Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kegiatan Kesehatan Pesantren

PENYULUHAN PHBS DAN JAMBAN SEHAT PADA


PESANTREN RIYADHUL MUBTADIN

Disusun Oleh :
Hilda Fakhrani Fardiani
Ildzamar HaifaWardhani
Isa Nur Kholifah
Lili Hidayati Pangulu
Muhammad Atras Mafazi

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
JAKARTA
2013
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini diajukan oleh:


NAMA NIM
1. Hilda Fakhrani Fardiani 108103000032
2. Ildzamar HaifaWardhani 108103000020
3. Isa Nur Kholifah 108103000056
4. Lili Hidayati Pangulu 108103000021
5. Muhammad Atras Mafazi 108103000037

Program Studi : Pendidikan Dokter


Judul Laporan: Penyuluhan PHBS dan Jamban Sehat pada Pesantren Riyadhul
Mubtadin

Telah dipresentasikan dalam Seminar Laporan Kegiatan Kesehatan Pesantran dan


diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan Modul
Ilmu Kedokteran Komunitas Klinik pada Program Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah

Narasumber yang hadir pada seminar:

Pembimbing : dr. Yanti Susianti SpA (tanda tangan)

Ditetapkan pada tanggal : 23 Desember 2013


DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pengesahan.....................................................................................................1
Daftar Isi. .......................................................................................................................2
Bab I : Pendahuluan.....................................................................................................3
Bab II : Studi Pendahuluan...........................................................................................5
Bab III : Penyuluhan Pesantren....................................................................................25
Bab IV: Penutup..........................................................................................................26
Lampiran. .....................................................................................................................33
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pondok Pesantren pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang
sederhana, yaitu tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari
pengetahuan agama Islam di bawah bimbingan seorang Guru/Ustadz/Kyai
dengan tujuan untui menyiapkan santri-santri menguasai Ilmu Agama Islam
dan siap mengajarkan agama Islam dengan mendirikan Pesantren baru untuk
memperbanyak jumlah kader dakwah Islamaiyahnya.1
Pesantren merupakan tempat untuk mendidik agar santri-santri
menjadi orang yang bertaqwa, berakhlak mulia serta memeiliki kecerdasan
yang tinggi. 1
Santri-santri yang berada di pondok Pesantren merupakan anak didik
yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolh-sekolah umum
yang harus berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi
penerus pembangunan yang perlu mendapat perthatian khusus terutama
kesehatan dan pertumbuhannya. 1
Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santri tidak beda dengan
permasalahan yang dihadapi anak sekolah umum bahkan bagi santri yang
mondok akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada
di pondok yang mereka tempati. 1,2
Berdasarkan hal tersebut di atas dituntut suatu peran aktif dari
masyarakat dalam hal ini adalah Pesantren bekerjasam dengan pihak
kesehatan melakukan pembinaan kesehatan bagi santri-santri yang ada
sehingga terwujud pola perilaku hidup bersih dan sehat bagi para santri dan
masyarakat Pondok Pesantren serta masyarakat lingkungannya. 2

1.2. Profil Pondok Pesantren


Di daerah Pakuhaji terdapat 2 jenis pesantren, pesantren salafiyah yang
tidak menyediakan pendidikan umum dan pesantren modern yang dilengkapi
dengan fasilitas pendidikan umum. Terdapat 5 pesantren modern yang tercatat
berada di dalam wilayah Pakuhaji. Sementara untuk pesantren Salafiyah ada 4
pesantren yang tercatat di kelurahan. Namun, menurut pegawai kelurahan,
terdapat kira – kira 15 pesantren salafiyah lainnya yang tida tercatat di keluharan.
Hal ini terjadi karena pesantren tersebut berdiri atas dasar inisiatif perorangan dan
tidak memiliki sistem yang jelas. Kebanyakan kegiatan santrinya hanyalah
mengaji. Pesantren – pesantren ini tetap memiliki pondokan untuk santrinya yang
ingin tinggal di sana. Namun tidak pernah ada keharusan untuk hal ini. Rata – rata
pemilik pesantren salafiyah ini hanya menjalankan programnya seorang diri, tanpa
memiliki sistem belajar yang jelas, serta tidak ada sumber dana tetap.
Salah satu pesantren salafiyah yang tidak tercatat adalah pesantren
Riyadhul Mubtadin yang dikelola oleh Ust. Fachrul Rozy. Awalnya areal Pondok
Pesantren Salafiyah Riyadul Mubtadin adalah lahan kosong yang terpakai dan
merupakan area dengan semak belukar, pada tahun 1994 Ust Fakhrul Rozi dengan
dibantu oleh warga sekitar membabat dan merambah hutan untuk didirikan
pesantren, membangun pondok pesantren dengan niat memudahkan pengajaran
islam diwilayah Pakuhaji,
Upaya keras Ust. Fakhrul Rozi akhirnya terwujud. Berdirilah sebuah pesantren
kecil yang hanya terdiri dari beberapa pondokan untuk difungsikan rumah,
musalla dan asrama santri di daerah seluar 60 m².
Pondok Pesantren Salafiyah Riyadul Mubtadin adalah salah satu wadah
pendidikan Islam yang menggabungkan ilmu-ilmu ke-Islaman dengan ilmu-ilmu
umum dalam rangka mencetak generasi Islam yang kokoh dan tanggap terhadap
perubahan zaman.
Tujuan Pesantren

1. Mencetak generasi muslim dan da’i yang berkualitas bermanhaj Salaful


Ummah (Ahlus Sunnah wal Jama’ah)

2. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran Syari’at Islam berdasarkan Al-


Qur’an dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salaful Ummah (Ahlus Sunnah wal
Jama’ah)

3. Memurnikan Syari’at Islam dari segala bentuk syirik, khurafat, bid’ah,


gerakan-gerakan dan pemikiran-pemikiran sesat
4. Menghidupkan pola pikir ilmiah berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai
dengan pemahaman Salaful Ummah (Ahlus Sunnah wa Jama’ah)

Mengajak, mendidik dan membina kaum muslimin untuk hidup Islami dalam
naungan manhaj Salaful Ummah (Ahlus Sunnah wa Jama’ah)
Fasilitas yang ada di pondok santri (putra dan putri) dilengkapi dengan sarana
pondokan dan majlis taklim.

Jenjang Pendidikan dan Jumlah Santri


1. Program Anak dan Remaja
Program yang diperuntukan anak sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA.
Jumlah santri : 75 orang. 50 orang tinggal di pondok pesantren, 25 orang
pulang pergi.
2. Program Dewasa
Program yang diperuntukan untuk umum. Terutama untuk warga sekitar
pesantren. Jumlah santri : 60 orang. Untuk program ini semuanya tidak ada
yang tinggal dipesantren.
Dalam rangka membentuk dan melahirkan santri yang mengerti agama islam
secara mendalam, siap berjuang dan mampu berkiprah dimasyarakat luas maka
dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain :
1. Kajian kitab-kitab kuning (kitab salaf)
2. Pembinaan tilawatil quran dan ibadah
3. Pembinaan imam dan khutbah jumat
4. Disiplin hidup
Pengelolaan dari pesantren hanya dilakukan oleh seorang sekaligus
pemilik pesantren Ust. Fachrul Rozi, tidak terdapat staff SDM lain ataupun dewan
pengajar dalam mengelola pesantren ini. Sumber biaya pun diperoleh dari sumber
pemasukan sendiri dan bantuan dari masyarakat sekitar jika ada.
Alasan pemilihin pondok pesantren Riyadhul Mubtadin sebagai lokasi
penyuluhan adalah karena adanya masalah kesehatan yang menonjol dari
pesantren ini. Diketahui pada musim hujan tahun lalu hampir semua santri yang
tinggal di pondok terserang diare. Pada saat observasi diketahui bahwa ternyata
kebersihan lingkungan pesantren juga kurang. Area pondok pesantren tidak
dilengkapi dengan fasilitas jamban yang memadai, hanya tersedia sebuah bilik
diatas empang untuk tempat BAB dan BAK santri, walau sebenarnya sudah
disediakan WC sederhana namun pembuangan septic tank nya tidak baik dan
jarang digunakan oleh santri. Santri di pesantren sering terkena diare, adanya
keterbatasan keuangan dan sumber daya manusia di pesantren menyebabkan hal
ini terjadi, ditambah agi kurangnya kesadaran masyarakan dan pengetahuan
mengenai pentingnya jamban yang sehat.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
 Meningkatkan kesadaran santri-santri tentang perilaku hidup bersih
dan sehat
1.3.2. Tujuan Khusus
 Santri-santri dapat mengetahui tentang jenis perilaku hidup bersaih
dan sehat
 Santri dapat memahami manfaat dari penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat
 Santri dapat menghindari diri dari penyakit akibat perilaku hidup yang
tidak bersih dan tidak sehat
 Santri-santri dapat memahami tentang penggunaan jamban yang sehat
 Santri dapat mengetahui tentang penyakit yang menular lewat besar
yang tidak sehat
 Santri dapat memahami pembuatan jamban sehat

BAB II

STUDI PENDAHULUAN

1.1. Rencana Observasi


Observasi pada pesantren ini akan dilaksanakan pada 10 – 12
Desember 2013. Ada beberapa poin yang akan diobservasi, yaitu
kebersihan lingkungan pesantren, baik halaman, pondokan, majelis, dapur,
serta kamar mandi. Selain itu akan diobservasi pula kebiasaan sehari – hari
para santri, dari mulai kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan,
kebiasaan buang sampah sembarangan, kebiasaan membersihkan kamar,
kebiasaan mandi dan buang air besar. Kami juga akan mengobservasi
pengelolaan limbah pesantren dan penyediaan air bersih. Selain itu akses
ke pusat kesehatan juga akan diobservasu Poin – poin observasi yang kami
rencanakan terkait dengan seringnya kejadian diare yang dialami para
santri.

1.2. Hasil Observasi


Dari hasil observasi kami selama dua hari ada beberapa masalah
yang cukup penting pada pesantren ini. Pertama dari fasilitas terdapat
masalah kurangnya fasilitas jamban baik secara kualitas maupun kuantitas.
Selain itu kebersihan lingkungan pesantren, kebersihan dapur, dan
penyediaan air bersih juga kurang. Pada pesantren ini hanya terdapat satu
buah jamban dan satu buah kamar mandi yang dipakai oleh seluruh santri.
Kamar mandi yang ada di pesantren ini berukuran 3x3 m. Di dalamya
hanya terdapat ruangan kosong, tidak terdapat bak mandi. Sumber air
unutk mandi berasal dari sumur timba yang terletak tidak jauh darikamar
mandi. Bila ingin mandi, santri harus menimba air terlebih dahulu lalu
menyimpannya di ember. Di dalam kamar mandi ada satu sekat yang
membatasi antara WC cempung. WC hanya terdapat satu buah. Wc berupa
wc cemplung sederhana yang terbuat dari semen. Tidak ada kloset.
Buangan dari WC mengalir ke salah satu kubangan yang berada tidak jauh
dari empang. Tidak ada septic tank yang berfungsi menampung hasil
buangan wc.
Kekurangan fasilitas ini juga ditunjang dengan perillaku santrinya.
Kebanyakan santri tidak suka buang air besar di WC yang ada di kamar
mandi. Santri lebih suka buang air besar di cubluk atau balong. Cubluk
berada di empang yang terletak tidak jauh dari wc. Cubluk berupa bilik
persegi empat yang terbuat dari bamboo dan kayu tipis. Lantainya terbuat
dari bamboo dengan ada lubang di tengahnya. Cubluk ini berada di atas
empang sehingga tinja akan langsung tercemplung ke empang bila ada
orang yang BAB disana. Balong berada di tengah halaman pesantren, tidak
jauh dari dapur. Balong berupa galian berbentuk persegi panjang. Di
dasarnya terdapat genangan air. Tidak jauh dari sana terdapat pula galian
dengan dasar yang lebih dalam yang terhubung dengan balong lewat pipa..
Orang yang ingin air besar akan langsung berjongkok di balong. Tinja
akan jatuh ke genangan air tersebut dan hancur. Selanjutnya tinja mengalir
ke galian yang lebih rendah, lalu kemudian dialirkan ke empang.
Masalah fasilitas lain adalah kurangnya kebersihan dapur. Dapur
berada di tengah – tengah halaman pondokan. Terbuat dari bata – bata
yang tersusun membentuk tungku. Sumber api berasal dari kayu bakar. Di
sekitar tungku banyak terdapat bekas bakaran kayu. Selain itu sumber air
bersih pesantren tersebut hanyalah sumur yang berjarak 5 meter dari
empang tempat pembuangan tinja. Sumur tersebut sedalam 3 meter. Pada
dasarnya terdapat ikan sapu – sapu.
Perilaku kesehtan yang menonjol adalah kebiasaan buang air besar
di cubluk atau balong. Perilaku kesehatan lain masih baik, seperti
kebiasaan mandi, mengganti baju, mencuci tangan sebelum atau sesudah
makan.
Untuk akses pusat kesehatan sebenarnya tidak ada masalah karena
tidak jauh dari pesantren terdapat mantri praktek yang menggratiskan
pengobatan khusus kepada santri dari pesantren tersebut. Selain itu, jarak
dari pesantren ke puskesmas tidak terlalu jauh.
Dari hasil observasi kami terdapat beberapa masalah yang
mencolok di pesantren ini, yaitu :
1. Kurangnya kualitas dan kuantitas jamban
2. Kurangnya perilaku penggunaan jamban
3. Kurangnya kualitas air bersih
4. Kurangnya Kebersihan pondok tidur
5. Dapur yang tidak layak pakai
6. Penampungan limbah kamar mandi ke empang
7. Kurangnya kebersihan kamar tidur

1.3. Penentuan Prioritas Masalah


Dari hasil observasi kami terhadap pesantren ini, ditemukan
masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kualitas dan kuantitas jamban

No
Parameter Masalah
.
1 2 3 4 5
1. Besarnya masalah √
2. Berat/ ringannya akibat yang √
ditimbulkan
3. Sumberdaya yang tersedia √
4. Manfaat yang besar dan lama √
Jumlah 20

2. Kurangnya perilaku penggunaan jamban

No
Parameter Masalah
.
1 2 3 4 5
1. Besarnya masalah √
2. Berat/ ringannya akibat yang √
ditimbulkan
3. Sumberdaya yang tersedia √
4. Manfaat yang besar dan lama √
Jumlah 20
3. Kurangnya kualitas air bersih

No
Parameter Masalah
.
1 2 3 4 5
1. Besarnya masalah √
2. Berat/ ringannya akibat yang √
ditimbulkan
3. Sumberdaya yang tersedia √
4. Manfaat yang besar dan lama √
Jumlah 18

4. Kurangnya kebersihan pondok tidur

No
Parameter Masalah
.
1 2 3 4 5
1. Besarnya masalah √
2. Berat/ ringannya akibat yang √
ditimbulkan
3. Sumberdaya yang tersedia √
4. Manfaat yang besar dan lama √
Jumlah 15

5. Dapur yang tidak layak pakai


No
Parameter Masalah
.
1 2 3 4 5
1. Besarnya masalah √
2. Berat/ ringannya akibat yang √
ditimbulkan
3. Sumberdaya yang tersedia √
4. Manfaat yang besar dan lama √
Jumlah 14

6. Penampungan limbah kamar mandi ke empang

No
Parameter Masalah
.
1 2 3 4 5
1. Besarnya masalah √
2. Berat/ ringannya akibat yang √
ditimbulkan
3. Sumberdaya yang tersedia √
4. Manfaat yang besar dan lama √
Jumlah 15

7. Kurangnya kebersihan halaman pasien

No
Parameter Masalah
.
1 2 3 4 5
1. Besarnya masalah √
2. Berat/ ringannya akibat yang √
ditimbulkan
3. Sumberdaya yang tersedia √
4. Manfaat yang besar dan lama √
Jumlah 13

Dari penilaian prioritas yang sudah kami lakukan, maka kami


mengambil masalah kurangnya kualitas dan kuantitas jamban, serta
perilaku santri yang masih enggan menggunakan jamban sehat.

1.4. Penentuan Penyebab Masalah


Dari masalah kurangnya kualitas dan kuantitas jamban serta
perilaku santri yang masih enggan menggunakan jamban, kami akan cari
penyebab masalahnya, penyebab masalah dapat dicari dari masukan,
proses, umpan balik, dan keluaran.

Analisa sistem masalah dilekukan berdasarkan pendekatan sistem,


dimana masalah adalah kesenjangan antara standar dengan hasil. Standar
dan hasil dilihat dari keempat faktor yang telah disebutkan diatas, yaitu
input, proses, feedback, dan output.

a. Masukan (Input)

Masukan Rincian Tolak Ukur


Man  Staf pesantren hanya satu  Terdapat orang yang
orang. Tidak ada membuat jamban dan
pembagian tugas yang memelihara kebersihan
jelas dalam jamban, serta
penyelenggaraan bertanggung jawab
pesantren terhadap aspek kesehatan
Money  Tidak terdapat anggaran  Terdapat anggaran
khusus untuk khusus untuk pembuatan
penyelenggaraan dan pemeliharaan jamban
program kesehatan
pesantren, termasuk
unutk punyuluhan dan
pembuatan jamban
Material  Terdapat jamban  Terdapat jamban
sederhana di pesantren sederhana di pesantren.
Metode  Tidak ada program  Terdapat program
khusus pemeliharaan pemeliharaan jamban
kebersihan pesantren

b. Proses (Process)

Proses Rincian Tolak Ukur


Planning  Tidak ada perencanaan  Ada perencanaan tertulis
khusus untuk mengenai program
meningkatkan kesadaran pemeliharaan kebersihan
santri tentang penggunaan pesantren (mencakup
jamban. program pengadaan
 Tidak ada perencanaan jamban sederhada,
khusus mengenai pemeliharaannya, serta
pengadaan jamban dan program edukasi bagi
pemeliharaan. Program santri mengenai pola
pemeliharaan baru hidup bersih
dilakukan bila ustad
memiliki uang dan waktu
berlebih
 Staf pesantren hanya satu  Terdapat pembagian
orang, yaitu ust. Fachrul tugas antar staf
Rozy. Beliau menangani pesantren mengenai
seluruh kegiatan pesantren tanggung jawab dalam
pemeliharaan
kebersihan.
Organizing
 Terdapat pembagian
tugas antar staf
pesantren mengenai
tugas mendidik dan
melatih displin santri
akan kebersihan
 Sehari – hari santri  Terlaksananya kegiatan
menggunakan cubuk dan kebersihan pesantren,
balong sebagai tempat seperti pemeliharaan
Actuating buang air besar. kebersihan lingkungan
 Tidak ada kegiatan kerja dan kamar mandi
bakti yang dilaksakan  Penggunaan jamban
santri dalam keseharian santri
Controlling  Tidak terdapat peraturan  Terdapat peraturan
tertulis mengenai kbersihan tertulis mengenai
dan penggunaan jamban pemeliharaan kebersihan
 Tidak terdapat reward and dan penggunaan jamban
punishment terhadap  Terdapat program reard
pelanggaran peraturan. and punishment
 Tidak terdapat staf guru terhadap pelanggaran
yang khusus bertugas peraturan
mengontrol perilaku santri  Terdapat staf guru yang
mengontrol perilaku
santri

c. Umpan Balik (Feed back)

Feed back Rincian Tolak Ukur


 Tidak adanya program
kesehatan khusus
 Berjalannya program
menyebabkan tidak
kesehatan santri
berjalannya program
kesehatan

d. Lingkungan (Environment)

Lingkungan Rincian Tolak Ukur


Fisik  Hanya ada satu jamban  Terdapat jumlah
sederhana di lingkungan jamban yang cukup di
pesaantren yang dipakai lingkungan pesantren
oleh saluruh santri  Terdapat jamban di
 Masyarakat sekitar rata – lingkungan masyarakat
rata memakai cubluk sekitar pesantren
sebagai tempat buang air  Tersedianya pusat
besar kesehatan yang
 Ada klinik di dekat memberikan fasilitas
pesantren yang kesehatan bagi santri
menyediakan fasilitas
kesehatan gratis bagi santri
yang sakit

Pendidikan  Santri berpendidikan Tidak ada


menengah
 Rata - rat masyarakat
sekitar pesantren
berpendidikan rendah
Sosial  Masyarakat sekitar Kebiasaan masyarakat
memang meiliki kebiasaan sekitar menggunakan
BAB di balong / cubluk jamban sebagai tempat
BAB
Ekonomi Menengah kebawah Tidak ada

Fish bone diagram


Dari hasil analisa penyebab masalh berdasarkan pendekatan sistem diatas,
kami menarik kesimpulan bahwa penyebab masalah yang mungkin kami
intervensi adalah mengenai tidak adanya rencana untuk meningkatkan kesadaran
dan pengetahuna santri mengenai perilaku hidup bersih dan sehat serta
pengetahuan santri tentang jamban sehat.
BAB III

PENYULUHAN PESANTREN

3.1 Rencana Penyuluhan

Desain penelitian ini bersifat preexperimental dengan one group pretest – posttest.
Dengan menggunakan desain ini maka seluruh peserta akan mendapat perlakuan
yang sama, yaitu pretest – penyuluhan – posttest. Dengan pengukuran pretest –
posttest ini maka diharapkan akan tergambar perubahan pengetahuan peserta
mengenai materi penyuluhan.

Materi yang akan diberikana adalah mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat, serta tentang jamban sehat. Metode penyuluhan dilakukan dengan ceramah
interaktif. Media penyuluhan menggunakan powerpoint yang disambungkan ke
proyektor.

3.2 Pelaksanaan Penyuluhan

Kegiatan Waktu Keterangan

Pembukaan 21.00 - 21.10 WIB Oleh MC (Atras)

Sambutan 21.10 - 21.20 WIB Oleh Perwakilan mahasiswa


(Ildza) dan perwakilan
pesantren (ust Fahrul)

Pretest 21.20 – 21.30 Lili

Penyuluhan PHBS 21.30 – 21.50 WIB Hilda

Penyuluhan Jamban Sehat 21.50 – 22.10 WIB Isa

Tanya jawab 22.10 – 22.30 WIB Atras

Posttest 22.30 – 22.40 WIB Lili

Penyerahan kenang- 22.40 WIB Ildza


kenangan

Penutupan 22.30 WIB Atras

3.3 Diskusi Penyuluhan

Dari hasil penyuluhan, terdapat perubahan pengetahuan sebelum dan


sesudah penyuluhan. tingkat pengetahuan sesudah penyuluhan lebih baik daripada
tingkat pengetahuan sebelum penyuluhan. Hal ini dapat dilihat dari seluruh
responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi pada pengukuran sesudah
penyuluhan. Rerata skor pengetahuan sebelum penyuluhan adalah 10,10 ± 3,986,
sementara rerata skor pengetahuan sesudah penyuluhan adalah 19,28 ± 0,859. Dari
hasil ini didapatkan bahwa terdapat peningkatan skor pengetahuan sebesar 31,2
%. Beberapa faktor diketahui berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang. Beberapa faktor tersebut diantaranya pendidikan, informasi, dan usia.4
Keberhasilan dari sebuah penyuluhan bergantung pada kemampuan proses
belajar masing – masing individu karena proses perubahan perilaku pada
hakikatnya sama dengan proses belajar.5 Proses belajar dipengaruhi faktor materi,
lingkungan, instrumental, dan faktor individu.6
Materi penyuluhan harus disesuaikan dengan usia responden. Penyesuaian
materi penyuluhan dilakukan dengan membatasi materi yang diberikan. Usia
mencerminkan perkembangan kognitif seseorang. Oleh karena itu, pemberian
materi sesuai usia mempengaruhi sebanyak apa informasi baru yang bisa diserap
dan diterapkan.5,6
Faktor lingkungan yang mempengaruhi proses belajar mencakap
lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan fisik mencakup kondisi tempat belajar,
sedangkan lingkungan sosial mencakup interaksi antar individu saat proses
penelitian.6 Kondisi tempat belajar yang nyaman dan tenang dapat mempermudah
proses masuknya informasi pada sesorang. Penelitian ini berlangsung di majelis
taklim pesantren Riyadhul Mubtadin yang dengan kapasitas 100 orang dengan
pencahayaan dan sirkulasi udara baik. Slide yang ditampilkan proyektor dapat
terlihat dengan jelas bahkan sampai ke tempat duduk paling belakang. Suara
penyuluh dapat terdengar dengan baik sampai ke bagian belakang majelis karena
penggunaan pengeras suara. Sarana dan prasarana yang menunjang penelitian
sudah disiapkan dengan baik sebelum penelitian dimulai. Selama penelitian
berlangsung,peserta memberian perhatian penuh baik saat pengisian pretest /
posttest maupun saat penyuluhan. Kendala penyuluhan ini adalah waktu.
Penyelenggaraan penyuluhaan ini dilaksanakan malam hari sehingga ada beberapa
peserta yang sudah terlihat mengantuk.
Faktor ketiga yang mempengaruhi proses belajar adalah faktor
instrumental berupa perangkat keras seperti media penyuluhan dan perangkat
lunak seperti penyuluh dan metode penyuluhan. Media penyuluhan yang dipakai
adalah media powerpoint. Slide powerpoint telah dibuat sekomunikatif mungkin
sehingga peserta tertarik untuk memperhatikan penyuluhan. Media powerpoint
adalah salah satu contoh media visual. Pengetahuan, sebagai dasar terbentuknya
sikap, diterima melalui indra. Menurut penelitian para ahli, indra yang paling
banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75%
sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh / disalurkan melalui mata.
Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indra lain. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan
penerimaan informasi atau bahan pendidikan.5,6
Metode penyuluhan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
ceramah. Hal ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa karakteristik responden
dalam penelitian ini adalah responden dengan rendah. Metode ceramah baik untuk
sasaran yang berpendidikan tinggi, sedang, ataupun rendah.6
Materi penyuluhan diberikan oleh salah seorang anggota kelompok.
Penyuluh yang menguasai materi dan sasaran adalah kunci keberhasilan
penyuluhan dengan metode ceramah.16 Sasaran penyuluhan secara psikologis
dapat dikuasai oleh penyuluh apabila sikap dan penampilan penyuluh
meyakinkan, suara jelas, pandangan tertuju ke responden, berdiri di depan, serta
menggunakan alat bantu audio visual semaksimal mungkin.5,6
Penyuluhan dengan metode ceramah lebih efektif dalam meningkatkan
pengetahuan, sementara peningkatan sikap akan lebih efektif bila menggunakan
metode diskusi kelompok, bermain peran, atau demonstrasi.6
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dengan meningkatnya pengetahuan peserta tentang PHBS dan jamban


sehat, maka dapat disimpulkan bahwa penyuluhan ini bermanfaat untuk
peserta. Diharapkan dengan adanya perubahan pengetahuan, maka sikap dan
perilaku peserta juga bisa berubah.

3.2. Saran

 Diadakan penyuluhan rutin mengenai pembuatan jamban sehat

 Diadakan pelatihan pembuatan jamban sederhana.


DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan


Pesantren. 2007; tersedia di URL
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/814/4/BK2008-
G37.pdf diakses pada 25 Desember 2013 pada 20.00
2. Herryanto. Model Peningkatan Higiene Sanitasi Pondok Pesantren di
Kabupaten Tangerang. November 2009; [1 screen]. Tersedia di URL:
http://digilib.ekologi.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkpesk-gdl-grey-2009-
herryanto-24&PHPSESSID=94191f0f1d3193713172349d36be4260 diakses
tanggal 25 Desember 2013 pada 20.22
3. Kemenkes RI. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 2011;
tersedia di URL http://www.promkes.depkes.go.id/bahan/pedoman-umum-
PHBS.pdf diakses pada 25 Desember 2013 pada 18.25
4. Mubarak I. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Mengajar dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007.
5. Edelman CL, Mandle CL. Health Promotion Throughout the Life Span. Ed. 6. Missouri:
Elsevier; 2006
6. Dahlan S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika; 2009.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai