Anda di halaman 1dari 47

REFERAT

PSIKOTERAPI

Pembimbing :
dr. Karjana, Sp.KJ

Disusun oleh :
Siti Rohaeni
1102014254

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 15 OKTOBER – 17 NOVEMBER 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdu Lillahi Rabbil ’Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan


kehadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam
kepada Rasulullah dan keluarga, sahabat-sahabat serta para pengikutnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Psikoterapi. Referat ini disusun
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Kesehatan
Jiwa di RS Bhayangkara TK. I Raden Said Sukanto. Pada kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas
bimbingan yang telah diberikan selama pembuatan referat ini kepada dr.
Karjana,Sp.KJ.
Dalam menyelesaikan penulisan referat ini, penulis menyadari bahwa tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan baik dari segi materi dan bahasa yang
disajikan. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kehilafan, serta dengan
tangan terbuka mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan referat ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga refeat ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya, serta semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Oktober 2018

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring meningkatnya problematika kehidupan, saat ini semakin banyak
orang memiliki masalah atau gangguan tidak hanya pada fisik namun juga pada
mental. Kini tuntutan jaman yang semakin tinggi baik dari pendidikan, gaya
hidup, lingkungan membuat orang lebih mudah terserang stress yang dapat
berdampak pada hubungan intrapersonal maupun interpersonal dengan orang-
orang disekitarnya. Data dari WHO, di tahun 2010 terjadi hampir 150 kematian
setiap harinya di Indonesia akibat bunuh diri yang disebabkan masalah
kejiwaan. Masalah kejiwaan yang sering kali terjadi yaitu gangguan depresi,
gangguan cemas, serangan panik dan trauma di masa lalu. Keluhan yang
seringkali muncul dapat diakibatkan adanya gangguan fisik, tapi dapat juga
berkaitan langsung dengan problem emosional ataupun keduanya dalam waktu
bersamaan. Sekitar 25-30% pasien datang berobat ke dokter umum dengan
problem emosional. Di samping itu, faktor emosional merupakan faktor penting
yang mempengaruhi kondisi penyakit terutama apabila pasien memiliki
semangat dan pengharapan yang tinggi maka proses penyembuhan dapat
berlangsung lebih cepat, namun bila pasien merasa sedih, tidak didukung oleh
keluarga dan putus asa, proses penyembuhan dapat berjalan lambat.
Hal-hal tersebut mempengaruhi mekanisme daya tahan mental yang
dapat menyebabkan terjadinya neurosis, yaitu suatu gangguan jiwa yang secara
struktural tanpa kerusakan organik dan dapat mempengaruhi kepribadian
pasien. Adanya konflik sering bermanifestasi dalam bentuk fenomena tertentu.
Semua gangguan mekanisme daya tahan mental bersifat selalu melawan atau
menentang usaha-usaha terapeutik yang bertujuan untuk mengubah atau
meniadakan gangguan tersebut. Hal ini memunculkan peranan dari terapi
alternatif salah satunya adalah psikoterapi.

3
Banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi
kebanyakan dari mereka mencari psikoterapi karena mereka membutuhkan
bantuan untuk masalah – masalah yang sangat berat. Kebanyakan orang
membicarakan masalahnya kepada teman dan keluarga, tetapi itu tidak mampu
memperbaiki keadaan dirinya. Psikoterapi merupakan salah satu cara yang tepat
untuk membicarakan masalah dan mendapatkan pemecahannya. Psikoterapi
merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana
pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Dalam psikoterapi
difokuskan pada proses-proses yang tidak sadar dalam diri pasien dan
pengubahan struktur pribadi pasien. Oleh karena itu psikoterapi sangatlah
dibutuhkan dalam penyembuhan pada orang-orang yang memiliki masalah
terutama masalah kesehatan jiwa. Dalam psikoterapi, keberhasilan sangat
ditentukan oleh kerja sama yang baik antara pasien dan terapis, karena peran
terapis sangat penting dalam membantu, mengarahkan dan membimbing pasien
serta menganalisa masalah dan merencanakan terapi-terapi yang akan
diberikan. Dengan hubungan yang dilandasi kepercayaan maka terapi akan
berlangsung dengan efektif.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang definisi, tujuan,
klasifikasi serta penggunaan berbagai jenis psikoterapi.
2. Untuk memenuhi tugas referat di bagian kepaniteraan Ilmu Jiwa Rumah
Sakit Bhayangkara TK. I Raden Said Sukanto.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Psikoterapi


Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani,
yaitu “Psyche” yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan “Therapy” yang artinya
penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Maka psikoterapi disebut juga dengan
istilah terapi kejiwaan, terapi mental atau terapi pikiran.
Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara
psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan
kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk
menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat
penyakit. Definisi yang lain yaitu psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu
kedokteran terhadap gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran,
perasaan, dan perilaku agar terjadi keseimbangan dalam diri individu tersebut.1
Psikoterapi sering disalahartikan sebagai konseling, padahal keduanya
merupakan jenis intervensi yang berbeda, karena konseling merupakan proses
dimana pasien dapat mengeksplorasi diri yang berfokus pada masalah yang dimiliki
pasien yaitu dengan peningkatan kesadaran dapat memilih dan menyingkirkan hal-
hal yang bersifat negative. Konseling berjangka waktu singkat serta hanya berfokus
mengatasi krisis yang dihadapi oleh pasien. Sedangkan psikoterapi memusatkan
pada proses-proses dalam diri pasien yang terjadi di dalam alam bawah sadar
yang dapat mengubah struktur kepribadian pasien. Psikoterapi lebih berusaha
untuk meraih pemahaman diri yang intensif tentang dinamika-dinamika yang
bertanggung jawab atas terjadinya krisis kehidupan klien.2

2.2 Tujuan Psikoterapi


1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimiliki atau membuat seseorang
merasa bahagia dan sejahtera.

5
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan lebih baik
untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat
seseorang lebih mengenal dan mengerti tentang dirinya sendiri.
3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.1

2.3 Proses Psikoterapi Praktis


Secara garis besar, untuk psikoterapi yang terstruktur, terdapat kerangka
umum yang terencana, sehingga seseorang dapat lebih terarah dan mantap dalam
usaha untuk mencapai tujuan terapeutik yang bermakna. Kerangka kerja umum
tersebut hendaknya cukup luwes dan luas (holistik), yang dapat mencakup berbagai
orientasi dan disiplin. Adapun kerangka proses psikoterapi tersebut 1:
a. Fase Awal
Tujuannya membentuk hubungan kerja dengan pasien. Tugas Terapeutik :
1. Memotivasi pasien untuk menerima terapi, 2. Menjelaskan dan menjernihkan
salah pengertian mengenai terapi (bila ada), 3. Meyakinkan pasien bahwa terapis
mengerti penderitaannya dan bahwa terapis mampu membantunya, 4. Menetapkan
secara tentatif mengenai tujuan terapi.
Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: 1. Tidak ada motivasi
terapi dan tidak dapat menerima fakta bahwa ia dapat dibantu, 2.Penolakan terhadap
arti dan situasi terapi, 3. Tidak dapat dipengaruhi, terdapat hostilitas dan agresi,
dependensi yang mendalam, dan 4. Berbagai resistensi lain yang menghambat
terjalinnya hubungan yang sehat dan hangat.
Masalah kontratransferensi dalam diri terapis, antara lain: 1. Tidak mampu
bersimpati, berkomunikasi dan saling mengerti secara timbal balik,2. Timbul
iritabilitas terhadap penolakan pasien untuk terapi dan terhadap terapis, 3. Tidak
mampu memberi kehangatan kepada pasien, dan 4. Tidak dapat menunjukkan
penerimaan dan pengertian terhadap pasien dan masalahnya.
b. Fase Pertengahan:
Tujuannya: menentukan perkiraan sebab dan dinamik gangguan yang
dialami pasien, menerjemahkan tilikan dan pengertian (bila telah ada), menentukan
langkah korektif. Tugas terapeutik: 1.Mengeksplorasi berbagai frustrasi terhadap

6
lingkungan dan hubungan interpersonal yang menimbulkan ansietas. Bila
melakukan psikoterapi dinamik, gunakan asosiasi, analsisi karakter, analisis
transferensi, interpretasi mimpi. Pada terapi perilaku, kita menilai faktor-faktor
yang perlu diperkuat dan gejala-gejala yang perlu dihilangkan. 2. Membantu pasien
dalam mengatasi ansietas yang berhubungan dengan problem kehidupan.
Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: 1. Rasa bersalah terhadap
pernyataan dan pengakuan adanya gangguan dan kesulitan dalam hubungan
interpersonal dengan lingkungan, 2. Tidak mau, atau tidak mampu (bila ego lemah),
menghadapi dan mengatasi ansietas yang berhubungan dengan konflik, keinginan
dan ketakutan
Masalah kontratransferensi dalam diri terapis dapat berupa: 1.Terapis
mengelak dari problem pasien yang menimbulkan ansietas dalam diri terapis; 2.
Ingin menyelidiki terlalu dalam dan cepat pada fase permulaan, 3. Merasa jengkel
terhadap resistensi pasien.
c. Fase akhir:
Tujuannya yaitu: terminasi terapi. Tugas terapeutiknya antara lain: 1.
Menganalisis elemen-elemen dependensi hubungan terapis – pasien; 2.
Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk mendorong pasien membuat
keputusan, menentukan nilai dan cita-cita sendiri. 3. Membantu pasien mencapai
kemandirian dan ketegasan diri yang setinggi-tingginya.
Resistensi pada pasien dapat berupa: 1. Penolakan untuk melepaskan
dependensi; 2. Ketakutan untuk mandiri dan asertif.
Masalah kontratransferensi pada terapis: 1. Kecenderungan untuk
mendominasi dan terlalu melindungi pasien; 2. Tidak mampu mengambil
sikap/peran yang non direktif sebagai terapis.

2.4 Tahap-tahap Psikoterapi


1. Wawancara awal
a. Kemukakan apa yang akan terjadi selama terapi berlangsung, aturan-
aturan yang akan dilakukan terapi dan diharapkan dari pasien, kontrak
terapeutik (tujuan, harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll)

7
b. Hal apa yang menjadi masalah pasien, pasien menceritakan masalah
(ada komitmen untuk mengkomunikasikan), terapis dan pasien
bekerjasama.
2. Proses terapi
a. Mengkaji pengalaman pasien, hubungan terapis dan pasien, pengenalan
– penjelasan – pengertian perasaan dan pengalaman pasien.
b. Pengertian ke tindakan
c. Terapis bersama pasien mengkaji dan mendiskusikan apa yang telah
dipelajari pasien selama terapi berlangsung, pengetahuan pasien akan
aplikasinya nanti di perilaku dan kehidupan sehari-hari.
3. Mengakhiri terapi
a. Terapi dapat berakhir jika tujuan telah tercapai, pasien tidak
melanjutkan lagi, atau terapis tidak dapat lagi menolong pasiennya
(merujuk ke ahli lain)
b. Beberapa pertemuan sebelum terapi berakhir pasien diberitahu untuk
menjadi lebih mandiri menghadapi lingkungannya nanti. Sehingga
pasien dibantu agar merasa dirinya diterima, aman, dilindungi,
diperhatikan, dibesarkan hatinya dan dikurangi kecemasannya.2
Seperti telah disebutkan, psikoterapi dilakukan dengan cara percakapan atau
wawancara (interview). Dalam suatu wawancara, tidak dapat dipisahkan antara sifat
terapeutik dan penegakan diagnosis. Biasanya, pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan mengandung kedua aspek tersebut, yaitu untuk mengoptimalkan
hubungan interpersonal dengan pasien (sifat terapeutik), dan untuk melengkapi data
dalam usaha menegakkan diagnosis. Dalam melakukan psikoterapi, wawancara
harus lebih mengutamakan aspek terapeutiknya; data yang diperlukan akan
berangsur terkumpul dengan kian membaiknya hubungan interpersonal yang
terjalin antara dokter dengan pasiennya, sehingga berartinya suatu wawancara
tergantung dari sifat hubungan terapis dengan pasiennya tersebut.1,2
Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan observasi secara
menyeluruh dengan teliti. Sambil mengajukan pertanyaan, kita juga mengamati dan

8
turut serta (sebagai participant observer) dalam proses yang sedang berlangsung
pada saat dan situasi tersebut (“the here and now”), yang kita amati yaitu :
(1) Apa yang terjadi pada pasien,
(2) Apa yang terjadi pada pewawancara atau terapis sendiri, serta
(3) Apa yang terjadi di antara terapis dan pasiennya.
Dalam berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis mempengaruhi pasien
dengan sikap dan perkataannya, dari menit ke menit, saat ke saat. Dalam hal ini,
yang perlu diperhatikan sebetulnya bukan hanya apa yang kita bicarakan, tetapi
juga bagaimana cara kita melakukannya, kapan (saat atau waktu yang tepat) kita
mengungkapkan hal tertentu yang ingin kita sampaikan, serta bagaimana hubungan
antara si penolong (dokter atau terapis) dan yang ditolong (pasien) tersebut. Hal-
hal tersebut dapat membuat pasien menjadi lebih tenang atau sebaliknya menjadi
tegang, lebih terbuka atau tertutup, lebih percaya atau pun curiga, sehingga dapat
disimpulkan bahwa selalu ada pengaruh terapeutik maupun kontraterapeutik, dan
tidak pernah netral sama sekali, karena setiap orang mempunyai latar belakang
kepribadian dan pengalaman hidup yang berbeda-beda, yang mempengaruhi cara
pandang, cara berpikir dan menghayati segala sesuatu.1,2
Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya
menghasilkan pengaruh dokter atau terapis atas pasien, namun juga pengaruh
pasien terhadap dokternya. Sang dokter, sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh
sikap dan perkataan pasien, yang akan tercermin dalam sikap, perasaan dan
perilakunya sendiri. Dipacu oleh sikap dan perilaku pasien terhadapnya (ditambah
lagi dengan kehidupan fantasinya sendiri), dokter atau terapis dapat menjadi
tenang, tegang, santai, kuatir, terbuka, tertutup, bosan, sedih, kesal, malu,
terangsang, dll.; perasaan-perasaan tersebut turut menentukan apa yang
dikatakannya kepada pasien (atau tidak dikatakannya) dan bagaimana ia
mengatakannya. Untuk dapat mengatasi hal ini seorang dokter atau terapis perlu
belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar ucapan-ucapan
dan sikapnya terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sedikit
mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari respons emosional
subyektifnya sendiri.2

9
Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya senantiasa diusahakan agar dokter
dapat menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dan
pasien. Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien, senantiasa harus
dipertimbangkan bilamana dan bagaimana kita akan menanyakan hal tersebut. Bila
konteksnya kurang tepat, misalnya, pasien justru dapat merasa tersinggung atau
dipermalukan oleh pertanyaan kita (nyata atau tidak nyata), pasien mungkin akan
menolak atau menyangkal, atau akan membuat-buat jawabannya.2
Pasien dibantu agar merasa dirinya diterima, aman dilindungi, diperhatikan,
dibesarkan hatinya dan dikurangi kecemasannya.

2.5 Golongan Psikoterapi


a. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
Wolberg menjelaskan terdapat tiga tingkatan psikoterapi berdasarkan tujuan
yang ingin dicapai, tiga tingkatan yaitu:
1. Tingkat Support (Memulihkan Keseimbangan Pasien)
Pada terapi suportif, psikoterapi bertujuan untuk memulihkan
keseimbangan pasien secara cepat dan menghilangkan masalah-masalah
neurotik yang ada. Terapi suportif dilakukan pada pasien yang
sebenarnya memiliki penyesuaian diri yang baik, namun memiliki
masalah akibat tekanan lingkungan yang terlalu berlebihan dan tidak
mampu mengatasi kecemasan serta kurang memiliki motivasi atau
intelegensia. Terapi ini dapat memperkuat mekanisme defense dan
mekanisme pengendalian menjadi baru dan lebih baik sehingga menuju
kearah perbaikan pada keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional,
hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan,
terapi kelompok.
2. Tingkat Insight (Tujuan Reedukatif)
Terapi tingkatan insight dengan tujuan reedukatif untuk membantu
pasien mencapai insight. Menurut Gelso dkk (dalam Kivlighan dkk,
2000). Istilah insight, menunjukkan derajat pemahaman pasien

10
mengenai hal-hal yang digali selama proses terapi, yang bisa berupa
pemahaman mengenai hubungan di dalam proses terapi, keberfungsian
individu diluar terapi, atau aspek-aspek dinamika dan perilaku pasien.
Secara teoritis, insight dialami pasien diduga akan meningkat selama
proses psikoterapi dan gejala-gejala akan berkurang seiring dengan
peningkatan tersebut. Individu yang mencapai insight selama proses
terapi menunjukkan penurunan keluhan yang berkaitan dengan tekanan
yang dirasakan. Terapi diharapkan dapat mengubah pola perilaku
dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk
kebiasaan yang lebih menguntungkan.
Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga,
psikodrama, dll.
3. Tingkat Insight Therapy (Tujuan Rekonstruktif)
Level ini bertujuan sebagai rekonstruktif. Level ini mengupayakan
tercapainya kesadaran atas konflik-konflik yang tidak disadari dan
dengannya dengan mekanisme pertahanan tertentu. Tujuan utamanya
adalah merasakan emosional yang berawal dari pemahaman total
melalui rekonstruksi kepribadian. Diharapkan dengan usaha mencapai
perubahan luas struktur kepribadian seseorang maka dapat diperoleh
pemahaman total dan mencapai tilikan (insight) akan konflik-konflik
nirsadar.
Menu
b. Menurut “dalamnya“, psikoterapi terdiri atas:
1. Superfisial yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada
“permukaan”, yang tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi
yang direpresi.
2. Mendalam (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang tersimpan
dalam alam nirsadar atau materi yang direpresi.
c. Menurut teknik yang terutama digunakan (teknik perubahan), antara
lain:

11
Psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant conditioning,
modeling, asosiasi bebas, interpretatif, dll.
d. Konsep teoritis mengenai motivasi dan perilaku
 psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional
dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi)
 psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan
kognitif automatis yang “keliru”)
 psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa ingatan, keinginan,
dorongan, ketakutan, dll. yang nirsadar ke dalam kesadaran).
Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar,
sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik
Freud dan pasca-Freud.
e. Menurut setting anggota terapi
Psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan kelompok (terdiri atas
terapi marital/pasangan, terapi keluarga, kelompok).
 Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di antara
pasangan, misalnya komunikasi, persepsi,dll.
 Terapi keluarga, dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga
mengalami gangguan jiwa, akan mempengaruhi keadaan dan interaksi
dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan keluarga akan mempengaruhi
gangguan serta prognosis pasien. Untuk itu seluruh anggota keluarga
diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi.
 Terapi kelompok, dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya
enam atau delapan orang), oleh satu atau dua orang terapis. Metode dan
caranya bervariasi; ada yang suportif dan bersifat edukasi, ada yang
interpretatif dan analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien
dengan gangguan yang berbeda, atau dengan problem yang sama,
misalnya gangguan makan, penyalahgunaan zat, dll. Diharapkan mereka
dapat saling memberikan dukungan dan harapan serta dapat belajar
tentang cara baru mengatasi problem yang dihadapi.

12
f. Teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, misalnya
narkoterapi, hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan dan
peragaan (play therapy), psikoterapi religius, dan latihan meditasi.3

JENIS PSIKOTERAPI
1. PSIKOANALISIS
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang
sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis adalah aliran
pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisis dimulai dengan pengobatan
pasien dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang wanita muda neurotik yang
menderita gangguan visual dan motorik yang multipel dan perubahan kesadaran,
diobati oleh dokter ahli penyakit daiam dari Vienne, Josef Breuer. Ia mengamati
bahwa gejala pasien menghilang jika ia mengekspresikannya secara verbal saat
dihipnosis. Sigmeun Freud dan Breuer menggunakan tehknik secara bersama,
mereka mendorong pasiennya untuk berkonsentrasi dengan mata tertutup pada
ingatan masa lalu yang berhubungan dengan gejala mereka. Metoda konsentrasi
tersebut akhirnya menjadi teknik asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya
untuk mengatakan apa saja yang datang ke dalam pikirannya, tanpa menyensor
pikiran mereka. Metoda ini masih sering digunakan sekarang dan merupakan salah
satu ciri psikoanalisis, melalui mana pikiran dan perasaan yang berada dalam alam
bawah sadar dibawa ke dalam alam sadar.
Dalam The Interpretation of Drewns Freud menjelaskan model topografik dan
pikiran yang terdiri dari alam sadar (conscious), alam prasadar (preconscious), dan
alam bawah dasar (unconscious). Pikiran sadar dianggap sebagai kesiagaan.
Prasadar, di mana pikiran dan perasaan mudah masuk ke kesadaran, dan bawah
sadar, di mana pikiran dan perasaan tidak dapat disadari tanpa melewati tahanan
yang kuat. Bawah sadar mengandung bentuk fungsi pikiran nonverbal dan
membangkitkan mimpi, parapraksis (lidah terpeleset), dan gejala psikologis.
Psikoanalisis menekankan konflik antara dorongan bawah sadar dan pertimbangan
moral yang dimiliki pasien terhadap impuls mereka. Konflik tersebut menyebabkan
fenomena represi, yang dianggap sebagai patologis. Asosiasi bebas memungkinkan

13
ingatan yang terepresi diungkapkan kembali dan dengan demikian berperan dalam
penyembuhan.1,2,4

SADAR SADAR

SUPEREGO
EGO

Id
BAWAH SADAR BAWAH SADAR

a. Konsep-konsep utama terapi psikoanalisis


 Struktur kepribadian
1. id
2. ego
3. super ego
 Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan Freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik,
deterministik, mekanistik dan reduksionistik.
 Kesadaran & ketidaksadaran
Konsep ketidaksadaran
a. mimpi-mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan,
hasrat-hasrat konflik
b. salah ucap / lupa → terhadap nama yang dikenal
c. sugesti pascahipnotik
d. bahan yang berasal dari teknik asosiasi bebas
e. bahan yang berasal dari teknik proyektif
 Kecemasan
Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu
Fungsi → memperingatkan adanya ancaman bahaya
Berikut ini tiga macam kecemasan:
 Kecemasan realistis
 Kecemasan neurotic
 Kecemasan moral

14
b. Sumbangan utama psikoanalisis
1. Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman
terhadap sifat manusia biasa diterapkan pada perbedaan penderitaan
manusia
2. Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor tak sadar
3. Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat
terhadap kepribadian di masa dewasa
4. Teori psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk
memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi
kecemasan.
5. Terapi psikoanalisis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari
ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi.
c. Tujuan
Tujuan utama psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter
individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien.
Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman kanak-
kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis,
dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik
menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui.
Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaan-
perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman siri lebih penting
lagi.5
d. Metode Terapi
Aturan dasar psikoanalisis adalah bahwa pasien setuju untuk jujur sepenuhnya
terhadap ahli analisis dan menceritakan segala sesuatu tanpa pilih-pilih. Freud
menarnakan teknik yang memungkinkan kejujuran tersebut sebagai asosiasi bebas.
 Asosiasi bebas. Dalam asosiasi bebas, pasien harus membersihkan
pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan renungan-renungan sehari-hari
dan sebisa mungkin mengatakan segala sesuatu yang datang ke dalam
pikirannya tanpa adanya penyensoran, terlepas dan apakah mereka rasakan
pikiran tersebut tidak dapat diterima atau memalukan, itu tidak penting.

15
Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-
pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkautan
dengan situasi-situasi traumatic masa lampau. Asosiasi dipimpin oleh tiga
jenis tenaga bawah sadar: konflik patogenik neurosis, keinginan untuk
sembuh, dan keinginan untuk menyenangkan ahli analisis. Peranan antara
faktor-faktor tersebut menjadi kompleks.
 Perhatian mengalir bebas (free-floating attention). Jawaban ahli analisis
terhadap asosiasi bebas pasien adalah cara mendengarkan yang khusus,
yang dinamakan perhatian mengalir bebas. Ahli analisis membiarkan
asosiasi pasien menstimulasi asosiasi mereka sendiri dan dengan demikian
mampu untuk melihat tema dalam asosiasi bebas pasien yang mungkin
dicerminkan kembali kepada pasien kemudian atau pada beberapa waktu
kemudian. Perhatian ahli analisis yang cermat kepada pengalaman
subjektifnya sendini adalah bagian yang tidak dapat diterima dari analisis.
 Aturan abstinensi. Dengan mengikuti aturan abstinensi, pasien mampu
menunda pemuasan tiap keinginan instinktual seperti membicarakannya
dalam terapi. Ketegangan yang ditimbulkan menghasilkan asosiasi relevan
yang digunakan oleh ahil analisis untuk meningkatkan kesadaran pasien.
Aturan tersebut tidak dimaksudkan abstinensi seksual, tetapi, dengan tidak
mengijinkan lingkungan terapi memuaskan harapan infantil pasien akan
cinta dan kasih sayang.5
e. Lama Terapi
Pasien dan ahli psikoanalisis harus siap untuk terlibat dalam proses untuk
jangka waktu yang tidak ditentukan. Psikoanalisis mernbutuhkan waktu antara tiga
dan enam tahun, kadang-kadang lebih lama. Sesion biasanya dilakukan empat atau
lebih dalarn seminggu masing-masingnya selama 45 sampai 50 menit. Beberapa
analisis dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang dan dengan sesion yang
bervaniasi dan 20 sampai 30 menit.5
f. Indikasi Terapi
Indikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang berlangsung lama
yang telah menimbulkan gejala atau gangguan. Hubungan antara konflik dan gejala

16
rnungkin langsung atau tidak langsung. Psikoanalisis dianggap efektif dalam
mengobati gangguan kecemasan tertentu, seperti fobia dan gangguan obsesif-
kompulsif, gangguan depresif ringan (gangguan distimik), beberapa gangguan
kepribadian, dan beberapa gangguan pengendalian impuls dan gangguan seksual.
Tetapi, lebih penting dari diagnosis adalah kemampuan pasien untuk membentuk
persetujuan analitik dan mempertahankan komitmen terhadap proses analitik yang
semakin dalam yang membawa perubahan internal melalui peningkatkan kesadaran
terhadap diri sendiri. Freud percaya bahwa pasien juga mampu membentuk
perlekatan transferensi yang kuat kepada ahli analisis (dinamakan neurosis
transferensi), tanpanya analisis tidak dimungkinkan. Hal tersebut mengecualikan
sebagian besar pasien psikotik karena kesulitan mereka dalam membentuk ikatan
afektif dan realistik yang penting untuk perkembangan dan resolusi neurosis
transferensi. Ego pasien dalam analisis harus mampu mentoleransi frustrasi tanpa
berespon dengan suatu bentuk penentangan (acting out) yang serius atau pindah dan
satu pola patologis ke pola lain. Hal tersebut mengecualikan sebagian besar pasien
ketergantungan obat, yang dianggap tidak mampu karena ego mereka tidak mampu
menoleransi frustrasi dan kebutuhan emosional dan psikoanalisis.4
a. Kontraindikasi Terapi
Berbagai kontraindikasi untuk psikoanalisis adalah relatif, tetapi masing-
masingnya harus dipertimbangkan sebelum melakukan terapi.
 Usia. Biasanya, hanyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar orang
dewasa yang berusia di atas 40 tahun tidak memiliki fleksibilitas yang
cukup untuk perubahan. Tetapi yang lebih penting dari usia adalah
kapasitas pasien individual untuk introspeksi secara bijaksana dan
keinginan untuk berubah. Calon ideal ádalah biasanya dewasa muda, anak
– anak tidak mampu mengikuti aturan asosiasi bebas.
 Pasien juga harus cukup cerdas untuk mengerti prosedur dan untuk bekerja
sama dalam proses.
 Klinisi dan peneliti percaya bahwa pasien dengan gangguan kepribadian
anti social adalah prediktor paling negatif dari respon psikoterapi.
 Pada pasien dengan keterbatasan waktu dapat dipertimbangkan terapi lain.

17
 Analisis dengan sifat hubungan teman, saudara dan kenalan di
kontraindikasikan karena mengganggu transferensi dan objektifitas ahli
analisis.5
b. Hasil Terapi
Analisis membantu menurunkan kekuatan konflik dan membantu menemukan
cara yang dapat diterima untuk menghadapi impuls yang tidak dapat diturunkan.
Tujuan akhir adalah menghilangkan gejala, dengan demikian meningkatkan
kemampuan pasien untuk bekerja, bersenang – senang dan mengerti diri sendiri.
Psikoanalisis dianggap efektif pada beberapa keadaan untuk banyak gangguan.5
2. PSIKOTERAPI PSIKOANALITIK
Psikoterapi psikoasialitik adalah terapi yang didasarkan pada rumusan
psikoanalitik yang telah dimodifikasi secara konseptual dan teknik. Tidak seperti
psikoanalisis, yang sebagian permasalahan akhirnya mengungkapkan dan bekerja
selanjutnya melalui konflik infantil saat timbul dalam neurosis transferensi,
psikoterapi psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien sekarang dan
pola dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang lain dan
dengan dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang sebagai tekniknya
menggunakan asosiasi bebas dan analisis neurosis transferensi, psikoterapi
psikoanalitik ditandai dengan teknik wawancara dan diskusi yang jarang
menggunakan asosiasi bebas, Dan sekali lagi tidak seperti psikoanalisis, psikoterapi
psikoanalitik biasanya membatasi kerjanya pada transferensi dengan suatu diskusi
reaksi pasien terhadap dokter pskiatrik dan orang lain.
a. Teknik Terapi
Pada psikoterapi psikoanalitik pasien dan ahli terapi biasanya saling bertatap-
tatapan satu sama lainnya, yang membuat ahli terapi terlihat nyata dan bukan
merupakan kumpulan khayaian yang diproyeksikan. Tipe terapi ini jauh lebih
fleksibel dibandingkan. Psikoanalisis, dan dapat lebih sering digunakan bersarna-
sama dengan medikasi psikotropik dibandingkan psikoanalisis.
Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif tunggal,
memusatkan pada masalah yang sekarang dan menekan, sampai terapi selama
bertahun-tahun, dengan satu sampai tiga wawancara dalam seminggu dengan lama

18
yang bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik mengobati
sebagian besar gangguan yang dalam bidang psikopatologi.
b. Tipe
1. Psikoterapi berorientasi tilikan (psikoterapi ekspresif)
Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya dan
kepribadiannya. Untuk mencapai tilikan, klinisi harus menyebutkan bidang atau
tingkat pengertian atau pengalaman di mana pasien berada, Penekanan dokter
psikiatrik pada terapi berorientasi tilikan (juga disebut terapi ekspresif dan
psikoterapi psikoanalitik intensif) adalah pada nilai di mana pasien menggali
sejumlah tilikan baru ke dalam dinamika perasaan, respon, perilaku sekarang dan
khususnya, hubungan mereka sekarang dengan orang lain. Dalam lingkup yang
lebih sempit penekanan adalah pada nilai untuk mengembangkan tilikan ke dalam
respon pasien terhadap ahli terapi dan respon pada masa anak – anak. Terapi
berorientasi tilikan adalah terapi yang terpilih untuk seorang pasien yang meniiliki
kekuatan ego yang adekuat tetapi, karena satu dan lain alasan, tidak dapat atau tidak
boleh menjalani psikoanalisis.
Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan yang
dikembangkan atau digunakan. Respon terapi pasien juga didasarkan pada faktor –
faktor tertentu seperti pengungkapan perasaaan dalam suasana yang tidak
menghakimi tetapi memiliki batas-batas, identifikasi dengan ahli terapi, dan faktor
hubungan lainnya. Hubungan terapetik tidak memerlukan suatu penerimaan tanpa
pilih – pilih sama sekali terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan pasien. Kadang
– kadang ahli terapi harus mengintervensi sisi ego yang relatif lemah dengan
memberikan bukti-bukti yang tidak dapat disanggah sehingga pasien dapat
mencoba untuk mencapai penyesuaian yang lebik baik atau dengan menentukan
batas yang realistik untuk perilaku maladaptif pasien.2
2. Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) ini
memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan
mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu
periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan

19
untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi
frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.2
Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau
konbinasi, termasuk :
 Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah
 Pemuasan kebutuhan tergantungan
 Mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya
 Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai
contohnya, hobi)
 Istirahat dan penghiburan yang adekuat
 Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin
 Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan
 Medikasi untuk menghilangkan gejala
 Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini
rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima,
terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.
Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Terapi ini
dapat dipilih jika penilaian diagnostic menyatakan bahwa proses kematangan yang
bertahap didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan
yang paling menjanjikan untuk perbaikan.5
Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis:
katarsis, persusi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan
(konseling). Oleh karena itu, hal ini akan dibicarakan secara singkat di bawah ini5:
1. Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati
sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang
penyakitnya) berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam
proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh
pengertian (empati) dan dengan anjuran. Jangan terlalu banyak memotong
bicaranya (menginterupsi). Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-
impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.

20
2. Persuasi ialah menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala
penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap
masalah yang dihadapinya. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk
dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan,
diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi,
serta pasien dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat menganggu. Pasien
pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang. Hal ini dibantu
dokter dengan sikap membangun, mengubah dan menguatkan impuls tertentu
serta membebaskan dari impuls yang menggangu secara masuk akal dan sesuai
hati nurani. Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal
bahwa gejalanya akan hilang.
3. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien
atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang.
Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas
profesional serta menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga
kritiknya berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi
sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak
terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif,
umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal
atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan.
Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadang-
kadang juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi
tetap, karena pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi
sugesti harus diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi
yang sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik
lebih mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan
kesan bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan gejalanya. Jangan
menganggu rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa gejala-
gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat kerusakan organik sebagai
penyebab gejala-gejala itu. Ia harus diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu

21
hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan
bahwa timbulnya gejala itu tidak logis.
4. Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus
atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi
secara adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan
kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien.
5. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik)
yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih
sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar
manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya.
6. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk
membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi
suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya
dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi.
7. Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai
suatu proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social
worker) kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan
sosial khusus. Fokusnya ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak
(seperti pada psikoterapi) pada gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak
diadakan usaha untuk mengubah pola dasar kepribadian, tujuannya ialah hanya
hendak menangani masalah situasi pada tingkat realistik (nyata).
8. Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun
berupa latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan berguna baginya
untuk mencari nafkah kelak.

c. Beberapa contoh penerapan


 Gangguan psikotik
Sikap terapis : berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya pasien,
misalnya dengan bicara penuh keakraban, ingat akan hari ulang
tahunnya, makanan kesukaannya dan kesenangannya yang lain, serta
penuh pengertian lainnya.

22
Pelaksanaan terapi :
o Terapi ventilasi bila pasien mengalami banyak keluhan yang
realistik, seperti makanan yang tidak enak, tidak diberi uang jajan,
dilarang keluar rumah dan tidak boleh sering mandi.
o Memberikan terapi reassurance bila pasien meragukan masa
depannya setelah sembuh nanti
o Memberikan bimbingan dan penyuluhan sehingga pasien lebih
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan setelah sembuh nanti
 Gangguan somatisasi
Sikap terapis : dapat menerima keluhan fisik pasien dan tidak langsung
menentangnya, tetapi terapis tidak melakukan eksplorasi keluhan fisik
terlalu jauh.
Pelaksanaan terapi :
o Memberikan bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejala-
gejalanya.
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua
perasaannya yang menjadi latar belakang gejala fisik tersebut.
o Terapi penyuluhan agar pasien dapat menemukan strategi
alternative dalam mengekspresikan perasaannya.
 Gangguan penyesuaian
Sikap terapis : terapis memberikan perhatian, empati, dan memahami
pasien secara berhati-hati agar tidak timbul keuntungan sekunder dalam
proses psikoterapi tersebut.
Pelaksanaan terapi :
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua keluhan
cemas dan depresinya.
o Bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejalanya.
o Memberikan penyuluhan agar pasien dapat mengatasi permasalahan
yang mungin akan dihadapinya lagi.1
Tabel 1. Indikasi untuk psikoterapi ekspresif dan suportif
Ekspresif (Berorientasi tilikan) Suportif

23
Motivasi kuat untuk mengerti Defek ego yang bermakna dengan sifat jangka panjang
Krisis hidup yang berat
Penderitaan yang bermakna
Kemampuan beregresi untuk melayani ego Toleransi frustasi yang buruk
Toleransi terhadap frustasi Tilikan relatif lebih buruk
Kemampuan untuk memiliki tilikan Tes realitas yang buruk
Tes realitas yang utuh Hubungan objek yang terganggu parah
Hubungan objek (object relations) yang masih baik
Pengendalian impuls yang baik Pengendalian impuls yang buruk
Kemampuan untuk bekerja Intelegensia rendah
Kemampuan berpikir dalam hal analogi dan metafora kemampuan untuk mengobservasi diri sendiri yang
Respon reflektif ketika dicoba untuk dilakukan interpretasi terbatas
Disfungsi kognitif dengan dasar kelainan organik
Kemampuan yang lemah untuk membentuk ikatan
terapeutik

Sumber : Sadock, BJ dan Virginia Alcott Sadock. 2007. Kaplan & Sadock’s
Synopsis of Psychiatry 10th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

3. PSIKOTERAPI SINGKAT
Terapi jangka pendek ini menggunakan konsep dasar psikoanalisis dengan
kriteria pasien tertentu serta teknik yang dilakukan berdasarkan masalah yang ada.
Diperkenalkan oleh Franz Alexander dan Thomas French yang mendesign sebuah
terapi yang menempatkan pasien pada ketenangan, manipulasi transferensi dan
menggunakan uji coba interpretasi yang fleksibel. Faktor penentu keberhasilan
adalah motivasi pasien, diharapkan pasien dapat menghadapi konsep psikologis
sehingga dapat berespon terhadap interpretasi, kemudian memusatkan perhatian
pada pemecahan konflik di sekitarnya dan hal yang mendasari masalah tersebut.
a. Psikoterapi Fokal Singkat (Tavistock-Malan)
Tujuan yaitu menjelaskan sifat pertahanan, kecemasan dan impuls pasien
serta menghubungkan masa kini, masa lalu dan transferensi segera kemudian
menginterpretasikan dan menghubungkan dengan relasi pasien dengan orang
disekitarnya. Sesi dilakukan 20-40 kali, dalam waktu + 1tahun. Pemilihan kriteria

24
pasien diutamakan dalam teknik ini. Pasien dengan motivasi tinggi cenderung lebih
berhasil dalam terapi. Kontraindikasi terapi ini adalah usaha bunuh diri serius,
penyalahgunaan alcohol kronis, ketergantungan zat, tindakan destruktif pada diri
sendiri dan sekitar, gejala obsesif kronis yang menimbulkan hendaya.
b. Psikoterapi Terbatas Waktu (Mann)
Tujuan terapi mengurangi/menghilangkan nyeri baik akut maupun kronis
dan citra diri negative pada pasien. Terapi ini memusatkan perhatian pada masalah
sentral yang spesifik. Terapi ini tidak memiliki kriteria pasien yang jelas, yang
terpenting adalah menentukan konflik sentral pasien dan khususnya krisis
maturasial dengan keluhan psikologis dan somatic pada remaja. Kontraindikasi
terapi ini pasien dengan gangguan depresi berat yang mengganggu persetujuan
terapi, pasien dalam kondisi psikosis akut, serta pasien dengan gangguan
kepribadian ambang
c. Psikoterapi Dinamik Jangka Pendek
Teknik ini dilakukan pada pasien dengan konflik psikologis lebih dari satu,
masalah neurotic kronis dan parah (obsesif kompulsif, fobia). Kriteria mirip dengan
teknik Malan, yang mengutamakan respon pasien terhadap interpretasi. Teknik
fleksibel sesuai kebutuhan pasien. Diusahakan jangan sampai terjadi regresi atau
ketergantungan pasien pada terapis. Penyulit pada terapi ini adalah jika pada pasien
terjadi proyeksi, distorsi dan denial. Sementara pendukung keberhasilan terapi
adalah motivasi tinggi. Terapis bertugas untuk menegakkan fokus psikoteraputik
dan merumuskan psikodinamika masalah pasien. Lama terapi berkisar antara 5-40
sesi dan tidak ada waktu pengakhiran tertentu.

d. Psikoterapi Jangka Pendek yang mencetuskan anxietas (Sifneous)


Disini pasien harus memilih satu masalah sebagai prioritas utama. Terapi
dibagi menjadi 4 fase: pertemuan, terapi awal, terapi luas dan bukti perubahan di
akhir psikoterapi.

4. PSIKOTERAPI INTERPERSONAL

25
Terapi ini merupakan terapi jangka pendek spesifik yang biasa digunakan pada
gangguan depresi. Jangka waktu terapi yaitu selama 3-4 bulan yang terdiri dari sesi
selama 45-50 menit setiap minggu. Dikatakan bahwa penyebab depresi sekaligus
metode penyembuhannya adalah perilaku interpersonal, sehingga pasien diajak
untuk melihat secara realistis bagaimana interaksi mereka dengan orang lain. Hal
ini dilakukan agar mereka dapat menyadari bahwa tindakan diri sendiri dengan
mengisolasi diri adalah hal yang menyebabkan dan memperberat kondisi depresi.
Dengan nasihat yang diberikan selama terapi maka terapis dapat membantu pasien
untuk memperjelas area konflik serta membantu dalam mengambil keputusan. Di
sini sangat diperlukan sikap yang penuh empati, fleksibel dan suportif dari terapis.

5. PSIKOTERAPI KELOMPOK
Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit
emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang
dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn
menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik
dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok untuk
membuat perubahan tersebut.
Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri suportif,
terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang psikotik
yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok berorientasi
analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan dengan terapi
individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan
teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk
mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai
orang, mendapatkan berbagai transferensi.
a. Berbagai bentuk terapi kelompok
1. Gaya Kepemimpinan
Pemimpin berperan sebagai konsultan yang diangkat oleh anggota kelompok,
dimana pemimpinnya sangat aktif, mengarahkan dan terlibat pada sebagian besar
interaksi dalam kelompok. Pemimpin dapat mengurus anggota yang berbeda dan

26
berinteraksi dengan mereka sebagaimana ia melakukan terapi perorangan.
Pemimpin juga dapat berperan sebagai konsultan yang di angkat oleh anggota
kelompok dimana sebagian interaksi dan inisiatif terletak pada anggota kelompok.
Fokus dan sasaran
Kelompok dapat berbeda dalam focus dan sasarannya, sesuai dari tujuan
masing -masing, contoh dalam pendidikan, ketrampilan tertentu
Keanggotaan kelompok
Kelompok dapat berbeda dalam berat dan sifatnya penyakit psikologik
anggota. Dapat diciptakan kelompok yang homogen dalam masalahnya dan gejala
utama dari anggotanya. Kelompok dapat juga heterogen dalam masalah dan sifat
demografiknya.
Struktur Kelompok
Kelompok dapat berbeda dalam parameter organisasinya, dari mulai
frekuensi pertemuan, pembahasan masalah, keanggotaan kelompok yang terbuka
atau tertutup dan ukuran atau jumlah anggota kelompok.
Orientasi Teoritis
Kelompok dapat bervariasi dari segi orientasi teoritis. Terdapat teori
orientasi eksistensial dari terapi gestal, penekanan interaksi antar pribadi, orientasi
psikoanalitik dari kelompok yang dijalankan melalui psikoanalisis, dan lain – lain.
b. Klasifikasi
Banyak klinisi bekerja di dalam kerangka referensi psikoanalitik, Teknik terapi
lain adalah terapi kelompok transaksional, terapi kelompok perilaku, terapi
kelompok Gestalt yang diciptakan dan teori Frederic Pens dan memungkinkan
pasien untuk mengabreaksikan dan mengekspresikan dirinya sendiri secara penuh,
psikoterapi kelompok berpusat klien (client-centered group psychotherapy), yang
dikernbangkan oleh Carl Roger dan didasarkan pada ekspresi perasaan yang tidak
mengadili dari anggota kelompok.
c. Pemilihan Pasien
Untuk menentukan kecocokan pasien untuk psikoterapi kelompok, ahli terapi
memerlukan sejumlah besar informasi, yang digali dan wawancara skrining. Dokter
psikiatrik harus menggali riwayat psikiatrik dan melakukkan pemeriksaan.

27
Pasien dengan kecemasan kekuasaan mungkin dapat bekerja atau tidak dalam
terapi kelompok. Tetapi mereka seringkali mereka menjadi baik di dalam
lingkungan kelompok di banding lingkungan individu. Pasien dengan cemas
kekuasaan yang cukup besar mungkin terhambat, cemas, menentang, dan tidak mau
mengatakan pikiran dan perasaannya di dalam lingkungan individual, biasanya
karena meraa takut akan kecaman atau penolakan dan ahli terapi.
Pasien dengan kecemasan teman sebaya dengan gangguan kepribadian
ambang dan skizoid, yang memiliki hubungan destruktif dengan teman sebayanya
atau yang terisolasi secara ekstrim dan kontak teman sebaya biasanya beraksi secara
negatif atau cemas jika ditempatkan di lain lingkungan kelompok. Tetapi, jika
pasien tersebut dapat menghilangkan kecemasannya, terapi kelompok dapat
membantu.
Diagnosis gangguan pasien juga sangat penting dalam menentukan pendekatan
terapi yang terbaik dan dalam menilai motivasi pasien untuk terapi, kapasitas untuk
berubah, dan kekuatan dan kelemahan struktur kepnibadian.
Terdapat beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok. Pasien antisosial
biasanya tidak bekerja di dalam lingkungan kelompok heterogen karena mereka
tidak dapat mengikuti standar kelompok. Tetapi, jika kelompok terdiri dari pasien
antisosial lainnya mereka dapat berespon dengan lebih baik kepada teman
sebayanya dibandingkan kepada tokoh yang dirasakan berkuasa. Pasien terdepresi
menjadi baik setelah mereka mempercayai ahli terapinya. Pasien yang secara aktif
mencoba bunuh diri atau pasien depresi tidak boleh diobati hanya dalam lingkungan
kelompok. Pasien manik adalah kacau, tetapi, jika telah di bawah kendali
psikofarmakologi, mereka bekerja baik di dalam lingkungan kelompok. Pasien
yang delusional dan yang mungkin memasukkan sistem wahamnya ke dalam
kelompok harus dikeluarkan, demikian juga pasien yang memiliki ancaman fisik
kepada anggota kelompok lain karena ledakan agresif yang tidak dapat
dikendalikan.
Kelompok Homogen vs Heterogen
Sebagian besar terapis yakin bahwa kelompok haruslah seheterogen mungkin untuk
memastikan interaksi maksimum. Anggota dengan kategori diagnostic yang

28
berbeda serta pola perilaku yang beragam, dari semua ras, tingkat social dan latar
belakang pendidikan, serta dengan berbagai usia dan jenis kelamin sebaiknya
dikumpulkan bersama. Pasien antara usia 20-65 tahun dapat dengan efektif
dimasukkan ke dalam kelompok yang sama. Perbedaan usia membantu di dalam
membangun model orang tua-anak dan model saudara laki-laki perempuan serta
pasien memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesulitan hubungan interpersonal
yang mungkin tampak tidak dapat dihadapi. Anak dan remaja paling baik diterapi
di dalam kelompok yang tersusun oleh sebagian besar orang-orang dengan
kelompok usia mereka. Beberapa pasien remaja mampu memahami bahan-bahan
dari kelompok dewaasa, tanpa memandang isi, tetapi mereka sebaiknya tidak
kekurangan pengalaman sebaya yang konstruktif yang bisa tidak mereka dapatkan.
Kelompok Terbuka vs Tertutup
Kelompok tertutup memiliki angka dan komposisi pasien yang telah disusun. Jika
anggota meninggalkan kelompok tidak ada anggota baru yang diterima. Di dala
kelompok terbuka, keanggotaan lebih fleksibel dan anggota baru diambil kapanpun
anggota lama meninggalkan kelompok.
Ukuran Terapi kelompok telah berhasil dengan anggota sedikitnya 3 orang dan
sebanyaknya 15 orang, tetapi sehagian besar ahli terapi merasa bahwa 8 sampai 10
anggota adalah ukuran yang optimal. Pada anggota yang lebih sedikit mungkin
tidak cukup interaksi kecuali anggota-anggotanya adalah cukup verbal. Tetapi pada
lebih dan 10 anggota interaksi mungkin terlalu besar untuk diikutii oleh anggota
atau ahli terapi.
Frekuensi sesion. Sebagian besar ahli psikoterapi kelompok melakukan sesion
kelompok sekali seminggu. Mempertahankan kontinuitas dalam sesion adalah
penting. Jika digunakan sesion berselang kelompok bertemu dua kali seminggu,
sekali dengan ahli terapi, sekali tanpa ahli terapi. Panjang sesion. Pada umumnya,
sesion kelompok berlangsung kapan saja dan satu sampai dua jam, tetapi
pembatasan waktu harus tetap.
2. Psikoterapi Kelompok Rawat
Terapi kelompok adalah bagian penting dari pengalaman terapetik pasien yang
dirawat di rumah sakit. Kelompok dapat disusun di bangsal dengan berbagai cara:

29
dalam pertemuan komunitas, seluruh unit pasien rawat inap bertemu dengan semua
anggota staf (sebagai contohnya, dokter psikiatrilc, ahli psikologi, dan perawat);
dalam pertemuan tim, 15 sampai 20 pasien dan anggota staf bertemu; dan suatu
kelompok regular atau kecil yang terdiri dan 8 sampai 10 pasien yang bertemu
dengan satu atau dua ahli terapi, sebagai terapi kelompok yang tradisional.
Walaupun tujuan dan masing-masing tipe kelompok adalah berbeda – beda, mereka
memiliki tujuan umum:
 Meningkatkan kesadaran pasien terhadap dirinya sendiri melalui interaksi
mereka dengan anggota kelompok lain, yang memberikan umpan balik tentang
perilaku mereka
 Memberikan pasien dengan keterampilan interpersonal dan sosial yang lebih
baik
 Membantu anggota beradaptasi dengan lingkungan rawat inap
 Meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Di samping itu, satu tipe
pertemuan kelompok terdiri hanya staf rumah sakit rawat inap, ini digunakan
untuk meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan untuk memberikan
dukungan dan dorongan yang saling menguntungkan dalam pekerjaan mereka
sehari-hari dengan pasien. Pertemuan komunitas dan pertemuan tim, adalah
lebih membantu dalam menghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang
diberikan oleh terapi berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam
pertemuan terapi kelompok kecil.
Komposisi kelompok. Dua kunci utama dari kelompok rawat inap, yang umum
untuk semua terapi jangka pendek, adalah heterogenitas anggotanya dan cepatnya
pertukaran pasien. Di luar rumah sakit, ahli terapi merniliki banyak pilihan
darimana pasien dipilih untuk terapi kelompok. Di bangsal, ahli terapi memiliki
jumlah pasien yang terbatas darimana pasien dipilih dan lebih dibatasi lagi oleh
pasien yang mau berperan serta dan layak untuk pengalaman kelompok kecil.
Dalam situasi tertentu, peran serta kelompok mungkin diharuskan (sebagai
contohnya, dalam penyalahgunaan alkohol dan unit ketergantungan zat). Pada
kenyataannya, sebagian besar kelompok merasakan lebih baik jika pasien sendiri
yang memilih untuk memasuki terapi kelompok.

30
3. Kelompok rawat Jalan lawan rawat inap
Walaupun faktor terapetik yang berperan untuk perubahan pada kelompok kecil
rawat inap adalah serupa dengan yang berperan dalam lingkungan – rawat jalan,
terdapat perbedaan kualitatif. Sebagai contohnya, relatif tingginya pertukaran
pasien di dalam kelempok rawat inap mempersulit proses perpaduan. Tetapi
kenyataan bahwa semua anggota kelompok bersama-sama di dalam rumah sakit
membantu perpaduan, seperti juga usaha ahli terapi untuk mempercepat proses,
menekankan kemiripan lain. Berbagi informasi, universalisasi, dan katarsis adaiah
faktor terapetik utama dalam bekerja pada kelompok rawat inap. Walaupun tilikan
lebih mungkin terjadi pada kelompok rawat jalan karena sifat mereka yang jangka
panjang, dalam keterbatasan sesion kelompok tunggal, beberapa pasien dapat
memperoleh pengertian baru tentang susunan psikologis mereka. Kualitas unik dari
kelompok rawat inap adalah kontak pasien di luar kelompok, yang luas, saat mereka
tinggal bersama di bangsal yang sama.
4. Kelompok Menolong Diri Sendiri
Kelompok menolong diri sendiri (self-help group) adalah orang yang ingin
mengatasi masalah atau krisis kehidupan tertentu. Biasanya disusun dengan tugas
tertentu, kelompok tersebut tidak berusaha untuk menggali psikodinamika
individual secara sangat mendalam atau untuk mengubah fungsi kepribadian secara
bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan emosional banyak orang.
Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri adalah
homogenitasnya. Anggota, staf menderita gangguan yang sama, dan mereka
berbagi pengalaman mereka baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil satu sama
lainnya. Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama
lainnya, memberikan dukungan yang saling menguntungkan, dan menghilangkan
perasaan terasing yang biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok
tersebut.

6. TERAPI JENIS INDIVIDUAL

31
Psikoterapi wawasan (atau genetik dinamik) (insight psychotherapy) dibagi
menjadi psikoterapi reedukatif dan psiktoerapi rekonstruktif.
a. Psikoterapi reedukatif :
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih
banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri
kembali, memodifikasikan tujuan dan membangkitkan serta
mempergunakan potensi kreatif yang ada.
Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain ialah sebagai berikut:
1. Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)
2. Terapi sikap (attitude therapy)
3. Terapi wawancara (interview therapy)
4. Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf
Meyer)
5. Konseling terapetik
6. Terapi case work
7. Reconditioning
8. Terapi somatik
b. Psikoterapi rekonstruktif
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di
alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas
daripada struktur kepribadian dan perluasan daripada pertumbuhan
kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.
Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain ialah sebagai berikut :
1. Psikoanalisa Freud
2. Psikoanalisa non Freudian
3. Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalisa.
Cara : Asosiasi bebas, analisa mimpi, hipnoanalisa/
sintesa, narkoterapi, terapi main, terapi seni.

7. PSIKOTERAPI KOMBINASI INDIVIDUAL DAN KELOMPOK

32
Dalam psikoterapi kombinasi individual dan kelompok, pasien ditemui secara
individual oleh ahli terapi dan juga memiliki bagian dalam sesion kelompok. Ahli
terapi untuk kelompok dan untuk sesion individual biasanya adalah orang yang
sama.
Terapi kombinasi adalah suatu modalitas terapi yang khusus. Ini bukan suatu
sistem di mana pasien individual dibekali oleh sesion kelompok yang kadang-
kadang, dan juga tidak berarti partisipan terapi kelompok bertemu sendiri dengan
ahli terapi dari waktu ke waktu. Malahan, ini adalah rencana yang berkelanjutan di
mana kelompok mèngalami interaksi yang penuh arti dengan sesion individual dan
di mana umpan balik timbai balik membantu membentuk pengalaman terapetik
yang terintegrasi.

8. PSIKODRAMA
Psikodrama adalah metoda psikoterapi kelompok yang diciptakan oleh dokter
psikiatrik kelahiran Vienna, Jacob Moreno dimana susunan kepribadian, hubungan
interpersonal, konflik, dan masalah emosional digali dengan menggunakan metoda
dramatik spesifik. Dramatisasi terapetik masalah emosional adalah termasuk
1. Pelaku utama atau pasien, orang yang memerankan masalah dengan bantuan
2. Peran pembantu (auxiliary egos), orang yang memerankan berbagai aspek
pasien
3. Sutradara, psikodramatis, atau ahli terapi, orang yang membimbing drama
tersebut dalam mencapai tilikan.
Teknik
Psikodarma dapat memusatkan perhatian pada bidang fungsi tertentu (suatu
mimpi, keluarga atau situasi kominitas), suatu peranan simbolik, suatu sikap bawah
sadar atau bayangan situasi di masa depan. Gejala tertentu seperti waham dan
halusinasi juga dapat diperankan di dalam kelompok. Teknik untuk menunjukan
proses terapeutik ini adalah percakapan seorang diri (suatu cerita tentang pikiran
dan perasaan yang terlihat dan tersembunyi), pembalikan peran dan ganda multiple
(beberapa orang berperan seperti pasien pada keadaan yang bervariasi) dan teknik

33
cermin. Teknik lain adalah menggunakan hypnosis dan obat psikoaktif untuk
memodifikasi memerankan perilaku dalam berbagai cara.

9. TERAPI KELUARGA
Terapi keluarga adalah cukup terkenal sehingga keluarga dengan banyak
konflik mungkin memintanya secara khusus. Tetapi, jika keluhan awal adalah
tentang anggota keluarga individual, pemeriksaan praterapi mungkin diperlukan.
Diperlukan penilaian kelurga awal dan evaluasi keluarga yang menyeluruh. Terapis
harus mendapatkan informasi dasar mengenai struktur keluarga dan sifat dari
masalah yang di hadapi. Terapis harus memperkenalkan diri, menyambut dan
mengenal anggota keluarga. Terapis harus meningkatkan kontak dengan setiap
anggota keluarga, menyadari alam perasaan anggota keluarga dan bagaimana
nggota keluarga berhubungan dengan terapis serta mengamati hubungan verbal dan
nonverbal antar anggota keluarga dan subkelompok keluarga.
Terapis harus mengeksplorasi setiap pandangan anggota keluarga terhadap
masalah, penyelesaian apa yang telah di coba dan hasil apa yang diharapkan dari
usaha terakhir untuk perubahan.
Nilai perfungsian mutakhir keluarga:
1. Amati interaksi di antara anggota keluarga
2. Tanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antar anggota
keluarga dan teliti respon lisan dan non lisan anggota keluarga.
3. Mengembangkan beberapa hipotesis mengenai sistem keluarga
4. Cari adanya segitiga yaitu, dua orang dalam konflik cenderung untuk
melibatkan orang ketiga dalam konflik.
5. Pertahankan posisi empatik dan netral
6. Kenali kekuatan dalam anggota keluarga dan perseorangan
7. Fokuskan pada pola hubungan dan cara berinteraksi habitual.
Tujuan terapi adalah
1. untuk memecahkan atau menurunkan konflik dan kecemasan patogenik di
dalam matniks hubungan interpersonal

34
2. untuk meningkatkan persepsi dan pemenuhan kebutuhan anggota keluarga lain
oleh anggota keluarga
3. untuk meningkatkan hubungan peran yang sesuai antara jenis kelamin dan
antara generasi
4. untuk memperkuat kemampuan anggota individual dan keluarga sebagai
keseluruhan untuk mengatasi tenaga destruktif di dalam dan di luar lingkungan
sekitamya
5. untuk mempengaruhi identitas dan nilai-nilai keluarga sehingga anggota
terorientasi kepada kesehatan dan pertumbuhan.
Tujuan akhir adalah untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam sistem yang
besar di dalam masyarakat, yang termasuk bukan saja keluarga besar (extended
family) tetapi juga masyarakat seperti yang diwakili oleh sistem tersebut sebagai
sekolah, fasilitas medis, dan badan sosial, rekreasional, dan kesejahteraan sehingga
keluarga tidak terisolasi.
a. Teknik Terapi
1. Terapi kelompok keluarga
Terapi kelompok keluarga mengkombinasikan beberapa keluarga ke dalam
satu kelompok tunggal. Masalah bersama adalah saling dibagikan, dan
keluarga-keluarga tersebut membandingkan interaksi mereka dengan keluarga
lain di dalam kelompok. Kelompok keluarga yang multipel telah digunakan
secana efektif dalam terapi skizofrenia. Orang tua dan anak yang terganggu
dapat juga disatukan bersama-sama untuk berbagi situasi mereka.
2. Terapi jaringan kerja sosial (social network therapy)
Terapi jaringan kerja sosial mengumpulkan bersama komunitas atau jaringan
kerja sosial pasien yang terganggu, semuanya bertemu di dalam sesion
kelompok bersama dengan pasien. Jaringan kerja adalah termasuk beberapa
orang yang berkontak setiap harinya dengan pasien, bukan hanya keluarga
dekat tetapi juga sanak saudara, teman-teman, pedagang, guru, dan teman
kerja.
3. Terapi paradoksikal

35
Pendekatan ini, yang dikembangkan dari penelitian Gregory Bateson, terdiri
atas anjuran di mana pasien dilibatkan secara sengaja dalam perilaku yang tidak
diharapkan (dinamakan keputusan paradoksikal ), seperti menghindari objek
fobik atau melakukan ritual kompulsif. Walaupun terapi paradoksikal dan
pemakaian keputusan paradokikal adalah relatif baru, terapi dapat inenciptakan
tilikan baru bagi beberapa pasien. Bahaya dan pendekatan ini adalah bahwa
dapat digunakan dalam cara yang sewenang – wenangnya atau rutin.
4. Konotasi positif
Konotasi positif atau pembingkaian kembali (reframing) adalah pelabelan ulang
semua perasaan atau perilaku yang diekspresikan secara negatif menjadi
positif. Ahli terapi berusaha untuk menjadikan anggota keluarga memandang
perilaku dan bingkai referensi baru sebagai contohnya, “Anak ini bandel”
menjadi “Anak ini mati – matian mencoba mengalihkan dan melindungi anda
dari apa yang dirasakannya sebagai perkawinan yang tidak bahagia.”
b. Frekuensi dan Lama Terapi
Sesion biasanya dilakukan tidak lebih dan satu kali dalam Seminggu Tetapi,
masing-masing sesion mungkin memerlukan paling lama dua jam. Suatu jadwal
yang fleksibel diperlukan jika keadaan geografis dan personal menimbulkan
kesulitan fisik bagi keluarga untuk hadir bersama – sama. Lama terapi tergantung
tidak hanya pada sifat masalah tetapi juga pada model terapetik. Ahli terapi yang
menggunakan model memecahkan masalah saja mungkin mencapai tujuannya
dalam beberapa sesion, ahli terapi yang menggunakan model beronientasi
pertumbuhan mungkin bekerja selama bertahun – tahun dalam sesion yang panjang.

TERAPI PASANGAN (PERKAWINAN)


Terapi ini merupakan suatu bentuk psikoterapi yang dirancang untuk
memodifikasi interaksi dua orang yang secara psikologis sedang saling memiliki
konflik pada satu parameter atau berbagai parameter- sosial, emosional, seksual
atau ekonomi. Dengan komunikasi yang terjalin selama terapi diharapkan terjadi
perbaikan gangguan serta dapat mengubah pola perilaku maladaptif yang dapat
mendorong pertumbuhan dan perkembangan kepribadian. Terapi perkawinan

36
menekankan membangun kembali interaksi pasangan dan kadang-kadang menggali
psikodinamik masing-masing pasangan sehingga dapat membantu pasangan
menghadapi masalah perkawinan dengan efektif.

10. PSIKOTERAPI JENIS PRILAKU


Terapi ini mempunyai landasan utama pada teori belajar/learning theory.
Perilaku yang aneh pada seseorang sebenarnya merupakan akibat yang tidak
dikehendaki oleh seorang tersebut tetapi merupakan hasil dari cara belajar
menghadapi situasi tertentu yang cenderung keliru. Tingkat keberhasilan cukup
tinggi dengan menggunakan terapi ini.
Terapi perilaku (behavior therapy) berusaha menghilangkan masalah perilaku
khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien. Burus F.
Skinner merupakan seorang yang terkenal dalam bidang ini.
Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu6:
1. Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang
mendahuluinya, yang membangkitkan bentuk perilaku khusus itu.
Umpamanya seorang anak yang tidak berprestasi di sekolah dan nakal di
kelas hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi efektif dan rajin
bila ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh seorang guru yang lain.
2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat diubah
atau dimodifikasi. Umpamanya seorang anak dapat diajar untuk melihat
dirinya sendiri dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak
menunjukkan ledakan amarah bila ia menghadapi frustasi.
3. Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian
perilaku itu dapat dimodifikasi. Umpamnya ia dihukum bila ia menganggu
orang lain, degnan demikian rasa bermusuhan mungkin dapat diganti
dengan sikap yang lebih kooperatif.
Terapi perilaku dapat dilakukan secara individual ataupun secara
berkelompok. Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif,
disfungsi sexual (umpamanya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual
(umpamanya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif,

37
gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls (umpamanya gagap, enuresis dan
berjudi secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan
reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi
yang hebat dan hipomania.

11. TERAPI KOGNITIF


Terapi kognitif adalah terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan
kerja sama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik.
Terapi ini berorientasi terhadap rnasalah sekarang dan pemecahannya. Terapi
biasanya dilakukan atas dasar individual, walaupun metoda kelompok juga
digunakan. Terapi juga dapat digunakan bersama-sama dengan obat.
Terapi kognitif telah diterapkan terutama untuk gangguan depresif (dengan
atau tanpa gagasan bunuh din) tetapi, terapi ini juga telah digunakan pada kondisi
lain, seperti gangguai panik, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan
kepribadian paranoid, dan gangguan somatoform. Terapi depresi dapat berperan
sebagai paradigma pendekatan kognitif.6
 Teori Kognitif Tentang Depresi
Teori kognitif tentang depresi menyatakan bahwa disfungsi kognitif
adalah inti dari depresi dan bahwa perubahan aktif dan fisik dari ciri penyerta
laiñriya dan depresi adalah akibat dan disfungsi kognitif. Sebagai contohnya,
apati dan énergi yang rendah adalah akibat harapan seseorang tentang
kegagalan pada semua bidang. Demikian juga, paralisis kemauan berasal dan
pesimisme dan perasaan putus asa seseorang.
Trias kognitif dan depresi terdiri atas
1. Persepsi diri yang negatif yang melihat seseorang sebagai tidak mampu,
tidak adekuat, kekurangan, tidak berguna, dan tidak diharapkan
2. Suatu kecenderungan untuk mengalmai dunia sebagai tempat yang negatif,
menuntut dan rnengalahkan diri sendiri dan mengharapkan kegagalan dan
hukuman
3. Harapan untuk kesulitan, penderitaan, kekurangan, dan kegagalan yang
terus menerus.

38
Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan depresi dan mencegah
rekurensinya dengan membantu pasien
1. Untuk mengidentifikasi dan menguji kognisi negatif
2. Untuk mengembangkan skema alternatif dan lebih fleksibel
3. Untuk mengulangi respon kognitif yang baru dan respon perilaku yang baru.
Tujuannya adalah untuk mengubah cara seseorang berpikir dan,
selanjutnya, untuk rnenghilangkan gangguan depresif.
Strategi dan Teknik
Secara keseluruhan terapi adalah relatif singkat, berlangsung sampai kira-kira
25 minggu. Jika pasien tidak membaik pada waktu tersebut, diagnosis harus
diperiksa ulang. Terapi pemeliharaan dapat dilakukan selama periode beberapa
tahun.
Seperti pada psikoterapi lainnya, peranan ahli terapi adalah penting untuk
keberhasilan terapi. Ahli terapi harus mampu memancarkan pengalaman hidup
yang hangat dan dimengerti dari masing – masing pasien, dan benar-benar murni
dan jujur dengan dirinya sendiri dan dengan pasiennya. Ahli terapi harus mampu
berhubungan secara terampil dan interaktif dengan pasiennya. Ahli terapi kognitif
membuat agenda pada awal masing-masing sesion, menyusun tugas ruinah yang
harus dikerjakan di antara sesion, dan mengajarkan keterampilan baru. Ahli terapi
dan pasien secara aktif bekerja sama. Terapi kognitif memiliki tiga komponen:
 Aspek Didaktik
Aspek didaktik termasuk penjelasan kepada pasien tentang trias
kognitif, skema, dan logika yang salah. Ahli terapi harus mengatakan kepada
pasien bahwa mereka akan menyusun hipotesis bersama-sama dan mengujinya
selama perjalanan terapi. Terapi kognitif mengharuskan penjelasan lengkap
tentang hubungan antara depresi dan pikiran, afek, dan perilaku dan juga alasan
semua aspek terapi. Penjelasan bertentangan dengan ahli terapi berorientasi
analitik, yang memerlukan sedikit penjelasan.
 Teknik Kogntif
Pendekatan kognitif terdiri dan empat proses:
1. mendapatkan pikiran otomatis

39
2. menguji pikiran otomatis
3. mengidentifikasi anggapan dasan yang maladaptif
4. menguji keabsahan anggapan maladaptif.
Mendapatkan pikiran otomatis. Pikiran otomatis adalah kognisi yang
menghalangi antara peristiwa eksternal dan reaksi emosional orang terhadap
peristiwa. Suatu contoh dari pikiran otomatis adalah keyakinan bahwa “setiap
orang akan menertawakan saya jika mereka mengetahui betapa buruknya
permainan bowling saya”.
Menguji pikiran otamatis, dengan berperan sebagai guru, ahli terapis
membantu pasien menguji keabsahan pikiran otomatis. Tujuannya adalah untuk
mendorong pasien menolak pikiran otomatis yang tidak akurat atau berlebih –
lebihan setelah pemeriksaan yang cermat.
Mengidentifikasi asumsi maladaptif, saat pasien dan ahli terapis terus
berusaha mengidentifiksi pikiran otomatis, pola biasanya menjadi tampak. Pola
mewakili aturan atau anggapan umum yang maladaptif yang menuntun
kehidupan pasien. Contoh “Supaya gembira saya harus sempurna”. Aturan
tersebut akan menyebabkan kekecewaan dan kegagalan dan akhirnya depresi.
Menguji keabsahan asumsi maladaftif, mirip dengan pengujian keabsahan
pikiran otomatis adalah menguji keakuratan anggapan maladapatif. Satu tes
yang cukup efektif adalah bagi ahli terapi untuk meminta pasien
mempertahankan keabsahan suatu asumsi. Sebagai contohnya, jika pasien
menyatakan bahwa ia harus selalu membangun kemampuannya. Ahli terapi
dapat bertanya, “Mengapa hal tersebut sangat penting bagi anda?”
 Teknik Perilaku
Teknik perilaku bekerja sama dengan teknik kognitif: Teknik perilaku
digunakan untuk menguji dan mengubah kognisi maladaptif dan tidak akurat.
Tujuan keseluruhan teknik adalah untuk membantu pasien mengerti
ketidakakuratan asumsi kognitifnya dan mempelajari strategi dan cara baru
menghadapi masalah tersebut.
Di antara teknik perilaku yang digunakan dalam terapi adalah
menjadwalkan aktivitas, pengusaan dan kesenangan, menyusun tugas bertahap,

40
latihan kognitif, latihan kepercayaan din, permainan peran (role playing), dan
teknik pengalihan.
Manfaat
Terapi kognitif dapat digunakan sendiri dalam terapi gangguan depresif
ringan sampai sedang atau bersarna-saina dengan medikasi antidepresan untuk
gangguan depresif berat. Ini adalah salah satu intervensi psikoterapik yang
paling berguna untuk gangguan depresif. Terapi kognitif juga telah dipelajari
dalam hubungannya meningkatkan kepatuhan dengan lithium pada pasien
gangguan bipolar I dan sebagai pengobatan putus heroin.

COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY (CBT)


Terapi kognitif perilaku berusaha untuk mengurangi tekanan psikologis
dengan mengoreksi kesalahan konsepsi dan sinyal diri. Dengan mengoreksi
keyakinan yang salah kita dapat menurunkan reaksi berlebihan.
Terapi kognitif perilaku adalah proses mengajar, melatih, dan memperkuat
perilaku positif. Terapi kognitif membantu orang untuk mengidentifikasi pola
kognitif atau pikiran dan emosi itu terkait dengan perilaku.
TUJUAN
Untuk membantu orang mengembangkan flexible, non-extreme, dan self-
helping beliefs yang membantu mereka beradaptasi dengan realitas dan mengejar
tujuan mereka. Serta menekankan pada terapi perilaku. Cognitive behaviour
therapy ini melibatkan identifikasi pikiran, kepercayaan, dan makna yang
diaktifkan ketika seseorang merasa terganggu emosinya.
PRINSIP-PRINSIP
Pemahaman terhadap prinsip-prinsip ini diharapkan dapat mempermudah
pemeriksa dalam memahami konsep, strategi dalam merencanakan proses
konseling dari setiap sesi yang mempengaruhi kebiasaan dan perilaku, serta
penerapan teknik-teknik cognitive behaviour therapy.
Salah satu prinsip-prinsip utama dari cognitive behaviour therapy, yaitu:
1. Terbatas dan waktunya singkat

41
2. Butuh hubungan terapeutik (hubungan dokter-pasien saat komunikasi harus
menunjukkan gerakan atau pernyataan empatik yang benar, meminta
feedback saat komunikasi dalam membantu mengatasi masalah pasien) dan
bersifat kolaboratif untuk mencapai terapi perilaku kognitif yang
berkualitas dan menentukan pengobatan
3. Memberikan pertanyaan-pertanyaan spesifik untuk mengubah pola pikir
pasien
4. Terapi perilaku kognitif terstruktur, terarah, berorientasi pada masalah
INDIKASI DENGAN TERAPI PERILAKU KOGNITIF
Gangguan Psikiatri : Gangguan depresi berat, gangguan cemas menyeluruh,
gangguan panik, fobia sosial, obsesif – gangguan kompulsif, penyalahgunaan zat,
gangguan dismorfik tubuh, gangguan kepribadian.
Masalah Psikologi : Masalah pasangan, masalah keluarga, perjudian patologis,
kesedihan yang rumit, kemarahan dan permusuhan.
Masalah Kesehatan dengan Gangguan Psikologi : Nyeri punggung kronis,
sakit kepala migrain, nyeri kanker, sindrom usus yang teriritasi, hipertensi,
gangguan somatoform.

12. HIPNOTERAPI
Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada
dalam kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat digunakan
dalam terapi untuk memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dan dinamika
pasien atau memungkinkan pasien menggunakan menggunakan ingatan
tersebut sebagai katalis untuk asosiasi baru.3
a. Indikasi dan Pemakaian
Hipnosis telah digunakan, dengan berbagai tingkat keberhasilan,
untuk mengendalikan obesitas dan gangguan berhubungan zat, seperti
penyalahgunaan alkohol dan ketergantungan nikotin. Cara ini telah
digunakan untuk menginduksi anestesia, dan pembedahan besar telah
dilakukan tanpa anestetik kecuali hipnosis. Hipnosis juga ielah digunakan

42
untuk menangani gangguan nyeri kronis, asma, kutil, pruritis, aforia, dan
gangguan konversi.
Relaksasi dapat dicapai dengan mudah dengan hipnosis, sehingga
pasien dapat mengatasi fobia dengan mengendalikan kecemasan mereka.
Hipnosis juga telah digunakan untuk menginduksi relaksasi dalam
desensitisasi sistematik.
b. Kontraindikasi
Pasien yang dihipnosis berbeda. dalam keadaan ketergantungan
atipikal dengan ahli terapi, sehingga suatu transferensi yang kuat dapat
berkernbang, ditandai oleh perlekatan positif yang harus dihormati dan
diinterpretasikan. Dalam keadaan lain dapat terjadi transferensi negatif pada
pasien yang rapuh atau yang memiliki kesulitan dalam tes realitas. Pasien
yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan dasar, seperti pasien paranoid
atau yang memiliki masalah pengendalian, seperti pasien obsesif
kompu1sif, adalah bukan calon yang baik untuk hipnosis. Sistem nilai etik
yang kuat adalah penting untuk semua terapi dan khususnya untuk
hipnoterapi, di mana pasien (khususnya mereka yang berada dalam trance)
adalah sangat mudah disugesti dan ditundukkan. Terdapat pertentangan
tentang apakah pasien akan melakukan tindakan selama keadaan trance
yang mereka rasakan menjijikan pada keadaan lain atau yang bertentangan
dengan kode moral rnereka.
Hipnosa dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang dapat
dicapai dengan hipnosa dalam psikoterapi, dapat juga dicapai dengan cara
yang lain tanpa hipnosa. Hipnosa hanya dapat mempercepat pengaruh
psikoterapi.
Hal yang penting dalam hipnosa ialah sugesti (bukan kekuatan
kemampuan terapis hipnotisir). Kesadaran pasien menyempit dan menurun,
akhirnya ia hanya menerima rangsangan dari hipnotisir, ia masuk ke dalam
keadaan “trance” mulai dari ringan sampai ke “trance” yang dalam dengan
kekakuan otot di seluruh badan.

43
Dalam hipnosa dapat dilakukan analisa konflik-konflik dan sintesa,
atau sintesa dilanjutkan sesudah pasien sadar kembali. Dalam hal ini sugesti
dalam waktu hipnosa dan sugesti sesudah hipnosa dapat dipakai.

13. NARKOTERAPI
Secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek yang pendek
(umpamanya penthothal atau amital natrium). Dalam keadaan setengah tidur
pasien diwawancara, konflik dianalisa, lalu disintesa. Bahan yang timbul
sewaktu narkoterapi dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah pasien sadar
kembali.3
Narkoterapi dengan narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu
psikoterapi. Pemakaian narkoanalisa di luar bidang pengobatan (umpamanya
untuk pengusutan perkara bagi penelitian) tidak dapat dibenarkan, baik atas
dasar etik dan moral, maupun teknis-medis (apa yang dikatakan oleh individu
dalam keadaan itu tidak selalu benar, tetapi mungkin karena sugesti pemeriksa;
jadi obat yang dipakai untuk narkoanalisa bukan merupakan “serum
kebenaran” yang sungguh-sungguh, seperti apa yang pernah dihebohkan oleh
surat kabar dan oleh majalah).3

14. TERAPI PSIKOSOSIAL DAN REHABILITASI


Terapi ini mengacu pada penggunaan berbagai metode untuk memungkinkan
orang dengan gangguan jiwa berat mengembangkan keterampilan social atau
kejuruan agar hidup mandiri. Terapi seperti ini dilakukan pada banyak tempat:
rumah sakit, klinik rawat jalan, pusat kesehatan jiwa serta rumah atau klub sosial.
Pelatihan keterampilan sosial dibutuhkan untuk mencapai kemandirian.
Keterampilan sosial adalah perilaku interpersonal yang dibutuhkan untuk
menegakkan, mempertahankan serta memperdalam hubungan yang suprotif dan
secara sosial menguntungkan. Pada gangguan jiwa berat seperti skizofrenia, satu
atau lebih domain fungsi afektif, kognitif, verbal dan perilaku terganggu sehingga
mereka tidak dapat menikmati dan mempertahankan hubungan interpersonal yang
merupakan inti dari kehidupan sosial. Maka digunakan pelatihan keterampilan

44
sosial sebagai sarana untuk memperbaiki defisit dalam perilaku sosial. Latihan yang
diberikan dapat meliputi keterampilan bercakap-cakap, manajemen konflik,
keterampilan hidup di dalam komunitas keterampilan bekerja dan kejuruan.

2.6 Efektivitas Psikoterapi


Dari berbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara
sekian banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih
unggul daripada yang lain. Walaupun ada banyak jenis psikoterapi yang dapat
diberikan untuk berbagai problem pasien. Dengan pengecualian yang
memungkinkan untuk sejumlah kecil metoda perilaku dan kognitif perilaku
tertentu, yang diterapkan untuk beberapa problem khas tertentu pula, bukti akurat
mengenai efektivitas psikoterapi belum ditemukan. Meskipun demikian, terdapat
banyak pengalaman yang sangat menarik perhatian, tetapi tidak akurat menyatakan
bahwa banyak jenis psikoterapi dapat membantu pasien; hampir semua terapis
melakukan edukasi, mengajak pasien-pasien untuk menyatakan hal yang menjadi
perhatian mereka, mendorong mereka untuk mencoba perilaku yang baru, dsb.
sayangnya, indikasi spesifik untuk psikoterapi spesifik umumnya tidak tersedia.
Beberapa ahli membantah bahwa banyak metode psikoterapi dalam praktik
sebetulnya sama.6
Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor1:
- Tujuan yang ingin dicapai
- Motivasi pasien
- Kepribadian dan ketrampilan terapis
- Teknik yang digunakan

2.7 Hasil Terapeutik


Hasil utama dan terakhir dari suatu teknik pertolongan, berupa1:
- Bebas penyakit : Penyakit – sakit – Bebas penyakit
- Sejahtera bahagia : Penderitaan – Menderita – Sejahtera – Bahagia

45
BAB III
KESIMPULAN

Psikoterapi merupakan suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional


seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan
professional secara sukarela, dengan maksud menghilangkan, mengubah atau
menghambat gejala – gejala yang ada, mengoreksi prilaku yang terganggu dan
mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.
Psikoterapi merupakan ilmu dan ketrampilan tersendiri yang bermanfaat
untuk pasien-pasien dengan problem kejiwaan khususnya dan problem kesehatan
pada umumnya. Ilmu dan ketrampilan ini dapat diajarkan dan dipelajari namun
memerlukan waktu yang tidak sedikit, ketekunan serta kepribadian terapis juga
merupakan faktor terpenting dalam keberhasilan terapi.
Dalam melakukan wawancara dengan pasien dalam praktek sehari-hari,
beberapa hal yang perlu diingat antara lain bahwa wawancara mengandung makna
terapeutik selain untuk pengambilan data dalam upaya penegakan diagnosis.
Komunikasi antara dokter-pasien sangatlah penting. Ketika berhadapan dengan
pasien, kita harus senantiasa membina hubungan interpersonal dengan optimal,
mengerti dan sadar apa yang kita bicarakan, bagaimana cara penyampaiannya,
bilamana, serta dalam konteks apa kita menyampaikan pernyataan atau pertanyaan-
pertanyaan kita yang tentunya harus bersifat profesional dan tidak terkait dari
respon emosional yang subyektif.
Di sini hubungan perasaan dokter - pasien bersifat empati (simpati netral),
tanpa perasaan sentimental atau simpati berlebihan. Maka penting seorang dokter
memiliki kemampuan dalam memberikan empati, yaitu dengan merasakan dengan
penuh pengertian emosi dan pengertian perilaku orang lain. Hal ini harus terlihat
dari segala gerak – gerak, ucapan – ucapan dan ajuk (mimik) dari seorang dokter.
Ketrampilan yang perlu dilatih terus-menerus ialah dalam
mendengarkan dengan cermat (empathic listening), disertai observasi yang cermat,
serta didasari oleh pengetahuan yang memadai tentang psikologi, psikopatologi dan
proses-proses kejiwaan, kita akan mendapat gambaran yang tepat dan menyeluruh
tentang pasien.
Setelah wawancara, hendaknya kita dapat membuat kesimpulan tentang
keadaan mental pasien {seberapa cemas, apakah ia dalam keadaan depresi, bingung
(confuse), marah, atau bahkan tidak mengerti harus berbuat apa}; setelah itu
tentunya kita harus mengetahui langkah apa yang harus kita perbuat untuk
menolongnya.

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. 2017. Buku Ajar Psikiatri, Edisi
7. Jakarata: Badan Penerbit FK UI.
2. Corey Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Refika
Aditama.
3. Kaplan, Sadock’s ; Psikoterapi, Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh, Jilid 2, hal.
383 – 442.
4. Maramis WF; Psikoterapi, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa ed. 7, Airlangga
University, 1998 : hal : 483-497.
5. Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri, ed-6, EGC.
6. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. 2015. Synopsis of psychiatry: Behavioral
sciences and clinical psychiatry 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.

47

Anda mungkin juga menyukai