dan Lima 61
52. Rata-rata 62
53. Skala 63
54. Sifat Asosiatif pada Penjumlahan 64
55. Sifat Asosiatif pada Perkalian 64
56. Sifat Bangun Ruang 65
57. Sifat Bidang Datar 66
58. Sifat Distributif pada pengurangan 68
59. Sifat Distributif pada penjumlahan 69
60. Sifat Komutatif pada Penjumlahan 70
61. Sifat Komutatif pada Perkalian 70
62. Simetri Lipat 71
63. Simetri Putar 72
64. Sudut 72
65. Sudut Dalam 73
66. Sudut Komplemen 75
67. Sudut Lancip 75
68. Sudut Luar 76
69. Sudut Lurus 77
70. Sudut Siku-siku 77
71. Sudut Suplemen 79
72. Sudut Tumpul 79
73. Suhu 80
74. Taksiran Rendah 80
75. Taksiran Terbaik 81
76. Taksiran Tinggi 81
77. Volume 82
78. Waktu 84
4

1. BANGUN RUANG

Bangun ruang sangat mudah dijumpai di sekitar kita. Oleh sebab itu guru tidak perlu
menyediakan berbagai bangun ruang di dalam kelas. Guru dapat meminta siswa untuk
membawa bangun ruang dari rumah masing-masing. Bangun ruang di sekitar kita
contohnya adalah sebagai berikut:
\

Pengenalan pembelajaran bangun ruang dilakukan secara informal, artinya siswa


mengenal bangun ruang berdasarkan ciri-ciri yang tampak secara fisik. Agar siswa tidak
merasa asing dengan bangun tersebut, mintalah siswa untuk membuat bangunan dengan
menyusun beberapa ruang menjadi rumah, mainan, dll.
Setelah itu mintalah siswa untuk mengelompokkan bangun ruang berdasarkan
warnanya, ukurannya (besar/kecil), bentuk permukaanya (datar/lengkung), berat, dll.
Kegiatan belajar demikian melibatkan anak secara mental dan fisik. Secara mental,
anak mencoba mengelompokkan bangun berdasarkan ciri pada bangun. Secara fisik anak
dapat meraba bidang batas, rusuk dan titik sudut. Selain itu anak juga senang dengan
adanya kegiatan bermain membentuk rumah atau bangunan dengan menggunakan bangun
ruang tersebut.
5

2. BILANGAN

Konsep bilangan dibelajarkan melalui tahapan berikut:

1. Mencacah dari 1 -10, anak menyebutkan secara lisan urutan bilangan seperti satu,
dua, tiga, empat, dst.
2. Korespondensi satu-satu, anak membiasakan ketika menyebutkan satu bilangan
antara 1 sampai dengan 10 sambil melakukan satu kegiatan.

Contoh: anak melakukan gerakan mengambil mainan kedalam kotak satu persatu
sambil menyebutkan bilangan. Ketika menyebutkan satu, anak mengambil satu
mainan, ketika menyebutkan dua, anak mengambil satu mainan lagi, dst. Anak
tidak dibolehkan menyebutkan satu bilangan tetapi mengambil mainannya lebih dari
satu. Atau menyebutkan dua bilangan berturut-turut tetapi mainan yang diambil
satu.

3. Menghitung banyak benda. Anak menerapkan kemampuan menyebutkan bilangan


secara lisan dan korespondensi satu-satu.

Contoh: Anak memasukkan bola kedalam kotak satu persatu. Ketika menyebutkan
satu, anak memasukkan 1 bola kedalam kotak. Anak menyebutkan dua, anak
memasukkan 1 bola lagi. Anak menyebutkan tiga, anak memasukan 1 bola, dst.
Ketika berhenti pada bilangan ketiga, guru menyatakan bahwa bahwa banyak bola
dalam kotak ada 3. Kegiatan yang sama dilakukan untuk 4 kotak, 5 kotak, dst.
Hingga anak dapat paham dengan sendirinya bahwa banyak bola ditunjukkan oleh
bilangan terakhir yang disebutkan.
6

3. BERAT

Pembelajaran:
Banyak macam alat yang digunakan untuk mengukur berat, diantaranya adalah seperti
berikut:

a. Timbangan pegas

b.Timbangan Badan

c. Timbangan Angsa
7

d. Timbangan mas

Penggunaan timbangan berat di atas dipilih sesuai dengan besar benda yang akan ditimbang.
Seperti untuk menimbang mas, akan tidak tepat kalau menggunan timbangan pegas.

Sebagai pengenalan kegiatan mengukur, buatlah timbangan sederhana dengan


menggunakan gantungan baju. Letakkan gantungan baju pada sebuah paku dan ikatkan di
bagian kedua ujungnya kotak untuk
meletakkan benda. Siswa dapat meletakkan
benda pada salah satu kotak dan
meletakkan anak timbangan pada kotak
lainnya.

Sebelum menggunakan timbangan, mintalah siswa membandingkan berat dua benda


dengan cara memegangnya. Misalnya manakah
yang lebih berat antara bola dari gulungan karet
dengan mainan karet.

Kegiatan mengukur berat dapat dilakukan dengan mengukur benda benda sekitar. Misalkan
siswa menimbang berat kotak pensil. Pada salah satu wadah diletakkan kotak pensil,
sedangkan wadah yang lainnya di masukkan kelereng satu persatu sehingga lengan
timbangan seimbang. Berat kotak pensil sama dengan jumlah kelereng yang digunakan.
8

4. BIDANG DATAR

Pembelajaran:

Secara geometri bangun datar merupakan kurva tertutup. Kurva tertutup terbagi atas: (1)
mempunyai sisi batas berupa garis lengkung dan (2) mempunyai sisi batas berupa garis
lurus. Bidang datar tersebut antara lain:

Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk pembelajaran bidang datar,
yaitu:
1. Memasangkan bidang dengan bangun ruang yang memiliki bidang batas seperti
bidang tersebut.

Contoh:
9

2. Mengelompokkan bidang berdasarkan bentuk garisnya.

GARIS LENGKUNG GARIS LURUS

3. Mengelompokkan bidang berdasarkan banyak sisinya. Berikut ini mengelompokkan


berdasarkan bentuk segi tiga dan segi empat

SEGI TIGA SEGI EMPAT


10

5. BILANGAN BULAT

Pembelajaran:
Pertama diperkenalkan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari. Pada gambar di
samping tanpak burung camar yang terbang
150 m dipermukaan laut dinyatakan dalam
bentuk bilangan positif. Sedangkan batu
karang berada pada kedalam 100m di bawah
permukaan laut dinyatakan sebagai bilangan
negatif

Sedangkan aplikasi bilangan negatif dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan pada:

1. pengukuran suhu, seperti 5o dibawah nol Celsius dinotasikan dengan -5oC


2. Sebuah gedung yang mempunyai ruang dibawah tanah, lantai pertama dibawah
lantai dasar disebut lantai -1.
3. Melangkah 5 langkah ke kanan disimbulkan 5 dan melangkah 3 langkah kekiri
disimbulkan -3.

Bilangan bulat dapat dimodelkan dengan menggunakan setengah lingkaran seperti berikut:

Bilangan positif di tunjukkan dengan


setengah lingkaran menghadap
ke bawah
Bilangan negatif ditunjukkan dengan
setengah lingkaran menghadap
ke atas
11

Contoh:

3 ditunjukkan dengan

-4 ditunjukkan dengan

0 ditunjukkan dengan

6. BILANGAN CACAH

Definisi:
Bilangan cacah adalah urutan bilangan yang dimulai dari 0, 1, 2, 3, 4, 5, ….
Pembelajaran:

Ubin di lantai kelas di beri nomor 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Kemudian anak


diminta melompat secara berurutan mulai dari angka 0 sampai keangka 10. Sambil
melompat anak menyebutkan bilangan. Kegiatan yang sama dapat dilakukan mulai dari
angka 3, 4, 5, dst.

7. BILANGAN DESIMAL

Pembelajaran:
Bilangan desimal berdasarkan kepada bilangan dasar 10. Bilangan setelah satuan disebut
bilangan desimal. Bilangan desimal mempunyai ciri tanda koma yang terletak setelah nilai
tempat satuan seperti 2,36. Nilai tempat bilangan desimal adalah:

XX X,X X X X
Satuan persepuluhan

Puluhan perseratusan

Ratusan perseribuan
12

Bilangan desimal dipelajari setelah siswa memahami konsep pecahan dengan menggunakan
pendekatan berikut:

𝟏 𝟏 𝟏
= 0,1 = 0,01 = 0,001
𝟏𝟎 𝟏𝟎𝟎 𝟏𝟎𝟎𝟎

8. BILANGAN GANJIL

Definisi:
Bilangan ganjil adalah bilangan yang tidak habis dibagi 2.
Pembelajaran:
Kegiatan membagi bilangan dengan 2 dapat di modelkan dengan menyusun sejumlah benda
dalam bentuk dua baris. Misalnya hendak ditentukan apakah 7 termasuk bilangan ganjil.
Ambillah 7 bola dan minta siswa menyusun bola dalam bentuk dua baris.

Hasil susunan adalah terdapat 1 bola yang yang tersisa. Artinya, 7 tidak habis dibagi dua,
sehingga 7 dinyatakan sebagai bilangan ganjil.

9. BILANGAN GENAP

Definisi:
Bilangan genap adalah bilangan yang habis dibagi 2
Pembelajaran:
Siswa diminta menyusun benda menjadi dua baris. Misalnya untuk menentukan apakah 10
termasuk bilangan genap? Diberikan 10 buah daun kepada siswa. Kemudian siswa diminta
menyusun daun tersebut menjadi 2 barisan
13

Tampak pada gambar disamping,


tidak ada daun yang tersisa.
Sehingga 10 dinyatakan sebagai
bilangan genap.

10. BILANGAN KUADRAT

Definisi:
Bilangan kuadrat adalah bilangan yang merupakan hasil dari perkalian bilagan tertentu
dengan dirinya.
Pembelajaran:

Anak membuat pola bilangan seperti di atas, kemudian mintalah anak untuk
menghitung banyak kotak kecil dalam setiap persegi.

11. BILANGAN PRIMA DAN KOMPOSIT

Definisi:
Bilangan prima adalah bilangan yang mempunyai tepat 2 buah faktor, sedangkan bilangan
komposit mempunyai lebih dari dua faktor.

Pembelajaran:
Dengan menggunakan kepingan anak diminta untuk menyusun kepingan tersebut dalam
formasi baris dan kolom.
14

Dengan menggunakan kepingan anak diminta untuk menyusun kepingan tersebut dalam
formasi baris dan kolom. Tampak pada tabel di atas, jika hanya dapat menyusun kepingan
dalam dua cara maka bilangannya disebut bilangan prima. Tetapi jika dapat membentuk
menyusun lebih dari dua cara maka bilangannnya disebut bilangan komposit
15

12. BILANGAN PECAHAN

Pembelajaran:
Konsep bilangan cacah diajarkan dengan pendekatan berikut:

Ada 3 gajah berwarna pink diantara 8 ekor


gajah. Dalam matematika dapat
dinyatakan sbb:
!
Gajah berwarna pink adalah:
!

Contoh lainnya,

13. DEBIT

Definisi: Volume zat cair dalam satuan waktu


Pembelajaran:
Siswa melakukan percobaan sederhana dengan menampung air pada
ember plastik. Kemudian membuka kran, sambil mencatat waktu yang
diperlukan agar ember terisi penuh. Jika volume air dalam ember 9ℓ
dan waktu yang diperlukan 3 menit, maka debit air adalah:
16

14. DIAGONAL

Pembelajaran:
Pembelajaran tentang diagonal dilakukan dengan percobaan. Siswa diberikan guntingan
kertas berbentuk persegi. Kemudian mintalah anak untuk melipat persegi melalui titik sudut
persegi. Dengan percobaan ini anak akan paham bahwa melipat melalui dua titik yang
segaris tidak dapat dilakukan , melainkan hanya dapat dilakukan melalui dua titik yang
tidak segaris.

Pada gambar persegi panjang di samping titik A dan titik


B disebut segaris, karena terletak pada garis yang sama,
tetapi titik A dan C disebut tidak segaris karena A
terletak pada garis AB dan C terletak pada garis CD.
Melalui percobaan anak tidak dapat melipat melalui
garis AB, melainkan melalui garis AC atau BD. AC dan
BD disebut diagonalABCD.

15. DIAGRAM BATANG

Pembelajaran:
Kegiatan pembelajaran adalah dengan menyusun sejumlah buah-buahan menurut jenisnya
seperti dibawah ini.
17

Siswa dapat menggunakan sejumlahan buah-buahan, dan menyusun buah-buahan yang


sejenis seperti tanpak pada gambar. Diawali dengan menggunakan buah-buahan, kemudian
dilanjutkan dengan menyusun gambar buah-buahan. Kegiatan berikutnya adalah membuat
diagram batang pada kertas berpetak.
Kegiatan tersebut dirancang sesuai dengan perkembangan anak, mulai dengan
menggunakan benda kongkret, gambar dan simbulik.

16. DIAGRAM GARIS

Pembelajaran:
Dengan menggunakan data pada grafik batang di atas dapat dibuat diagram garis seperti
berikut:

Grafik garis dibentuk dengan menghubungkan titik-titik puncak diagram batang.


18

17. DIAGRAM LINGKARAN

Pembelajaran:
Dengan menggunakan kartu gambar hewan laut pada diagram batang dibuat sebuah
lingkaran besar. Data yang sama tetap dalam kelompoknya. Kemudian dibuat garis yang
menghubungkan titik pusat dengan perbatasan data yang berbeda sehingga terbentuk juring-
juring. Tampak pada gambar di bawah, terdapat 5 buah juring dan besar juring tergantung
kepada banyak data.

Besar juring tergantung kepada sudut juring. Sudut juring dapat ditentukan dengan
cara berikut:

Misalkan untuk kura-kura:

! !"#$!!"#$ !
× 360! = × 360! = 72!
! !"#" !"

Prosentase kura-kura dihitung dengan cara berikut:

𝑛 𝐾𝑢𝑟𝑎 − 𝑘𝑢𝑟𝑎 4
× 100 % = × 100% = 20%
𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎 20

Dengan cara yang sama diperoleh sudut juring

dan persentase untuk hewan lainnya.


19

18. FAKTOR BILANGAN

Definisi:
Faktor adalah bilangan yang dapat membagi habis (tanpa sisa) suatu bilangan

Pembelajaran:
Contoh: Tentukan faktor 12.

1 2 3 4 6 12
12
12 6 4 3 2 12 Faktor dari 12 = 1, 2, 3, 4, 6, 12

19. FAKTOR PRIMA

Definisi:
Faktor Prima adalah bilangan prima yang dapat membagi habis (tanpa sisa) suatu bilangan.
Pembelajaran:
Faktor dari 60 adalah:

1 2 3 4 5 6 10 12 15 20 30 60
60
60 30 20 15 12 10 6 5 4 3 2 1

Faktor prima dari 60 adalah 2, 3, 5

20. FAKTORISASI PRIMA

Pembelajaran:
Faktor prima dapat ditentukan dengan menggunakan pohon faktor.
20

Contoh: faktor prima dari 60 adalah

Faktor Prima dari 60 = 2 x 2 x 3 x 5 = 22 x 3 x 5

21. FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB)

Pembelajaran:
FPB dibelajarkan dengan memberikan masalah berikut kepada siswa:

Guru mempunyai 24 jeruk dan 16 buah kue. Jeruk dan kue tersebut akan dimasukkan
kedalam kotak dengan ketentuan jumlah jeruk dan kue pada setiap kotak sama. Berapa
banyak kotak terbanyak yang diperlukan?

24 Jeruk 16 Kue

Berapa kotak terbanyak ?

Jika di masukkan kedalam 4 buah kotak maka banyak jeruk dan kue dalam setiap kotak
adalah
6 jeruk 6 jeruk 6 jeruk 6 jeruk
4 kue 4 kue 4 kue 4 kue

Anak dipancing dengan pertanyaan, apakah hanya 4 kotak? Bagaimana kalau kotaknya
ditambah?
21

Secara abstrak , FPB dapat diselesaikan dengan cara berikut:

1. Mendaftar:

Faktor 24 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24

Faktor 16 = 1, 2, 4, 8, 16

Faktor kedua billangan tersebut dapat kita tulis dalam bentuk diagram berikut:

24 16

Pada diagram disamping, di bagian tengah adalah faktor


persekutuan antara 24 dan 16 yaitu 1, 2, 4 dan 8. Faktor
terbesarnya adalah 8, maka FPB (24,16) = 8

2. Faktor prima 24 16

24 = 23 . 3

16 = 24

FPB (24,16) = 23 = 8

Faktor prima 24 dan 16 ditempatkan dalam diagram venn, dan faktor prima yang terletak
pada bagian tengah lingkaran merupakan FPB.

3. Pembagian

Kedua bilangan dibagi dengan bilangan prima. Diawali dengan bilangan prima terkecil
seperti berikut:
22

Bilangan prima yang dapat membagi 24 dan 16


adalah 2, 2 dan 2 (berwarna merah).

FPB (24,16) = 2 x 2 x 2 = 23 = 8

Sedangkan KPK (24,16) = 24 x 3 = 48 (perkalian


dari semua pembagi)

22. JARING-JARING BANGUN RUANG

Pembelajaran:

Siswa diminta membawa kotak, kemudian digunting pada bagian rusuknya, tetapi
diupayakan agar tidak ada bagian yang terlepas. Berikut adalah jaring-jaring kubus, balok,
prisma segitiga, dll

Kubus balok Prisma Prisma silinder Limas


segitiga segilima persegi
23

23. KECEPATAN

Definisi: Jarak dalam satuan waktu

𝑿
𝒗 =
𝒕

Keterangan: v = kecepatan
x = jarak
t = waktu
Contoh:

Bapak tiba di Jakarta setelah mengendarai mobil dari Bandung selama 3 jam. Jika
jarak Jakarta – Bandung adalah 210 km, berapa kecepatan mobil bapak? Jawab:

𝒙 𝟐𝟏𝟎
𝒗 = = = 𝟕𝟎
𝒕 𝟑

Kecepatan mobil bapak adalah 70 km/jam

24. KELILING

Definisi: Jumlah panjang sisi bidang datar


Pembelajaran:
Konsep keliling dijelaskan kepada siswa dengan mengajak siswa untuk menjelajahi keliling
meja dengan jarinya. Siswa menandai titik awal dengan huruf “A” kemudian menggerakkan
jari sepanjang pinggir meja sampai kembali lagi ke titik A.

Untuk menghitung keliling bidang dilakukan dengan cara menjumlahkan semua sisi bidang

Contoh:

Berapa keliling trapesium berikut:


24

Kelilingnya adalah 4 cm + 6 cm + 2 cm + 7 cm = 19 cm
Rumus keliling untuk bidang datar, disajikan pada tabel berikut:

k = 2 (p + l) k=s+s+s k=4a k = 2 (a + b) k = 4a

k = 2a + b + c k = 2 (a + b) k = 𝜋𝑑

25. KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL

Pembelajaran:
Masalah sehari-hari yang relevan dengan KPK adalah:

Andi membersihkan sepatu sekali dalam 3 hari


Bimo membersihkan sepatu sekali dalam 2 hari
Pada hari keberapakah mereka membersihkan bersamaan?
Jawab:
Andi à kelipatan 3: 3, 6, 9, 12, …

Bimo àkelipatan 2: 2, 4, 6, 8, 10, …

Secara prosedur, KPK dapat diselesaikan dengan cara berikut:

1. Mendaftar:

Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, …


25

Kelipatan 5 = 5, 10, 15, 20, 25, …

KPK (4,5) = 20

2. Faktor prima

4 = 22

5=5

KPK (4,5) = 22 x 5 = 20

26. LUAS

Definisi: Banyak satuan luas yang menutupi permukaan bidang


Pembelajaran:
Satuan luas adalah ukuran standar luas berbentuk persegi yang digunakan untuk
menentukan luas bidang. Guru dapat menggunakan kertas origami sebagai luas satuan.
Untuk memahami konsep luas, siswa diminta menutupi permukaan meja tanpa celah
dengan kertas tersebut. Luas meja tersebut ditunjukkan dengan banyaknya kertas origami
yang diperlukan.

Seperti tanpak pada gambar di atas, meja A memerlukan 10 buah kertas origami, maka
dapat dikatakan bahwa luas meja A adalah 10 satuan.

Kegiatan dilanjutkan dengan menghitung luas bidang pada kertas berpetak. Siswa
menghitung kotak yang terdapat dalam bidang untuk menentukan luas bidang tersebut.
26

Selanjutnya adalah menentukan rumus luas bidang. Rumus dasar yang digunakan
adalah rmus luas persegi panjang, karena melalui luas persegi panjang dapat dikembangkan
rumus luas bidang datar lainnya. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan kertas
dan gunting.

Rumus luas persegi panjang, diturunkan melalui kegiatan percobaan berikut:


Dibuat 3 buah persegi pada kertas berpetak.

Kemudian anak diminta melengkapi tabel berikut:

Bangun Panjang Lebar Luas

A 1 2 2

B 3 2 6

C 4 3 12

Dengan mengamati kolom ke-2, ke-3 dan ke-4, anak diarahkan untuk sampai kepada
kesimpulan bahwa:
27

Lpersegi panjang = 𝑝 ×𝑙

Selanjutnya, rumus luas bidang lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan kertas yang
digunting atau digandakan kemudian disusun kembali sehingga berbentuk persegipanjang.
Berikut adalah uraiannya.

Luas Segitiga

Untuk menentukan rumus luas segitiga, dibuat segitiga lain yang persis sama sehingga
terdapat dua segitiga yang kongruen. Kemudian disusun berbentuk persegi panjang.
Sehingga diperoleh:

Luas 2 buah segitiga = 𝑝 ×𝑙

= 𝑎 ×𝑡

! ×!
Luas segitiga =
!

Luas jajargenjang

Persegi panjang dipotong pada salah satu titik sudut dan tegak lurus alas, kemudian
disusun kembali sehingga berbentuk persegi panjang.

Sehingga, L jajar genjang = 𝑝 ×𝑙

= 𝑎× 𝑡
28

Luas Trapesium

Rumus luas trapesium ditentukan dengan menggandakan trapesium tersebut dan


menyusunnya menjadi persegi panjang.
Sehingga:
luas 2 buah trapesium = 𝑝 ×𝑙
= 𝑎 + 𝑏 ×𝑡
!!! × !
Luas satu trapesium =
!

Layang-layang

Layang-layang tersebut dipotong menurut sumbu mayor dan disusun kembali berbentuk
persegi panjang.

Sehingga, Llayang-layang = 𝑝 ×𝑙
29

= 𝑑! × 𝑑!

Lingkaran

Lingkaran tersebut dipotong menurut juring-juring kemudian disusun kembali dalam


bentuk persegi panjang.

Dengan demikian luas lingkaran = 𝑝 ×𝑙

= 𝜋×𝑟 ×𝑟 = 𝜋 𝑟!

Jari-jari

½ Keliling Lingkaran

27. LUAS PERMUKAAN

Pembelajaran:
Penghitungan luas permukaan sebaiknya di jelaskan dengan mengamati langsung bendanya.
Misalnya luas permukaan balok, siswa pertama kali melakukan pengamatan terhadap balok.
30

Kubus tersebut jika di buka akan tanpak seperti gambar di bagian kanan. Tampak 3
pasang bidang sama besar, yaitu:

Bidang alas dengan atas = 2 (p ×ℓ)


Bidang sebelah depan dengan belakang = 2 𝑝 ×𝑡
Bidang sebelah kiri dengan sebelah kanan = 2 (ℓ ×𝑡)
Sehingg, luas permukaan kubus = 2 (p ×ℓ) + 2 𝑝 ×𝑡 + 2 (ℓ ×𝑡)
Dengan cara yang sama, rumus luas selimut bangun ruang lainnya juga dapat ditentukan.

Khusus untuk luas permukaan bola dapat dijelaskan dengan bantuan jeruk yang
berukuran sedang. Jeruk dibelah pada penampang terbesarnya, dan buatlah lingkaran
dengan menggunakan penampang jeruk. Caranya adalah dengan meletakkan jeruk pada
posisi terbalik dan letakkan alat tulis pada bagian kulit jeruk. Gerakkan alat tulis di
sepanjang penampang jeruk. Buatlah 5 lingkaran. Tantanglah siswa dengan pertanyaan: jika
kulit jeruk di lepas kecil-kecil dan disusun dalam lingkaran, berapa πbuah lingkaran yang
akan terisi penuh dengan kulit jeruk?

Jawaban yang benar adalah semua kulit jeruk mengisi 4 penampang.


Luas 1 penampang jeruk = luas lingkaran = 𝜋𝑅 !
Luas permukaan bola = 4 penampang jeruk
= 4𝜋𝑅 !
31

28. MENGHITUNG MAJU

Definisi:
Kegiatan menghitung dikatakan maju jika mencacah bilangan mulai dari bilangan terkecil
sampai bilangan terbesar, seperti: satu, dua, tiga, dst
Pembelajaran:

Kegiatan belajar dilakukan dengan meminta siswa melangkah maju kedepan di atas ubin
yang sudah diberi nomor mulai dari 1, 2, 3, 4, 5, … sambil diikuti dengan mebaca bilangan
secara lisan.

29. MENGHITUNG MUNDUR

Definisi:
Mencacah bilangan mulai dari bilangan terbesar sampai bilangan terkecil. Seperti
menghitung mundur dari lima yaitu: lima, empat, tiga, dua, satu.

Pembelajaran:
Menghitung mundur merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan bilangan nol. Anak
melakukan menghitung mundur apabila anak benar-benar sudah menguasai menghitung
maju. Kegiatan belajar dilakukan dengan meminta 5 orang siswa berdiri dan kelima anak
tersebut duduk satu persatu. Mulai pada kondisi semua anak masih berdiri, anak lainnya
menyebutkan bilangan “lima”. Ketika seorang anak duduk, anak lainnya menyebutkan
banyak anak yang berdiri yaitu “empat”. Seorang anak lagi duduk, anak menghitung sisa
anak yang berdiri yaitu 3, dst. Ketika semua anak sudah duduk atau tidak ada lagi siswa
yang berdiri, guru langsung memperkenalkan konsep bilangan “nol”. Karena tidak ada lagi
siswa yang tersisa, maka boleh dikatakan siswanya “habis” atau dalam matematika disebut
“nol”.
32

30. NILAI TEMPAT

Pembelajaran:

Guru memberikan sejumlah bintang, kemudian siswa membuat kelompok yang


terdiri dari 10 bintang. Ternyata dapat dibuat 1 kelompok bintang berisi 10 bintang dan sisa
3 bintang, seperti tampak pada gambar.

Maka, 13 = 1 puluhan + 3 satuan

`Atau 13 = 10 + 3

Untuk bilangan yang lebih besar dapat digunakan kubus kecil. Umpama akan ditentukan
nilai tempat 34.

34 = 3 puluhan + 4 satuan

34 = 30 + 4

Untuk mempelajari nilai tempat ratusan dan ribuan dapat digunakan Block Dienes, seperti
contoh berikut:
33

Akan ditunjukkan 375 dalam bentuk konkret.

375= 3 ratusan + 7 Puluhan + 5 satuan

375 = 300 + 70 + 5

31. PEMBAGIAN BILANGAN BULAT

Pembelajaran:
Pembagian bilangan bulat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pengelompokkan.
Misalnya 6 : 2, ada berapa banyak kelompok beranggotakan 2 sehingga diperoleh 6.

Ternyata hanya diperlukan 3 kelompok untuk membuat 6, sehingga 6 : 2 = 3


Prinsip di atas kita gunakan untuk menyelesaikan (-10) : (-2). Dengan cara yang sama
asumsikan ada berapa kelompok (-2) untuk memperoleh (-10). Kita dapat gambarkan
sebagai berikut:

Ternyata diperlukan 5 kelompok (-2) untuk memperoleh (-10) sehingga, (-10) : (-2) adalah 5.
34

Kita lihat bentuk soal yang lain (-8) : 2. Bentuk soal ini lebih mudah karena dapat
diselesaikan dengan pendekatan berikut: 8 keping negatif di kelompokkan menjadi 2
kelompok. Berapa anggota setiap kelompok?

Setiap kelompok berisi (-4), sehingga (-8) : 2 = (-4)

32. PEMBAGIAN BILANGAN CACAH

Pembelajaran:
Pembagian merupakan operasi kebalikan dari perkalian. Mengajarkan dasar pembagian
tidak terlepas dari perkalian. Hal tersebut penting, karena siswa dapat membantu siswa
memahami pembagian. Pembelajaran konsep pembagian hendaknya diawali dengan
menggunakan benda konkret.

Pembagian dapat dibelajarkan dengan dua pendekatan, yaitu:

a. Menentukan banyak kelompok

Contoh: 6: 2…
Disediakan enam buah permen:

Kepada anak ditanyakan, berapa banyak kelompok yang terbentuk jika setiap kelompok
jumlahnya 2 permen ?
35

Dengan menggunakan permen untuk membentuk kelompok yang jumlahnya 2, anak dapat
mengetahui banwa mereka dapat membuat 3 kelompok, sehingga 6 : 2 = 3.
Pembagian dengan cara tersebut lebih tepat diterapkan pada bilangan pecahan.

b. Menertukan banyak anggota:

6 : 2 diselesaikan dengan cara menentukan berapa banyak anggota jika 6 permen dibagikan
ke dalam 2 kelompok?

Ternyata setiap kelompok berisi 3 permen, sehingga 6 : 2 = 3.

Untuk bilangan yang lebih besar seperti 34 : 2, juga diselesaikan dengan prinsip yang sama.
Pertama setiap orang dibagai 1 permen, terpakai 6 permen dan masih sida 18 permen lagi.
Karena sisanya masih banyak, pembagian berikutnya dibagikan 2 permen kepada setiap
orang. Terpakai 12 permen dan masih ada sisa 6 permen. Karena permen tinggal sedikit
mungkin setiap orang hanya dapat 1 permen, sehingga permennya habis. Akibatnya setiap
orang mendapat 4 permen, sehingga 24: 6 = 4.
36

Berikut 34: 2, diselesaikan dengan menggunakan alat peraga Block Dienes.

34 dinyatakan dengan blok


Dienes

Berapa puluhan dibagi 2?


Bagaimana menuliskannya?

Berapa puluhan yang tersisa?


Apakah puluhan tersebut
dapat dibagi 2 ?

Bagaimana kalau puluhan


tersebut ditukar dengan
satuan? Berapa jumlah
satuan yang ada ? apakah
semua satuan tersebut dapat
dibagi 2?

Secara simbolik dapat dituliskan:


37

33. PEMBAGIAN BILANGAN PECAHAN

Pembelajaran:
Pembagian pada pecahan seringkali merupakan bagian paling sulit dalam operasi pecahan.
Dalam hal ini diperlukan alat peraga yang beragam pada penjelasan tahap awal sebelum
menjelaskan secara absrak kepada siswa.

Penjelasan pembagian pecahan pada tahap pengenalan diperagakan dengan menggunakan


apersepsi pembagian pada bilangan cacah.

Misalnya: 12 : 4 = ….

Soal di atas dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan berikut:

Terdapat 12 orang anak dan akan dibentuk kelompok beranggotakan 4 orang. Berapakah
banyak kelompok yang dapat dibentuk?

Sekarang, cara yang sama kita gunakan untuk soal berikut:

!
Misalnya: 2 : =…
!

Soal di atas dapat diubah menjadi kalimat seperti berikut:

Berapa buah seperempatkah dalam 2?

Dengan demikian dapat diilustrasikan seperti berikut:

!
Dalam gambar di atas tampak bahwa terdapat 8 buah dalam 2, sehingga,
!

!
2: =8
!
38

Sekarang, soal tersebut diselesaikan dengan garis bilangan.

Ternyata dibutuhkan 8 kali lompatan untuk bergerak sejauh seperempatan dari 2 sampai
di 0. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

! ! ! ! ! ! ! ! !
2– − − − − − − − = 0, maka 2 : =8
! ! ! ! ! ! ! ! !

34. PEMBULATAN

Definisi: Pendekatan sebuah bilangan ke nilai tempat tertentu.

Contoh: Pembulatan 33 ke puluhan terdekat = 30


Pembulatan 58 ke puluhan terdekat = 60
Pembulatan 178 ke puluhan terdekat = 180
Pembulatan 248 ke ratusan terdekat = 200

Pembelajaran:
Kemampuan dasar nilai tempat adalah pengelompokkan. Nilai tempat 13 dapat ditentukan
membuat kelompok yang beranggotakan 10. Setiap kelompok yang beranggotakan 10
disebut puluhan. Sedangkan yang tidak mencukupi membuat 10 disebut satuan.

35. PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT

Pembelajaran:
2 +4 = ……Type equation here.


2 + 4 = 6
39

6 + (-2) = …..


Membentuk 0 (nol)
6 + (-2) = 4

2 keping positif bergabung dengan 2 keping negatif, masing-masing membentuk nol.


Akhirnya didapat 4 buah keping positif,sehingga 6 + (-2) = 4

(-4) + (-3) =


Dengan mudah diperoleh (-4) + (-3) = (-7)

36. PENJUMLAHAN BILANGAN CACAH

Pembelajaran:
Penjumlahan di jelaskan dengan pendekatan penggabungan

Contoh 1. 4+3=…

Sehingga 4 + 3 = 7
40

Contoh 2. 36 + 28 = …

Dengan cara bersusun panjang diselesaikan dengan cara berikut:


41

37. PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN

Pembelajaran:
Penjumlahan pecahan memerlukan pemikiran yang lebih tinggi dari pada penjumlahan
pada bilangan cacah. Prinsip penjumlahan pada bilangan cacah tidak berbeda dengan
prinsip penjumlahan pada bilangan cacah yaitu menggunakan prinsip penggabungan.
Kesulitan anak dalam penjumlahan pecahan dapat kurangi melalui penggunaan benda
kongret dan gambar.

Berikut ini akan diuraikan penjumlahan pecahan dalam bentuk penjumlahan pecahan yang
mempunyai penyebut sama dan tidak sama.

1. Penjumlahan 2 bilangan pecahan biasa yang mempunyai penyebut sama

! !
Contoh : + = .............
! !

!
Kita dapat menggambarkan sebagai satu bagian dari persegi panjang yang dibagi tiga.
!

1 1 1
3 3 3

Kemudian diambil dua bagian, lalu digabungkan.

! ! !
Gabungannya menunjukkan hasil dari + yaitu 2 bagian dari 3 bagian atau .
! ! !

! ! !
Sehingga : + = .
! ! !
42

Kita juga akan mendapatkan hasil yang sama dengan cara berikut:

! ! !!! !
+ = = .
! ! ! !

2. Penjumlahan 2 bilangan pecahan biasa yang mempunyai penyebut tidak sama

Dua buah pecahan yang mempunyai penyebut berbeda dapat dijumlahkan jika kedua
penyebutnya disamakan.

! !
Contoh: Hitunglah + =…
! !

Penjumlahan kedua bilangan itu dapat digambarkan dengan cara berikut:

!
Gambar dua persegi dan persegi pertama dibagi 2 secara tegak untuk dan persegi kedua
!
!
dibagi 3 secara mendatar untuk menunjukkan .
!

! !
! !
Kemudian persegi pertama dibagi 3 secara mendatar dan persegi kedua dibagi 2 secara tegak

Sekarang kita gabungkan bagian berwarna biru pada persegi kedua ke persegi pertama.
43

Sehingga, gambarnya menjadi:

!
dan hasil penjumlahannya adalah 5 bagian dari 6 yaitu
!

Untuk penyelesaian secara abstrak, menyamakan kedua penyebut dilakukan dengan


mencari sebuah bilangan yang dapat membagi 2 dan juga dapat membagi 3. Bilangan itu
adalah 6. Seterusnya kita lakukan hal seperti berikut:

! ! ! !
Karena = × = dan
! ! ! !

! ! ! !
= × =
! ! ! !

! ! ! ! !
maka, + = + =
! ! ! ! !

38. PENGURANGAN BILANGAN BULAT

Pembelajaran:
Pada operasi pengurangan, juga digunakan prinsip pengambilan. Perhatikan soal berikut:

Dengan mengambil 3 buah kepingan negatif dari 7 buah kepingan negatif diperoleh sisanya
adalah 4 buah kepingan negatif. Sehingga (-7) – (-3) = (-4)

Soal lain adalah 3 – (-2) = ……


44

Akan diambil 2 buah kepingan negatif. Hal itu tidak dapat dilakukan karena pada
barisan kepingan di atas tidak mempunyai kepingan negatif. Untuk itu kita ubah bentuk
penyajian 3 dengan cara berikut:

Pada barisan kepingan di atas terdapat keping negatif, sehingga dapat diambil 2 keping
negatif.

