Anda di halaman 1dari 11

LITERATUR REVIEW:PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN

PENGARUH

ULFAH RAHMI
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

ABSTRAK
Pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor yaitu status pekerjaan , dukungan
suami , tingkat pendidikan , lingkungan , pengetahuan , sosial budaya . Dari hasil Pemberian
ASI ekslusif masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI kepada bayinya , masih banyak
ibu yang memberikan susu formula pada bayinya . Desain yang digunakan adalah literatur
review, artikel dikumpulkan dengan menggunakan mesin pencari seperti EBSCO ,
Sciencedirect, dan Proquest. Kriteria yang digunakan adalah yang diterbitkan tahun 2007-
2018.Berdasarkan artikel yang dikumpulkan terdapat bahwa Jumlah kematian bayi dalam
usia 28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi terbesar
di Indonesia adalah kematian neonatal dan dua pertiga dari kematian neonatal adalah pada
satu minggu pertama dimana daya imun bayi masih sangat rendah. Angka kematian bayi
yang cukup tinggi dapat dihindari dengan pemberian air susu ibu (ASI).

KATA KUNCI: Pembahasan ASI Eksklusif , Status Pekerjaan

Abstract
Exclusive breastfeeding is caused by several factors, namely employment status, husband's
support, level of education, environment, knowledge, social culture. From the results of
exclusive breastfeeding, there are still many mothers who do not breastfeed their babies,
there are still many mothers who give formula milk to their babies. The design used is the
literature review, articles are collected using search engines such as EBSCO, Scienced
Direct, and Proquest. The criteria used were those published in 2007-2018. Based on the
articles collected there were that the number of infant deaths in the first 28 days of life per
1,000 live births. The biggest cause of infant mortality in Indonesia is neonatal death and two
thirds of neonatal deaths are in the first week where the baby's immune power is still very
low. A high infant mortality rate can be avoided by giving breast milk (ASI).

Keyword: exclusive breastfeeding , job status


PENDAHULUAN
Pemberian makanan terbaik bagi bayi dan anak menurut para ilmuwan dunia dan telah
menjadi rekomendasi WHO adalah memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi
sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan; meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur
24 bulan. Hal ini didukung dengan keberadaan Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang
kesehatan pasal 128 mengamanatkan setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan. Tingkat keberhasilan pemberian ASI eksklusif bisa
berhasil sukses dengan adanya dorongan suami kepada ibu menyusui memberikan ASI pada
bayi. Seorang suami yang mengerti dan memahami bagaimana manfaat ASI pasti akan selalu
membantu ibu mengurus bayi, termasuk menggantikan popok, memandikan bayi dan
memberikan pijatan pada bayi. Sementara ibu, berusaha fokus meningkatkan kualitas ASI-
nya, dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan melakukan pola hidup sehat
(Wahyuningsih & Machmudah, 2013).
Masa pertumbuhan yang pesat terjadi pada masa bayi dan balita. Oleh karena itu,
pada masa ini diperlukan gizi yang baik dan mencukupi untuk bayi. Gizi yang paling tepat
diberikan kepada bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan makanan terbaik bagi
tumbuh kembang bayi. Kandungan gizi yang terdapat dalam ASI sangat sempurna dan sangat
bermanfaat bagi bayi. Dalam ASI mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan air yang
sangat berguna bagi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI Eksklusif adalah
pemberian ASI kepada bayi tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk,
madu, air gula), yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. Setelah bayi
berumur enam bulan, bayi boleh diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI), karena ASI
tidak dapat memenuhi lagi keseluruhan kebutuhan gizi bayi sesudah umur enam bulan. Akan
tetapi, pemberian ASI bisa diteruskan hingga bayi berusia 2 tahun.(Fitri, Lestari, Kes, &
Evareny, 2017)
Menurut United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF), ASI
eksklusif dapat menekan angka kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa
30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa
dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak sejam pertama setelah
kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi. Meskipun
menyusui bayi sudah menjadi budaya Indonesia, namun upaya meningkatkan perilaku ibu
menyusui ASI Eksklusif masih diperlukan karena pada kenyataannya praktek pemberian ASI
Eksklusif belum dilaksanakan sepenuhnya (anggania G.A Timporok, 2017).
Beberapa faktor yang menyebabkan bayi tidak diberikan ASI dengan baik. Faktor
tersebut adalah faktor karakteristik ibu, faktor bayi, lingkungan, dukungan keluarga,
pendidikan kesehatan, sosial ekonomi dan budaya. Di daerah perkotaan dimana relatif lebih
banyak ibu yang bekerja untuk mencari nafkah mengakibatkan ibu tidak dapat menyusui
bayinya dengan baik dan teratur. Hal ini menjadi signifikan karena situasi tempat kerja belum
mendukung praktik pemberian ASI, misalnya tidak tersedianya tempat memerah dan
menyimpan ASI, belum banyak tersedia atau tidak adanya tempat penitipan bayi agar ibu
pekerja dapat menyusui bayinya pada saat tertentu. Tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan
ibu merupakan faktor yang penting u ntuk mendukung keberhasilan ASI eksklusif pada bayi,
karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi
sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai- nilai yang diperkenalkan
(Sihombing, 2018).

METODE
Metode ini digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literarur review. Yaitu
sebuah pencarian literatur yang baik internasional maupun nasional yng dilakukan dengan
menggunakan database EBSCO, ScienceDirect, dan Proquest. Pada tahap awal pencarian
awal pencarian artikel jurnal diperoleh 10.000 artikel dari 2007 sampai 2018 menggunakan
kata kunci “ Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif” yang diidentifikasi yang belum dieksplorasi
relevansi dengan artikel untuk dikomplikasi.Dari jumlah tersebut hanya sekitar 45 artikel
yang dianggap relevan. Dari jumlah artikel karena tidak ada 10 artikel yang memiliki kualitas
penuh, 8 artikel yang berkualitas menengah, dan 2 artikel yang berkualitas rendah

HASIL
Berdasarkan hasil artikel yang dikumpulkan dan analisa penulis didapatkan bahwa
Jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia adalah kematian neonatal dan dua pertiga dari
kematian neonatal adalah pada satu minggu pertama dimana daya imun bayi masih sangat
rendah. Angka kematian bayi yang cukup tinggi dapat dihindari dengan pemberian air susu
ibu (ASI). Pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor yaitu Status pekerjaan ,
tingkat pendidikan , lingkungan , dukungan suami , sosial budaya , pengetahuan . Terutama
pada ibu yang bekerja , ibu yang bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya
, karena di tempat kerja perusahaan tidak menyiapkan tempat untuk memompa ASI atau
pojok laktasi. Sedangkan ASI yang pertama kali keluar (kolostrum) mengandung zat
kekebalan tubuh dari ibu yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit yang dapat
menyebabkan kematian bayi seperti diare, ISPA, dan radang paru-paru. Bayi yang diberi ASI
memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,
diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa.

PEMBAHASAN
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI
saja sehingga tidak ada cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan
pengecualian rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralatau obat-obatan. ASI yang
pertama kali keluar (kolostrum) mengandung zat kekebalan tubuh dari ibu yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian bayi seperti diare,
ISPA, dan radang paru-paru. Bayi yang diberi ASI memiliki risiko lebih rendah terkena
penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi, diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat
dewasa (Kusumayanti & Nindya, 2016)
Para ahli juga menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya
diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan
lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan
makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan. Melalui ASI eksklusif akan lahir generasi baru
yang sehat secara mental emosional dan sosial. 1-4 Pengaruh kemajuan tehnologi dan
perubahan sosial budaya juga mengakibatkan ibu- ibu diperkotaan umumnya bekerja di luar
rumah dan semakin lama semakin meningkat yang bekerja diluar rumah. Ibu-ibu golongan ini
menganggap lebih praktis membeli dan memberikan susu botol dari pada menyusui, semakin
meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita diberbagai sektor, sehingga semakin banyak ibu
harus meninggalkan bayinya sebelum berusia 4 bulan, setelah habis cuti bersalin. Hal ini
menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif dan mitos- mitos
yang menyesatkan juga sering menghambat (Widiyanto, Aviyanti, & A, 2012).
Tujuan dari pembangunan kesehatan salah satunya adalah menurunkan angka
kematian bayi. Angka Kematian Bayi menurut Sustainanble Depelovment Goals (SDGs)
tahun 2015 berjumlah 40 per 1000 kelahiran hidup dan masih menempati peringkat ke-4
tertinggi kematian bayi se-ASEAN. Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian
bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian
bayi terbesar di Indonesia adalah kematian neonatal dan dua pertiga dari kematian neonatal
adalah pada satu minggu pertama dimana daya imun bayi masih sangat rendah. Angka
kematian bayi yang cukup tinggi dapat dihindari dengan pemberian air susu ibu (ASI).
Banyak penelitian yang dilakukan, tehnologi canggih digunakan, namun tindakan preventif
yang paling ampuh dilakukan untuk menyelamatkan bayi-bayi Indonesia adalah melakukan
Inisiasi(Ayiti, 2011).
Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di desa dan hampir 50 % memiliki
pendidikan rendah. Sehingga pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif pun sangat
minim. Ketidaktahuan ibu tersebut juga akan mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI
eksklusif, oleh karena itu pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif perlu ditingkatkan.2,4,6
Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta - juta ibu diseluruh dunia menyusui bayinya
tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui
anak – anaknya dengan baik. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironisnya pengetahuan lama yang mendasar
seperti menyusui justru kadang terlupakan. Penelitian di Indonesia hanya 8% ibu yang
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan(Jian et al., 2018).
Meskipun menyusui bayi sudah menjadi budaya Indonesia, namun upaya
meningkatkan perilaku ibu menyusui ASI Eksklusif masih diperlukan karena pada
kenyataannya praktek pemberian ASI Eksklusif belum dilaksanakan sepenuhnya. Salah satu
penyebab belum berhasilnya pelaksanaan ASI Eksklusif di Indonesia adalah faktor ibu yang
bekerja (meski itu bukan satu-satunya faktor penyebab kegagalan). Pada ibu yang aktif
bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif seringkali mengalami hambatan lantaran singkatnya
masa cuti hamil dan melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI Eksklusif
berakhir mereka sudah harus kembali bekerja, inilah yang menjadikan bayi tidak memperoleh
ASI secara Eksklusif, serta banyak ibu yang bekerja beranggapan bahwa ASI nya tidak
mencukupi kebutuhan bayi saat ibu bekerja sehingga ibu-ibu memberikan ASI tambahan
berupa susu formula(Bahriyah, 2017).
Budaya menyusui pada bayi di Indonesia merupakan sesuatu hal yang penting bagi
ibu yang memiliki bayi. Akan tetapi, praktek dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
belum mencapai target yang diharapkan. Di Indonesia, nilai AKB atau angka kematian bayi
termasuk tinggi, jika dibandingkan pada beberapa negara ASEAN. Human Development
Report (2010), merilis data bahwa AKB di Indonesia mencapai 31/1.000 angka kelahiran.
Nilai tersebut, lebih tinggi sebanyak 2,4 kali dibandingkan Thailand dan lebih tinggi
sebanyak 1,2 kali dibandingkan Filipina. Bahkan nilai AKB di Indonesia tersebut, lebih
tinggi 5,2 kali jika dibandingkan dengan Malaysia(Rahmawati et al., 2015)
Beberapa masyarakat masih memiliki pikiran bahwa menyusui merupakan urusan ibu
dan bayinya. Padahal dalam kegiatan menyusui, interaksi antara ibu dengan suami
dibutuhkan. Interaksi dapat berupa dukungan suami kepada ibu yang menyusui. Interaksi
tersebut berdampak terhadap praktek pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu, adanya
dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif kepada ibu menyusui sangat dibutuhkan.
Dukungan dari suami dapat meningkatkan persepsi, motivasi, emosi dan sikap ibu. Selama
ini, suami menganggap dirinya hanya sebagai pengamat pasif pada proses pemberian ASI
eksklusif, padahal dukungan mereka memiliki peran dalam sikap dan perilaku ibu dalam
menyusui bayinya(Taddele, 2014)
Variatifnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi dikarenakan adanya tindakan
pemberian makanan pendamping ASI (MP- ASI) yang dilakukan oleh ibu. Pemberian MP-
ASI pada usia dini di Indonesia tergolong cukup besar, yaitu diketahui bahwa pemberian
makan pendukung pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan dan usia antara 2–3 bulan
mencapai angka masing-masing 12% dan 27% , MP-ASI yang diberikan kepada bayi yang
berusia 0 sampai 3 bulan, dapat mengakibatkan kurangnya pemberian ASI eksklusif karena
bayi akan sering merasa kenyang. Seharusnya pada usia 0 sampai 3 bulan, bayi hanya
mendapatkan ASI eksklusif saja. Karena idealnya, bayi diberikan ASI eksklusif pada usia 0
sampai 6 bulan. Apabila diketahui berusia di bawah 6 bulan telah diberikan makanan
pendamping, akan menimbulkan berbagai masalah seperti terjangkitnya berbagai jenis
penyakit yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI
eksklusif sangat dianjurkan untuk kesehatan bayi(Dahlan, Mubin, & Mustika, 2011).
ASI eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI tidak
terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak pada umur tersebut.
Pengenalan dini makanan yang rendah energi dan zat gizi lain atau yang disiapkan dalam
kondisi tidak higienis dapat menyebabkan anak mengalami kurang gizi dan terinfeksi
sehingga mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit (Kurniawan, 2013)
Kurangnya pengertian tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan
ibu mudah terpengaruh oleh pemberian susu botol/susu formula karena tidak adanya
dukungan keluarga untuk menyusui bayinya serta adanya perubahan sosial budaya yang
terjadi dalam masyarakat khususnya ibu menyusui karena adanya kemajuan teknologi dan
meningkatnya daya beli masyarakat merupakan faktor penghambat tercapainya pemberian
ASI secara Esklusif. Pemberian MP-ASI secara dini dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran pernapasan akut, obesitas, alergi, menghambat
perkembangan kognitif bahkan meningkatkan kematian pada bayi(Arie Fitriani,Jupri
Kartono, 2018)
Pada ibu yang mempunyai sikap mendukung terhadap pemberikan ASI eksklusif dia
akan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan bayinya dalam hal ini adalah pemenuhan
gizi dengan memberikan ASI secara ekslusif. Contoh seorang ibu rela meninggalkan
pekerjaannya karena ingin menyusui bayinya secara eksklusif dan terbukti bayi yang
mendapat ASI ekslusif pada usia 6 bulan kenaikan berat badan anak berkisar antara 700-1000
gram/bulan pada triwulan I dan 500-600 gram/bulan pada triwulan II.7 Selain itu rata - rata
pertumbuhan gigi sudah terlihat pada usia 6 bulan dan presentase mengalami diare lebih
sedikit (Lubold, 2017)
Sementara ibu yang tidak mempunyai sikap mendukung terhadap pemberikan ASI
eksklusif akan berusaha merubah perannya dalam masa laktasi dengan memberikan susu
botol pada bayinya dengan alasan ASI tidak cukup, ibu bekerja, takut badan gemuk, selain itu
dukungan dari keluarga juga sangat berpengaruh. Contoh seorang ibu yang hamil diluar nikah
akan malas memberikan ASI pada bayinya karena menganggap anaknya adalah bayi yang
tidak diinginkan akibatnya bayi yang pada usia 6 bulan seharusnya sudah mulai tumbuh gigi
tapi ternyata giginya belum tumbuh dan pertumbuhan berat badannya hanya sekitar 500-600
gram/bulan pada triwulan pertama, selain itu bayinya juga sering mengalami sakit seperti
diare dan batuk(Isam et al., 2018)
Pemberian ASI belum dimanfaatkan secara optimal oleh ibu - ibu bahkan disinyalir
ada kecenderungan makin banyak ibu - ibu yang tidak memberikan ASI-nya. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain terbatasnya pengetahuan, sikap dan keterampilan
petugas kesehatan tentang cara pemberian informasi dan nasehat menyusui, hingga cara
pemberian ASI yang baik dan benar kepada ibu dan keluarganya, sosiokultural ibu ( umur,
pengetahuan, pendidikan, sikap dan makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja). Hal ini sangat
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif(Wahyutri, 2014).
Ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif seringkali mengalami
hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan mengakibatkan sebelum masa
pemberian ASI Eksklusif berakhir mereka sudah harus kembali bekerja. Bagi ibu yang
bekerja sebenarnya menyusui tidak perlu dihentikan, jika memungkinakan bayi dapat
dibawah ketempat bekerja atau ibu bisa pulang ke rumah dan memberikan ASI pada bayinya
. Namun hal ini sangat sulit dlaksanakan karena sebagian besar tempat kerja saat ini belum
menyediakan sarana penitipan bayi atau pojok laktasi yaitu tempat ibu memberikan ASI
kepada bayinya. Alternatif lain yang dapat ibu lakukan yaitu dengan cara pompa ASI atau
pumping ASI. Ibu dapat memompa ASI sebelum pergi bekerja, kemudian ASI dapat
disimpan di freezer dan bisa diberikan kepada bayi saat bayi haus atau lapar. (Amir, 2006)
Namun sebagian besar ibu memlilih untuk tidak melaksanakan pompa ASI, alasanya
karena saat ibu menggunakan pompa ASI ibu akan merasakan ketidaknyamanan bahkan ibu
akan merasakan sakit saat menggunakan alat pompa ASI tersebut, ibu akan menjadi
ketergantungan terhadap alat pompa ASI sehingga ketika ibu tidak membawa pompa ASI
maka ibu tidak bisa melakukan pemompaan ASI. Hal inilah yang menyebabkan banyak ibu
memilih memberikan susu formula dari pada harus melaksanakan pemberian ASI
eksklusif(Danso, 2014)
Menurut Prasetyono (2009) Bagi ibu yang bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif
sering kali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan.
sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir secara sempurna, dia harus kembali bekerja.
Kegiatan atau pekerjaan ibu sering kali dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI
eksklusif terutama yang tinggal diperkotaan (Tan, 2011)

KESIMPULAN
Pemberian ASI eksklusif sebaiknya diberi sampai anak berumur 0-6 bulan , faktor-
faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah status pekerjaan , tingkat
pendidikan , pengetahuan , dukungan suami , dukungan keluarga , sosial budaya . Namun
Pada ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif seringkali mengalami hambatan
lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian
ASI Eksklusif berakhir mereka sudah harus kembali bekerja, inilah yang menjadikan bayi
tidak memperoleh ASI secara Eksklusif, serta banyak ibu yang bekerja beranggapan bahwa
ASI nya tidak mencukupi kebutuhan bayi saat ibu bekerja sehingga ibu-ibu memberikan ASI
tambahan berupa susu formula .

SARAN
Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan sampel ibu yang memberikan ASI
eksklusif pada bayinya , terutama dengan latar belakang status pekerjaan ibu.

DAFTAR PUSTAKA
Amir, L. H. (2006). International Breastfeeding Journal: Introducing a new journal.
International Breastfeeding Journal, 1, 2005–2007. https://doi.org/10.1186/1746-4358-
1-1
anggania G.A Timporok. (2017). Hubungan Status Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian
Imunisasi. Journal Undip, 6, 1–6.
Arie Fitriani,Jupri Kartono, R. (2018). Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian
ASI Eksklusif. Journal Keperawatan, 6(1), 1–9.
Ayiti. (2011). Community interventions to promote optimal breastfeeding, (December).
Bahriyah, F. (2017). Hubungan Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi.
Journal Endurance, 2(2), 113–118. https://doi.org/10.22216/jen.v2i2.1699
Dahlan, A., Mubin, F., & Mustika, D. N. (2011). Hubungan Status Pekerjaan dengan
Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
Jurnal Unimus, 000, 1–5. Retrieved from
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/viewFile/1021/1069
Danso, J. (2014). Examining the Practice of Exclusive Breastfeeding among Professional
Working Mothers in Kumasi Metropolis of Ghana. International Journal of Nursing,
1(1), 11–24. Retrieved from www.aripd.org/ijn
Fitri, N., Lestari, Y., Kes, M., & Evareny, B. L. (2017). The Relation Between Husband
Support with Exclusive Breastfeeding in Baby Age 6-12 Months in Air Dingin Health
Center, 2(2), 74–81.
Isam, M., Ketbi, A., Noman, S. Al, Ali, A. Al, Darwish, E., Fahim, M. Al, & Rajah, J.
(2018). Knowledge , attitudes , and practices of breastfeeding among women visiting
primary healthcare clinics on the island of Abu Dhabi , United Arab Emirates, 1–14.
Jian, D., Tan, A., Lew, J. P., Jumhasan, M. B., Pang, C., Sultana, R., & Sng, B. L. (2018).
Investigating factors associated with success of breastfeeding in first-time mothers
undergoing epidural analgesia : a prospective cohort study, 1–9.
Kurniawan, B. (2013). Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 27(4), 236–240. Retrieved from
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=81372&val=4387
Kusumayanti, N., & Nindya, T. S. (2016). Hubungan dukungan suami dengan pemberian asi
eksklusif di daerah perdesaan, 98–106.
Lubold, A. M. (2017). The effect of family policies and public health initiatives on
breastfeeding initiation among 18 high-income countries: A qualitative comparative
analysis research design. International Breastfeeding Journal, 12(1), 1–11.
https://doi.org/10.1186/s13006-017-0122-0
Rahmawati, A., Susilowati, B., Masyarakat, F. K., Surabaya, U. A., Pengajar, S., Kebidanan,
P. D., & Yogyakarta, U. A. (2015). Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif
Pada Husband Support With Exclusive Breastfeeding, 25–35.
Sihombing, S. (2018). Hubungan Pekerjaan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pemberian ASI
Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Hinai Kiri Tahun 2017. Midwife Journal, 5(01),
40–45.
Taddele, M. (2014). Exclusive Breastfeeding and Maternal Employment in Ethiopia: A
Comparative Cross- Sectional Study. International Journal of Nutrition and Food
Sciences, 3(6), 497. https://doi.org/10.11648/j.ijnfs.20140306.12
Tan, K. (2011). Factors associated with exclusive breastfeeding among infants under six
months of age in peninsular malaysia. International Breastfeeding Journal, 6(1), 2.
https://doi.org/10.1186/1746-4358-6-2
Wahyuningsih, D., & Machmudah. (2013). Dukungan suami dalam pemberian asi eksklusif.
Jurnal Keperawatan Maternitas, 1(2), 93–101. Retrieved from
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=137438&val=5088&title=DUKUN
GAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
Wahyutri, E. (2014). The Model Of The Effect Of Husband And Peer Support With
Breastfeeding Education Class For Pregnant Women On Mother’s Self Efficacy And
The Process Towards Breastfeeding in Samarinda In 2013. International Refereed
Journal of Engineering and Science (IRJES) ISSN (Online), 3(12), 2319–183. Retrieved
from www.irjes.com
Widiyanto, S., Aviyanti, D., & A, M. T. (2012). Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Ibu
tentang ASI Eksklusif dengan Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif Subur. Jurnal
Kedokteran Muhammadiyah, 1(2), 25–29.

Anda mungkin juga menyukai