Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan
kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang
mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang
bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak
mudah capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi
pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai
ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan
kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja
yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada
faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian
rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan
psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan
kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini
kemudian akan dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta
bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan, dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan, dan persalinan. Pendidikan kesehatan
adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara
kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
memengaruhi kesehatan pribadinya, dan orang
lain.http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_dan_keselamatan_kerja
Keselamatan adalah suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman secara fisik, sosial,
spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologis, ataupun pendidikan dan terhindar
dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut. Untuk mencapai hal ini, dapat dilakukan
perlindungan terhadap suatu kejadian yang memungkinkan terjadinya kerugian ekonomi atau
kesehatan.http://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatan
DEFINISI PERLINDUNGAN DIRI (K3)
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3
bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah
pada masa yang akan datang.Berikut ini adalah peralatan pelindung diri dalam bekerja :
1. Alat pelindung mata
Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan debu. Berbagai jenis kacamata
pengaman mempunyai kegunaan yang berbeda. Seperti Kacamata las berguna melindungi mata
dari bahaya sinar yang menyilaukan (kerusakan retina mata) pada saat melaksanakan pengelasan.

Gambar02: kacamata las

2. Alat pelindung kepala


Topi adalah alat pelindung kepala secara umum, bila kita bekerja pada mesin-mesin topi
melindungi terpuntirnya rambut oleh putaran mesin bor atau rambut terkena percikan api pada
saat mengelas.

Gambar03: helm pekerja


3. Alat pelindung telinga/Ear plug
Alat pelindung telinga ialah alat yang melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang bising,
juga penahan bising dari letupan / letusan.

Gambar04: alat pelindung telinga


4. Pelindung hidung dan mulut
Ditempat- tempat tertentu dari bagian bengkel, udara sering dikotori terutama akibat
kimiawi, akibat gas yang terjadi, akibat semprotan cairan, akibat debu dan partikel lainnya yang
lebih kecil. Misalnya pengotoran pada pernafasan akibat debu kasar dari gerinda, kabut dari
proses pengecatan, asap yang timbul ketika pahat sedang digerinda dan asap ketika mengelas.
5. Alat pelindung tangan
Alat pelindung tangan yaitu (sarung tangan) (sarung tangan asbes)
a.Sarung tangan kain
Digunakan untuk memperkuat pegangan. Hendaknya dibiasakan bila memegang benda
yang berminyak, bagian-bagian mesin atau bahan logam lainnya

Gambar05: sarung tangan kain

b. Sarung tangan asbes


Sarung tangan asbes digunakan terutama untuk melindungi tangan terhadap bahaya
pembakaran api. Sarung tangan ini digunakan bila setiap memegang benda yang panas, seperti
pada pekerjaan mengelas dan pekerjaan menempa (pande besi).

Gambar06: sarung tangan asbes


6. Alat pelindung kaki

Untuk menghindarkan kerusakan kaki dari tusukan benda tajam, tertimpa benda yang berat,
terbakar oleh zat kimia, maka sebagai pelindung digunakan sepatu. Sepatu ini harus terbuat dari
bahan yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan.

Gambar07: sepatu safety


7. Alat pelindung badan
a. Apron
Ketentuan memakai sebuah apron pelindung harus dibiasakan diluar baju kerja. Apron kulit
dipakai untuk perlindungan dari rambatan panas nyala api.
Dengan menggunakan pakaian pelindung yang dibuat dari kulit, maka pakaian biasa akan
terhindar dari percikan api terutama pada waktu mengelas dan menempa. Lengan baju jangan
digulung, sebab lengan baju akan melindungi tangan dari sinar api.
http://ppnisardjito.blogspot.com/2012/06/dasar-hukum-k3.html
Modul Alat Pelindung diri SMK Probolinggo

Gambar08: baju pelindung

TUJUAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Menghindari hal-hal atau kondisi yang kita tidak inginkan dan menggapai tujuan yang ingin di
capai berupa hasil kerja yang maksimal. Tujuan utama K3 umtuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja terhadap para pekerja agar tidak mengalami cedera.
Keselamatan Kerja. Di dalamnya terdapat 3 (tiga) tujuan utama dalam Penerapan K3
berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

berdasarkan Undang-Undang nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja di atas terdapat
harmoni mengenai penerapan K3 di tempat kerja antara Pengusaha, Tenaga Kerja dan
Pemerintah/Negara. Sehingga di masa yang akan datang, baik dalam waktu dekat ataupun nanti,
penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di Indonesia dapat dilaksanakan secara
nasional menyeluruh dari Sabang sampai Meraoke. Adapun tujuan yang sudah di simpulkan dari
Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 yaitu sbb.
 Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan
 Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
 Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan dari pada waktu kebakaran atau kejadian -
kejadian lain yang berbahaya
 Memberi pertolongan pada kecelaka.
bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik,
sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/tujuan-k3-keselamatan-dan-
kesehatan.html

MANFAAT K3 DALAM BEKERJA BESERTA TUJUANYA


Banyak perusahaan atau pengusaha yang merasa jika Audit adalah proses untuk mencari
kesalahan yang dilakukan oleh pengusaha tersebut atau karyawan yang bekerja di perusahaan
tersebut merasa bahwa ia sedang diperiksa dan dicari kesalahannya sehingga anggapan bahwa
Audit itu akan membuat mereka berada dalam masalah.
Berikut ini adalah 4 manfaat Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
1. Mejemen mengetahui kelemahan unsur sistem operasi sebelum timbul gangguan operasi,
insiden atau kecelakaan yang merugikan shingga kerugian dapat ditekan dan keandalan serta
efisiensi dapat ditingkatkan
2. Diperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang status mutu pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja yang ada saat minim sasaran apa yang ingin dicapai dimasa mendatang dan
tingkat pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja
yang berlaku
3. Diperoleh peningkatan pengetahuan, kematangan dan kesadaran tentang K3 bagi karyawan
yang terlibat dalam pelaksanaan audit keselamtan dan kesehatan kerja
4. Penigkatan citra perusahaan. http://lenterasafety.com/index.php/articles-2/483-4-manfaat-
audit-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3
Adapun manfaat penerapan 5R (5S) di tempat kerja antara lain :

1. Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja yang lebih efisien.


2. Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan menjadi luas/lapang.
3. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang bagus/baik.
4. Menambah penghematan karena menghilangkan berbagai pemborosan di tempat kerja.

Budaya 5R (5S) sudah banyak diterapkan pada perusahaan-perusahaan, bahkan dengan


menerapkan budaya 5R (5S) di tempat tersebut itulah perusahaan-perusahaan banyak yang
berkembang menjadi perusahaan kelas atas. Budaya 5R (5S) merupakan investasi awal bagi
sebuah perusahaan untuk menuju kesuksesan berkelanjutan.
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengertian-tujuan-dan-manfaat-
penerapan.htm
PERAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA(K3)
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan
korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu
proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas.
Pada posting kami sebelumnya, telah dibahas secara singkat pengertian Keamanan, Kesehatan,
dan Keselamatan Kerja (K3). Berdasarkan pengertian K3 sebelumnya, bisa dirumuskan suatu
kesimpulan mengenai peran K3. Berikut ini gambaran singkat Peran Keamanan, Kesehatan, dan
Keselamatan Kerja (K3) :

 Setiap karyawan atau tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya,
dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas perusahaan pada khususnya; juga produktivitas nasional
secara umum.
 Setiap individu / orang / manusia yang berada di tempat kerja perlu terjamin
keselamatannya.
 Setiap sumber produksi / alat-alat / inventory perlu dipakai dan dipergunakan secara
aman, efisien, serta tepat guna.
 Merupakan tindakan preventif / antisipatif / pencegahan dari sebuah lembaga /
perusahaan untuk mengurangi / meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan atau
sakit akibat kerja; sehingga dapat mengurangi anggaran biaya perusahaan.
http://nadzibillah.blogspot.com/2013/09/peranan-k3-kesehatan-dan-keselamatan.html

ANALISA POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA


Bahaya Pada dasarnya diproteksi kedalam 3 faktor utama dilingkungan kerja diantaranya:
1. Manusia atau Karyawan.
2. Material, alat atau Mesin.
3. Lingkungan Kerja atau Lingkungan Sekitar.
Apa bila ketiga elemen kerja diatas diabaikan dapat menimbulkan berbagai kerugian baik
langsung maupun secara tidak langsung. Adapun kerugian yang ditimbulkan adalah sebagai
berikut:
A. Kerugian Secara Langsung.
Kerugian ini timbul akibat kecelakaan kerja, sehingga langsung dirasakan oleh pihak perusahaan
melalui:
 Biaya Pengobatan dan Kompensasi;
 Kerusakan sarana atau fasilitas akibat dari bahaya yang timbul
B. Kerugian Tidak langsung.
Meskipun resiko yang ditimbulkan secara tidak langsung, namun dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan serta dapat merugikan perusahaan, kerugian yang ditimbulkan sebagai berikut:
 Kerugian Jam Kerja.
 Kerugian Produksi.
 Kerugian sosial.
 Kerugian dari efect Kurangnya Citra dan kepercayaan Konsumen.
Analysis Potensi Hazard atau Penilaian potensial bahaya pada umumnya menyertakan
aktivitas sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tugas/task
2. Membentuk team (untuk task yg sederhana – satu orang)
3. Membagi tugas/ task menjadi beberapa steps
4. Mengidentifikasi potential hazards
5. Membuat solusi/ mengontrol untuk memitigasi hazards.

Tujuan dari Penilaian potensi Bahaya ini adalah untuk:

A. Menyediakan pedoman saat melakukan analisis potensi bahaya dengan mengikuti tiga
tahap analisis potensi bahaya;

1. Tahap Perencanaan (JHA)&Risk Assesment


2. Tahap Perizinan (Job Safety Analysis)
3. Tahap Pelaksanaan (Self Assesment)
Susunan Penerapan Tahap Analysis Potensi bahaya Sebagai Berikut:

1. Tahap Perencanaan– Job Hazard Analysis (JHA) bertujuan untuk

 Untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan tindakan pencegahannya


 Untuk memastikan bahwa jumlah orang, pengaturan keahlian, peralatan dan APD sudah
termasuk dalam perencanaan.
 Memberikan kesempatan untuk menyesuaikan rencana kerja untuk mengurangi risiko.
 Untuk mengidentifikasi jenis perizinan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan
 Digunakan sebagai titik awal (starting point) untuk Onsite JSA.
 Q-SOP dapat digunakan sebagai analisis potensi bahaya untuk perencanaan pekerjaan

2. Tahap Perizinan - Onsite Job Safety Analysis (Onsite JSA)

 Dilakukan dilapangan sesaat sebelum pekerjaan dimulai.


 Melibatkan tim untuk memastikan bahwa orang yang melakukan pekerjaan mengerti
pekerjaan yang akan dilakukan, potensi bahaya yang ada serta tindakan pencegahannya
 Mengidentifikasi potensi bahaya pada waktu pekerjaan akan dimulai dan tindakan
pencegahan yang spesifik.
 JSA yang sudah dibuat bisa disimpan sebagai referensi untuk operasi yang serupa dimasa
yang akan datang.
 Dikembangkan dalam bahasa yang sesuai untuk tim yang bekerja (terjemahaan secara
verbal mungkin diperlukan) untuk mengatasi kondisi dilapangan pada hari pekerjaan
dilakukan

3. Tahap Pelaksanaan – Self Assessment


Setiap pekerja bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri dan tim di
seluruh aktifitas termasuk melindungi lingkungan.
Untuk itu, semua karyawan diberikan hak untuk menghentikan pekerjaannya atau SSWA (Self
Stop
Work Authority) dengan memikirkan langkah yang aman untukbekerja. Dalam hal ini perlu
melibatkan orang yang berwenang untuk mengambil keputusan.
http://krisinashare.blogspot.com/p/didalam-program-k3-metode-analysis.html

PENGERTIAN KECELAKAAN AKIBAT KERJA


Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki dan dapat
menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda (Rachman, 1990).Menurut Suma’mur
(1989), kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada
perusahaan, artinya bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan.
Kronologis Kecelakaan Akibat Kerja
Timbulnya kecelakaan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana faktor yang satu
mempengaruhi faktor yang lainnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan akibat kerja
dapat dikelompokkan sebagai berikut.
Host, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan.
Agent, yaitu pekerjaan.
Environment, yaitu lingkungan kerja.
Dari ILCI, dengan memodifikasi teori dari Heinrich yang terkenal dengan nama teori domino
yaitu tentang terjadinya kecelakaan kerja sebagai berikut:
1. Kurangnya terhadap pengendalian oleh manajemen (Lack of Control Management) meliputi :

 Perencanaan
 Pengorganisasian
 Kepemimpinan
 Pengendalian

2. Penyebab-penyebab dasar murni ( Basic Couse (s) Origin (s) ):

 Faktor personal
 Faktor Pekerja
3. Penyebab yang merupakan gejala-gejala ( Immediate: Cause (s) Simptoms )

 Unsafe Act adalah pelanggaran terhadap prosedur yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
 Unsafe Condition atau keadaan yang secara langsung dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan.

4. Keterkaitan terjadinya kecelakaan ( Incident Contact ).


5. Kehilangan orang atau harta ( People Proverty Loss ).

Faktor Pekerja
1. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja. Golongan
umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja
dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan
yang lebih tinggi (Hunter, 1975. dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa
pekerja muda usia lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja yang lebih
tua. Pekerja muda usia biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaanya (ILO, 1989).
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan sesorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang dalam menghadapi pekerjaan yang
dipercayakan kepadanya, hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan yang tersedia bahwa
pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah
bersekolah akan bekerja di lapangan yang mengandalkan fisik ( Efrench, 1975).
3. Pengalaman Kerja
pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat
kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan
disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan
akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja
yang bersangkutan ( Suma’mur 1989).
Pekerjaan
1. Giliran Kerja ( Shift )
Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam ( Andrauler P. 1989).
Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan
pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi
dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari (Andrauler P. 1989).
2. Jenis (Unit) Pekerjaan
jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja
(Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai
kesatuan operasi dalam suatu proses.
Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
Pencahayaan
Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan
akan dapat menghasilkan produksi yang maksimal( ILO, 1989 ).
Kebisingan
Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat
menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah
pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, nilai ambang batas kebisingan adlah 85 dBa
untuk 8 jam kerja sehari atau 40 jam kerja dalam seminggu (Suma’mur, 1990).
2. Lingkungan Kimia
Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor lingkungan yang memungkinkan penyebab
kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produks, hasil suatu produksi
dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi.
3. Faktor Lingkungan Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun binatang lain yang
ada di tempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat timbul seperti infeksi, allergi, dan sengatan
serangga maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta bisa menyebabkan kematian
(Syukri Sahap, 1998).
Klasifikasi Akibat Kecelakaan Kerja
Berdasarkan pada standar OSHA tahun 1970, semua luka yang diakibatkan oleh kecelakaan
dapat dibagi menjadi:

1. Perawatan Ringan ( First Aid )


Perawatan ringan merupakan suatu tindakan/ perawatan terhadap luka kecil berikut
observasinya, yang tidak memerlukan perawatan medis (medical treatment) walaupun
pertolongan pertama itu dilakukan oleh dokter atau paramedis.
2. Perawatan Medis ( Medical Treatment )
Perawatan Medis merupakan perawatan dengan tindakan untuk perawatan luka yang hanya dapat
dilakukan oleh tenaga medis profesional seperti dokter ataupun paramedis. Yang dapat
dikategorikan perawatan medis terganggunya fungsi tubuh seperti jantung, hati, penurunan
fungsi ginjal dan sebagainya.
3. Hari Kerja yang Hilang (Lost Work Days)
Hari kerja yang hilang ialah setiap hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan
seluruh tugas rutinnya karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yan
dideritanya. Hari kerja hilang ini dapat dibagi menjadi dua macam :
jumlah hari tidak bekerja (days away from work) yaitu semua hari kerja dimana sesorang pekerja
tidak dapat mengerjakan setiap fungsi pekerjaannya karena kecelakaan kerja atau sakit akibat
pekerjaan yang dideritanya.
jumlah hari kerja dengan aktivitas terbatas (days of restricted activities), yaitu semua kerja
dimana seorang pekerja karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang
dideritanya. Untuk kedua kasus diatas, terdapat pengecualian pada hari saat kecelakaan atau saat
terjadinya sakit, hari libur, cuti, dan hari istirahat.
4. Kematian (Fatality)
Dalam hal ini, kematian yang terjadi tanpa memandang waktu yang sudah berlalu antara saat
terjadinya kecelakaan kerja aaupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang dideritanya, dan
saat si korban meninggal.
“Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya” (Achmadi, 1990).
”Kecelakaan akibat kerja sesungguhnya dapat dicegah asal ada kemauan yang kuat untuk
mencegah” (Suma’mur, 1989). https://rickyandhika.wordpress.com/2011/02/18/kecelakaan-
akibat-kerja/

UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA


Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja H.W. Heinrich, maka terdapat
berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain :

1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di Tempat


Kerja :
o Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
o Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman di tempat kerja.
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :
o Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
o Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga kerja.
o Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang berkaitan dengan
peningkatan penerpan K3 di tempat kerja.

3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :


o Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
o Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja.
o Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja oleh tenaga kerja.

Kegiatan – Kegiatan atau Upaya Keselamatan Kerja


Untuk meningkatkan keselamatan kerja di perusahaan atau di tempat – tempat kerja, maka ILO,
(1989) menyusun suatu ketentuan, yaitu sebagai berikut :
Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundangan yang bertalian dengan syarat-syarat kerja
umum, perencanaan –perencanaan, kontruksi, perawatan, pengujian dan pemakaian industri,
kewajiban pengusaha dan pekerja, latihan, pengawasan kesehatan kerja, pertolongan pertama
pada kecelakaan dan pengujian kesehatan.
Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar.
Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan yang diwajibkan.
Penelitian bersifat teknis, yang meliputi sifat dan ciri-ciri dari bahan-bahan yang berbahaya,
penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat pelindung diri.
Riset medis, meliputi tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan
teknologis, keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya
mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab-sebabnya.
Pendidikan, menyangkut pendidikan keselamatan dan kurikulum teknik, sekolah-sekolah
perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
Latihan-latihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga yang baru, dalam
keselamatan kerja.
Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan
sikap untuk selamat.
Asuransi, yaitu intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan, misalnya dalam
bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan
Usaha kesehatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya
penerapan keselamatan
kerjahttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pencegahan-kecelakaan-
kerja.html

PELAYANAN KESEHATAN KERJA (K3)


Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja
(Permen No. Per-03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja,
Pasal 2)

1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja, Pemeriksaan Berkala dan Pemeriksaan Khusus


2. Pembinaan Dan Pengawasan Atas Penyesuaian Pekerjaan Terhadap Tenaga Kerja.
3. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Lingkungan Kerja.
4. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Perlengkapan Saniter.
5. Pembinaan Dan Pengawasan Perlengkapan Untuk Kesehatan Tenaga Kerja.
6. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Yang Mempunyai Kelainan
Tertentu Dalam Kesehatannya.
7. Pendidikan Kesehatan Untuk Tenaga Kerja dan Latihan Untuk Petugas PPPK.
8. Pencegahan Dan Pengobatan Terhadap Penyakit Akibat Kerja Dan Penyakit Umum.
9. Memberikan Nasihat Mengenai Perencanaan Dan Pembuatan Tempat Kerja, Pemilihan
Alat Pelindung Diri Yang Diperlukan, Gizi Serta Penyelenggaraan Makanan Di Tempat
Kerja.
10. Membantu Usaha Rehabilitasi Akibat Kecelakaan Kerja Atau Penyakit Akibat Kerja.
11. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).
12. Memberikan Laporan Berkala Tentang Pelayanan Keehatan Kerja Kepada
Pengurus.http://www.konsultasik3.com/2013/01/tugas-pokok-pelayanan-kesehatan-
kerja.html

LINKUNGAN KERJA (K3)


Konsep Lingkungan Hidup
 Menurut Prof. Dr. Emil Salim Lingkungan Hidup adalah segala benda dan kondisi yang ada
dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal-hal yang hidup termasuk kehidupan
manusia.

Konsep Lingkungan Hidup


 Menurut Prof.Dr.Otto Soemarwoto, Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang
ada dalam ruang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.

Konsep Lingkungan Hidup


 Menurut UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan Lingkungan Hidup, jumto UU
No. 23 Tahun 1997, Pasal I bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya

Konsep Lingkungan Hidup


 Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya

Arti Penting Lingkungan dalam Kehidupan


 Lingkungan sebagai tempat tinggal
 Lingkungan sebagai tempat mencari makan

Lingkungan sebagai tempat tinggal


 Individu : makhluk hidup tunggal
 Populasi : kumpulan individu yang sejenis yang hidup pada suatu daerah tertentu
 Komunitas : kumpulan populasi yang hidup pada suatu daerah tetentu
 Ekosistem : kumpulan komunitas yang berinteraksi dengan lingkungannya dan membentuk suatu
system

Lingkungan sebagai tempat mencari makan


Keseimbangan lingkungan atau ekosistem akan terjadi jika rantai makanan, jarring makanan, dan
piramida makanan tepat. Rantai makanan dalam suatu lingkungan. Pada dasarnya tiap-tiap
komponen dalam lingkunga hidup dapat dikatakan sebagai “ satu untuk yang lain”. Contoh
rumput dimakan rusa dan rusa dimakan harimau dan seterusnya.
Konsep pembangunan berwawasan lingkungan
Pembangunan berwawasan lingkungan merupakanupaya sadar dan terencana yang memadukan
unsur lingkungan hidup termasuk sumber daya kedalamproses pembangunan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
 Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan
 Mengoptimalkan partisipasi masyarakat
 Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan

Kerusakan Lingkungan Hidup


 Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
 Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia

Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam

Gambar09:letusan gunung berapi


Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
 Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya
kawasan industri.
 Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan
dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
 Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
http://rahmandefault.blogspot.com/2012/11/keselamatan-kesehatan-dan-lingkungan.html

Perbedaan Faktor Eksternal Dan Faktor Internal


Lingkungan Eksternal adalah ingkungan yang berada di luar organisasi saling mempertukarkan
sumber dayanya dengan organisasi tersebut dan tergantung satu sama lain, perusahaan yang
berpengaruh tidak langsung terhadap kegiatan perusaan. Lingkungan eksternal meliputi variabel-
variabel di luar organisasi yang dapat berupa tekanan umum dan tren di dalam lingkungan
societal ataupun faktor-faktor spesifik yang beroperasi di dalam lingkungan kerja (industri)
organisasi. Variabel-variabel eksternal ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu ancaman dan peluang.
Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur diluar organisasi yang sebagian besar tidak dapat
dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer. Organisasi
mendapatkan masukan-masukan yang dibutuhkan, seperti bahan baku, dana tenaga kerja dan
energi dari lingkungan eksternal, mentransformasikan menjadi produk dan jasa, kemudian
memberikan sebagai keluaran-keluaran kepada lingkungan eksternal.
Lingkungan eksternal perusahaan dapat dibedakan menjadi :
a. Lingkungan eksternal makro, adalah lingkungan eksternal yang berpengaruh tidak langsung
terhadap kegiatan usaha.
Contoh :
• Keadaan alam: SDA, lingkungan.
• Politik dan hankam: kehidupan operasional perusahaan sangat terpengaruh oleh politik dan
hankam negara dimana perusahaan berada menciptakan.
• Hukum
• Perekonomian
• Pendidikan dan kebudayaan
• Sosial dan budaya
• Kependudukan
• Hubungan internasional.
b. Lingkungan eksternal mikro, adalah lingkungan eksternal yang pengaruh langsung terhadap
kegiatan usaha.
Contoh :
• Pemasok / supplier : yang menunjang kelangsungan operasi perusahaan.
• Perantara, misalnya distribotur, pengecer yang berperan dalam pendistribusian hasil-hasil
produksi ke konsumen.
• Teknologi: yang berkaitan dengan perkembangan proses kerja, peralatan metode, dll.
• Pasar, sebagai sasaran dari produk yang dihasilkan perusahaan.

Lingkungan internal adalah faktor-faktor yang berada dalam kegiatan produksi dan langsung
mempengaruhi hasil produksi.
Contoh :
• Tenaga kerja
• Peralatan dan mesin
• Permodalan (pemilik, investor, pengelolaan dana)
• Bahan mentah, bahan setengah jadi, pergudangan
• Sistem informasi dan administrasi sebagai acuan pengambilan keputusan.
https://mazzeko.wordpress.com/2012/04/22/pengaruh-lingkungan-terhadap-manajemen
PEMBAHASAN KEBISINGAN
Kebisingan (Noes) adalah suara yang tidak dikehendaki. Menurut Wall (1979) , kebisingan
adalah suara yang mengganggu. Sedangkan menurut Kep-Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan
aalah bunyi yang tidak dinginkan suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu
yang menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak,
satwa, dan sitem alam.
Aktivitas dari berbagai proyek pembangunan menghasilkan dampak yang berbeda-beda dari
bermacam-macam sumber kebisingan dan dapat dibagi kedalam 4 (empat) tipe pembangunan
yaitu (Men KLH, 1989):

1. Tipe pembanguna pemukiman


2. Tipe pembangunan gedung bukan untuk tempat tinggal tetap, misalnya perkantoran,
gedung umum, hotel, rumah sakit, sekolah dan lain sebagainya.
3. Tipe pembangunan industri.
4. Tipe pekerjaan umum, misalnya jalan, saluran induk air, selokan induk air, selekan dan
lainnya.

Dampak kebisingan dapat pula kita bagi berdasarkan fase pembangunan proyek yaitu fase
konstruksi dan fase operasi. Besarnya kebisingan yang ditimbulkan dari fase pembangunan fisik
proyek (gedung atau industri) dapat dibagi lagi menjadi kebisingan yang disebabkan oleh :

1. Pembersihan lahan
2. Pengadilan
3. Pondasi
4. Menegakkan bangunan
5. Penyelesaian

Pembahasan Polusi Udara Dalam Linkungan


dapat terjadi jika jumlah atau konsentrasi polutan (zat pencemar) di udara sudah melebihi
baku mutu lingkungan. Untuk masing-masing polutan di udara mempunyai nilai baku mutu yang
berbeda. Udara yang telah tercemar oleh polutan tertentu dapat menyebabkan turunnya mutu
udara di lingkungan tersebut. Udara yang telah tercemar dapat menyebabkan gangguan terhadap
kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya secara langsung. Tetapi udara yang tercemar juga
dapat berdampak yang cukup luas seperti pemanasan global dan hujan asam. Peristiwa
pemanasan global ditimbulkan karena peristiwa rumah kaca. Sedangkan hujan asam adalah
meningkatnya konsentrasi asam di udara seperti peningkatan jumlah SO2 (sulfur dioksida)
diudara sebagai hasil dari pembuangan asap kendaraan bermotor dan industri atau hasil
pembakaran bahan bakar fosil yaitu bahan bakar minyak dan batubara.
Udara yang bersih akan menciptakan lingkungan yang sehat. Demikian juga lingkungan yang
sehat akan menjadikan hidup menjadi nyaman. Oleh karena itu sudah seharusnya kita untuk
menjaga lingkungan kita ini dari kotornya udara. Dengan menghentikan kebiasaan merokok,
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor atau mungkin menjadwalkan hari tertentu untuk
hari bebas motor, tidak membuang rokok sembarangan padahal belum dimatikan atau yang lain.
Karena ini semua adalah tugas kita bersama.
Apa yang ditimbulkan jika polusi udara terjadi terus menerus dan dihisap tubuh? Dampak polusi
udara bisa sangat merugikan diantaranya:

 Terjadinya gangguan pernafasan seperti radang paru-paru


 Mengganggu kesehatan kulit sehingga kulit nampak kusam, elastisitas merosot, penuaan
dini, timbul flek hitam, mengalami keriput, yang lebih parah adalah resiko penyakit
kanker kulit
 Bagi penderita asma juga bisa meningkatkan kambuhnya penyakit asmanya
 Timbul batuk-batuk
 Polusi udara karena asap kebakaran hutan bisa mengganggu pandangan
 Mengalami stress dan mudah marah

Dampak polusi udara yang utama adalah mengganggu kesehatan. Maka dari itu bagi anda yang
sering berkendara di jalan-jalan yang dipenuhi dengan mobilitas yang tinggi dengan padatnya
motor dan juga mobil akan lebih baik jika menggunakan masker untuk mengurangi resiko udara
kotor yang terhisap ke paru-paru.
PENERAPAN NORMA K3 PENTING BAGI PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
Pelaksanaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja yang sangat penting karena akan mempengaruhi ketenangan bekerja,
keselamatan, kesehatan, peningkatan produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja. Sesuai UU
No.1/1970 tentang keselamatan kerja, Pengusaha wajib melindungi tenaga kerja dari potensi
bahaya yang dihadapinya, dan mewujudkan kondisi kerja yang aman, sehat, bebas kecelakaan
serta terbebas dari pencemaran.
Penerapan K3 dalam aktivitas kerja diharapkan dapat menekan dan menurunkan terjadinya
kasus- kasus kecelakaan kerja.Yang patut diperhatikan semua pihak adalah upaya-upaya untuk
mewujudkan tempat, kondisi dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan bebas dari kecelakaan
serta penyakit akibat kerja. Menteri Muhaimin minta perusahaan-perusahaan di Indonesia agar
menyediakan peralatan standar K3 untuk melindungi para pekerja dari resiko kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja. Peralatan standar K3 sebagai alat pelindung diri yang wajib dikenakan
ketika sedang bekerja diantaranya meliputi pakaian kerja, sepatu kerja, kacamata kerja, sarung
tangan, helm, sabuk pengaman, masker, penutup telinga, dll. Penggunaan peralatan standar K3
merupakan penerapan norma K3 di lingkungan perusahaan.
Peraturan Yang Berlaku Dalam K3
Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang sangat penting bagi para Ahli K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di
Tempat Kerja.

Berikut merupakan kumpulan perundang-undangan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


Republik Indonesia yang memuat isi sebagai berikut antara lain :

Undang-Undang K3 :

1. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).


2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang Ketenagakerjaan.

Peraturan Pemerintah terkait K3 :

1. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).


2. Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran,
Penyimpanan dan Peredaran Pestisida.
3. peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan.
4. Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.

PERANAN LINKUNGAN KERJA


Manusia merupakan unsur yang sangat penting dalam aktivitas organisasi. Karena begitu
penting maka perlu mendapatkan perhatian, penanganan, dan perlakuan khusus di samping unsur
yang lain. Organisasi harus mengetahui secara tepat mengenai apa yang dibutuhkan oleh
karyawannya, untuk itu organisasi perlu menciptakan kualitas kehidupan kerja yang baik bagi
karyawan. Kualitas kehidupan kerja berperan penting bagi organisasi sebagai salah satu upaya
untuk dapat memacu semangat karyawan dalam bekerja.
Kinerja merupakan salah satu hal yang patut diperhatikan oleh organisasi untuk mencapai
tujuan organisasional. Kinerja dapat mencakup kinerja individu dan kinerja organisasi. Terdapat
hubungan yang erat antara kinerja individu (individual performance) dengan kinerja organisasi
(institutional performance). Kinerja individu merupakan penampilan hasil kerja karyawan baik
secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan yang dimaksud dengan kinerja organisasi adalah
hasil interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi. Dengan
perkataan lain bila kinerja pustakawan baik maka kemungkinan besar kinerja perpustakaan juga
baik.
Untuk membangun lingkungan kerja yang kondusif diperpustakaan maka diperlukan
komitmen, tekad dan kerja keras dari semua pihak yaitu pimpinan, pustakawan dan pegawai
administratif. Pustakawan dan seluruh individu yang bekerja di perpustakaan harus lebih
berkompeten dan meningkatkan prestasi kerja sebagai seorang pustakawan dalam memberikan
layanan kepada pengguna perpustakaan, agar tercapainya tujuan dari perpustakaan sebagai suatu
lembaga yang menyediakan fasilitas, sumber informasi dan menjadi pusat pembelajaran di
lingkungan universitas.
RESIKO KECELAKAAN AKIBAT KERJA
Menurut kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan dengan
perusahaan. Hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan
atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Suma’mur,PK, 1989).
Kecelakaan timbul sebagai hasil gabungan dari beberapa faktor. Menurut ILO (1989), faktor
yang paling utama adalah faktor peralatan teknis, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri.
Menurut International Labor Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 jiwa juta kematian
pekerja yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan dalam pekerjaan. Angka kematian
sekitar 300.000 jiwa dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit
akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit.

Menurut catatan ILO, s/d tahun 2003, Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang paling banyak
terjadi di dunia telah bergeser, dari penyakit paru akibat kerja dan Noise Induced Hearing Loss
(NIHL), menjadi muskuloskeletal, Noise Induced Hearing Loss (NIHL), Penyakit Akibat Kerja
(PAK) paru, gangguan psikologi dan kanker. Sementara menurut WHO’s World Health Report
tahun 2002, menunjukkan 1,5% dari beban kesehatan dunia diakibatkan oleh risiko pekerjaan
tertentu, hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa terdapar ratusan juta penduduk dunia bekerja
dalam kondisi yang tidak sehat dan tidak selamat (Kurniawidjaja, 2010). http://www.indonesian-
publichealth.com/2014/06/penilaian-resiko-k3.html
MANAJEMEN RESIKO
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk:
Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan
menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain
adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif
risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko
tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-
beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh
masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan,
teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan
segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia,
staff, dan organisasi).
Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi
menjadi

 Risiko Operasional
 Risiko Hazard
 Risiko Finansial
 Risiko Strategik

Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen Risiko Terintegrasi
Korporasi (Enterprise Risk Management).
Manajemen Risiko dimulai dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi,monitoring
dan evaluasi.
Identifikasi Resiko
Identifikasi risiko memuat daftar sumber risiko dan peristiwa yang berdampak pada
pencapaian tiap sasaran. Dampak tersebut bisa menghambat, mengurangi, menunda atau
meningkatkan pencapaian sasaran.
Adapun teknik identifikasi dapat berupa checklist, pengalaman, catatan, flow chart,
brainstorming, analisis sistem dan teknik enjiniring.
Analisa risiko
Analisa risiko adalah berbicara tentang pengembangan dan pemahaman terhadap risiko. Analisa
risiko dibuat dengan mempertimbangkan sumber risiko, akibat positif dan negatif, serta
kemungkinan akibat itu terjadi.
Evaluasi risiko
Maksud dari evaluasi risiko adalah untuk membuat keputusan berdasar pada hasil analisa risiko
tentang perlunya perlakuan dan prioritas perlakuan terhadap risiko. Dalam beberapa keadaan
evaluasi risiko dipakai untuk analisa yang lebih jauh.
Perlakuan terhadap risiko
Perlakuan terhadap risiko meliputi identifikasi opsi-opsi untuk memperlakukan risiko, menilai
opsi tersebut, persiapan dan implementasi rencana perlakuannya.
Beberapa opsi tersebut antara lain:
• Menghindari risiko dengan tidak memulai atau melanjutkan aktivitas yang memungkinkan
timbulnya risiko.
• Mengurangi kemungkinan terjadinya peristiwa.
• Mengurangi akibat.
• Memindahkan risiko ke pihak lain.
• Menahan risiko.
Setelah risiko dikurangi atau ditransfer, mungkin masih ada risiko sisa yang ditahan, maka harus
ada perencanaan untuk mengelola akibat risiko tersebut.
Pemantauan dan Pengendalian perlakuan risiko
Diperlukan untuk memonitor keefektifan setiap langkah proses manajemen risiko. Memeriksa
kembali proses yang sedang berjalan sangat penting untuk menjamin rencana manajemen tetap
relevan.

KESIMPULAN
1. Masalah K3 sangat penting utk mendptkan perhatian krn berkaitan lagsung dg produkti-vitas
dan efisiensi karyawan

2. Keuntungan pelaksanaan K3 didapatkan secara tdk langsung dari terhindarnya kewajiban


membayar biaya-biaya yg harus dikeluarkan sebagai akibat dari kecelakaan
3. Masalah-masalah di sekitar penerapan K3 cukup banyak, tetapi perhatian pihak2 yang terkait
masih terbatas.

DAFTAR PUSTAKA:
Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai