Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis menyajikan hasil penelitian yang sudah dilakukan

mengenai “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Bullying Terhadap

Pengetahuan dan Sikap Pencegahan Bullying pada Siswa Kelas VIIA dan

VIIIA SMP Negeri 5 Cimahi”, hasil lengkapnya akan disajikan sebagai berikut.

1. Pengetahuan Tentang Bullying Pada Siswa kelas VIIA dan VIIIA SMP

Negeri 5 Cimahi tahun 2018

Gambaran pengetahuan adalah untuk menilai sejauh mana

responden mengetahui tentang bullying yang meliputi definisi, jenis-

jenis, peran-peran dalam bullying, dampak bagi korban dan pelaku

bullying, penyebab, ciri-ciri pelaku dan korban bullying, pencegahan dan

sikap dalam mencegah bullying. Distribusi rata-rata pengetahuan

responden tentang bullying akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi rata-rata pengetahuan siswa kelas VIIA dan


VIIIA sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang bullying di SMP Negeri 5 Cimahi tahun
2018

Variabel Pengukuran Mean SD Min-Max 95% CI

Pengetahuan Sebelum 68.67 9.471 56-88 65.72–71.62

Sesudah 92.67 6.487 80-100 90.65–94.69


Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh rata-rata pengetahuan siswa kelas

VIIA dan VIIIA sebelum dilakukan pendidikan kesehatan adalah 68.67

termasuk kategori pengetahuan yang cukup sebanyak 25 siswa dengan

standar deviasi 9.471, skor pengetahuan terendah 56 dan tertinggi 88

dengan tingkat kepercayaan 95% dan memiliki confidence interval

pengetahuan sebelum diberikan intervensi pendidikan kesehatan adalah

diantara 65.72 sampai 71.62. Terdapat peningkatan nilai rata-rata

pengetahuan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan adalah 92.67

seluruh siswa termasuk kategori pengetahuan yang baik dengan standar

deviasi 6.487, skor pengetahuan terendah 80 dan tertinggi 100 dengan

tingkat kepercayaan 95% dan memiliki confidence interval pengetahuan

sesudah diberikan intervensi pendidikan kesehatan adalah diantara

90.65 sampai 94.69.

2. Sikap Pencegahan Bullying Pada Siswa kelas VIIA dan VIIIA SMP

Negeri 5 Cimahi tahun 2018

Gambaran sikap merupakan pandangan atau kesiapan siswa untuk

bertindak secara terarah tehadap suatu kebiasaan terkait pencegahan

bullying, yang diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai sikap

pencegahan bullying pada siswa kelas VIIA dan VIIIA di SMP Negeri 5

Cimahi yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.


Tabel 4.2 Distribusi rata-rata sikap siswa kelas VIIA dan VIIIA
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
tentang bullying di SMP Negeri 5 Cimahi tahun 2018

Variabel Pengukuran Mean SD Min-Max 95% CI

Sikap Sebelum 80.50 5.167 72-97 78.89–82.11

Sesudah 111.33 3.593 102-118 110.21–112.45

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh nilai rata-rata sikap siswa kelas

VIIA dan VIIIA sebelum dilakukan pendidikan kesehatan adalah 80.50

dengan standar deviasi 5.167, skor sikap terendah 72 dan tertinggi 97

dengan tingkat kepercayaan 95% dan memiliki confidence interval sikap

sebelum diberikan intervensi pendidikan kesehatan adalah diantara

78.89 sampai 82.11. Terdapat peningkatan nilai rata-rata sikap setelah

dilakukan pendidikan kesehatan adalah 111.33 dengan standar deviasi

3.593, skor sikap terendah 102 dan tertinggi 118 dengan tingkat

kepercayaan 95% dan memiliki confidence interval sikap setelah

diberikan intervensi pendidikan kesehatan adalah diantara 110.21

sampai 112.45.

3. Perbedaan Pengetahuan Siswa Sebelum dan Setelah Dilakukan

Pendidikan Kesehatan Tentang Bullying

Tabel 4.3 Distribusi perbedaan nilai rata-rata pengetahuan siswa


sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan
tentang bullying di SMP Negeri 5 Cimahi tahun 2018

Variabel Pengukuran Mean SD SE P Value N

Pengetahuan Sebelum 68.67 9.471 1.461


0.000 42
Sesudah 92.67 6.487 1.001
Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji statistik didapatkan dari 42

responden sebelum dilakukan intervensi pendidikan kesehatan

memiliki rata-rata pengetahuan 68.67 sebanyak 25 siswa. Setelah

dilakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang bullying rata-rata

pengetahuan dari 42 responden memiliki pengetahuan lebih dari

prestes atau meningkat menjadi 92.67.

Pada tabel diatas terlihat perbedaan nilai mean antara sebelum

dan sesudah diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang

bullying. Hasil uji statistik didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan rata-rata pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan

intervensi pendidikan kesehatan dengan p value 0.000 (<0.05).

4. Perbedaan Sikap Siswa Sebelum dan Setelah Dilakukan

Pendidikan Kesehatan Tentang Bullying

Tabel 4.4 Distribusi perbedaan nilai rata-rata pengetahuan siswa


sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan
tentang bullying di SMP Negeri 5 Cimahi tahun 2018

Variabel Pengukuran Mean SD SE P Value N

Sikap Sebelum 80.50 5.167 0.797


0.000 42
Sesudah 111.33 3.593 0.554

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik didapatkan dari 42

responden sebelum dilakukan intervensi memiliki rata-rata sikap 80.50

sebanyak 27 siswa. Setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan

tentang bullying rata-rata sikap dari 42 responden memiliki nilai sikap

lebih dari pretest atau meningkat menjadi 111.33.

Pada tabel diatas terlihat perbedaan nilai mean antara sebelum

dan sesudah diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang


bullying. Hasil uji statistik didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan rata-rata sikap siswa sebelum dan sesudah diberikan

intervensi pendidikan kesehatan dengan p value 0.000 (<0.05).

B. Pembahasan

1. Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi

Pendidikan Kesehatan Tentang Bullying

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata pengetahuan

siswa sebelum dilakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang bullying

adalah 68.67 dengan skor terendah 56 dan tertinggi 88. Pengetahuan

siswa setelah diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang bullying

memiliki peningkatan dengan rata-rata 92.67 dengan skor terendah 80 dan

tertinggi 100. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa dapat menerima dan

memahami materi yang disampaikan dengan baik.

Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi perolehan nilai

pengetahuan post test yaitu responden telah diberikan pendidikan

kesehatan tentang bullying, sehingga responden memahami dan mengerti

tentang materi yang disampaikan. Namun terdapat beberapa responden

setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang bullying tetapi tidak ada

peningkatan antara nilai sebelum dan sesudah diberikan intervensi

pendidikan kesehatan, hal ini disebabkan karena konsentrasi yang kurang

selama pemberian intervensi, dan kondisi sekolah yang pada saat

pemberian intervensi sangat bising sehingga responden menjadi tidak

dapat fokus.

Menurut Wawan dan Dewi (2011) bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu faktor internal dan eksternal, untuk


faktor internal yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah pendidikan.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain yang diperlukan untuk mendapatkan informasi

misalnya hal-hal yang menunjuang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup. Salah satu faktor tersebut sesuai dengan

yang dialami siswa kurang terpapar materi tentang bullying dari pihak

sekolah yang mengakibatkan siswa kurang mengetahui tentang bullying.

Hal ini karena upaya promotif atau preventif belum sampai kepada siswa

terkait bullying, baik dari pihak sekolah ataupun dari petugas kesehatan.

Selain itu, sarana informasi media elektronik TV, internet, HP hanya

digunakan sebagai sarana hiburan saja tidak dimanfaatkan sebagai sarana

untuk meningkatkan pengetahuan siswa.

Faktor eksternal yang mempengaruh dalam penelitian ini adalah

lingkungan. Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok. Pada saat pelaksanaan penelitian kondisi

lingkungan sekolah sangat ramai dikarenakan terdapat siswa kelas lain

yang sedang melaksanakan bersih-bersih kelas sehingga responden

menjadi tidak fokus pada saat pemberian intervensi pendidikan kesehatan.

Terlihat belum adanya upaya sekolah untuk meningkatkan

pengetahuan siswa terkait bullying baik penyampaian langsung kepada

siswa ataupun melalui media seperti poster yang dapat dipajang di mading

sekolah, dengan kurangnya informasi akan mempengaruhi kurangnya

pengetahuan yang dimiliki. Menurut Fitriani (2011) bahwa pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan oleh petugas kesehatan adalah dengan pemberian pendidikan

kesehatan tentang bullying yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan responden terkait bullying sehingga dengan tahu responden

dapat mencegah kejadian bullying disekolah.

Fitriani (2011) juga menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan itu

mencakup enam tindakan, yaitu siswa akan mengetahui atau mengingat

suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, siswa dapat memahami

materi dan mampu menjelaskan secara benar, mengaplikasikan materi

yang telah dipelajari, dan dapat menganalisis dan menghubungkan

(sintesis) serta evaluasi atau penilaian pada kriteria sediri atau kriteria yang

telah ada. Setelah pemberian materi tentang bullying responden menjadi

tahu tentang bullying, dapat dikatakan bahwa pengetahuan responden

meningkat, terlihat dari hasil nilai pretest dan postest terjadi peningkatan

nilai rata-rata sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pendidikan

kesehatan tentang bullying.

Maka dari itu upaya promotif dengan cara memberikan informasi

melalui pendidikan kesehatan ini sangat berpengaruh pada pengetahuan

responden yang sebelum diberikan pendidikan kesehatan memiliki nilai

rata-rata 68.67 dan setelah diberikan intervensi pendidikan kesehatan

menjadi 92.67. Menurut Subargus (2011) pendidikan kesehatan bertujuan

untuk memberikan pengertian, merubah sikap dan tingkah laku individu

atau masyarakat untuk dapat mengurangi faktor-faktor perilaku yang

mempermudah terjadinya masalah kesehatan dan sebaliknya

menumbuhkan dan meningkatkan perilaku yang positif yang


mempermudah terjadinya penanggulangan masalah kesehatan itu. Selain

terlihat dari hasil postest yang terdapat peningkatan, pada saat sesi tanya

jawab terlihat responden lebih mengerti tentang masalah bullying karena

responden mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan peneliti dan

responden juga mampu menyebutkan cara-cara yang dapat dilakukan

dalam mencegah bullying.

Penelitian Elok Nuradita dan Mariyam (2013) dengan judul “Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok

Pada Remaja Di SMP Negeri 3 Kendal”. Desain penelitian yang digunakan

adalah pre-experimental design dengan menggunakan rancangan one

group pretest-postest, teknik sampling yang digunakan adalah propotional

stratified random sampling dengan jumlah sampel 56 responden. Hasil

analisis menggunakan uji statistik uji McNemmar didapatkan p value =

0.000 (<0.05) yang berarti terdapat pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan tentang bahaya merokok pada remaja SMP Negeri

3 Kendal. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kebiasaan merokok

pada pelajar disebabkan karena kesalahpahaman informasi, pengaruh

iklan, pengaruh dari teman, dan juga belum adanya upaya dari pihak

sekolah menyampaikan tentang bahaya merokok.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

dengan upaya pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan,

dari yang sebelumnya tidak mengetahui menjadi tahu tentang materi yang

disampaikan, dengan tahu diharapkan responden dapat mencegah

masalah-masalah kesehatan yang dapat membahayakan dirinya.

Pendidikan kesehatan juga dapat dijadikan sebagai solusi untuk


menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dapat terjadi khususnya

masalah kekerasan pada remaja yaitu bullying.

2. Sikap siswa Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Pendidikan

Kesehatan Tentang Bullying

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata sikap

pencegahan siswa tentang bullying sebelum diberikan intervensi

pendidikan kesehatan tentang bullying adalah 80.50 sebanyak 27

responden dengan skor terendah 72 dan tertinggi 97. Sikap siswa setelah

dilakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang bullying memiliki

peningkatan dengan rata-rata 111.33 dengan skor terendah 102 dan

tertinggi 118. Hal ini mengindikasikan bahwa jika dilihat dari hasil statistik,

setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang bullying sikap

pencegahan siswa menjadi meningkat karena telah diberikan pendidikan

kesehatan siswa menjadi mengerti (memahami) apa saja yang harus

dilakukan untuk mencegah bullying.

Pada saat sesi tanya jawab peneliti menanyakan apakah responden

pernah membaca dari sumber lain tentang bullying, dan beberapa

responden menjawab pernah melihat berita di TV terkait kasus bullying di

Indonesia dan tindakan pencegahan bullying. Sehingga pada saat

pengisian kuesioner pretest sikap pencegahan, responden yang sudah

melihat berita di TV tentang kasus bullying memiliki nilai sikap pencegahan

yang lebih tinggi dari responden yang belum mengetahui tentang bullying.

Hal ini sejalan dengan teori Azwar (2011) bahwa faktor yang

mempengaruhi sikap yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang

dianggap penting, kebudayaan, dan media massa. Salah satu faktor


tersebut sesuai dengan yang dialami beberapa responden yaitu media

massa yang memberikan pengaruh terhadap respon siswa dalam

pengetahuan dan sikap pencegahan siswa tentang bullying.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sefti Rompas dkk (2014)

dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual Di

SMK Fajar Bolaang Mongondow Timur”. Metode penelitian menggunakan

pre experimental design dengan pendekatan one group pretest-postest

tanpa kelompok kontrol. Hasil uji Wilcoxon didapatkan p value = 0.000 <

0.05 menunjukan terdapat perbedaan bermakna antara tingkat

pengetahuan dan sikap remaja sebelum dan sesudah pemberian

pendidikan kesehatan. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sikap

siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan memiliki nilai rata-rata 4.61

dan setelah diberikan intervensi pendidikan kesehatan, nilai rata-rata sikap

meningkat menjadi 5.73. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

dengan pendidikan kesehatan dapat merubah sikap individu.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

dengan pendidikan kesehatan dapat memberikan pengertian yang benar

sehingga individu dapat bersikap yang baik dalam menjaga kesehatannya.

Pendidikan kesehatan sangat mempengaruhi individu dalam bersikap, dari

hasil uji statistik penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Sefti

Rompas dkk dapat terlihat perbedaan yang signifikan antara sikap sebelum

diberikan pendidikan kesehatan dan sikap setelah diberikan pendidikan

kesehatan. Oleh karena itu upaya pendidikan kesehatan sangat penting


dalam merubah sikap dan perilaku sehingga individu dapat menjaga dan

meningkatkan kesehatannya.

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Bullying Terhadap

Pengetahuan Dan Sikap Pencegahan Bullying Pada Siswa Kelas VIIA

Dan VIIIA SMP Negeri 5 Cimahi

Hasil uji statistik untuk mengetahui perbedaan nilai pengetahuan

sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang bullying

dengan menggunakan uji t dependen (Uji Parametrik) jenis paired sampel

T-test dapat diketahui bahwa mean siswa sebelum dilakukan intervensi

pendidikan kesehatan adalah 68.67. Sedangkan setelah dilakukan

intervensi pendidikan kesehatan didapatkan nilai mean 92.67. Hasil uji

statistik didapatkan p value = 0.000, berarti pada alpha 5% (0.000<0.05).

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan yang

signifikan antara nilai sebelum dan sesudah dilakukan intervensi

pendidikan kesehatan tentang bullying.

Sedangkan uji statistik untuk perbedaan sikap pencegahan sebelum

dan setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang bullying

menggunakan uji t dependen (Uji Parametrik) jenis paired sampel T-test

dapat diketahui bahwa rata-rata sikap pencegahan siswa sebelum

dilakukan intervensi pendidikan kesehatan adalah 80.50 dengan standar

deviasi 5.167. Sedangkan rata-rata sikap pencegahan siswa setalah

dilakukan intervensi pendidikan kesehatan adalah 111.33 dengan standar

deviasi 3.593. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0.000, berarti pada

alpha 5% (0.000<0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat


peningkatan sikap pencegahan yang signifikan antara nilai sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang bullying.

Berdasarkan uraian diatas baik pengetahuan ataupun sikap peneliti

dapat mengemukakan bahwa dengan dilakukan pendidikan kesehatan

tentang bullying siswa dapat mengetahui, mengerti serta siswa mampu

melakukan suatu anjuran terkait tindakan yang dapat dilakukan untuk

mencegah bullying. Hal ini sejalan dengan teori Subargus (2011) bahwa

pendidikan kesehatan bertujuan untuk memberikan pengertian, merubah

sikap dan tingkah laku individu atau masyarakat untuk dapat mengurangi

faktor-faktor perilaku yang mempermudah terjadinya masalah kesehatan

dan sebaliknya menumbuhkan dan meningkatkan perilaku yang positif

yang mempermudah terjadinya penanggulangan masalah kesehatan itu.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan

kesehatan tentang bullying terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan

bullying pada siswa kelas VIIA dan VIIIA SMP Negeri 5 Cimahi. Terdapat

perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata sebelum dan setelah

dilakukan pendidikan kesehatan tentang bullying.

Penelitian Suryaningseh (2016) yang dilaksanakan di SD

Muhammadiyah Mlangi Gamping Sleman Yogyakarta dengan judul

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Audiovisual terhadap Perilaku

Bullying pada Anak Usia Sekolah di SD Muhammadiyah Mlangi Gamping

Sleman Yogyakarta pada tahun 2016” diperoleh bahwa pemberian

pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku bullying pada anak usia sekolah. Desain penelitian menggunakan

quasi experiment dengan rancangan non equivalent control group, teknik


sampel yang digunakan yaitu total samping dan analisis data

menggunakan wilcoxon dan mann whitney yang menunjukan bahwa

pendidikan kesehatan melalui audiovisual mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku bullying pada anak usia sekolah (p=0.01;

p<0.05).

Penelitian Fajrin (2013) dengan judul “Hubungan Antara Tingkat

Pengetahuan dengan Perilaku Bullying pada Remaha di SMK PGRI

Semarang”. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan

jenis studi korelasional, pendekatan yang digunakan cross-sectional

dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling dan data

diolah menggunakan uji statistik dengan rumus Rank Spearman yang

menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

perilaku bullying dengan p value = 0.001 (p=<0.05).

Pendidikan kesehatan tentang bullying yang diberikan oleh peneliti

pada siswa kelas VIIA dan VIIIA SMP Negeri 5 Cimahi secara langsung

dengan metode ceramah dan tanya jawab dengan menggunakan media

power point dan leaflet terkait dengan bullying dan menjelaskan lebih detail

terkait dampak dari bullying baik untuk korban atau pelaku jika dibiarkan

dan menjadikan bullying hal yang lumrah dilakukan dengan teman-teman

nya. Sehingga dengan begitu siswa akan mendapatkan pengetahuan yang

baik tentang bullying dan sikap yang benar dalam mencegah bullying.

Diharapkan dengan mengetahui dampak dari bullying siswa menjadi takut

apabila membiasakan diri melakukan bullying walaupun hanya bullying

verbal seperti memanggil teman bukan dengan nama aslinya.


Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses belajar untuk

mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif dari

individu atau kelompok terhadap kesehatan, mempunyai cara hidup sehat

yang benar dan mampu meningkatkan kesadaran terhadap kesehatannya.

Sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga

mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan

kesehatan. Artinya bahwa dengan suatu proses belajar dengan metode

pendidikan kesehatan ini dapat meningkatkan pengetahuan remaja terkait

bullying mulai dari pengertian, jenis-jenis, peranan dalam bullying, dampak,

penyebab, ciri-ciri, cara mencegah bullying, dan sikap yang benar dalam

upaya mencegah bullying. Sehingga dengan mendapatkan informasi atau

pendidikan malalui pendidikan kesehatan ini siswa dapat mengerti dan

mampu mencegah bullying dalam bentuk apapun sebagai upaya

meminimalisirkan angka kejadian bullying disekolah.

Pada saat pelaksanaan penelitian walaupun lingkungan sekolah yang

pada saat itu ramai yang mengakibatkan beberapa responden menjadi

tidak fokus, tetapi sebagian responden dapat memperhatikan dengan baik,

menanggapi setiap pertanyaan yang disampaikan peneliti dengan baik, dan

responden dapat berpartisipasi aktif dengan bertanya kepada peneliti. Hal

ini sesuai dengan teori Maulana (2009) bahwa tingkatan sikap itu ada 4

yakni mulai dari menerima, menanggapi, menghargai serta bertanggung

jawab. Terbukti bahwa sikap atau perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih baik dibandingkan dengan tidak didasari oleh pengetahuan.

Hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian membuktikan bahwa

responden setelah diberikan pendidikan kesehatan memiliki pengetahuan


dan sikap pencegahan yang baik. Hal ini juga sesuai dengan tujuan dari

pendidikan kesehatan yaitu adalah meningkatkan status kesehatan dengan

terciptanya kondisi masyarakat yang berperilaku sehat, terjadi peningkatan

pengetahuan, sikap, norma ataupun nilai-nilai kesehatan sehingga pada

akhirnya remaja dapat melaksanakan cara-cara hidup sehat bagi diri

sendiri maupun orang lain. (Nursalam, 2009 dalam Rizqiani, 2016)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

upaya pendidikan kesehatan yang telah dilakukan terbukti secara signifikan

atau dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat membantu dalam upaya

pencegahan, sehingga pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya

promotif atau preventif yang efektif untuk mencegah dan menanggulangi

masalah kesehatan khususnya masalah kekerasan pada remaja yaitu

bullying.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Pada saat penelitian kondisi lingkungan sekolah sangat berisik di

karenakan terdapat siswa kelas lain sedang melaksanakan bersih-bersih

kelas sehingga terdapat beberapa responden menjadi tidak fokus.

2. Peneliti tidak mendapatkan bantuan dari pihak sekolah atau guru dalam

mengawasi responden agar responden benar-benar fokus dalam mengikuti

pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh peneliti. Sehingga peneliti

hanya dibantu oleh asisten, hal ini dapat berpengaruh terhadap nilai

kuesioner pengetahuan dan sikap responden.

Anda mungkin juga menyukai