P3fis PDF
P3fis PDF
Di Susun Oleh :
Kelompok :3
Anggota:
UNIVERSITAS JAMBI
2018
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2
Seperti yang kita ketahui pada Kurikulum 2013 terdapat pendidikan
berkarakter yang bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan,
yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada
setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis
kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan
kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara madiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari (Mulyasa, 2014: 7).
Saat ini peserta didik juga dituntut agar dapat berpikir inovatif dan kreatif.
Untuk mendorong kemampuan peserta didik dalam menghasilkan karya
kontekstual baik individu maupun kelompok maka sangat disarankan
3
menggunakan model pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis proyek
(Project Based Learning).
Berdasarkan hal tersebut, maka kami menyusun makalah tentang apa dan
bagaimana Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Berbasik Proyek, dan
4
Penyelesaian Masalah dapat menjadi model pembelajaran yang efektif dalam
menunjang peserta didik agar dapat aktif, inovatif, serta kreatif bahkan dalam
penyelesaian masalah sekalipun.
BAB II
ISI
5
komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan
memahaminya.
6
5. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola
bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau proyek.
7
2.1.4 Dukungan Teoritis Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek didukung teori belajar konstruktivisme.
Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar
pada ide bahwa siswa membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks
pengalamannya sendiri. “Strategi pembelajaran yang menonjol dalam pembelajaran
kontstruktivistik antara lain adalah strategi belajar kolaboratif, mengutamakan
aktivitas siswa daripada guru, mengenai kegiatan laboratorium, pengalaman
lapangan,, studi kasus, pemecahan masalah, diskusi dan simulasi” (Rahmawati, 2011,
p. 11).
Abiddin Nata menyatakan bahwa PBL memiliki beberapa kelebihan antara lain: a)
dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, b)
dapat membiasakan siswa menghadapai dan memecahkan masalah secara terampil,
yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghadapi masalah yang sesungguhnya di
masyarakat c) dapat merangsang kemampuan berpikir secara kreatif dan mnyeluruh,
karena dalam proses pembelajarannya siswa banyak melakukan proses mental dengan
menyoroti permasalahan dari berbagai aspek.
8
2.1.5 Perencanaan dan Pelaksanaan Project Based Learning
a. Perencanaan Project Based Learning
Berikut ini merupakan langkah yang paling penting pada tahapan ini, yakni
merancang proyek yang dimaksud untuk pemecahan masalah. Dalam merancang
proyek siswa akan mengolah informasi berdasarkan tujuan pembelajaran. Walaupun
demikian, guru tetap berperan membimbing siswa agar menemukan sumber
permasalahan yang nyata dari informasi yang tersedia. Kemudian siswa dapat
merancang proyek secara lebih rinci dengan merumuskan proyek yang akan
dikerjakan, sekaligus menentukan bahan yang diperlukan, prosedur yang sesuai dan
membuat desain produk serta laporan investigasi.
9
George Lucas Foundation (2017) langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
berbasis proyek adalah sebagai berikut:
10
4. Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the
Progress of the Project)
11
pembelajaran, kecakapan-kecapakan tersebut ditetapkan secara sadar
sebagai tujuan pembelajaran.
c. Pengelolaan Pembelajaran
Memperhatikan deskripsi data, model pembelajaran berbasis proyek
yang diimplementasikan mengarah pada tiga konfigurasi model.
Konfigurasi pertama, model pembelajaran berbasis proyek yang
menempatkan kerja proyek sebagai wahana pengembangan keterampilan
teknikal, dan dominasi peran guru dalam proses penyelesaian kerja
proyek sangat besar. Konfigurasi kedua, model pembelajaran berbasis
proyek yang menempatkan kerja proyek sebagai wahana mendekatkan
belajar teoretik dan praktikal, kontekstual, tetapi kontrol guru dalam
proses penyelesaian proyek masih cukup tinggi. Kon-figurasi ketiga,
model pembelajaran berbasis proyek yang menempatkan kerja proyek
sebagai wahana pengintegrasian belajar teroretik-praktikal, belajar
pemecahan masalah kontekstual, kolaboratif, dan pemberian otonomi
yang besar kepada siswa dalam pengambilan keputusan penyelesaian
kerja proyek. Konfigurasi yang ketiga inilah yang ideal sebagai model.
12
bimbingan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah yang mereka rumuskan
sendiri atau secara berkelompok.
c. Keaslian yaitu proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek siswa.
13
dalam kelompoknya. Siswa pun mengevaluasi hasil proyeknya sendiri, usaha,
motivasi, ketertarikan dan tingkat produktivitas.
14
lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri
sendiri (menurut Arends dalam Abbas, 2000:13).
15
Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis , mengkritik, dan mencapai
kesimpulan berdasarkan interferensi atau judgement yang baik.
16
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar
pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi
bermakna bagi siswa;
Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran;
- Penyelidikan autentik.
Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer;
dan
- Kolaborasi.
17
a. Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan permasalahan dan
lingkungan belajar.
18
benar baru. Bruner yang ada kaitannya dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu
scaffolding dan interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Menurut Bruner dalam
(Abdulah dan Ridwan, 2008, p. 3) scaffolding merupakan suatu proses untuk
membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas
perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki
kemampuan lebih.
19
Problem Based Learning didasarkan pada premis bahwa situasi
bermasalah yang membingungkan atau tidak jelas akan
membangkitkan rasa ingin tahu siswa sehingga membuat mereka
tertarik untuk menyelidiki. Merancang situasi bermasalah yang tepat
atau merencanakan cara untuk memfasilitasi proses perencanaannya
adalah salah satu tugas perencanaan yang penting bagi guru.
o learning expeditions
3 pelaksanaan
20
orientasi tentang situasi bermasalah itumenyiapkan panggung untuk
investigasi selanjutnya, jadi presentasinya harus dapat memikat siwa dan
membangkitkan rasa ingin tahu dan gairah mereka untuk menyelidiki
o tim-tim studi
tim-tim studi dibentuk sesuai dengan tujuan yang dimiliki guru untuk
proyek-proyek tertentu.
21
Investigasi yang dilakukan secara mandiri, berpasangan, atau dalam
tim-tim studi kecil adalah inti dari PBL.
22
o menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
menyesuaikan
dengan tingkat penyelesaian yang berbeda
23
guru harus menetapkan aturan dan rutinitas untuk mengatur
prilaku siswa ketika mereka melakukan investigasi di
masyarakat.
24
seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya.Salah satu faktor
dari luar peserta didik adalah guru professional yang mampu mendidik dengan baik.
Menurut Syaiful dan Zain (2002:102). Problem solving adalah suatu cara
berpikir secara ilmiah untuk mencari pemecahan suatu masalah. Pembeleajaran
dengan problem solving ini dimaksud agar siswa dapat menggunakan pemikiran
(rasio) seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkpanya. Sehingga siswa
terlatih untuk terus berpikir dengan menggunakan kemampuan berpikirnya
(Arif,2002:101).
25
berpikir rasional siswa dituntut menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat,
menganalisa, menarik kesimpulan dan bahkan menciptakan hukum-hukum.
1. Adanya interaksi antar siswa dan interaksi antara guru dan siswa
26
2. Adanya dialog matematis dan konsersur antar siswa
4. Guru menerima jawaban “ya” atau “tidak” dan bukan untuk mengevaluasi
secara terminologi problem solving seperti yang diartika Djumarah dan Zain
(2002:102) adalah suatu cara berpikir secara ilmiah untuk mencari pemecahan suatu
masalah. Sedangkan menurut istilah Mulyasa (2004:111) problem solving adalah
suatu pendekatan pengajaran menghadapakan pada peserta didik permasalahan
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara befikir kritis dan
keterampilan permasalahan, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
esensial dari materi pembelajaran. Problem yang dimaksud adlaah suatu
27
pembelajaran yang menjadikan masalah kehidupan nyata, dan masalah-masalah
tersebu dijawab dengan metode ilmiah, rasional dan sistematis.
28
Menurut Gora dan Sunarto dalam buku pakematik strategi pembelajran
inovatif berbasis TIK, model dari memecahkan masalah (problem solving)
memberikan struktur untuk mendukung siswa bekerja secara logis dan kaku menuju
kea rah sebuahsolusi/cara penyelesaian masalah. Terdapat banyak sekali model-
model proses problem solving atau pemecahan masalah yang melibatkan pemikiran
tingkat tinggi (high order thinking skills) untuk menentukan startegi yang tepat.
Misalnya modelTASC yang dikembangkan olej Belle Wallace dalam buku Thinking
Activety in a social context (1993) yang menyebutkan bahwa problem solving
mengharuskan siswa menggunakan pemikiran tingkat tinggi untuk:
5. Mengkomunikasikan solusi
29
siswa harus berinteraksi bila terdapat kesulitan dalam menyelesaikan masalah fisika.
Dalam menyelesaikan masalah siswa dalam memahami soal tersebut juga peran serta
guru selalu aktif dalam membimbing anak didiknya.Dalam menyelesaikan masalah
siswa perlu dilatih untuk mendapatkan langkah-langkah penyelesaian secara teratur,
sistematis dan penarikan kesimpulan secara sah berdasarkan kaidah yang telah
ditetapkan. Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah fisika dalam
penelitian menurut Polya (Suherman, 2001: 84) adalah sebagai berikut:
1. Memahami masalah
Memahami masalah disini yaitu menyatakan dengan rinci tentang apa yang
diketahui, dinyatakan atau dan syarat-syarat yang harus dipenuhi.
30
Mengingat pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran
maka peserta didik membutuhkan banyak kesempatan untuk memecahkan masalah
dalam bidang sains dan dalam konteks kehidupan nyara. Untuk itu dalam proses
pembelajaran diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan penyelesaian masalah yakni pendekatan problem solving.
1) Merumuskan masalah
2) Menelaah masalah
3) Merumuskan hipotesis
31
Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan mencari dan menyusun
data. Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar atau tabel.
5) Pembuktian hipotesis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bedasarkan pembahasan diatas maka, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada kesempatan ini kami mengajak pembaca untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman mengenai model pembelajaran problem
solving yang bisa digunakan saat proses belajar mengajar baik di sekolah
maupun di perguruan tinggi untuk meningkatkan kemampuan siswa.
32
2. Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa
dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
3. ). Problem solving adalah suatu cara berpikir secara ilmiah untuk mencari
pemecahan suatu masalah. Pembeleajaran dengan problem solving ini
dimaksud agar siswa dapat menggunakan pemikiran (rasio) seluas-luasnya
sampai titik maksimal dari daya tangkpanya.
3.2 Saran
Pada kesempatan ini kami mengajak pembaca untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman mengenai model pembelajaran yang bisa
digunakan saat proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di perguruan
tinggi untuk meningkatkan kemampuan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Mestawaty, AS.A. dan Ritman Ishak Paudi. Jurnal Kreatif Tadulako
Online, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam
33
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Pengaruh Gaya Terhadap Gerak
Benda di Kelas IV SDN 1 Ogowele, Vol. 5 No. 5 ISSN 2354-614X
The George Lucas Educaional Foundation. 2017. Instructional Module Project Based
Learning. http//www.edutopia.org.modules/PBL/whatpbl.php.2017 Diakses pada
16 Agustus 2018, pukul 12.09 WIB.
34
35