Anda di halaman 1dari 5

1.

Menurut (Rangkuti, 2007: 5) suatu perusahaan manufaktur, seprti halnya perdagangan


harus menjaga persediaanyang cukup agar kegiatan operasi produksinya dapat lancar
dan efisien. Dalam hal ini perlu diperhatikan agar bahan baku yang yang dibutuhkan
itu hendaknya cukup tersedia sehingga dapat menjamin kelancaran produksi. Akan
tetapi, jumlah persediaan itu hendaknya jangan terlalu besar shingga modal yang
tertanam dan biaya-biaya yang ditimbulkan juga tidak besar.
Menurut Ishak (2010: 171) Kerugian yang dapat ditimbulkan dari kekurangan
persediaan diantaranya:
a. Kehilangan Penjualan
Ketika perusahaan tidak mampu memenuhi suatu pesanan, maka ada nilai penjualan
yang hilang bagi perusahaan.
b. Kehilangan pelanggan
Pelanggan yang merasa kebutuhannya tidak dapat dipenuhi perusahaan akan beralih ke
perusahaan lain yang mampu memenuhi kebutuhan mereka.
c. Biaya Pemesanan Khusus
Agar perusahaan mampu memenuhi kebutuhan akan suatu item, perusahaan bisa
melakukan pemesanan khusus agar item tersebut diterima tepat waktu. Pemesanan
khusus biasanya mengakibatkan penambahan biaya pada biaya ekspedisi dan harga
item yang dibeli.
d. Terganggunya Proses Produksi
Jika kekurangan persediaan terjadi pada persediaan bahan, dan hal ini tidak diantisipasi
sebelumnya, maka kegiatan produksi akan terganggu.
e. Tambahan pengeluaran manajrial, dan sebagainya.

Kerugian yang dapat ditimbulkan dari kelebihan persediaan diantaranya:

a. Biaya Memiliki Persediaan (Biaya Modal)


Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan
mempunyai ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh karena
itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam
biaya sistem persediaan. Biaya memeliki persediaan diukur sebagai presentasi nilai
terseiaan untuk periode tertentu.
b. Biaya Kadaluarsa (Absolence)
Biaya yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan
model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan
besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.
c. Biaya Gedung
Barang yang disimpat memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang.
Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudang merupakan biaya sewa
sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gedung merupakan
depresiasi.
d. Biaya Kerusakan dan Penyusutan
Barang yang disimpat dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya
berkurang atau jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan
biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.
e. Biaya Asuransi
Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga hal-hal yang tidak di inginkan,
seperti kebakaran.
f. Biaya Administrasi dan Pemindahan
Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasi persediaan barang yang ada, baik pada
saat pemesanan, penerimaan barang, maupun penyimpanannya dan biaya untuk
memindahkan barang dari, ke dan didalam tempat penyimpanan, termaksuk upah buruh
dan peralatan handling.
1. Menurut Assauri (1998:41) faktor-faktor yang dapat memengaruhi pemilihan lokasi pabrik
diantaranya adalah
 Supply Dari Buruh atau Tenaga Kerja Yang Tersedia.
Tersedianya buruh/tenaga kerja merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi
penentuan atau pemilihan lokasi suatu pabrik. Karena berhasil tidaknya pencapaian
tujuan perusahaan juga dipengaruhi oleh faktor ini. Faktor ini dapat mempengaruhi
efesiensi kinerja dan penekanan biaya produksi. Oleh karena itu, pemimpin
perusahaan/pabrik hendaknya mencari tempat untuk lokasi perusahaan/pabriknya di
daerah yang tersedia cukup banyak tenaga kerja dan kualitas serta skilnya yang tinggi.
 Letak Dari Sumberdaya Bahan Mentah (Bahan Baku)
Perusahaan/pabrik memerlukan bahan mentah untuk diolah menjadi barang setengah
jadi lalu menjadi barang jadi. Bahan-bahan mentah ini perlu diangkut dari tempat
sumbernya ke perusahaan/pabrik untuk dapat diolah lebih lanjut. Perusahaan
berkepentingan untuk selalu memperoleh jumlah bahan mentah yang dibutuhkan
dengan mudah, layak harganya, kontinue dan biaya pengangkutannya yang rendah
serta tidak rusak sehingga bisa diproses/diolah nantinya menjadi barang jadi, biaya
produksinya dapat ditekan dan kualitas barang yang dihasilkannya adalah baik.
2. B
Menurut Assauri (1998: 60) faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merancang tata
letak pada operasi produksi barang diantaranya:
1. Produk yang dihasilkan:
Mengenai produk yang dihasilkan ini perlu diperhatikan:
a. Besar dan berat produk tersebut: Kalau produknya besar dan berat maka
memerlukan handling yang khusus, seperti fork truck atau conveyer yang dilantai,
sehingga memerlukan ruangan bergerak. Sedangkan kalau produknya kecil dan
ringan, handlingnya lebih mudah, dan ruangan bergeraknya tidak perlu besar.
b. Sifat dari produk tersebutyaitu apakah mudah pecah atau tidak, apakah mudah/cepat
rusak dsb.
2. Urutan produksinya
Faktor ini penting, terutama bagi product lay out, karena product lay out,
penyusunannya didasarkan pada urutan-urutan produksi.
3. Kebutuhan akan ruangan yang cukup luas
dalam hal ini diperhatikan luas ruangan pabrik, tingginya dsb.
4. Peralatan/mesin-mesin:
Apakah mesin-mesin berat. kalau berat diperlukan lantai yang lebih kokoh.
5. Maintenance dan replacement
Mesin-mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga Maintenancenya mudah
dilakukan dan replacement juga mudah.
6. Minimum Movement
Dengan gerak sedikit, maka costnya akan lebih mudah
7. Employee Area
Tempat kerja buruh dipabrik harus cukup luas, sehingga tidak menggangu keselamatan
dan kesehatan serta kelancaran produksi
8. Service Area
Seperti Cafetaria, WC, tempat istirahat, tempat parkir dan sebagainya. Service area
diatur sedemikian rupa sehingga dekat dengan tempat kerja dimana dia sangat
dibutuhkan.
9. Waiting Area
Untuk mencapai flow material yang optimum, maka kita harus memperhatikan tempat-
tempat dimana kita menyimpan barang-barang sambil menunggu proses selanjutnya.
10. Plant climate
Udara dalam pabrik tersebut harus diatur, yaitu harus sesuai dengan keadaan produk
dan buruh, jangan terlalu panas atau terlalu dingin, dan juga jangan merusak kesehatan
buruh.
11. Flexibility
Perubahan-perubahan dari produk/mesin-mesin dan sebagainya hampir tidak dapat
dihindarkan, karena sesuai dengan perkembangan teknologi, sehingga lay out harus
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat flexibel dan perubahan-perubahan kecil yang
terjadi tidak memerlukan biaya yang tinggi.

3. Jawab
a. Work station dan jalur produksi
b. Nurliza (2017: 144) mendefinisikan penjadwalan sebagai "menentukan kapan dan di
mana setiap operasi yang diperlukan untuk memproduksi produk harus dilakukan." atau
didefinisikan sebagai "penetapan waktu untuk memulai dan menyelesaikan setiap
prosedur kejadian atau operasi". Tujuan penjadwalan adalah merencanakan urutan
bekerja agar produksi dapat diatur secara sistematis menjelang akhir penyelesaian
semua produk pada saat jatuh tempo.
c. Routing didefinisikan sebagai pemilihan jalur dimana setiap bagian produk, yang
diubah dari bahan baku menjadi produk jadi. Routing menentukan jalur yang paling
menguntungkan yang akan diikuti dari departemen ke departemen dan dari mesin ke
mesin sampai bahan baku menjadi bentuk akhir (Nurliza, 2017: 29).
d. Outsourcing
e. Hotteling/Just in time office
Daftar Pustaka

Assauri. S. (1998). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit


.............Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Ishak. A. (2010). Manajemen Operasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rangkuti. F. (2007). Manajemen Persediaan Aplikasi Dibidang Bisnis. Jakarta: PT Raja


.............Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai