Anda di halaman 1dari 24

Makalah Keperawatan Gawat Darurat

PENANGANAN KEGAWATDARURATAN

LUKA BAKAR

OLEH
KELAS C
KELOMPOK I
1. Frangki Suleman
2. Rekawandri Hermanto
3. Eka Fukun Hasan
4. Sulastri Syamsu
5. Vevi Anggriani. Inaku
6. Hariyati Ismail

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah “Penanganan Kegawatdaruratan Luka Bakar” dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada para tutor
yang ikut membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai cara mengkaji tentang “Luka Bakar
Dan Cara Penanganannya”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Gorontalo, September 2017


KELOMPOK 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ........................................................................................ 4
B. Etiologi ............................................................................................. 5
C. Klasifikasi ........................................................................................ 5
D. Fase Luka Bakar .............................................................................. 8
E. Penanganan Pada Luka Bakar .......................................................... 9
F. Perawatan Luka Bakar ..................................................................... 16
G. Prognosis Luka Bakar ...................................................................... 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 20
B. Saran .................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter
dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat
yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang
dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar
api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia.
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan
rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-
sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus.
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat)
memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan
tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di
Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan
jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun.Di Indonesia sampai
saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan
jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM
Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang
dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr.
Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian
umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka
bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari
pertama perawatan.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi)
dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang
besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan
yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka

1
bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang
disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan
kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan
listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan
ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi
kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang
berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang
anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk
mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang
menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status
kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka
bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami
kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota
keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus
dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk
menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka
bakar tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari luka bakar ?
2. Apa etiologi dari luka bakar ?
3. Apa saja klasifikasi dari luka bakar ?
4. Apa saja fase-fase dari luka bakar ?
5. Bagaiman penanganan luka bakar ?
6. Bagaimana perawatan luka bakar ?
7. Bagaimana Prognosis dari Luka bakar ?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari luka bakar
2. Untuk menetahui etiologi dari luka bakar
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari luka bakar
4. Untuk mengetahui fase-fase dari luka bakar
5. Untuk mengetahui penanganan dari luka bakar
6. Untuk mengetahui perawatan luka bakar
7. Untuk mengetahui prognosis dari luka bakar

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabakan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi.
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun
tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat)
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan
bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume
cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke
bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%,
biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila
lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas,
seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urin berkurrang. Pembengkakkan terjadi pelan-
pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat
terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang

4
terhisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan
jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan
dahak bewarna gelap akibat jelaga. Dapat juga keracunan gas CO dan gas
beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat
sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan
ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan
yang berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO,
penderita dapat meninggal. Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai
membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh
darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis
B. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah

1) Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): Api, cairan, bahan padat


Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald)
,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat
terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan
lain-lain)
2) Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih
yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga
3) Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak
dengan sumber arus maupun grown.
C. Klasifikasi luka bakar
1) Berdasarkan penyebab :

5
- Luka bakar yang disebabkan oleh radiasi
- Luka bakar yang disebabkan oleh air panas
- Luka bakar yang disebabkan oleh listrik
- Luka bakar yang disebabkan oleh bahan atau zat kimia
- Luka bakar yang disebabkan oleh api dan sebagainnya.
2) Berdasarkan kedalalman luka
- Derajat (1) satu
Pada derajat satu luka bakar akan sembuh dalam waktu singkat.
Paling lambat satu minggu tanpa dilakukan pengobatan apapun,
kecuali apabila pada derajat satu ini penderita kesakitan, bisa
diberikan analgesik tetapi ingat berilah analgetik yang tidak
enurunkan suhu tubuh dapat dilakukan perendaman pada air dengan
suhu kamar ciri luka bakar derajat satu adalah kulit hanya tanpak
kemerahan tanpa ada kerusakan jaringan kulit oleh karena itu pada
luka derajat satu perlu diberikan obat-obatan topikal.
- Derajat (2) dua superfisial
Luka bakar pada derajat dua ini kulit berwarna merah dan
adanya bula (gelembung, organ kulit seperti kelenjar sebasea dan
kelenjar kulit masih utuh, pada luka bakar ini terjadi kerusakakan
epidermis yang ditandai rasa nyeri dan akan sembuh dalam waktu 10
sampai dengan 14 hari, dapat pula diberikan pengompresan dengan
menggunakan NaCl. Ingat bula tidak perlu dilakukan pemecahan.
- Derajat (2) dua dalam
Luka bakar derajat dua ini kulit kemerahan, adanya jaringan
yang terkelupas (kerusakan dermis dan epidermis), organ-organ kulit
seperti kelenjar keringat folikel rambut, kelenjar sebasea sebagian
besar masih utuh, proses penyembuhan pada derajat dua dalam ini
biasanya memerlukan waktu yang lama tergantung jaringan epitel
yang masih tersisa.
- Derajat (3) tiga

6
Luka bakar derajat tiga ini ditandai dengan seluruh dermis dan
epidermis mengalami kerusakan, tidak dijumpai rasa nyeri dan
kehilangan sensasi, oleh karena ujung-ujung syaraf sensorik
mengalami kerusakan atau kematian. Bahkan bisa merusak jaringan
lemak maupun otot walaupun jaringan tersebut tidak menegelami
nekrosis. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terbentuk eitelisasi
jaringan dari dasaran luka yang spontan. Kulit yang terbakar berwarna
abu-abu dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan
dermis yang dikenal eskar.
- Derajat (4) empat
Luka bakar derajat ini semua jaringan sudah terjadi kerusakan
bahakan lebih dalam lagi dapat menimbulkan jaringan nekrotik.
3) Berdasarkan ukuran luas luka bakar
- Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang
terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallacde, yaitu :
a. Kepala dan leher. : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18 %
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 18% : 36%
e. Genitalia/perineum : 1%
Total : 100%
- Berat ringannya luka bakar
Luka Bakar Ringan :
 Tidak kena wajah,tangan,kaki,sendi,kemaluan atas saluran nafas
 Luka bakar derajat 3 > 2% LPT
 Luka bakar derajat 2 > 15% LPT
 Luka bakar derajat 1 > 50 % LPT
 Luka bakar derajat 2 > 10 % LPT pada bayi/anak
Luka Bakar Sedang
 Tidak kena wajah,tangan,kaki,sendi,kemaluan atau saluran nafas

7
 Luka bakar derajat 3 2-10% LPT
 Luka bakar derajat 2 15-30% LPT
 Luka bakar derajat 1 >50%
 Luka bakar derajat 2 10-20% LPT pada bayi dan anak

Luka Bakar Berat

 Mengenai wajah,tangan,kaki,sendi,kemaluan atau saluran nafas


 Luka bakar derajat 3 > 10% LPT
 Luka bakar di sertai nyeri,bengkak dan perubahan bentuk alat
gerak
 Luka bakar meliputi satu bagian tubuh seperti lengan,tungkai atau
dada.
 Luka bakar derajat 2 atau 3 >20% LPT pada bayi dan anak
D. Fase luka bakar
1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase
ini, seorang penderita akan berada adalam keadaan yang bersifat relatif
life threining. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman
gangguan airway atau (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan
circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera
atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.
Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase
akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema
sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya
ketidakseimbangan antara pascan O2 dan tingkat kebutuhan resprirasi sel
dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan
hiperdinamik yang masih ditingkahi dengan problema instabilitas
sirkulasi.
2. Fase sub akut

8
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan :
- Proses inflamasi dan infeksi
- Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada sturuktur atau organ-
organ fungsional.
- Keadaan hipermetabolisme
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktor .
E. Penanganan pada luka bakar
1. Pertolongan pertama
a. Jauhkan penderita dari sumber luka bakar
1) Padamkan pakaian yang terbakar
2) Hilangkan zat kimia penyebab luka bakar
3) Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia
4) Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan
objek yang kering dan tidak menghantarkan arus
b. Kaji ABC (airway, breathing, circulation)
1) Perhatikan jalan nafas
2) Pastikan pernafasan (airway)
3) Kaji sirkulasi
4) Kaji trauma yang lain
5) Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena
6) Transportasi ( segera kirim klien kerumah sakit)
Sesuai dengan prinsip basiclife support ( Bantuan Hidup
Dasar) maka tindakan resusitasi harus dilakukan dengan urutan
penilaian, tindakan dan evaluasi terhadap :

9
 Airway (Jalan Nafas)
Hal terpenting yang harus diperhatiakan adalah penilaian
terhadap jalan nafas. Trauma inhalasi yaitu tersumbatnya jalan
nafas akibat edema yang disebabkan trauma panas pada jalan nafas
itu sendiri, harus dicuriai bila :
- Luka bakar pada wajah
- Bulu hidung atau alis yang terbakar
- Didapatkan timbunan karbo kehitaman disekitar mulut, hidung,
dan orofaring
- Dahak yang berwarna kehitaman
- Riwayat terbakar diruangan tertutup
- Riwayat ledakan didepan wajah, leher, dan dada
- Kadar karboksi-hemoglobin lebih ari 10% setelah riwayat
dalam lingkungan

Bila didapatkan keadaan-keadaan seperti di atas, maka harus


segera disiapkan terapi definitif jalan nafas sebelum terjadi
obstruksi. Intubasi oro atau naso-tracheal lebih direkomendasikan
dibandikan trachostomi mengingat komplikasinya yang lebih
tinggi. Bila didapatkan karboksi hemoglobin lebih dari 10% dapat
diberikan fraksi oksigen 100%

 Breathing ( Ventilasi)
Prioritas pada pernapasan yaitu menciptakan jalan nafas
yang efektif, untuk klien dengan kecurigaan cedera inhalasi maka
diberikan oksigen 100% melalui masker 10liter/menit. Pada luka
bakar di daerah dada yang melingkar dapat menimbulkan
gangguan ventilasi oleh karena hilangnya sifat elastis kulit yang
terbakar (eskar) dan bila hal tersebut menjadi melingkar, maka
dapat mengganggu gerakan otot-otot pernapasan. Bila didapatkan
kondisi tersebut diatas, maka dapat dilakukan tindakan
eskarotomi untuk menghilangkan atau mengurangi cengkaraman

10
eskar pada dinding dada. Eskarotomi dilakukan dengan irisan
longitudinal minima di dua tempat, bila perlu dapat ditambah
irisan transversal (Insisi Zebra)

 Circulation (sirkulasi)
Bila di dapatkan tanda-tanda syok, harus di lakukan resusitasi
cairan. Pada kasus-kasus luka bakar resusitasi cairan di berikan
dengan cairan ringer lactate dan atau cairan koloid seperti albumin
dan plasma melalui jalur intrvena. Berbagai vormula di
perkenalkan untuk memperkirakan kebutuhan cairan, namun yang
sering di gunakan adalah formula baxter, yaitu :
Kebutuhan cairan = 4 cc x BB (Kg) x luas luka bakar (%) cc
- Delapan jam pertama di berikan setengah (1/2) kebutuhan
- Enam belas berikutnya di berikan setengah (1/2) sisanya

Bila luas luka bakar lebih dari 50% maka perhitungan


kebutuhan cairan di perhitungkan dengan luas luka bakar 50%.
Wakyu pemberian cairan terhitung sejak kejadian (onset), bukan
dari saat masuk rumah sakit . ganguuan sirkulasi lokal/regionl
dapat terjadi oleh karena luka bakar yang melingkar pada anggota
gerak sehingga menyebabkan kompartemen sindrom akibat eskar
yang melingkar. Bila hal ini terjadi,tindakan yang di lakukan
adalah ekstraktomi longitudinal minimal pada dua tempat .

 Disability (trauma penyerta)


Seringkali perhatian luka bakar tertujupada luka bakar itu
sendii, padahal tidak jarang trauma termal di sertai trauma lainya
yang dapat menyebabkan kematian ; cegera kepala tertutup,truma
torak seperti hemato-pneumotorak,trauma abdomen seperti internal
bleeding atau peroferasi, trauma pelvis,dan fraktur tulang-tulang
panjang. Oleh karena itu setiap korban luka bakar di ruangan

11
emergensi harus di buka dan dilepas semua pakaian yang
digunakan untuk melihat semua jejas yang mengarahkan ketrauma
penyerta. Untuk itu perlu di lakukan pertolongan pertama sesuai
trauma penyerta tersebut .
 Monitoring
Setelah melakukan tindakan resusitasi,hal penting yang harus
di perhatikan adalah monitoring terhadap pasien, monitoring
terhadap vital sign (denyut nadi,tekanan darah,frekuensi
nafas,temperatur tubuh), produk urin dan suara nafas harus di
lakukan secara ketat untuk mengetahui respon terhadap resusitasi
cairan. Untuk itu perlu di pasang kateter urethral,dan bila perlu
kateter tekanan darah sentral (CVP normal 0-8 mmHg) pada pasien
luka bakar lebih dari 50%). Bila di dapatkan tanda-tanda resusitasi
cairan inadekuat (denyut nadicepat, tekanan darah sistole >90
mmHg dapat di berikan tambahan resusitasi, dan bila tanda-tanda
resusitasi berlebihan (suara nafas tambahan rokhi basah basal,
tekanan darah vena sentral lebih daro 80 mmHg), maka pemberian
cairan dikurangi dan diberikan diuretik. Monitoring pada pasien
anak-anak dan geriatri harus dilakukan dengan sangat ketat.
Pemeriksaan laboratorium yang diambil adalah: hemoglobin,
hematokrit, angka eritrosit, angka lekosit, angka trombosit, waktu
perdarahan, waktu pembekuan, golongan darah (termasuk cross-
match), gula ddarah sewaktu, elektrolit dan bila perlu kadar Hb-
CO, analisis gas darah bila ada indikasi trauma inhalasi.
 Indikasi Rawat Inap
Indikasi perujukan ke unit luka bakar atau criteria rawat
inap adalah:
- Trauma inhalasi
- Luka bakar derajat III lebih dari 10% untuk dewasa
- Luka bakar derajat III lebih dari 5% untuk anak-anak dan
geriatri

12
- Luka bakar derajat II lebih dari 15% untuk dewasa
- Luka bakar derajat II lebih dari 10% untuk anak-anak dan
geriatri
- Luka bakar daerah wajah, tangan, kaki, perineum, dan sendi
besar
- Luka bakar elektrik dan kimia
- Luka bakar dengan trauma penyerta lain
- Luka bakar dengan kelainan medis lain

Bila terjadi luka bakar segera celupkan bagian yang terkena


luka bakar ke air dingin, apabila luka bakar masih panas jangan
direndam pada air es karena mengakibatkan terjadinya retraksi
jaringan. Dalam membersihkan luka bakar gunakan air steril
maupun NaCl, kompres terus sehingga menurunkan rasa sakit dan
mengurangi kerusakan jaringan.

Luka bakar karena zat kimia harus dicuci dengan air yang
mengalir selama mungkin. Tujuan pertolongan pertama pada luka
bakar adalah dengan mengurangi rasa sakit, membersihkan
kotoran, dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Luka bakar yang
paling sakit adalah luka bakar pada derajat 2. Untuk mengurangi
rasa sakit dapat diberikan morpin, petidine, kodein dan tramadol.

Seringkali korban didapatkan berlari dengan baju terbakar api


dan berkobar-kobar. Unuk mencegah luka bakar menjadi serius
maka dapat dilakukan tindakan STOP, DROP, and ROLL
(hentikan, jauhkan, gulingkan) untuk memadamkan api pada baju.
Bila korban terkena aliran listriktegangan tinggi, harus
diperhatikan bahwa penolong tidak menjadi korban. Bila
memungkinkan aliran listrik bisa dipadamkan dari sentral, atau
bila tidak memungkinkan penolong menggunakan alat bantu yang
tidak menghantar listrik, seperti kayu kering. Bila anggota tubuh

13
yang terkena luka bakar masih dalam kurun waktu kurang dari 2
menit, dapat dilakukan usaha menghentikan kerusakan yang lebih,
dapat dilakukan usaha menghentikan kerusakan yang lebih dalam
(menghilangkan heat restore) dengan merendamnya dalam air
dingin.

2. Resusitasi cairan
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,
Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses
intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas
yang tidak terkena luka bakar.Adanya luka bakar diberikan cairan
resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada
jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh.Telah diselidiki bahwa
penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan
beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran
kapiler.
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema.
Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka
dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah
luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah
pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang
terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah
dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output
urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.
Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula
Parkland :24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka
bakar
- contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %
- membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam
24 jam pertama

14
½ jumlah cairan 􀀀4000 ml diberikan dalam 8 jam
½ jumlah cairan sisanya 􀀀 4000 ml diberikan dalam 16
jam berikutnya.

Cara lain adalah cara Evans :

- Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl /


24 jam
- Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma
/ 24 jam(no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem.
Plasma untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan
meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan
keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar)
- 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang
hilang akibat penguapan)
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari
kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama.Dan
hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana
adalahmenggunakan rumusBaxter yaitu :% x BB x 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama
diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na.
Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh : seorang
dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan
kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari
pertama dan 2000 cc pada hari kedua.
Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan
formula Curreri, adalah :25 kcal/kgBB/hari ditambah denga 40
kcal/% luka bakar/hari.
Petunjuk perubahan cairan

15
- Pemantauan urin output tiap jam
- Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral
- Kecukupan sirkulasi perifer
- Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi
- Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa

F. Perawatan Luka Bakar


Perawatan luka diruangan emergensi menjadi penting untuk segera
menghilangkan kontaminan yang ada. Perawatan luka bakar derajat satu
tidak memerluka tindakan khusus, dapat diberikan sediaan topical antibiotik
dan analgetik. Pada luka bkar diberikan setiap jam krim anti mikroba topical
seperti silver sulfadiazine 1% (silvadene) dan penggunaan berbagai tipe
balutan sintetik atau balutan biologic (tundur kulit) khususnya pada luka
bakar dengan ketebalan penuh.
1. Perawatan Terbuka
Perawatan terbuka biasanya dilakukan bila terjadi luka bakar di
daerah muka, leher, dan pada seluruh badan dengan harus menjaga
sterilitas ruangan. Dengan membiarkan luka bakar serta terbuka, luka akan
mongering selama 3 sampai 4 hari dan jaringan kropeng akan melindungi
luka di bawah jaringan kropeng akan timbul jaringan epitel. Keberhasilan
perawatan luka bakar ditentukan oleh sterilitas ruangan, alat-alat sterilitas
penolong,sprei yang steril.
Keuntungan perawatan terbuka:
- Tidak adanya rasa takut pada saat mengganti perban.
- Infeksi segera terlihat.
- Pasien dapat diobati secara serentak.
2. Perawatan tertutup
Perawatan luka bakar tertutup dengan menggunakan kain kasa
steril atau kain kasa paten. Kotoran, pasir, sisa pakaian harus dibuang
dengan cara aseptik. Jika ada gelembung besar harus dipecahkan dahulu
agar tidak terjadi infeksi dan lukanya harus dibersihkan dengan larutan

16
aseptik maupun garam fisiologis. Luka bakar yang mengeni jari-jari harus
dibungkus satu persatu agar tidak terjadi perlengketan antara yang satu
dengan yang lainnya. Luka bakar di daerah telinga, dahi, paha, sela buah
dada harus dijaga agar tidak terjadi sentuhan yang dapat mengakibatkan
perlengketan . perban dapat di ganti 3 hari sekali dalam keadaan lembab.
Untuk mencegah edema pada luka bakardi tungkai bawah dapat di ganjal
dengan bantal.
3. Perawatan luka bakar derajat dua :
- Bersihkan (irigasi) luka dengan larutan NaCl (500cc)
- Tutup permukaan luka dengan tule (sofratule,Daryantule)
- Balut luka dengan kasa steril tebal
- Biarkan selama 1 minggu
4. Perawatan luka bakar derajat tiga :
- Bersihkan (irigasi) luka dengan larutan NaCl (500cc)
- Oleskan salep silver sulfadiazine 1% (Burnazin, Dermazin)
- Balut luka dengan kasa steril tebal
- Dilakukan debridement tiap hari
- Perawatan lanjutan bila perlu dengan eskarektomi dan tandur kulit
5. Pengobatan akibat syok
Luka bakar yamg luasnya lebih dari 25% permukaan kulit dapat
menimbulkan syok secara langsug, hal tesebut disebabkan oleh :
- Kehilangan panas tubuh akibat penguapan diseluruh permukaan luka
bakar
- Kehilangan cairan yang cepat mengakibatkan terjadinya
hemokonsentrasi/pengentalan darah
- Rasa nyeri yang hebat

Untuk mengatasi syok diberikan cairan ringer laktat dengan kecepatan


tertentu agar terjadi pengeluaran urin. Dalam perawatan perlu mengontrol
diusahakan minum garam oralit antara 24 sampai 28 jam, setelah itu bisa
di ganti dengan air biasa.

17
6. Mengatasi infeksi
Luka bakar diperlukan pengobatan dengan antibotik, dan akan
meningkatkan suhu tubuh meskipun sudah diberi antibiotik, sehingga kerak-
kerak luka harus dibersihkan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan
mikroorganisme yang bisa mengakibatkan septicemia dan perlu juga
diberikan ATS (Anti Tetanus Serum) 1500 unit untuk mencegah terjadinya
tetanus. Untuk luka bakar 30% sampai 60% derajat 2 dan derajat 3 akan
timbul jaringan granulasi dan untuk menutup jaringan tersebut harus
dilakukan transplantasi.
7. Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda
dari orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan
hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi
hipermetabolik yang ada adalah:
- Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa
bebas lemak.
- Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit
ginjal dan lain-lain.
- Luas dan derajat luka bakar
- Suhu dan kelembaban ruangan (memepngaruhi kehilangan panas melalui
evaporasi)
- Aktivitas fisik dan fisioterapi
- Penggantian balutan
- Rasa sakit dan kecemasan
- Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah
dengan mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek
kalorimetri karena alat ini telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB,
jenis kelamin, luas luka bakar, luas permukan tubuh dan adanya infeksi. Untuk

18
menghitung kebutuhan kalori total harus ditambahkan faktor stress sebesar 20-
30%. Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit.
Yang sering di rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal
denganformula HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan
Umur. Sedangkan untuk kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi
formula dengan menambahkan factor aktifitas fisik dan faktor stress.
- Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) – (6.8 X U) X AF X FS
- Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS
Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian
khusus karena kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka
yang lama dan juga meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi
lain, kelebihan asupan kalori dapat menyebabkan hiperglikemi, perlemakan
hati.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu : oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu
dimualinya pemberian nutrisi dini pada penderita luka bakar, masih sangat
bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam
pascatrauma.

G. Prognosis luka bakar


Prognosis luka bakar tergantung pada derajat luka bakar, luas, keadaan,
umur penderita. Untuk menangani luka bakar harus menghindari terjadinya
syok, infeksi, pengentalan darah, dan gagal ginjal.
Komplikasi luka bakar dapat mengakibatkan :
- Dehidrasi ringan sampai dengan berat
- Pada fase penyembuhan luka yang terlalu lama dapat menimbulkan
penyembuhan luka dengan skar yang tebal, timbul keloid, jaringan
kontraktur, dan tampilan kulit yang buruk bahkan bias
mengakibatkan kehilangan fungsi anggota gerak yang permanen
serta terjadinya depresif.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama
terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit yang melindungi
tubuh dari infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol
suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam
proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun
tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat)
B. Saran
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sehingga
dapat melakuan penanganan kegawatdaruratan luka bakar dengan cepat dan
tepat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Buku panduan pelatihan BC & TLS (Basic cardiac & trauma Life support).
Jakarta. Emergency Medical training & servces. EMS 119. 2008

Djoko, Widodo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta: Interna
Publishing

General Emergency life Support (GELS) RSUP DR Sardijito Yogyakarta

Moeadjat Y.2009. luka bakar masalah dan tata laksna. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

Musliha. 2010. Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Penanggulangan Penderita Gawat Darurat. Basic Trauma Cardiac Life Suport.


PMI Pusat Pendidikan dan latihan DIY. Yogyakarta. 2012

Siamsuhidajat.R. dan Wim de jong.2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3: Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai