Anda di halaman 1dari 14

SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS

Laporan Praktikum

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Hewan dan Manusia


Yang dibina oleh Bapak Dr.H.Abdul Gofur, M.Si

Dilaksanakan pada Rabu, 19 September 2018

Disusun oleh :

Kelompok 3 Offering I 2017

1. Anna Iriansyah Noor (1703426155 )


2. Annisah Rachmawati Ariyadi (170342615556)
3. Farindra Septyanto (170342615512)
4. Fransisca Puspitasari (1703426155 )
5. Indah Fitriyah (1703426155 )

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
SEPTEMBER 2018
A. Tanggal Pelaksanaan
Rabu, 19 September 2018

B. Tujuan
1. Mengetahui macam-macam refleks yang dikendalikan oleh otak.
2. Mengetahui macam-macam refleks yang dikendalikan oleh medulla spinalis.

C. Dasar Teori
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling
sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensr, interneuron, dan neuron
motor, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang
paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron sensor dan neuron
motor. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan
dan menyakitkan. Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh sel
saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara atau neuron penghubung
(Wulandari, 2009).
Ciri refleks adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak di
sadari. Sedangkan lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks. Neuron
konektor merupakan penghubung antara neuron sensorik dan neuron motorok. Jika
neuron konektor berada di otak, maka refleksnya di sebut refleks otak. Jika terletak di
sumsum tulang belakang, maka refleksnya disebut refleks tulang belakang (Taiyeb,
2016).
Prinsip kegiatan system saraf ditampilkan dalam bentuk kegiatan gerak
refleks. Dengan adanya gerak refleks dimungkinkan terjadinya kerja yang baik dan
tepat antara berbagai organ dari individu dan hubungan individu dengan
sekelilingnya. Refleks merupakan reaksi organism terhadap perubahan lingkungan
baik di dalam maupun luar organism (Syaifuddin: 2006)
Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara ototmatis tanpa di
sadari. Terdapat dua tipe refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar yang
menyatu tanpa dipelajari, seperti menutup mata pada saat ada benda menuju ke
arahnya dan refleks yang dipelajari atau refleks yang di kondisikan (conditioned
refleks), yang dihasilkan dari berbuat dan belajar, sepeti membelokkan stri mobil
kalau mau menabrak benda. Kita mengerjaka hal tersebut secara ototmatis, tetapi
hanya setelah banyak berlatih secara sadar (Basoeki, 2003)
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi
jauh lebih cepat dari gerak sadar misalnya menutup mata dari debu, menarik tangan
dari benda panas yang menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat
dihambat oleh kemauan sadar, misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda
panas bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas itu (Pearce 2009).
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara ototmatis
terhadap rangsangan tanpa memerlukan kontrol dari otak. Gerak refleks yang paling
sederhana memerlukan dua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik.
Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan seseorang. Pada
gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas yaitu dimulai dari reseptor
penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, di terima
oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa di olah di dalam otak langsung di kirim
tanggapan ke saraf motor untuk di sampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar,
jalan pintas ini di sebut lengkung refleks (Wulandari, 2009).
Kegiatan pada lengkung refleks di mulai di reseptor sensorik sebagai potensial
reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan
membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas di saraf eferen. Bila
potensial aksi ini sampai ke efektor, terjadi lagi respon yang besarnya sebanding
dengan kuat rangsang. Efektor yang berupa otot rangka, respon bertahap tersebut
selalu cukup besar untuk mencetuskan potensil aksi yang mampu menghasilkan
kontraksi otot. Hubungan antara neuron aferen dengan eferen biasanya terdapat di
sistem saraf pusat (Ganong, 2009).

D. Alat dan Bahan


1. Papan dan alat seksi
2. Aquarium
3. Lampu spiritus
4. Thermometer
5. Gelas piala 600 cc
6. Alat penghitung
7. Kapas
8. Katak
E. Prosedur Kerja
1. Katak Normal
Letakkan katak dengan posisi normal pada papan, amati posisi kepala, mata, dan anggota
geraknya. Amati pula kornea matanya saat di sentuh dengan kapas.

Hitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menghitung gerakan kulit pada rahang.

Amati keseimbangan dengan cara: letakkan katak dalam posisi terlentang pada papan.
Putarlah papan secara horizontal, amati posisi dan gerakan kepala, mata, dan anggota
geraknya. Lalu amati pula apa yang terjadi pada katak ketika papan di miringkan secara
perlahan-lahan sehingga kepalanya terangkat.

Masukkan katak ke dalam aquarium berisi air, amati cara berenangnya.

Keluarkan katak dari aquarium, letakkan pada papan dengan posisi normal.

Amati apa yang terjadi pada katak saat jari kakinya di cubit dengan pinset.

Masukkan salah satu kaki ke dalam gelas piala berisi air (suhu ruangan) kemudian
panaskan. Amati pada suhu berapa katak bereaksi.

Amati apa yang terjadi pada katak saat jari kakinya yang lain di masukkan ke dalam air
panas ± 80° C.

2. Katak spinal (katak yang sudah mengalami pengrusakan otak)


Rusak otak katak dengan single phithing, istirahatkan katak selama 5-6 menit untuk
menghilangkan neural shock

berikan perlakuan seperti katak normal. Amati apa yang terjadi!


3. Katak yang sudah mengalami pengrusakan otak dan medula spinalis
Rusak medula spinalis dengan double phiting, istirahatkan selama 5-6 menit.

Berikan perlakuan seperi katak normal. Amati apa yang terjadi!

F. Hasil
Kegiatan Katak Normal Katak Spinal Katak Spinal dan
Medulla Spinalis
Penyentuhan Kornea mata yang Lebih lama Tidak mengedip
kornea mata disentuh kapas mengedip
dengan langsung berkedip. dibandingkan
menggunakan Hanya satu mata sebelumnya
kapas (yang di sentuh saja)
Perhitungan
frekuensi
pernapasan per 38/menit 52/menit 22/menit
menit pada gerakan
kulit di rahang
Keseimbangan 1: Keseimbangan 1: Keseimbangan 1: Keseimbangan 1:
posisi dan gerakan badan katak langsung seluruh badan katak katak tidak
kepala, mata, dan bergerak/berpindah bergerak/berpindah bergerak/diam saja.
anggota geraknya. posisi secara cepat ke posisi lebih lambat Keseimbangan 2:
Keseimbangan 2: arah kanan. ke arah kanan di katak tidak
memiringkan Keseimbangan 2: bandingkan bergerak/diam saja.
papan hingga badan katak langsung sebelumnya.
kepala katak bergerak/berpindah Keseimbangan 2:
terangkat posisi secara cepat ke katak tidak
arah kanan. bergerak/diam saja.
Cara berenang Katak berenang Katak berenang Katak berenang
katak cepat. Kaki depannya lambat dan arahnya dengan gerakan yang
mengayuh kemudian menyerong. lambat dan tubuh
kaki belakangnya miring ke samping.
mendorong lurus ke
depan (meluncur).
Mencubit jari kaki Jari kaki yang dicubit Jari kaki yang dicubit jari kaki yang dicubit
katak dengan pinset langsung ditarik reflek ditariknya tidak di respon oleh
katak lebih lambat katak/katak diam
dibandingkan saja.
sebelumnya.
Memasukkan salah - Pada suhu Pada suhu Pada suhu
satu kaki katak ruang 27°C 43°C katak 40°C katak
pada gelas piala katak tidak bereaksi bereaksi
berisi air yang bereaksi/diam dengan dengan
dipanaskan, hingga saja. menarik menarik
suhu berapa katak - Pada suhu kakinya lebih kakinya
bereaksi? 29°C katak lambat sangat lebih
bergerak dibandingkan lambat
refleks dan sebelumnya dibandingkan
menjauhkan sebelumnya.
kakinya dari
air panas.
Memasukkan jari Katak bereaksi Katak bereaksi Katak bereaksi lebih
kaki lain dalam air dengan langsung dengan langsung lambat dibandingkan
panas ± 80° C melompat melompat sebelumnya (tidak
langsung melompat)

G. Analisis
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
pada katak normal, rangsangan yang diberikan akan menghasilkan respon yang
normal pula. Sedangkan pada katak yang telah dilakukan pengrusakan otaknya
menggunakan penusuk atau jarum pentul tetap menghasilkan respon akan tetapi katak
tersebut akan merespon stimulus lebih lama.
Pada perlakuan mencubit jari kaki katak menggunakan scapel dan
memasukkan salah satu kaki katak ke dalam air yang telah dipanaskan, reflek yang
terjadi yaitu reflek polisinapik (reflek menarik diri). Respon yang ditimbulkan dari
reflek ini adalah adanya kontraksi otot flexor dan penghambatan otot ekstensor
sehingga bagian yang terangsang akan menarik diri dari rangsangan tersebut.

H. Pembahasan
Gerak refleks merupakan respon yang cepat dan tidak di sadari terhadap
perubahan lingkungan internal maupun eksternal. Sistem saraf pusat sebagai
pengendali gerak refleks merupakan sebuah mekanisme yang terjadi pada makhluk
hidup, salah satunya katak sebagai bentuk pertahanan diri dari berbagai rangsangan
yang diberikan. Pada pengamatan ini menggunakan katak sebagai sampel dalam
mengamati berbagai gerak refleks. Pengamatan pertama menggunakan katak normal,
pengamatan kedua dengan katak spinal (katak yang sudah mengalami pengerusakan
otak), dan pengamatan ketiga dengan katak yang sudah mengalami pengerusakan otak
dan medula spinalis.
1. Katak Normal
Pada pengamatan pertama, katak masih dalam keadaan normal. Posisi mata
masih melotot seperti biasa. Kepala mendongak ke arah atas. Kornea mata saat
disentuh kapas langsung berkedip. Namun, yang berkedip hanya kornea mata
yang diberi sentuhan. Frekuensi pernafasan katak normal 38/ menit. Namun,
frekuensi pernafasan katak normal lebih sedikit dibandingkan dengan katak yang
sudah mengalami single phithing, hal ini mungkin disebabkan kurang teliti
pengamat dalam menghotung frekuensi pernafasan.
Uji keseimbangan katak setelah diputar di atas papan seksi dalam posisi
telentang, badan katak langsung melompat atau bergerak ke arah kanan. Hal ini
sama dengan katak yang setelah diputar kemudian papan seksinya dimiringkan
hingga kepalanya sedikit terangkat.
Cara berenang katak normal yaitu kaki depan mengayuh kemudian kaki
belakangnya mendorong ke depan (meluncur), arah bergeraknya lurus kedepan
dan berenang dengan cepat. Refleks jari kaki katak normal saat dicubit dengan
pinset langsung ditarik. Saat kaki katak dimasukkan ke dalam air dengan suhu
ruang 27oC katak diam saja. Namun saat mencapai suhu 29oC kaki katak
langsung refleks ditarik. Sedangkan saat kaki katak dimasukkan ke dalam air
panas dengan suhu 80oC kaki katak langsung ditarik dan katak langsung
melompat melarikan diri.
2. Katak Single Phithing
Pada pengamatan ini, beberapa rangsangan yang diberikan pada katak uji coba
(Single Pithing) menghasilkan gerak refleks dengan tanggapan yang lambat
ditunjukkan oleh hewan matan. Dalam hal ini, data-data yang didapatkan setelah
melakukan single-pithing adalah saat diberi rangsangan pada kornea mata
menggunakan kapas,bereaksi lambat dalam berkedip. Frekuensi pernapasan pada
katak coba setelah single-pithing adalah semakin cepat yaitu 52 per menit dari 38
per menit dari katak normal.Hal ini terjadi dikarenakan pada saat penghitungan
pernafasan,katak dalam keadaan tidak tenang (panik) sehingga mengakibatkan
frekuensi pernafasaannya lebih cepat dari katak normal. Keseimbangan setelah
diputar adalah katak bergerak lambat ke arah kanan sedangkan saat dimiringkan
katak tidak bereaksi (diam saja). Cara berenang katak coba setelah single-pithing
lambat dan berenang menyerong.Saat kaki katak di celupkan pada air yang di
panaskan,pada suhu 43°C kaki katak baru terangkat namun tak secepat katak
normal. Adapun reaksi ketika kaki katak dipanaskan pada suhu 80 C yaitu
menarik dan langsung loncat. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa dari
beberapa perlakuan tersebut katak menanggapi beberapa gerak refleks yang
diberikan dengan lambat. Kurangnya aksi refleks ini dikarenakan sistem saraf
pusat yakni otak telah mengalami kerusakan pada saat melakukan single pithing.
Kerusakan sistem saraf pusat menyebabkan reaksi efektor terhadap beberapa
impuls rangsangan berjalan lambat.

3. Katak Double Phithing


Pada pengamatan ketiga, beberapa rangsangan yang diberikan pada katak yang
di rusak otak dan medula spinalis (double pith). Menurut Pearce (1989),
perusakan pada sumsum tulang belakang ternyata juga merusak tali-tali spinal
sebagai jalur-jalur saraf. Tali-tali spinal terdiri dari saraf sensori dan motori, oleh
karena itu bila saraf tersebut rusak maka respon terhadap stimulus tidak akan
terjadi. Menurut Trueb dan Duellman (1986), menyatakan bahwa perusakan ¼
dari sumsum tulang belakang tidak merusak semua sistem saraf yang
menyebabkan reflek spinal, jadi masih ada respon positifnya, demikian juga untuk
perusakan ½ dan ¾ sumsum tulang belakang. Semakin lebar kerusakan sumsum
tulang belakang, responnya akan semakin melemah..
Menghasilkan gerak refleks dengan tanggapan yang sangat lambat oleh
efektornya dan beberapa respon yang diberikan tidak ditanggapi. Percobaan
pertama dilakukan dengan kornea mata pada katak di sentuh dengan
menggunakan kapas dan hasilnya tidak berkedip sama sekali. Percobaan kedua,
menghitung frekuensi pernapasan pada gerakan kulit di rahang dihasilkan
22/menit. Percobaan ketiga, dengan mengetes keseimbangan, keseimbangan
pertama yaitu keseimbangan katak di putar secara horizontal di letakkan pada
papan seksi dengan posisi tubuh katak terbalik, dihasilkan tidak ada respon (tidak
bergerak sama sekali) pada gerakan kepala mata, dan anggota geraknya. Pada
percobaan keseimbangan kedua dengan cara dimiringkan papan dengan sudut 45°
sampai kepala katak terangkat, hasilnya tidak ada respon sama sekali (tidak
bergerak) dan tidak membalikkan badannya. Menurut Kimball (1988), rusaknya
otak menyebabkan hubungan antara alat-alat vastibuler dengan sumsum tulang
belakang hilang, sehingga katak tersebut tidak dapat membalikan tubuhnya ketika
ditelentangkan. Pada percobaan keempat, dengan melihat cara berenang katak,
hasilnya cara berenang nya pun bergerak sangat lambat dengan tubuhnya miring
ke kiri. Percobaan kelima, dengan mencubit jari kaki katak dengan pinset,
dihasilkan refleks ketika di cubit tidak bergerak (diam saja). Percobaan keenam,
dengan memasukkan salah satu kaki katak di celupkan ke air pada gelas piala
dengan suhu ruang yang bersuhu 27ºC ,dihasilkan tidak ada respon sama sekali
(diam), kemudian gelas piala tersebut di panaskan yang terjadi ialah kaki katak
merespon dan mengangkat kakinya sangat pelan pada suhu 40°C. Pada percobaan
terakhir yaitu memasukkan kaki katak kedalam air panas yang bersuhu 80°C, kaki
katak masih bisa merespon dengan melompat tetapi dengan respon yang lama dan
sangat lambat. Menurut Walter dan Stayles (1990) yaitu refleks penarikan disebut
juga respon, untuk melaksanakan hal tersebut terjadi reaksi-reaksi sebagai berikut,
stimulus dideteksi oleh reseptor kulit, hal ini mengawali implus-implus saraf pada
neuron sensori yang berasal dari reseptor kulit menuju ke tali spinal melalui
afektor. Implus ini memasuki tali spinal dan mengawali implus pada neuron motor
yang sesuai dan bila impuls ini mencapai antara neuron motor dan otot maka
dirangsang untuk kontraksi.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak, dan sumsum tulang belakang, sedangkan
sistem saraf tepi terjadiatas semua saraf yang letaknya di luar otak dan di luar
sumsum tulang belakang. Hal ini dapat dipahami bahwa otak dan sum-sum tulang
belakang memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses terjadinya gerak
refleks sebagai respon terhadap suatu rangsangan. Refleks yang dikontrol oleh
saraf spinal pada katak antara lain; reaksi ketika dicubit, perubahan mata, reaksi
ketika kaki dipanaskan, sedangkan refleks yang dikendalikan oleh saraf kranial
katak antara lain; pusat keseimbangan, frekuensi pernapasan, dan cara berenang,
dan dalam hal ini juga dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan doublepithing
pada katak, gerak refleks yang diberikan oleh katak adalah lemah atau lambat,
bahkan tidak ada respon sama sekali. Lemahnya respon refleks ini dikarenakan
sistem saraf pada otak dan sumsum tulang belakangnya (medulla spinalis) tidak
mampu merespon dan memberi menghantarkan perintah terhadap impuls saraf ke
efektor (Pagarra, 2010).

I. Kesimpulan
Otak merupakan pengendali gerak refleks karena mengatur semua aktifitas ata
u semua sumber kegiatan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga bebe
rapa gerak refleks otak,yaitu pada bagian dorsal merupakan lobus optikus yang menga
tur refleks mata dan juga pusat pendengaran.Pada sumsum tulang belakang saluran spi
nal yang berisi cairan serebrispinal,dimana saluran berhubungan dengan ventrikel-
ventrikel dimana dalam otak sumsum tulang mengendalikan gerak refleks pada otot k
arena pengatur pusat metabolisme. Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan
bahwa Sistem saraf berfungsi untuk mengoordinasikan seluruh aktivitas pada tubuh
hewan. Sel penyusun sistem saraf dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sel saraf/neuron
dan sel glia. Sel neuron berfungsi untuk menerima dan meneruskan impuls,
sedangkan sel glia berfungsi untuk mendukung struktur dan funsi sel neuron, tetapi
tidak terlibat secara langsung dalam proses perjalanan impuls. Sel saraf bekerja
dengan cara menimbulkan dan menjalarkan impuls (potensi aksi). Impuls dapat
menjalar pada sebuah sel saraf, tetapi dapan menjalar ke sel lain dengan melintasi
sinapsis. Penjalaran ini dapat terjadi dengan cara transmisi elektron atau transmisi
kimiawi (Isnaeni, 2006).
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sistem saraf pusat yaitu otak
dan sum-sum tulang belakang merupakan pusat kordinasi dari beberapa gerak tubuh
termasuk gerak refleks. Gerak refleks sangat berpengaruh terhadap stimulus yang
disampaikan oleh sistem saraf pusat dari reseptor kepada efektor. Refleks yang
dikendalikan oleh otak adalah refleks cerebellar (melibatkan otak kecil) yang dimana
otak kecil ini berperan sebagai pusat keseimbangan, frekuensi pernapasan, dan cara
berenang. Sedangkan refleks refleks yang dikendalikan oleh sumsum tulang belakang
atau saraf spinal pada katak adalah refleks spinal (pada sumsum tulang belakang)
yang mampu memediasi sejumlah refleks, somatik dan autonomik, dan meliputi
reaksi reaksi ketika dicubit, perubahan mata, reaksi ketika kaki dipanaskan.
Daftar Rujukan
Basoeki, soedjono. 2003. Fisiologi Manusia. JICA: Malang.
Ganong. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta; Kanisius
Kimbal, J.W. 1988. Biologi II. Jakarta; Erlangga
Pagarra, Halifa. 2010. Struktur Hewan. Makassar; Universitas Negeri Makasar
Pearce, E.1989.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta; Gramedia
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Ilmu
Syaifuddin. 2006. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2.Jakarta:
Salemba Medika
Taiyeb, mushawwir. 2016. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jurusan Biologi FMIPA UNM :
Makassar.
Trueb, L.A dan Duellman.1986. Biology of Amphibians. New York; Mc Graw Hill Company
Walter dan Stayles. 1990. Biology of the Vertebrates. New York; The Mc Millan Company
Wulandari, puspita. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis
Mikrokontroller AT 89S8252. Jurnal Neutrino Vol. 1 No. 2.
Lampiran foto

Gambar 2. Uji keseimbangan katak Gambar 3. Sentuhan pada kornea mata


Gambar 1. Katak setelah di single katak single phithing
phithing single phithing
Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 6. Jari katak normal


Gambar 4. Mencubit jari katak dimasukkan ke dalam air panas suhu
normal Gambar 5. Berenang katak normal 80oC
Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 7. Jari katak double phithing Gambar 8. Jari katak normal


dimasukkan ke dalam air yang dimasukkan ke dalam air yang
suhunya 40oC suhunya 27oC Gambar 9. Katak normal
Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi

Anda mungkin juga menyukai