Anda di halaman 1dari 5

Mengenal Pendidikan Keaksaraan

Mengenal Pendidikan Keaksaraan

a. Pengertian Keaksaraan

Keaksaraan (Literacy) secara sederhana diartikan sebagai kemampuan untuk

membaca, menulis dan berhitung. Bagi orang dewasa yang buta aksara, kecakapan

keaksaraan tidak hanya sekedar dapat membaca, menulis dan berhitung, akan tetapi lebih

menekankan fungsi dalam kehidupan sehari-hari (Archer, 1996) . Secara luas,

Keaksaraan didefinisikan sebagai pengetahuan dasar dan keterampilan yang diperlukan

oleh semua warga negara dan menjadi salah satu fondasi bagi penguasaan kecakapan-

kecakapan hidup yang lain.

Program keaksaraan di Indonesia lebih dikenal dengan Program Pendidikan

Keaksaraan Fungsional, sehingga secara terminologi (istilah) fungsional dalam

keaksaraan, berkaitan erat dengan fungsi dan/atau tujuan dilakukannya Pembelajaran di

dalam program pendidikan keaksaraan, serta adanya jaminan bahwa hasil belajarnya

benar-benar “bermakna/bermanfaat” atau fungsional bagi “peningkatan mutu dan taraf

hidup” warga belajar dan masyarakatnya.

Program ini ditujukan untuk melayani warga masyarakat yang tidak dapat

membaca dan menulis yang dikarenakan mereka tidak dapat mengikuti atau

menyelesaikan pendidikan di sekolah formal. Berdasarkan penelitian lintas negara yang

dilaksanakan oleh UNESCO disimpulkan bahwa keberhasilan dalam program

pemberantasan buta huruf berdampak pada menurunnya angka kematian ibu dan bayi,

meningkatnya usia harapan hidup masyarakat (Zainudin Arief, 1997)


Program pendidikan keaksaraan merupakan bentuk layanan bentuk Pendidikan

Non Formal untuk membelajarkan warga masyarakat buta aksara, agar memiliki

kemampuan menulis,membaca, berhitung dan menganalisa, yang berorientasi pada

kehidupan sehari – hari dengan memanfaatkan potensi yang ada dilingkungan sekitarnya,

sehingga warga belajar dan masyarakat dapat meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.

b. Tujuan pendidikan keaksaraan

Program Pendidikan keaksaraan merupakan bentuk layanan Pendidikan Non

Formal untuk membelajarkan masyarakat buta aksara, agar memiliki keterampilan

CALISTUNG, dan kemampuan fungsional untuk meningkatkan “mutu” dan “taraf’”

hidupnya. Atas dasar uraian tersebut maka program pendidikan keaksaraan bertujuan

untuk; meningkatkan ketrampilan membaca, menulis dan berhitung warga masyarakat

buta aksara, agar melek aksara latin dan angka Arab, serta meningkatkan kemampuan

fungsionalnya agar melek bahasa Indonesia dan pengetahuan dasarnya sehingga mutu

dan taraf hidupnya menjadi lebih baik.

c. Prinsip penyelenggaraan pendidikan keaksaraan

Pendidikan keaksaraan sebagai salah satu layanan pendidikan non formal untuk

membelajarkan warga masyarakat buta aksara, dan sebagai suatu pendekatan

pembelajaran, merupakan cara untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam

menguasai dan menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati

dan menganalisis, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan

potensi yang ada di lingkungan sekitar.

Untuk mencapai hal tersebut, pendidikan keaksaraan diselengarakan dengan

prinsip ;
1) Konteks lokal, adalah bahwa pembelajaran pendidikan keaksaraan dilaksanakan

berdasarkan minat, kebutuhan, pengalaman, permasalahan dan situasi lokal serta

potensi yang ada di sekitar warga belajar.

2) Desain lokal, tutor bersama warga belajar perlu merancang kegiatan pembelajaran di

kelompok belajar, sebagai jawaban atas permasalah, minat dan kebutuhanwarga

belajar.

3) Partisipatif, tutor perlu melibatkan warga belajar berpartisipasi secara aktif, dari mulai

tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil warga belajar .

4) Fungsionalisasi hasil belajar, dari hasil pembelajaran nya warga belajar diharapkan

dapat memecahkan masalah keaksaraannya dan meningkatkan mutu dan taraf

hidupnya.

d. Strategi pembelajaran pendidikan keaksaraan

Dalam rangka mengembangkan kemampuan warga belajar dalam menguasai

dan menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati dan

menganalisis, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan

potensi yang ada di lingkungan sekitar, maka strategi pembelajaran yang diterapkan

adalah; membaca, menulis, berhitung, diskusi dan aksi (Calistungdasi). Kegiatan aksi

dalam strategi pembelajaran pendidikan keaksaraan adalah merupakan pemanfaatan

hasil belajar warga belajar atau fungsionalisasi hasil belajar.

2. Komponen penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan.

Komponen penyelenggaraan pendidikan keaksaraan terdiri; atas komponen

utama, komponen pembelajaran dan komponen pendukung, yang masing terdiri atas -

unsur – unsur sebagai berikut :


2.1.Komponen utama, komponen utama penyelenggaraan pendidikan keaksaraan

meliputi :

a. Warga belajar

b. Tutor,

c. Penyelenggara

d. Kelompok belajar

e. Tenaga Suport Sistem

f. Dana

2.2.Komponen pembelajaran

Komponen pembelajaran penyelenggaraan pendidikan keaksaraan terdiri atas;

a. Struktur/kurikulum program pembelajaran.

b. Program pembelajaran.

c. Proses pembelajaran.

d. Bahan dan media belajar.

e. Evaluasi belajar.

f. Fungsionalisasi hasil belajar.

2.3.Komponen Pendukung

Komponen pendukung pendidikan keaksaraan terdiri atas :

a. Pelatihan.

b. Pendampingan.

c. Bimbingan teknis.

d. Acuan – acauan.

e. Ragi belajar.
f. Birokrasi dan dukungan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai