Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HALUSINASI

1. Pengertian
Gangguan persepsi sensori: halusinasi merupakan suatu masalah keperawatan
yang ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Bagian ini berisi pedoman agar perawat
dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami halusinasi.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat, 2009: 109).

2. Jenis dan Isi Halusinasi


Berikut ini adalah jenis halusinasi menurut data objektif dan subjektifnya. Data
objektif dapat dikaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien sedangkan data
subjektif dapat dikaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini
perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif
Dengar/suara Bicara atau tertawa Mendengar suara-suara
sendiri. atau kegaduhan.
Marah-marah tanpa Mendengar suara yang
sebab. mengajak bercakap-
Mencodongkan telinga cakap
ke arah tertentu. Mendengar suara
Menutup telinga. memerintah
Melakukan sesuatu yang
berbahaya
Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan, sinar,
arah tertentu. bentuk geometris, bentuk
Ketakutan pada sesuatu kartun, melihat hantu
yang tidak jelas. atau monster.
Penghidu Tampak seperti sedang Mencium bau-bauan
mencium bau-bauan seperti bau darah, urine,
tertentu. feses, terkadang bau yang
Menutup hidung menyenangkan.
Pengecapan Sering meludah Merasakan rasa seperti
muntah darah, urine atau feses
Perabaan Menggaruk-garuk Mengatakan ada
permukaan kulit serangga di permukaan
kulit
Merasa seperti tersengat
listrik
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusiinasi
yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Jika mungkin jam berapa?
Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya sekali? Situasi terjadinya,
apakah jika sedang sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu? Hal ini dilakukan
untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi dan untuk
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi sehingga pasien tidak
larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi,
tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi dapat direncanakan (Keliat &
Akemat, 2009: 109).

3. Respon Halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul,
perawat dapat menanyakan kepada pasien tentang perasaan atau tindakan pasien saat
halusinasi terjadi. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengan pasien atau dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi
muncul (Keliat & Akemat, 2009: 109).

4. Pohon Masalah
Risiko Perilaku Mencederai Diri

Gangguan pemeliharaan
Akibat Gangguan Sensori/Persepsi kesehatan

Penyebab Defisit perawatan diri:


Isolasi Sosial: Menarik Diri
mandi & berhias

Gangguan Konsep Diri:


Harga Diri Rendah
Kronis
5. Diagnosis Keperawatan
Setelah pengkajian dilakukan dan data subjektif dan objektif ditemukan pada
pasien, diagnosis keperawatan yang dapat dirumuskan adalah gangguan persepsi
sensori: halusinasi (dengar, penglihatan, penghidu, dan peraba) (Keliat & Akemat,
2009: 113).

6. Tindakan Keperawatan
Selanjutnya, setelah diagnosis keperawatan ditegakkan, perawat melakukan
tindakan keperawatan bukan hanya pada pasien, tetapi juga keluarga. Tindakan
keperaawatan pasien halusinasi, yaitu sebagai berikut:
Tindakan keperawatan pada pasien
a. Tujuan keperawatan
1) Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Bantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat berdiskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar, dilihat, atau dirasa),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien saat halusinasi muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat dapat
melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan
halusinasi. Keempat cara mengontrol halusinasi adalah sebagai berikut.
a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan pasien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang
muncul. Mungkin halusinasi tetap ada, tetapi dengan kemampuan ini,
pasien tidak akan larut untuk menuruti halusinasinya. Berikut ini
tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam mengajarkkan pasien.
 Menjelaskan cara menghardik halusinasi.
 Memperagakan cara menghardik.
 Meminta pasien memperagakan ulang.
 Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien.
b) Bercakap-cakap dengan orang lain.
Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol
halusinasi. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi
distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas
secara terjadwal pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi. Oleh karena itu,
halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktivitas secara teratur dari
bangun pagi sampai tidur malam. Tahapan intervensi perawat dalam
memberikan aktivitas yang terjadwal, yaitu:
 Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
 Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
 Melatih pasien melakukan aktivitas
 Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari
bangun pagi sampai larut malam.
 Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif.
d) Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga
harus dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program
terapi dokter. Pasien gangguan jiwa yang di rawat di rumah sering
mengalami putus obat sehingga pasien mengalami kekambuhan. Jika
kekambuhan terjadi untuk mencapai kondisi seperti semula aakan
membutuhkan waktu. Oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat
sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini intervensi yang dapat
dilakukan perawat agar pasien patuh minum obat.
 Jelaskan kegunaan obat.
 Jelaskan akibat jika putus obat.
 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
 Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar waktu dan benar dosis).

SP 1 pasien: membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
menghardik halusinasi.
Orientasi
“Selamat pagi! saya perawat yang akan merawat anda. Saya suster SS, senang
dipanggil suster S. nama anda siapa? senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan D hari ini? apa keluhan D saat ini?”
“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D
dengar, tetapi tidak tampak wujudnya? Dimana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja
“Apakah D mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara
itu?”
“Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan D paling sering
mendengar suara itu? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu
terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang D lakukan saat
mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana
kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?”
“D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat minum oabt
teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya
adalah saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak mau
dengar…Saya tidak mau dengar! Kamu suara palsu! Begitu diulang-ulang sampai
suara itu tidak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu…bagus! Coba lagi! Ya
bagus, D sudah bisa.”

Terminasi
“Bagaimana perasaan D setelah memeragakan latihan tadi? Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Anda masukkan kegiatan latihan
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita
bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang
kedua? Pukul berapa D? bagaimana kalau 2 jam lagi? Dimana tempatnya.”
“Baiklah, sampai jumpa”.

Anda mungkin juga menyukai