Akhirnya didapat 5 kepingan positif, sehingg 3 – (-2) = 5

39. PENGURANGAN BILANGAN CACAH

Definisi:
Pengurangan adalah pemisahan sebagian benda dari kelompok asal
Pembelajaran:
Pengurangan bilangan cacah dilakukan dengan dua pendekatan berikut:
a. Pengambilan: pengurangan dilakukan untuk menentukan sisa jika sebagian anggota
diambil

Contoh: 8 – 3=
45

b. Pemasangan:

Contoh 7 – 4 : …

Pada gambar diatas terdapat 3 buah yang tidak berpasangan, sehingga 7 – 4 = 3


Pengurangan untuk bilangan lebih besar.
Contoh 1: 56 – 24 =…
46

Kadangkala pada pengurangan, bilangan yang hendak dikurangkan nilai satuan atau
puluhannya kurang dari bilangan pengurang seperti 85 – 48. Berikut penyelesaiannya
dengan Blok Dienes.
47

Pengurangan bilangan yang mempunyai angka nol sering menyulitkan siswa. Seperti 405 –
137, siswa harus melakukan penukaran sebanyak dua kali. Pertama untuk puluhan dan
untuk satuan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi berikut:

400 + 5

300 + 100 + 5

300 + 90 + 15

Diambil
yang
Sisanya adalah berwarna
merah
200 + 60 + 8 = 268

Sedangkan penyelesaian dalam bentuk bersusun panjang adalah sebagai berikut:

405 = 400 + 0 + 5 = 300 + 100 + 5 = 300 + 90 + 15

137 = 100 + 30 + 7 = 100 + 30 + 7 = 100 + 30 + 7

= 200 + 60 + 8

= 268
48

40. PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN

Pembelajaran:
Pengurangan pada bilangan pecahan pada dasarnya tidak berbeda dengan pengurangan
pada bilangan cacah yaitu dijelaskan dengan menggunakan pendekatan pengambilan dan
pemisahan.

1. Pengurangan 2 Bilangan Pecahan Biasa yang Mempunyai Penyebut Sama


! !
Contoh : - = .............
! !

!
Kita dapat menggambarkan sebagai tiga bagian dari persegi panjang yang dibagi empat,
!

!
Tiga bagian menunjukkan
!

! !
- berarti satu bagian diambil dari tiga bagian
! !

diambil

Sehingga sisanya adalah:

! ! !
Jadi, - =
! ! !

Setelah pengerjaan dengan gambar kita dapat melakukan pengerjaan secara aljabar seperti
berikut;

! ! !!! !
- = =
! ! ! !
49

2. Pengurangan dua Bilangan Pecahan Biasa yang Mempunyai Penyebut Tidak Sama

Dua buah pecahan yang mempunyai penyebut berbeda dapat dikurangkan jika
kedua penyebutnya sama.

! !
Contoh: Hitunglah - =
! !

Penjumlahan kedua bilangan itu dapat digambarkan dengan cara berikut:

! !
Pertama diubah dulu dalam bentuk perenaman yaitu , sehingga
! !

! ! ! ! !
Jawabnya, - = − =
! ! ! ! !

41. PERKALIAN BILANGAN BULAT

Pembelajaran:
Operasi perkalian bilangan bulat mengacu kepada penjumlahan berulang. Bilangan pertama
menunjukkan berapa banyak kelompok dan bilangan kedua menunjukkan berapa banyak
anggota pada setiap kelompok.
50

Contoh 1: 3 × (-4) = …

Sehingga diperoleh 3 × (-4) = (-12)

Contoh 2: (-2) × (-3)= ….

Awali dengan nol

Kita akan mengmbil 2 kelompok yang beranggotakan (-3). Jadi perlu menunjukkan nol
dengan 6 buah kepingan negatif dan 6 keping positif.

Diambil 2 kelompok masing-masing (-3), Yang tersisa adalah:

Sehingga, (-2) × (-3) = 6

Perkalian dengan bilangan pertama adalah bilangan negatif seperti 3 x (-4) diartikan berapa
kali penambahan terhadap nol. Sedangkan perkalian dengan bilangan pertama bilangan
negatif seperti (-2) × (-3), yang terjadi adalah sebaliknya yaitu berapa kali pengambilan dari
nol.
51

42. PERKALIAN BILANGAN CACAH

Definisi:
Perkalian adalah pengulangan sejumlah benda
Pembelajaran:
Langkah awal untuk memperkenalkan perkalian adalah membentuk pengertian dan
pemahaman tentang operasi perkalian. Pada kehidupan sehari-hari banyak terjadi kegiatan
yang berulang seperti kita makan tiga kali sehari, mandi dua kali sehari. Kegiatan tersebut
analog dengan memasukkan 2 ayam mainan dari kotak, kemudian mengambil 2 mainan
lagi, lalu mengambil 2 mainan lagi. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut;

3x2= 2+2+ 2=6

Dari contoh diatas, terdapat 3 buah kotak yang masing-masingnya berisi 2 ayam mainan
atau dalam bahasa matematika dikatakan terdapat 3 kelompok yang mempunyai 2 anggota.
Dalam notasi matematika ditulis 3 x 2 = 6. Pendekatan pada penjelasan perkalian tersebut
menggunakan pendekatan kelompok.

Pendekatan lain dapat digunakan adalah menggunakan model sebaran, yaitu objek disusun
dalam baris dan kolom.

Contoh: 5x3 =
52

Siswa mengamati gambar tersebut dari kiri ke kanan dan dari atas kebawah. Terdapat 5
baris sepatu dan setiap barisnya terdapat 3 sepatu, sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk
perkalian 5 x 3 dan banyak sepatu semuanya adalah 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15.

Perkalian untuk bilangan yang terdiri dari 2 digit atau lebih tetap menggunakan
pendekatan pengulangan penjumlahan. Seperti perkalian 3 x 16, dapat digambarkan dengan
beberapa cara, seperti berikut:

Gambar di atas, dapat dibuat notasi matematis sbb:

3 X 16 = (3 X 10) + (3 X 6)

= 30 + 18

= 48

Secara singkat dapat ditulis

16 16
3 x 3x
18 48
30 +
48
53

Perkalian bilangan dengan satu angka lebih mudah dipahami oleh anak. Sedangkan
perkalian dengan bilangan 2 angka agak sulit bagi anak. Secara visual kita dapat gambarkan
32 x 24, berikut seperti berikut:

Mengacu kepada gambar kita dapat menghitung 32 X 24 sbb:

Tahapan penyelesaian perkalian dengan menggunakan alat peraga samapai kepada


cara pendek sebaiknya disampaikan kepada anak. Anak sudah seharusnya mendapat
kesempatan mengalami cara fisik dan secara mental bagaimana proses perkalian itu terjadi.
Tahapan itu disampaikan secara sistematis. Perkalian cara panjang dijelaskan dengan
menggunakan pendekatan luas dibantu dengan gambar. Perkalian bilangan dua angka akan
membentuk 4 daerah persegi panjang. Jumlah luas daerah persegi panjang merupakan hasil
perkalian.
54

43. PERKALIAN BILANGAN PECAHAN

Pembelajaran:
Perkalian pada pecahan dapat dikerjakan dengan cara penjumlahan berulang.

!
Contoh 1. 3 x = .....
!

!
Kita dapat gambarkan dengan persegi berikut, dinyatakan dengan derah berwarna merah.
!

!
3x =…
!

! ! ! ! !
Dari gambar diperoleh bahwa 3 x = + + =
! ! ! ! !

! !
Jadi: 3 x =
! !

! !
Contoh 2. × = ….
! !

Untuk menyelesaikan perkalian ini kita memerlukan plastik persegi yang kita gambar seperti
berikut:

Kedua plastik itu kita letakkan berimpit, sehingga kita dapatkan gambar seperti berikut:

Karena berimpit akan terlihat daerah yang diarsir dua kali. Daerah
itu merupakan hasil perkalian dan besarnya adalah 2 bagian dari 12
!
yaitu .
!"
55

44. POLA BILANGAN

Definisi:
Barisan bilangan yang mempunyai aturan tertentu

Contoh: 1, 3, 5, 7, 9,…

1, 4, 7, 10, 13, …

Pembelajaran:
Konsep pola diperkenalkan dengan mengawalinya dengan pola gambar seperti
berikut:

Dilanjutkan dengan pola gambar, yang mengandung kuantitas, seperti berikut:

Pada gambar pertama terdapat 1 kotak, gambar kedua 3 kotak, ketiga 6 kotak dan
seterusnya. Dalam hal ini anak menghubungkan gambar dengan bilangan dibawahnya,
sehingga terdapat hubungan antara bentuk visual dengan bilangan. Anak dapat dilatihkan
dengan pola berikut:

Mintalah anak untuk melanjutkan gambar, kemudian lanjutkan dengan menghitung banyak
titik pada setiap gambar.
56

Terakhir, anak berlatih untuk membuat pola bilangan tanpa gambar, seperti:

2, 5, 8, 11, 14, 17, …

Dengan memperhatikan selisih tiap bilangan diketahui bahwa bilangan tersebut mempunyai
aturan selisih dua bilangan adalah 3. Mintalah anak menentukan 3 buah bilangan
berikutnya.

45. MATA UANG

Pembelajaran:

Pemblajaran mata uang akan lebih bermakna jika siwa belajar dalam bentuk bermain peran
dan menggunakan uang tiruan. Pertama kali dengan memperkenalkan siswa dengan
berbagai bentuk mata uang .

Melalui permainan Bank siswa belajar penukaran uang. Misalnya


uang sejumlah Rp. 21.000,00 dapat ditukar dengan satu lembar
sepuluh ribuan, 2 lembar lima ribuan dan satu lembar seribuan.
57

Atau siswa diminta membelanjakan uangnya untuk membeli berbagai alat tulis dengan
sejumlah uang. Umpama pada koperasi sekolah dijual alat tulis dengan harga berikut:

Kepada siswa diberi soal, jika kamu diminta membeli


alat-alat tulis, barang apa saja yang bisa dibeli dengan
uang Rp. 10.000,00 ?

Penugasan demikian akan melatih siswa membuat rencana, menghitung, memperbaiki


perencanaan sehingga uang yang dibelanjakan habis tidak bersisa.

46. MEDIAN

Definisi: Data yang terletak di tengah pada sekumpulan data yang telah diurutkan.

Pembelajaran:

Misalkan kita punya data seperti berikut:


58

Jika data tersebut diurutkan maka di peroleh:

Karena jumlah data 13 maka data yang terletak di tengah adalah data ke 7 yaitu hiu.

47. MODUS

Definisi: data yang paling banyak muncul.

Contoh:

Data terbanyak adalah hiu yaitu muncul


sebanyak tujuh kali.
59

48. PANJANG

Definisi: Perbandingan panjang suatu benda dengan panjang satuan


Pembelajaran:
Pengukuran panjang diawali dengan penggunaan alat ukur tidak baku seperti jepitan kertas,
jengkal, sepatu, dll. Misalkan siswa mengukur panjang kertas dengan jepitan kertas .

Pada gambar di atas tanpak panjang kertas adalah 5 jepitan

Setelah itu dilanjutkan dengan mengukur menggunakan alat ukur baku seperti penggaris,
meteran kain atau meteran rol.

49. PENGUBINAN

Definisi:

Menyusun beberapa bidang datar dengan rapat tanpa terdapat bidang yang tumpang tindih
atau terdapat ruang kosong diantaranya. Bidang yang disusun dapat terdiri dari satu macam
atau lebih.
60

Contoh:

Pembelajaran:
Anak menggunakan sejumlah segitiga kemudian mereka diberi kesempatan
menyusunnya dengan rapat tanpa ada ruang kosong. Susunya terjadi adalah seperti berikut:

Lanjutkan kegiatan dengan menggunakan bidang lain atau mengkombinasikan dengan


beberapa bidang yang berbeda.

50. PI

Definisi: perbandiangan antara keliling dan diameter lingkaran


Pembelajaran:

Buatlah lingkaran dengan ukuran yang berbeda, seperti berikut:

C
A B

a. Lingkarkan tali mengelilingi lingkaran tersebut dan ukurlah panjangan tali. Lakukan
hal yang sama pada lingkaran lainnya.
b. Ukurlah diameter setiap lingkaran.
c. Bandingkan panjang keliling lingkaran dengan panjang diameter dan catatlah
hasilnya pada tabel berikut:
61

No Bangun Keliling Diameter Keliling lingkaran


Lingkaran Diameter
1 A

2 B

3 C

Pada kolom terakhir akan diperoleh bilangan yang mendekati 3, 14 yang kemudian disebut
!!
dengan bilangan 𝜋 (dibaca: pi). Kadang untuk besaran π digunakan karena merupakan
!

pendekatan dari 3,14.

51. PRISMA DAN LIMAS

Definisi: Prisma adalah bangun ruang yang memiliki minimal dua bidang yang sejajar.

Limas adalah bangun ruang yang tidak memiliki bidang sejajar

Pembelajaran:

Kepada anak diberikan sekelompok bangun berbentuk prisma dan sekelompok


bangun berbentuk limas. Mintalah anak mencari perbedaan antara prisma dan limas.
Pembeda yang paling mudah diketahui anak adalah limas mempunyai titik puncak
sedangkan prisma tidak mempunyai titik puncak.
Sedangkan perbedaan sebenarnya adalah prisma mempunyai minimal dua bidang
sejajar sedangkan prisma tidak mempunyai bidang sejajar.
62

52. RATA-RATA

Definisi: Rerata sejumlah data.

rerata = x1 + x2 + x3 + x4 + … + xn
n

Keterangan: x = data

xn = data ke-n

n = banyak data

Pembelajaran:

Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam bentuk kegiatan.


Misalkan data nya adalah data gambar yang dibuat oleh siswa.
Diatas meja terdapat gambar yang dibuat oleh siswa dan telah
disusun menurut kelompoknya. Pada setiap kelompok,
banyak gambarnya tidak sama. Kepada siswa diberikan
pertanyaan, bagaimana caranya supaya tiap kelompok
mempunyai gambar yang sama?

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memindahkan gambar dari kelompok yang
lebih banyak kepada kelompok yang lebih sedikit.

Pada gambar di samping tampak bahwa setiap


kelompok sudah mempunyai anggota yang sama
banyak yaitu 3. Artinya adalah rata-rata dari data
gambar siswa tersebut adalah 3.
63

53. SKALA

Definisi: Skala adalah perbandingan antara jarak pada gambar dan jarak sebenarnya.

Pembelajaran:

Pembelajaran tentang skala diawali dengan menentukan jarak pada denah rumah
atau denah sekolah dengan jarak sesungguhnya.

Contoh:

Misalkan, jarak ruang kantor dengan kelas pada denah adalah 5 cm, dan jarak
sesungguhnya 30 m, Berapa skala denah kelas tersebut?

! !" ! !" !
Skala: = =
!" ! !""" !" !""

Skala denah tersebut adalah 1: 600

Jarak antara kota A dan kota B pada peta adalah 6 cm dan skala yang dipakai adalah 1 :
450.000. Berapa jarak sebenarnya?

Jawab:

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎 1


=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 450.000

6 1
=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 450.000

Jarak yang sebenarnya = 6 cm x 450.000

= 2.700.000 cm

= 2,7 km

Jadi, jarak kota A dan B adalah 2,7 km.


64

54. SIFAT ASOSIATIF PADA PENJUMLAHAN

Pembelajaran:
Sifat asosiatif (pengelompokkan) merupakan salah satu sifat operasi bilangan dalam
matematika. Dengan menerapkan sifat asosiatif, kita dapat mengubah urutan pengerjaan
penjumlahan bilangan tanpa mengubah hasil. Sifat asosiatif dapat diilustrasikan seperti
berikut:

Buktikan: (3 + 4) + 2 = 3 + (4 + 2)

Untuk membuktikan diperlukan sedotan dengan panjang 2 cm, 3cm dan 4 cm. Sedotan
tersebut disusun seperti berikut:

3+4 + 2=7+2=9 3+ 4+2 =3+6=9

Hasil akhir dari kedua penjumlahan di atas adalah 9. Artinya pengelompokkan pada operasi
penjumlahan tidak mengubah hasil.

55. SIFAT ASOSIATIF PADA PERKALIAN

Pembelajaran:
Sifat asosiatif pada perkalian dapat diilustrasikan dengan menggunakan kubus yang disusun
menjadi balok berukuran 3 x 4 x 2 sebagai berikut:
65

Pada gambar sebelah kiri tampak dua buah balok berukuran 3×4 secara matematis dapat
ditulis 2 × (3 × 4). Sedangkan pada gambar sebelah kanan tampak 4 buah balok berukuran
2 × 3 dan secara matematis di tulis 4 × (2 × 3).

Dengan demikian, kita dapatkan persamaan:

2 × 3 × 4 = 4 × (2 ×3) atau

2 × 3 × 4 = 2 × 3 × 4 (sifat komutatif)

56. SIFAT BANGUN RUANG

Pembelajaran:

Bangun Sisi Rusuk Titik sudut

6 12 8

6 12 8

5 8 5

5 9 6

Sifat bangun ruang dipelajari dengan melakukan pengamatan langsung kepada bangun
ruang tersebut. Dari hasil pengamatan dapat diketahui banyak bidang batas, rusuk dan titik
sudut, Misalnya seperti berikut:
66

57. SIFAT BIDANG DATAR

Pembelajaran:

Untuk mengetahui sifar bidang datar siswa dilibatkan secara aktif. Siswa mengamati
setiap bidang datar dan mengelompokkan bidang dengan berbagai kriteria.

Berikut adalah pengelompokkan bidang datar menurut banyak sisi:

Segitiga Segi empat

Segi n beraturan

Pengelompokkan bidang menurut banyak sisi sejajar.


67

Kemudian dialnjutkan dengan kegiatan pengamatan setiap bidang datar, dengan


memperhatikan banyak sisi, sudut, diagonal, simetri lipat dan simetri putar.

Bidang Sisi Sudut Diagonal Simetri Simetri


lipat putar

• 4 sisi sama panjang 4 sudut 2 4 4


• 2 pasang sisi sejajar Siku-siku

• 2 pasang sisi sama 4 sudut 2 4 2


panjang Siku-siku
• 2 pasang sisi sejajar

3 sisi sama panjang 3 sudut - 3 3


sama besar

• 2 pasang sisi sama 2 pasang 2 - 2


panjang sudut sama
• 2 pasang sisi sejajar besar

• 4 sisi sama panjang 2 pasang 2 2 2


• 2 pasang sisi sejajar sudut sama
besar

1 pasang sisi sejajar 2 pasang 2 1 0


sudut sama
besar

1 pasang sisi sejajar - 2 - 0


68

Tidak ada sisi sejajar 2 sudut 2 2 0


sama besar

58. SIFAT DISTRIBUTIF PADA PENGURANGAN

Pembelajaran:
Sifat distributif pada pengurangan dapat dilustrasikan sebagai berikut:
Pak Sani akan mencat dinding berukuran 2m x 9m, tetapi karena hari sudah sore dia baru
selesai mengecat dinding berukuran 2m x 6m. Berapa luas dinding yang akan dicat keesokan
harinya?

Masalah tersebut dapat digambarkan sbb, dinding yang harus dicat Pak Sani adalah Adan B,
daerah A sudah selesai dicat sedangkan daerah B belum selesai.
69

Berdasarkan gambar, maka luas B adalah:

B = luas semua – luas yang telah selesai dicat

𝑝 × 𝑙 = 2 × 9 − (2 × 6)

2 × 9 − 6 = 2 × 9 − (2 × 6)

59. SIFAT DISRTRIBUTIF PADA PENJUMLAHAN

Pembelajaran:
Sifat asosiatif dapat dijelaskan dengan cara berikut:

Contoh: 2 x (4 + 3) = …

Operasi bilangan tersebut dapat


digambarkan dengan pendekatan luas.
Persegi panjang dengan ukuran
panjang 7 atau (4 + 3) dan lebar 2.

Luas persegi panjang tersebut dapat


dihitung perbagian yaitu (2 x4) dan (2 x 3). Sehingga:

2 x (4 + 3) = (2 x4) + (2 x 3)

= 8 +6

= 14

60. SIFAT KOMUNITATIF PADA PENJUMLAHAN

Pembelajaran:
Berikut sifat komutatif (pertukaran) akan dijelaskan dengan menggunakan alat peraga
persegi.
70

Misalkan, 3 dinyatakan dengan

dan 4 dinyatakan dengan

3 + 4 = …. 4 + 3 = ….

61. SIFAT KOMUTATIF PADA PERKALIAN

Pembelajaran:
8 mainan mobil dapat disusun seperti berikut:

4 baris dan 2
kolom atau 4 x 2
2 baris dan 4 kolom atau 2 x 4

Dari susunan mainan di atas dapat disimpulkan 2 x 4 = 4 x 2

62. SIMETRI LIPAT

Definisi:
Bidang yang mempunyai suatu garis, maka objek yang berhadapan sama bentuknya dan
jaraknya.
Pembelajaran:
Pada kehidupannya simetri lipat terdapat pada kupu-kupu. Badan kupu-
kupu merupkan sumbunya. Warna dan motif sayap pada tempat yang
berlawan sama.
71

Contoh lain ditemukan pada abjad berikut:

Teknik untuk memperkenalkan simetri lipat kepada anak adalah dengan menggunakan
kertas origami. Anak diminta melipat kertas origami berbentuk persegi sehingga sisi –sisi
persegi saling berhimpit. Bukalah kembali lipatan kertas, didapat garis lipatan kertas yang
disebut dengan garis sumbu.

Mintalah anak untuk meghitung garis lipatan yang terdapat pada sebuah persegi. Lakukan
hal yang sama pada persegi panjang, segitiga dan lain-lain. Untuk latihan anak
dimintamembuat garis sumbu gambar-gambar berikut:

63. SIMETRI PUTAR

Definisi:
Menunjukkan banyak cara sebuah bidang kembali menyerupai bentuk asal melalui
perputaran (rotasi)
Pembelajaran:
Untuk menentukan simetri putar segitiga diperlukan sebuah segitiga terbuat dari
kertas. Kemudian siswa menjiplak segitiga tersebut pada selembar kertas. Putarlah segitiga
72

tersebut tepat diatas gambarnya. Jika dilakukan satu putaran penuh, berapa kali segitiga
tersebut menutup gambar segitiga?

64. SUDUT

Definisi: Daerah diantara dua sinar atau dua garis


Pembelajaran:
Tunjukkan sudut dalam kehidupan sehari-hari

a
b
c

Gambar a menunjukkan sudut yang terbentuk dengan menggunakan tangan. Dengan


menggerakkan tangan ke atas kebawah akan terbentuk sudut yang berbeda ukuran. Gambar
b, sudut terbentuk oleh jarum panjang dan jarum pendek. Gambar c, sudut ABC yang
dibentuk oleh sinar BA dan BC dengan BA dan BC merupakan kaki sudut.

Untuk mengukur sudut digunakan busur derajat.

Contoh:

Untuk mengukur sudut AOB, letakkan pusat


busur pada titik O, kemudian letakkan skala
0o tepat diatas salah satu kaki sudut, yaitu
AO. Kemudian perhatikan kaki sudut yang
lain yaitu BO. Pada gambar BO terletak
pada skala 50o. Maka besar sudut AOB
adalah 50o.
73

65. SUDUT DALAM

Definisi: sudut yang dibentuk oleh dua sisi yang berpotongan pada sebuah bidang.

Sudut dalamnya adalah:


∠ 𝐴𝐵𝐶, ∠𝐵𝐶𝐴, ∠𝐶𝐴𝐵

Sudut dalam segi empat dan segilima adalah seperti berikut:

Pembelajaran:
Siswa diberikan berbagai bentuk bidang, minta siswa untuk menyebutkan sudut dalam
bidang tersebut. Besar sudut dalam diukur dengan menggunakan busur derajat. Misalnya
untuk segitiga berikut:

∠ A = 73o , ∠ B = 53o, ∠ C = 55o

Jumlah sudut dalam = ∠A+ ∠B + ∠C =


73o + 53o + 55o = 180o
74

Jumlah sudut dalam semua segitiga adalah 180o. Hal ini dapat dibuktikan dengan kegiatan
melipat. Caranya, buatlah potongan segitiga dari kertas dan lipatlah segitiga tersebut dengan
langkah berikut:

Pada akhir lipatan tampak bahwa ∠ 1, ∠2 dan ∠ 3 membentuk sudut lurus atau 180o.

66. SUDUT KOMPLEMEN

Definisi: sudut pembentuk sudut siku-siku

Pembelajaran:
Sudut komplemen disebut juga sudut penyiku. ∠A disebut sudut komplemen dari ∠ B, jika
∠ 𝐴 + ∠ 𝐵 = 90o. Sebaliknya sudut B dapat juga disebut sebagai sudut komplemen dari
sudut A.

Contoh: Diketahui ∠ 𝐴 = 35o.

Berapa komplemen sudut A?

Jawab: Komplemen ∠𝐴 = 90o – 35o = 55o

67. SUDUT LANCIP

Definisi: Sudut yang besarnya kurang dari 90o.

Pembelajaran:

Siswa diberikan beberapa contoh sudut tumpul dengan ukuran berbeda, kemudian
siswa diminta mengukur sudut tersebut dengan busur derajat.
75

Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan siswa mencari sudut lancip yang terdapat di
lingkungan sekitar seperti di sekolah atau di rumah. Terkahir siswa diminta menggambar
beberapa buah sudut lancip.

68. SUDUT LUAR

Definisi: sudut yang membentuk sudut lurus dengan sudut dalam.

Sudut Sudut luar


Pembelajaran:
dalam

Sudut luar ditentukan dengan membuat garis bantu dengan memperpanjang salah satu sisi.
Seperti segitiga di atas, garis DG adalah perpanjangan dari garis DE. Sehingga, ∠ DEG
adalah 180o (karena membentuk garis lurus).Maka besar sudut luar atau ∠FEG = 180o - ∠
DEG

Contoh tentukan sudut luar segilima berikut:

Jawab:
∠ DEF = 108o
Besar sudur dalam = 180o – 108o = 72o
Jumlah sudut dalam = 5 x 72o = 360o
76

69. SUDUT LURUS

Definisi: Sudut yang bersarnya adalah 180o

∠ POQ = 180o

70. SUDUT SIKU-SIKU

Definisi: Sudut yang besarnya 90o

Contoh:

Setiap sudut pada persegi di samping


adalah sudut siku-siku karena besarnya
90o

Pembelajaran:
Sebuah sudut siku-siku diketahui setelah dilakukan pengukuran dengan busur
derajat atau dengan menggunakan alat bantu yang dapat dibuat dari lipatan kertas

71. SUDUT SUPLEMEN

Definisi: Sudut pembentuk 180o (sudut lurus)


77

Pembelajaran:
Sudut suplemen disebut juga sudut pelurus. ∠ A disebut sudut suplemen dari ∠B
jika ∠𝐴 + ∠ 𝐵 = 180o. Sebaliknya ∠ B juga merupakan sudut suplemen dari A.

Contoh:

45o

∠ EDF = 45o
Sudut suplemen EDF = ∠CDF
= 180o – 45o = 135o

72. SUDUT TUMPUL

Definisi: Sudut yang besarnya antara 90o dan 180o.


Pembelajaran:
Siswa diberikan beberapa contoh sudut tumpul dengan ukuran berbeda, kemudian
siswa diminta mengukur sudut tersebut dengan busur derajat.
78

Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan siswa mencari sudut tumpul yang terdapat di
lingkungan sekitar seperti di sekolah atau di rumah. Terkahir siswa diminta menggambar
beberapa buah sudut tumpul.

73. SUHU

Pembelajaran:

Pengukuran suhu dilakukan dengan termometer. Ada tiga macam termometer, yaitu
Celcius, Fachrenheit dan Reamor

74. TAKSIRAN RENDAH

Definisi:
Taksiran rendah adalah operasi hitung antara bilangan yang telah dibulatkan ke nilai tempat
sebelumnya.
Pembelajaran:
Tentukan hasil dari operasi hitung 468 – 220
79

Jawab:
Karena taksiran rendah, maka setiap bilangan dibulatkan ke ratusan.
468 dibulatkan menjadi 400
220 dibulatkan menjadi 200
Jadi, taksiran rendah 400 – 200 = 200

75. TAKSIRAN TERBAIK


Definisi:
Taksiran tinggi adalah operasi hitung antara bilangan yang telah dibulatkan ke nilai tempat
terdekat.
Pembelajaran:
Tentukan hasil dari operasi hitung 46 x 24
Jawab:
Karena taksiran terbaik, maka setiap bilangan dilakukan aturan pembulatan.
46 dibulatkan ke atas menjadi 50
24 dibulatkan ke atas menjadi 20
Jadi, taksiran terbaik 50 x 20 = 1000

76. TAKSIRAN TINGGI

Definisi:
Taksiran tinggi adalah operasi hitung antara bilangan yang telah dibulatkan ke nilai tempat
berikutnya.

Pembelajaran:
Tentukan hasil dari operasi hitung 26 + 32.

Jawab:

Karena taksiran tinggi, maka setiap bilangan dibulatkan puluhan berikutnya.


26 dibulatkan ke atas menjadi 30
32 dibulatkan ke atas menjadi 40
Jadi, taksiran tinggi 26 + 32 = 30 + 40 = 100
80

77. VOLUME

Definisi: Membandingkan isi suatu bangun ruang dengan satu satuan volume

Pembelajaran:
Dalam pembelajaran volume, diperlukan kubus satuan dan bangun ruang yang akan
dihitung volumenya, seperti kubus. Caranya siswa diminta memasukkan kubus satuan ke
dalam balok.

Kemudian tanyakan kepada siswa:

Berapa banyak kubus pada lapisan pertama atau bagian alas?


Berapa banyak kubus pada lapisan kedua?
Berapa banyak lapisan semuanya?

Bagaimana cara paling cepat untuk menghitung banyak kubus satuan?

Dengan bertanya seperti demikian, anak digiring untuk menjawab bahwa: ada 8 kubus pada
lapisan bawah dan semuanya ada 4 lapisan kubus. Maka volume atau banyak kubus satuan
semuanya adalah:

Volume = 4 x 8 = 32

Tinggi balok (t) Alas (A)

Maka V balok = 𝐴 × 𝑡

Dengan menggunakan rumus dasar tersebut (V = A ×t) dapat diturunkan untuk prisma
lainnya,seperti prisma segitiga dan silinder, seperti tampak pada gambar berikut:
81

Prisma segitiga Silinder

𝑉 = 𝐴 ×𝑡

𝑉 = 𝐴 ×𝑡 𝑉 = 𝝅 ×𝒓𝟐 × t

! × !!
𝑉= × 𝑡! Keterangan:
!

Keterangan: a = alas segitiga r = jari-jari lingkaran

t1 = tinggi segitiga t = tinggi silinder

t2 = tinggi limas

Sementara volume kerucut ditentukan dengan melakukan percobaan berikut:


Sediakan silinder dan kerucut, dengan syarat luas alas dan tinggi silinder sama dengan
kerucut. Mintalah siswa mengisi kerucut dengan beras atau air, kemudian pindahkan isi
kerucut kedalam silinder. Dengan demikian akan ditemukan perbandingan volume silinder
dengan kerucut adalah 3: 1.

Dari percobaan tersebut dapat diturunkan rumus volume kerucut seperti berikut:

Vkerucut : Vsilinder = 1 : 3
!
V kerucut = Vsilinder
!
! ×!
=
!
!
= ! 𝝅𝒓𝟐 𝑡
! ×!
Dengan diketahuinya rumus volume kerucut yaitu . Maka rumus tersebut berlaku
!

untuk semua bangun yang berbentuk limas termasuk piramid (limas segiempat).
82

78. WAKTU

Pembelajaran:
Pembelajaran tentang waktu diawali dengan membahas tentang siang, malam dan
kemaren, besok dan lain lain. Selain itu dapat juga dibelajarkan dengan menanyakan ulang
tahun siswa karena akan terkait dengan bulan dan tahun. Sistematika pembelajaran waktu
adalah diawali dari tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit dan detik.

Pembelajaran jam, menit dan detik lebih rumit dibandingkan dengan pembelajaran
tahun, bulan dan minggu. Sebelumnya siswa diperkenalkan dengan dua macam bentuk jam
yaitu jam analog dan jam digital.

Pembelajaran jam dilakukan dengan kegiatan berikut: buat 12 buah kartu bilangan
bertuliskan angka 1 – 12. Kemudian sambungkan potongan kertas itu dan tuliskan sebuah
bilangan pada setiap kartu mulai dari 1-12. Akhirnya didapat jam analog berbentuk garis
bilangan dari 1 sampai 12. Dari kertas berwarna lain buatlah penunjuk berbentuk panah.
Letakkan panah menunjuk salah satu bilangan. Mintalah anak membaca bilangan yang
ditunjuk oleh panah.
83

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Setelah anak berhasil membaca jam analog bentuk panjang, ubahlah bentuk susunan kartu
bilangan itu menjadi lingkaran. Pangkal panah diletakkan pada pusat lingkaran dan
fungsinya tetap yaitu sebagai penunjuk angka. Lanjutkan kegiatan membaca jam dengan
menggunakan jam analok bentuk lingkaran

Untuk melatih anak membaca menitan, diperlukan 12 kartu, kemudian kartu itu bertuliskan
angkan 5, 10, 15, …, 60. Kartu tersebut disusun berbentuk lingkaran anak dapat berlatih
untuk membaca menitan.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
84

Pelajaran terakhir untuk membaca jam adalah anak membaca jam yang mengandung
menitan. Untuk ini 2 set kartu bilangan yang telah dibuat disusun seperti berikut:

Kegiatan pembelajaran sudah dapat dilanjutkan dengan menggunakan jam-jaman. Siswa


tidak saja membaca jam tetapi juga memutar jarum panjang dan jarum pendek sesuai
dengan waktu yang disebutkan guru. Kegiatan membaca jam hendaknya dalam konteks
aktivitas rutin sehari-hari yang dilakukan anak.
85

DAFTAR PUSTAKA

Bahr , D. L., Lisa Ann de Garcia. (2010) Elementary Mathematics Is Anything but Elementary:
Content and Methods from a Developmental Perspective . Australia: Wadsworth,
Cengage Learning

Bennett,A. B., Laurie J. Burton, L. Ted. (2012) Mathematics For Elementary Teachers : A
Conceptual Approach — 9th ed. New York: McGraw-Hill

Kajander, A. 2007. Big Ideas For Growing Mathematicians : Exploring Elementary Math With 20
Ready-To-Go Activities. Chicago: Zephyr Press

Kennedy, L.M., Steve Tipps, Art Johnson. (2008). Guiding Children’s Learning of
Mathematics, 11ed. Australia: Thomson Wadsworth

Koshy, Valsa and Jean Murray. 2011. Unlocking Mathematics Teaching-2nd Ed. Canada:
Routledge

Musser, G.L. William F. Burger. (2011). Mathematics for Elementary Teachers: a Contemporary
Aproach- 11th Ed. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Ollerton, M. (2009). The Mathematics Teacher’s Handbook . Great Britain: Continuum

Reys, J.R. et al. (2009). Helping Children Learn Mathematics-9th Ed. USA: John Wiley & Sons.

Van de Walle, J.A. (2013).Elementary and Middle School Mathematics (5th ed). New York:
Longman

Watson, G. 2003. Ready-To-Use Activities That Make Math Fun!. San Fransisco: Jossey-Bass
86

RIWAYAT HIDUP

Yurniwati, lahir pada tahun 1966 di kota kecil yang terletak diantara G. Singgalang
dan G. Merapi yaitu kota Bukittinggi, Sumatera barat. Sebagai anak ke 8 dari 12 orang
bersaudara dari pasangan suami-istri H. Mukhtar Suleman dan Nuraini.
Menghabiskan masa SD, SMP dan SMA di Bukittinggi dan kemudian merantau ke
Jakarta pada tahun 1982 untuk melanjutkan studi di IKIP Jakarta. Pada tahun 1989 meraih
gelar Sarjana Pendidikan untuk Pendidikan Matematika dan tahun 1998 meraih gelar
Magister Pendidikan untuk Pendidikan Kelas Awal SD di PPS IKIP Jakarta. Tahun 2009
berhasil meraih gelar Doktor Pendidikan untuk Pendidikan Matematika di UPI Bandung.
Pada tahun 1999 menikah dengan Rudy Cahyo Yuniarto, pemuda asal Jember,
Jawa Timur dan dikaruniai sepasang putra-putri yaitu Ali Farhan dan Farah Nuraini.
Kariernya diawali dengan mengajar matematika di SMP Wiradharma, Kali Malang,
Jakarta Timur pada tahun 1988. Dua tahun kemudian mengajar di SMA Yappenda,
Tanjung Priok, Jakarta Utara. Semenjak tahun 1993 diangkat menjadi PNS dan mengajar
rumpun bidang studi Pendidikan Matematika di PGSD-FIP UNJ Jakarta. Semenjak tahun
2010 mengajar di Pascasarjana jurusan Pendidikan Dasar di UNJ Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai