Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

Pengembangan Profesi Bidan

A. Pengertian Profesi
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidan
profesi tersebut.

B. Pengertian Karir
Karir mempunyai 3 pengertian yang berbeda, diantaranya:
1. Karir sebagai suatu rangkaian promosi jabatan atau mutasi ke jabatan yang
lebih tinggi dalam jenjang hirarki yang dialami oleh seorang tenaga kerja
selama masa kerjanya.
2. Karir sebagai suatu penunjuk pekerjaan yang memiliki gambaran atau pola
pengembangan yang jelas dan sistematis.
3. Karir sebagai suatu sejarah kedudukan seseorang, suatu rangkaian pekerjaan
atau posisi yang pernah dipegang seseoranga selama masa kerjanya. Oleh
karena itu, pengertian yang terakhir ini sangat luas dan umum, karena setiap
orang pasti mempunyai sejarah pekerjaan yang berarti setiap orang pasti
mempunyai karir.

C. Pengertian Bidan
Menurut KEPMENKES NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 bab I pasal 1 :
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan
lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku. International Confederation of
Midwife bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang
diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk
melaksanakan praktek kebidanan di negara tersebut. Bidan merupakan profesi
yang diakui secara nasional maupun internasional dengan sejumlah praktisi di

1
seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang prakteknya secara internasional telah
diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM) tahun 1972 dan
International Federation of International Gynaecologist and Obstetritian (FIGO)
tahun 1973, WHO dan badan lainnya. Pada tahun 1990 pada pertemuan dewan do
Kobe, ICM menyempurnakan defenisi tersebut yang kemudian disahkan oleh
FIGO (1991) dan WHO (1992).
Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat
Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia
adalah : “Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta
memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan.

D. Bidan Sebagai Profesi


Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus sebagai
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu :
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat
melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu.
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap
memegang teguh kode etik profesi.

Bidan sebagai profesi memiliki ciri – ciri tertentu yaitu :


1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat
melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional.
2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya,
yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik, dan etika kebidanan.

2
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yyang jelas dalam menjalankan
profesinya.
4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.
5. Bidan memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
6. Bidan memiliki organisasi profesi.
7. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan
masyarakat.
8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama
penghidupan.

E. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya


1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan
yang bermutu pada masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi

F. Peraturan Dan Perundangan Yang Mendukung Keberadaan Profesi Bidan


1. Kepmenkes No. 491/1968 tentang peraturan penyelenggaraan sekolah bidan.
2. No. 363/Menkes/Per/IX/1980 tentang wewenang bidan
3. No. 386/Menkes/SK/VII/1985 tantang penyelenggaraan program
pendidikan Bidan.
4. No. 329/Menkes/VI/Per/1991 tentang masa bakti bidan.
5. Instruksi Presiden Soeharto pada sidang kabinet Paripurna tentang perlunya
penempatan bidan di desa.
6. Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 572 th 1994 tentang registrasi dan praktek
bidan.
7. Peraturan Pemerintah No. 32 th 1996 lembaran negara No. 49 tentang tenaga
kesehatan.

3
8. Kepmenkes No. 077a/Menkes/SK/III/97 tentang petujuk teknis pelaksaan
masa bakti bidan PTT dan pengembangan karir melalui praktek bidan
perorangan di desa.
9. Surat Keputusan Presiden RI No. 77 th 2000 tentang perubahan atas
keputusan Presiden No. 23 th 1994 tentang pengangkatan bidan sebagai PTT.

G. Pengembangan Profesi Bidan


Asuhan kebidanan yang berpusat pada wanita (735), menempatkan orang
orang yang menggunakan pelayanan kesehatan di pusat asuhan telah menjadi
kebijakan pemerintah dalam 10 tahun terakhir, sebagian disebabkan oleh tekanan
dari masyarakat dalam menyediakan semua asuhan kesehatan. Perhatian wanita
tentang jenis pelayanan yang didapat telah menjadi momentum yang ditunggu
tunggu sejak tahun 1960-an, setelah diperkenalkannya teknologi dan teknik yang
lebih invasif.
Organisasi dan pola asuhan telah menjadi lebih kompleks dan pelayanan
menjadi lebih terkotak-kotak dengan banyak perselisihan tentang siapa yang harus
mengatur kelahiran bayi dan dimana tempatnya (curell, 1990; House of Commons
Health Committee,1992).
Ketetapan pelayanan yang lebih sensitif melibatkan wanita dalam
perencanaan dan pemantauan pelayanan, juga mampu menentukan elemen-
elemen perawatan apa yang mereka terima. Organisasi perlu mendukung para staf
untuk menciptakan lingkungan positif yang membantu perkembangan lembaga
dan memfasilitasi perubahan. Wanita umumnya merasa puas dengan pelayanan
tetapi ada beberapa hal yang memerlukan peningkatan. Yang jelas, perlu
dilakukan suatu pendekatan yang terfokus dan kolaboratif oleh oleh para bidan,
tenaga medis dan yang lainnya jika mereka hendak maju ke depan dan bekerja
sama dengan kaum wanita, kuncinya adalah keterlibatan ssemua pihak.
Pencapaian pelayanan yang berpusat pada wanita membutuhkan suatu komitmen
dari setiap orang yang peduli, tidak hanya mereka yang mengatur penggunaan

4
sumber-sumber mereka yang bertindak sebagai pemberi asuhan (dokter,bidan dan
lainnya).
Kirkham (1996) menyatakan bahwa kita dipengaruhi oleh masa lalu kita dan
proses profesionalisasi telah menciptakan dilema dalam tiga tahap hubungan
dengan para bidan, kaum wanita dan tenaga profesional yang lain. Hubungan ini
menjadi dasar bagaimana kita melakukan praktik yang perlu dikembangkan.
Para bidan memiliki kekuatan untuk membantu memperbaiki pelayanan
maternitas, untuk menjadikannya sebagai suatu pelayanan yang berpusat pada
wanita. Inti kebidanan adalah konsep asuhan sehingga para bidan harus lebih peka
terhadap tanggung jawab mereka pada wanita yang mereka asuh. Sebuah filosofi
kebidanan (Philosophy for Midwifery) yang dikeluarkan pada tahun 1991 oleh
Royal College of Midwives, tertulis sebagai berikut : Tujuan profesi kebidanan
adalah menyediakan suatu pelayanan yang memfasilitasi rasa aman dan kepuasan
wanita yang mengalami perubahan menjadi ibu. Ini adalah pencapaian yang
sangat prinsip dari suatu proses dukungan,perawatan,bimbingan,pengawasan dan
pendidikan. Kebutuhan wanita yang unik dan personal dalam masa usia subur
mereka adalah pusat dari pelayanan ini.
Telah dipahami bahwa jika bidan akan bergerak ke pelayanan yang benar –
benar berpusat pada wanita maka mereka membutuhkan perubahan dalam struktur
organisasi dan sistem operasional,demikian pula dengan persiapan demi
kepentingan setiap praktisi.
Dasar dari suatu pelayanan membutuhkan pembicara yang baik, suatu sistem
yang menunjukkan pilihan dan suatu pelayanan informasi diantaranya :
1. Mengindikasikan apa yang diharapkan kaum wanita secara tepat
2. Memungkinkan wanita untuk memiliki kepercayaan diri dalam membuat
keputusan setelah diberikan informasi yang relevan.
3. Melibatkan wanita dalam perawatannya
4. Tidak diragukan jika bidan dan wanita bekerja sama maka mereka adalah
kekuatan yang sangat dahsyat untuk perubahan. Mungkin pertanyaan

5
terpenting adalah “ apakah bidan dan wanita menginginkan suatu
perubahan ?” Asuhan berpusat pada wanita hanya akan menjadi suatu praktik
nyata jika bidan dan wanita menginginkannya.
Bagian dari pemberdayaan adalah memiliki informasi yang baik tentang apa
yang harus ditawarkan dan peka terhadap pilihan yang ada. Pengetahuan adalah
kekuatan tapi mengetahui bagaimana menggunakannya adalah pemberdayaan.
Para bidan dan ahli obstetrik harus peka terhadap masalah ini dan harus secara
konstan mengawasi dan mengevaluasi praktik mereka,memastikan bahwa mereka
menyediakan tipe asuhan yang dapat diakses, aman, menguntungkan dan dapat
diterima oleh kaum wanita. Perjalanan praktik ke masa depan harus dalam
lingkup kerja sama, bidan dan ahli obstetrik secara aktif mendengarkan wanita,
yang mereka katakan untuk mengetahui apa yang mereka inginkan dan mengapa,
serta memperhatikannya. Dalam perkataan proust, mereka perlu melihat dengan
mata yang baru : “Perjalanan nyata dari suatu penemuan bukanlah mencari
daratan baru tetapi melihat dengan mata yang baru” (proust).
Melahirkan anak tidak berubah, yang berubah adalah para bidan, ahli obstetrik
dan para wanita; itulah sebabnya mendengarkan menjadi sangat penting.
Contoh Inovasi Dalam Kebidanan
Akupuntur (ampuh atasi masalah kesuburan) adalah ilmu akupuntur yang
menerapkan prinsip biomedik dalam teori dan prakteknya, dan dilaksanakan oleh
seorang dokter spesialis akupuntur medis.
Water Birthing adalah sebuah cara persalinan didalam air yang hangat, ibu
yang hendak melahirkan dimasukkan ke dalam sebuah kolam bersalin khusus
yang berisi air hangat dan besarnya kira-kira berdiameter 2 meter.
Hypnobirthing adalah metode yang berakar pada ilmu hypnosis dengan
metode pendekatan kejiwaan yang memberi kesempatan kepada wanita untuk
berkonsentrasi, fokus dan rileks.

H. Pengembangan Karir Bidan

6
Pengembangan karir bidan adalah perjalanan pekerjaan seseorang dalam
organisasi sejak diterima dan berakhir pada saat tidak lagi bekerja diorganisasi
tersebut. Pengembangan karir (career development) menurut Mondy meliputi
aktivitas-aktivitas untuk mempersiapkan seorang individu pada kemajuan jalur
karir yang direncanakan.
Ada beberapa prinsip pengembangan karir yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pengembangan karir. Bila setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan
yang berbeda, apa yang dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada
aktivitas rencana pengembangan formal.
2. Bentuk pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan
pekerjaan yang spesifik. Skill yang dibutuhkan untuk menjadi supervisor akan
berbeda dengan skill yang dibutuhkan untuk menjadi middle manager.
3. Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperoleh
skill yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jika tujuan tersebut
dikembangkan lebih lanjut oleh seorang individu maka individu yang telah
memiliki skill yang dituntut pekerjaan akan menempati pekerjaan yang baru.
4. Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi
dengan mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang
rasional. (Mondy,1993,p.362 dan 376).

Pengembangan karir (career development) terdiri dari :


1. Perencanaan karir (career planning), yaitu suatu proses dimana individu dapat
mengidentifikasi dan mengambil langkah langkah untuk mencapai tujuan-
tujuan karirnya. Perencanaan karir melibatkan pengidentifikasian tujuan-
tujuan yang berkaitan dengan karir dan penyusunan rencana-rencana untuk
mencapai tujuan tersebut.
2. Manajemen karir (career management). proses dimana organisasi memilih,
menilai, menugaskan, dan mengembangkan para pegawainya guna

7
menyediakan suatu kumpulan orang-orang yang berbobot untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dimasa yang akan datang. (Simamora, 2001:504)

Tujuan dari pengembangan karir bidan, diantaranya:


1. Mendapatkan persyaratan menempati posisi/jabatan tertentu.
2. Mengusahakan pengembangan karir karena tidak otomatis tercapai,
terganutng pada lowongan/jabatan, keputusan dan tergantung presensi
pimpinan.

Peraturan, ketentuan dan cara pengembangan karir terdapat pada:


1. Permen neg Pendayagunaan Aparatur Negara No:01/PER/M.PAN/1/2008
2. Juklak Jafung bidan dalam angka kredit

Pendidikan Berkelanjutan
Pendidikan Berkelanjutan adalah Suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan / pelayanan dan standar yang telah ditentukan oleh konsil
melalui pendidikan formal dan non formal.
Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu
terhadap pelayanan kebidanan, perubahan-perubahan yang cepat dalam
pemerintahan maupun dalam masyarakat dan perkembangan IPTEK serta
persaingan yang ketat di era global ini diperlukan tenaga kesehatan khususnya
tenaga bidan yang berkualitas baik tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap
profesionalisme.
IBI sebagai satu-satunya wadah bagi bidan telah mencoba berbuat untuk
mempersiapkan perangkat lunak melalui kegiatan-kegiatan dalam lingkup profesi
yang berkaitan dengan tugas bidan melayani masyarakat diberbagai tingkat
kehidupan. Oleh karena IBI bertanggung jawab untuk mendorong tumbuhnya
sikap profesionalisme bidan melalui kerjasama harmonis dengan berbagai pihak
terutama dengan pemerintah. Karena keberadaan IBI di tengah-tengah anak

8
bangsa merupakan pengabdian profesi dan juga kehidupan bidan sendiri. Oleh
karena itu, IBI berperan aktif dalam berbagai upaya yang diprogramkan
pemerintah baik pada tingkat pusat maupun tingkat daerah sampai ketingkat
ranting. Namun semua keterlibatan itu diupayakan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia dan sekaligus meningkatkan kualitas bidan sebagai pelayan
masyarakat, khususnya pelayanan ibu dan anak dalam siklus kehidupannya.
Untuk itu pendidikan bidan seyogyanya dirancang dengan memperhatikan factor-
faktor yang mendukung keberadaan bidan ditengah-tengah kehidupan
masyarakat.
Pengembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang secara
berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur
hidup bagi bidan yang mengabdi ditengah-tengah masyarakat. Pendidikan yang
berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme bidan baik
melalui pendidikan formal, maupun pendidikan non formal. Namun IBI dan
pemerintah menghadapi berbagai kendala untuk memulai penyelenggaraan
program pendidikan tersebut.
Pendidikan formal yang telah dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah
dan swasta dengan dukungan IBI adalah program D III dan D IV Kebidanan.
Pemerintah telah berupaya untuk menyediakan dana bagi bidan di sector
pemerintah melalui pengiriman tugas belajar keluar negeri. Di samping itu IBI
mengupayakan adanya badan – badan swasta dalam dan luar negeri khusus untuk
program jangka pendek. Selain itu IBI tetap mendorong anggotanya untuk
meningkatkan pendidikan melalui kerjasama dengan universitas di dalam negeri.
Sedangkan untuk pendidikan non-formal, telah dilaksanakan melalui program
pelatihan, magang, seminar/lokakarya. Dengan bekerjasama antara IBI denagn
lembaga internasional telah pula dilaksanakan berbagai program non-formal
dibeberapa provinsi. Semua upaya tersebut bertujuan meningkatkan kinerja bidan
dalam memberikan pelayanan kebidana yang berkualitas.

9
Pola pendidikan bidan saat ini masih dalam tahap penjajakan dan
perencanaan. Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama penataksanaan
system pendiidikan ini telah selesai dengan garis-garis.
Undang-Undang Seksdiknas No.29 Tahun 2003 pasal 19 :
1. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
mencegah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
2. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan system terbuka.
Pola pengembangan pendidikan berkelanjutan telah dikembangkan /
dirumuskan sesuai kebutuhan. pengembangan pendidikan berkelanjutan bidan
mengacu pada peningkatan kualitas bidan sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Materi pendidikan berkelanjutan meliputi aspek klinik dan non klinik.
Jenis Pendidikan Berkelanjutan yaitu:
1. Seminar, lokarya
2. Magang
3. Pengembangan (manajemen, hubungan internasional, komunitas)
4. Keterampilan tekhnis untuk pelayanan
5. Administrasi
6. Lain-lain, sesuai dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan berkelanjutan bidan sebagai system memiliki karakteristik sebagai


berikut :
1. Komprehensif, system pendidikan berkelanjutan harus dapat mencakup
seluruh anggota profesi kebidanan.
2. Berdasarkan analisis kebutuhan, system pendidikan berkelanjutan
menyelenggarakan pendidikan yang berhubungan dengan tugas dan relevan
dengan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

10
3. Berkelanjutan, system pendidikan berkelanjutan menyelenggarakan
pendidikan yang berkesinambungan dan berimbang.
4. Terkoordinasi secara internal, system pendidikan berkelanjutan bekerjasama
dengan institusi pendidikan dalam memanfaatkan berbagai sumber daya dan
mengelola berbagai program pendidikan berkelanjutan.
5. Berkaitan dengan system lainnya, system pendidikan berkelanjutan memiliki
3 aspek subsistem yang merupakan bagian dari system-sistem lain di luar
system pendidikan berkelanjutan. Ketiga aspek tersebut adalah:
a. Perencanaan tenaga kesehatan (health manpower planning)
b. Produksi tenaga kesehatan (health manpower production)
c. Manajemen tenaga kesehatan (health manpower management)
Tujuan pendidikan berkelanjutan adalah:
1. Pemenuhan standar
2. Meningkatkan produktivitas kerja
3. Efisiensi
4. Meningkatkan kualitas pelayanan
5. Meningkatkan moral (etika profesi)
6. Meningkatkan karir
7. Meningkatkan kemampuan konseptual
8. Meningkatkan keterampilan kepemimpinan
9. Imbalan
10. Meningkatkan kepuasan konsumen

Sasaran pendidikan berkelanjutan, yaitu:


1. Bidan praktik swasta
2. Bidan berstatus PNS
3. Tenaga kesehatan lainnya
4. Masyarakat umum
Job Fungsional

11
Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu jabatan structural dan jabatan
fungsional. Jabatan structural adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam
sturktur dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan
fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang
vital dalam kehidupan masyarakat dan Negara.
Job fungsional (jabatan fungsional) merupakan kedudukan yang menunjukkan
tugas, kewajiban hak serta wewenang pegawai negri sipil yang dalam
melaksanakan tugasnya diperlukan keahlian tertentu serta kenaikan pangkatnya
menggunakan angka kredit. Jenis jabatan fungsional dibidang kesehatan: Dokter,
Dokter gigi, Perawat, Bidan, Apoteker, Asisten apoteker, Pengawas farmasi
makanan dan minuman, Pranata laboratorium, Entomolog, Epidemiolog,
Sanitarian, Penyuluhan kesehatan masyarakat, Perawat gigi, Administrator
kesehatan, Nutrisionis.
Selain fungsi dan peranannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan
fungsional juga berorientasi kualitatif. Seseorang yang memiliki jabatan
fungsional berhak untuk mendapatkan tunjangan fungsional . Dalam konteks ini,
dapat dilihat bahwa jabatan bidan merupakan jabatan fungsional professional
sehingga berhak mendapat tunjangan fungsional.
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir structural. Pada
saat ini, pengembangan karir bidan secara fungsional telah disiapkan dengan
jabatan fungsional sebagai bidan serta melalui pendidikan berkelanjutan, baik
secara formal maupun nonformal, yang hasil akhirnya akan meningkatkan
kemampuan professional bidan dalam melaksanakan fungsinya. Bidan dapat
berfungsi sebagai bidan pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti, coordinator, dan
penyedia.
Sedangkan karir bidan dalam jabatan structural bergantung pada tempat bidan
bertugas, apakah di rumah sakit, di puskesmas, di desa, atau di institusi swasta.
Karir tersebut dapat dicapai oleh bidan di tiap tatanan pelayanan

12
kebidanan/kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan, kesempatan, dan
kebijakan yang ada.

13

Anda mungkin juga menyukai