Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN FISIK DASAR

(INSPEKSI, PALPAISI, PERKUSI DAN


AUSKULTASI)

Untuk menjadi seorang dokter yang baik harus dimulai dengan


penguasaan teknik-teknik pemeriksaan fisik yang baik dan benar. Melalui pemeriksaan fisik
yang baik seorang dokter akan memperoleh data atau informasi yang berharga tentang pasiennya
sehingga dapat menegakkan diagnosis yang tepat sehingga pada akhirnya akan menentukan
terapi yang tepat untuk pasien tersebut.
Apa itu pemeriksaan fisik ?????
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari
suatu sistem atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk
(perkusi), dan mendengarkan (auskultasi).

Langsung aja kita bahas mulai dari yang paling pertama yaitu : Inspeksi
1. Inspeksi
Inpeksi adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat. Dengan melihat maka kita
mendapatkan hasil pemeriksaan dalam hal antara lain :
- Kesan Umum Penderita : apakah tampak kesakitan atau tidak, bagaimana cara jalannya, dll.
- Warna-warna dari permukaan tubuh yang dapat dilihat seperti : warna kulit, warna sklera,
pucat, sianosis, dll.
- Bentuk : bentuk badan atau bagian badan tertentu
- Ukuran : perbandingan antar bagian tubuh, atau abnormal dari dinding dada pada waktu
bernafas.
Cara melakukan Inspeksi :
Perhatikan dan catatlah :
- Bentuk tubuh penderita : apakah kurus, atletis, atau gemuk.
- Perbandingan ukuran kepala dan panjang anggota badan
- Cara berjalan dan gerakan
- Adanya deformitas/kelainan bentuk
- Keadaan kulit, rambut, mukosa mata dan kuku secara umum
- Ekspresi wajah, apakah cemas, tertekan, malu, kesakitan, dll
- Ciri-ciri lain yang didapatkan saat inspeksi.

2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan meraba dengan menggunakan rasa propioseptif ujung jari
dan tangan. Dengan palpasi dapat terbentuk gambaran dari berbagai aspek seperti :
- Permukaan; misalnya halus/kasar, menonjol/datar, keras/lunak dll
- Getaran-getaran atau denyutan: denyut nadi, pukulan jantung pada dinding dada, dll
- Keadaan alat dibawah permukaan: misalnya batas-batas hepar(hati), adanya massa abnormal di
tempat yang tidak seharusnya, dll.
Cara melakukan Palpasi :
- Daerah yang akan diperiksa harus bebas dari gangguan-gangguan yang menutupi.
- Yakinkan bahwa tangan anda tidak dingin untuk menghindari kram bagi yang sensitif.
Cara melakukan palpasi dapat menggunakan:
- Jari telunjuk dan ibu jari : untuk menentukan besarnya benda.
- Jari ke 2,3,4 bersama dapat digunakan untuk menentukan konsistensi atau garis besar kualitas
benda.
- Seluruh telapak tangan dapat merasakan adanya getaran.
- Sedikit tekanan dengan ujung atau telapak jari dapat menemukan adanya rasa sakit yang dapat
dilihat dari perubahan mimik muka atau mendengarkan keluhan yang tertekan.

3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan perantaraan jari
tangan. Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan organ-organ di dalam tubuh. Tergantung
dari isi jaringan yang ada di bawahnya, maka akan timbul berbagai nada yang dibedakan menjadi
lima kualitas dasar, yaitu : Pekak, redup, sonor, hipersonor, dan timpani.
- Nada suara pekak, dihasilkan oleh massa padat, misalnya perkusi pada bagian paha.
- Nada suara redup, dihasilkan oleh suara perkusi dari hati.
- Nada suara sonor, dihasilkan oleh perkusi pada paru yang normal.
- Nada suara hipersonor, dihasilkan oleh paru yang emfisematous.
- Nada suara timpani, dihasilkan oleh perkusi pada pipi yang dikembungkan atau gelembung
udara pada lambung.
Cara melakukan Perkusi :

Jari tengah dari tangan kiri diletakkan pada permukaan yang akan diperkusi. jari tersebut dalam
sikap hiperektensi. Tekanan persendian interfalang pada permukaan yang diperkusi dengan
bagian lain dari tangan kiri.
Tempatkan tangan kanan ke dekat daerah yang akan diperkusi dalam posisi menekuk ke atas.
Jari tengah dalam sikap fleksi, relaks, dan siap untuk mengetuk.
Dengan gerakan yang cepat, tapi relaks dari pergelangan tangan kanan ketuklah jari tengah
tangan kiri yang menempel pada bidang yang diperiksa dengan jari tengah kanan. Gunakan
ujung jari dengan posisi yang sedapat mungkin tegak lurus. Buatlah ketukan seringan mungkin
yang dapat menghasilkan suara yang jelas.

4. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan suara yang terdapat di dalam tubuh dengan bantuan alat yang
disebut Stetoskop. Alat ini berfungsi sebagai saluran pendengaran di luar tubuh untuk dapat
meredam suara di sekitarnya. Dari pemeriksaan auskultasi, dokter dapat mendengarkan suara-
suara secara kualitatif dan kuantitatif yang ditimbulkan oleh jantung, pembuluh darah, paru, dan
usus.
Cara melakukan Auskultasi :

- Gunakan stetoskop dengan pipa pendek (25-30 cm). pasangkan kedua "ear pieces" ke dalam
telinga, sehingga betul-betul masuk, tetapi tidak menekan.
- Gunakan bagian bel dari stetoskop untuk memeriksa toraks dan bagian dalam diafragma untuk
memeriksa abdomen.

Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan Pemeriksaan Fisik Dasar (Inspeksi,


Palpasi, Perkusi, Auskultasi) :
A. Memberi Penjelasan dan Informasi Kepada Pasien.
1. Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan stress sebelum melakukan
pemeriksaan fisik :
- Memberikan penjelasan dengan benar dan jelas tentang tujuan dan manfaat sebelum
pemeriksaan fisik.
- Memberi tahu adanya rasa tidak nyaman yang mungkin timbul selama pemeriksaan fisik.
B. Melakukan Pemeriksaan Inspeksi
1. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.
2. Menunjukkan bagaimana melakukan inspeksi pada bagian tubuh tertentu pada saat duduk :
wajah, mata, dan lainnya.
3. Menyuruh pasien untuk berdiri dan bergerak.
4. Menunjukkan bagaimana melakukan inspeksi pasien sewaktu berdiri dan bergerak.
5. Memberi instruksi pasien untuk berbaring.
6. Menyuruh pasien untuk membuka pakainnya/menyingkap bagian tubuh.
7. Menunjukkan bagaimana melakukan inspeksi pasien dalam keadaan berbaring : dada, perut
dan anggota gerak.
8. Melaporkan hasil pemeriksaan.
C. Melakukan Pemeriksaan Palpasi
1. Meletakkan 3 jari pada pergelangan tangan pasien.
2. Meraba dada pasien dengan seluruh telapak tangan dan merasakan gerakan pernafasan.
3. Tampak membandingkan gerakan dada kanan dan kiri dengan meletakkan satu tangan di dada
kanan dan tangan lainnya didada kiri.
4. Melaporkan hasil pemeriksaan.
D. Melakukan Pemeriksaan Perkusi
1. Menekankan interfalang jari ke-3 tangan kiri ke permukaan dinding dada.
2. Mengetuk dengan jari tengah tangan kanan secara tegak lurus terhadap interfalang jari ke-3
tangan kiri.
3. Sikap tangan kanan rileks, gerakan pada pergelangan tangan.
4. Suara yang dihasilkan benar, sesuai dengan daerah yang diperkusi.
5. Melaporkan hasil pemeriksaan.
E. Melakukan Pemeriksaan Auskultasi
1. Memasang ear plug stetoskop pada telinga.
2. Mendengarkan suara selama 2-3 detik pada suatu tempat sebelum berpindah tempat.
3. Melaporkan hasil pemeriksaan.

Pemeriksaan Fisik Umum Bagi Petugas Kesehatan Bag II

Mei 31, 2008 oleh agungrakhmawan

Lanjutan……. bag II
C. PEMERIKSAAN PERKUSI
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/
gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa.
Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan
getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi
disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran,
bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak
jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas paling resonan
Cara pemeriksaan
1. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung pada bagian mana yang akan diperiksa
dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka

2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dan posisi yang nyaman untuk menghindari ketegangan otot
yang dapat mengganggu hasil perkusi.

3. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.

4. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.

5. Lakukan perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :

a. Metode langsung yaitu melakukan perkusi atau mengentokan jari tangan langsung dengan
menggunakan 1 atau 2 ujung jari.

b. Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut :


Jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) sebagai fleksimeter di letakkan dengan
lembut di atas permukaan tubuh, upayakan telapak tangan dan jari-jari lain tidak
menempel pada permukaan tubuh.

Ujung jari tengah dari tangan kanan (dominan) sebagai fleksor, untuk memukul/
mengetuk persendian distal dari jari tengah tangan kiri.

Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan tetap/ tidak bergerak dan pergelangan
tangan rilek.

Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh.

Bandingkan bunyi frekuensi dengan akurat.

6. Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.


a. Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agak lama dan kualitas seperti
drum (lambung).

b. Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah, waktu lama, kualitas bergema
(paru normal).

c. Bunyi hipersonar mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas ledakan
(empisema paru).

d. Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu agak lama
kualitas seperti petir (hati).

e. Bunyi kempes mempunyai intensitas lembut, nada tinggi, waktu pendek, kualitas datar (otot).

D. PEMERIKSAAN AUSKULTASI
Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang terbentuk di
dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan dengan cara
membandingkan dengan bunyi normal. Auskultasi yang dilakukan di dada untuk mendengar
suara napas dan bila dilakukan di abdomen mendengarkan suara bising usus.
Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
1. Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
2. Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
3. Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara
4. Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.
Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada organ yang
berbeda, sehingga bunyi abnormal dapat di deteksi dengan sempurna. Untuk mendeteksi
suara diperlukan suatu alat yang disebut stetoskop yang berfungsi menghantarkan,
mengumpulkan dan memilih frekuensi suara. Stetoskop terdiri dari beberapa bagian yaitu
bagian kepala, selang karet/ plastik dan telinga. Selang karet/ plastik stetoskop harus lentur
dengan panjang 30-40 cm dan bagian telinga stetoskop yang mempunyai sudut binaural dan
bagiannya ujungnya mengikuti lekuk dari rongga telinga Kepala stetoskop pada waktu
digunakan menempel pada kulit pasien.
Ada 2 jenis kepala stetoskop yaitu :

1. Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan, seperti pada bunyi
jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi tinggi terdengar lebih
keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara kerjanya seperti diafragma.

2. Diafragma digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru

Cara pemeriksaan
1. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan bagian
tubuh yang diperiksa harus terbuka

2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman

3. Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala, selang dan telinga

4. Pasanglah ujung steoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah, ukuran
dan lengkungannya. Stetoskop telinga
5. Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan
pemeriksa atau menggosokan pada pakaian pemeriksa
6. Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan lakukan
pemeriksaan dengan seksama dan sistimatis
7. Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tekanan ringan
yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diafragma untuk bunyi bernada tinggi seperti
bunyi usus dan paru

8. informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status.


4. POSISI PEMERIKSAAN
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal , maka posisi pemeriksaan sangat
menentukan . beberapa posisi yang umum dilakukan yaitu :
a. Posisi duduk dapat dilakukan di kursi atau tempat tidur. Digunakan untuk pemeriksaan
pada kepala, leher, dada, jantung, paru, mamae, ektremitas atas.
b. Posisi supine (terlentang) yaitu posisi berbaring terlentang dengan kepala disangga bantal.
Posisi ini untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada depan, paru, mamae, jantung,
abdomen, ektremitas dan nadi perifer
c. Posisi dorsal recumbent yaitu posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan kaki menyentuh
tempat tidur
d. Posisi sims ( tidur miring) , untuk pemeriksaan rectal dan vagina
e. Posisi Prone (telungkup ), untuk evaluasi sendi pinggul dan punggung
f. Posisi lithotomi yaitu posisi tidur terlentang dengan lutut dalam keadaan fleksi. Untuk
pemeriksaan rectal dan vagina
g. Posisi knee chest ( menungging ), untuk pemeriksaan rectal
h. Posisi berdiri yaitu untuk evaluasi abnormalitas postural, langkah dan keseimbangan.

PERKUSI
=> Untuk memperkirakan ukuran hepar, adanya udara pada lambung dan usus (timpani atau
redup)

=> Untuk mendengarkan atau mendeteksi adanya gas, cairan atau massa dalam perut

=> bunyi perkusi pada perut yang normal adalah timpani, tetapi bunyi ini dapat berubah pada
keadaan-keadaan tertentu misalnya apabila hepar danlimpa membesar, maka bunyi perkusi
akanmenjadi redup, khususnya perkusi di daerah bawah arkus kosta kanan dan kiri.

Perkusi
Perkusi merupakan pemeriksaan dengan melakukan pengetukan yang menggunakan ujung-
ujung jari pada bagian tubuh, untuk mengetahui ukuran, batasan, konsistensi organ-organ tubuh
dan menentukan adanya cairan dalam rongga tubuh. Ada dua cara dalam perkusi yaitu cara
langsung dilakukan dengan mengetuk secara langsung menggunakan satu atau dua jari.
Sedangkan cara tidak langsung dilakukan dengan menematkan jaritengah tangan di atas
permukaan tubuh dari jari tangan lain, telapak tidak pada permukaan kulit. Setelah mengetuk,
jari tangan ditarik ke belakang.
• Secara umum hasil perkusi dibagi menjadi tiga macam, diantaranya sonor.
Sonor adalah suarau yang terdengar pada perkusi paru-paru normal; pekak suara yang terdengar
pada perkusi otot; dan timpali adalah suara yang tersengar pada obdomen bagian lambung.
Selain itu, terdapat suara yang terjadi diantara suara tersebut, seperti redup dan hipersonor.
Redup adalah suara antara sonor dan pekak sedangkan hipersonor adalah suara diantara sonor
dan timpalni.

4.Auskultasi
Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh
tubuh melalui stetoskop. Dalam melakukan auskultasi, beberapa hal yang perlu didengaran
diantaranya:
1.Frekuensi atau siklus gelombang bunyi
2. Kekerasan atau amplitudo bunyi
3. Kualitas dan lamanya bunyi

Fungsi Stetoskop

Stetoskop memiliki banyak fungsi di bidang kesehatan dan merupakan alat yang sangat berguna
untuk
a. Memeriksa Tekanan Darah

b. Paru-paru

c. Jantung

d. Pemeriksaan prenatal

e. Gangguan Perut

 Sungkup atau mangkuk terbuka (open bell) berfungsi untuk menyesuaikan impedansi
antara kulit dan udara. Kulit manusia memiliki frekuensi resonansi alami yang efektif
untuk menghantarkan bunyi jantung. Kulit pasien yang bersentuhan dengan sungkup
terbuka berfungsi seperti diafragma. Frekuensi resonansi ditentukan oleh diameter
sungkup dan tekanan sungkup pada kulit. Semakin kencang kulit tertarik atau semakin
kecil diameter sungkup, semakin tinggi frekuensi resonansinya. Murmur jantung yang
frekuensinya rendah tidak akan terdengar apabila stetoskop terlalu kencang ditekan ke
kulit.

 Sungkup atau mangkuk tertutup (closed bell), yaitu sebuah sungkup yang memiliki
diafragma dengan frekuensi resonansi tertentu. Frekuensinya biasanya tinggi sehingga
mampu menapis suara-suara berfrekuensi rendah. Frekuensi resonansinya ditentukan juga
oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor yang mengatur frekuensi sungkup terbuka.
Stetoskop sungkup tertutup digunakan khususnya untuk mendengarkan bunyi paru yang
frekuensinya lebih tinggi daripada bunyi jantung.

 Walaupun selang hanya berperan mengantarkan gelombang suara dari sungkup ke


earpieces, tetapi perhitungannya tidak sederhana. Suara termasuk dalam kategori
gelombang mekanik. Gelombang bunyi cenderung menyebar ke segala arah. Perhitungan
bunyi tidak hanya menyangkut energi, tetapi menyangkut intensitas, yaitu energi yang
menyebar pada semua bidang dalam suatu waktu. Bila diameter selang terlalu kecil,
banyak suara yang akan hilang akibat gesekan. Jika diameter terlalu besar, maka volume
udara yang dipindahkan menjadi terlalu banyak. Untuk frekuensi di atas 100 Hz
efisiensinya akan berkurang seiring dengan semakin panjangnya selang. Misalkan dengan
perubahan selang dari panjang 7,5 cm menjadi 66 cm menyebabkan frekuensi suara yang
sebesar 200 Hz akan hilang sebesar 15 dB selama perambatan. Biasanya agar didapatkan
hasil yang baik, stetoskop dibuat dengan panjang selang 25 cm dan lubang yang
berdiameter 0,3 cm. Ini boleh jadi merupakan hasil terbaik setelah ujicoba dari berbagi
ukuran.

 Earpieces harus terpasang tepat di telinga karena kebocoran udara mengurangi suara
yang terdengar. Semakin rendah frekuensi suara tentunya semakin bermakna kebocoran
tersebut

Anda mungkin juga menyukai