Anda di halaman 1dari 23

JU

URRN
NAAL
L
EKONOMI DAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN (JEPP)
Volume: 06. NO. 02, JULI – DESEMBER 2015
ISSN 1979-7338

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBKELOMPOK


BAHAN MAKANAN PEMBENTUK INFLASI
DI KOTA BENGKULU
Afif Afandi, Sigit Nugroho, Sunoto

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

PENERBIT PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN PEMBANGUNAN


KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI PROVINSI BENGKULU
Dian Mardiati Sari, Mochamad Ridwan, Yusnida

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BENGKULU


STRATEGI PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN
KOTA BENGKULU
Ragowo, Retno A. Ekaputri, Aris Almahmudi

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP


PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
DI KABUPATEN BENGKULU UTARA
Mintargo

PERANCANGAN STRATEGI PENGENDALIAN LAJU ALIH FUNGSI LAHAN


PERTANIAN SAWAH DALAM RANGKA SWASEMBADA BERAS
DI KABUPATEN LEBONG
Suci Franeka, Ketut Sukiyono, Benardin

ANALISIS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS


PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMKESDA
(STUDI KASUS PASIEN RUJUKAN RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU)
Suswati Nasution

EFEKTIVITAS PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA


KENDARAAN BERMOTOR DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH DI PROPINSI BENGKULU
Ranti Ayudina, Lizar Alfansi, Antoni Sitorus

EFEKTIVITAS PENYUSUNAN PELAPORAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA


PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN SELUMA
Veny Yunita, Saiful, Lela Rospida

Gedung Sekretariat Program Magister Perencanaan Pembangunan


Jln. Raya Kandang Limun Kec. Muara Bangkahulu Kota Bengkulu
Telp 0736 - 28481 Fax : 0736 - 28481 email: mppunib@yahoo.com
Jurnal Ekonomi Dan Perencanaan Pembangunan (JEPP)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu
Gedung S Jl. Raya Kandang Limun Kota Bengkulu
Telp. 0736-28481 Fax: 0736-28481 E-mail: mppunib@yahoo.com

Ketua Penyunting:
Handoko Hadiyanto

Penyunting
Mochamad Ridwan
Retno A. Ekaputri

Sekretariat
Romi Gunawan

Dicetak Oleh:
SINEV PRINTING
Perum Areka Regensi Blokc 1, No.12 Kota Bengkulu
PETUNJUK BAGI PENULIS
JURNAL EKONOMI DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

1. Artikel yang ditulis meliputi hasil telaah dan hasil penelitian dibidang ekonomi dan
perencanaan pembangunan. Naskah diketik dengan program Microsoft Word, huruf Garamond,
ukuran 12 pts, dengan spasi satu dicetak pada kertas A4 dengan panjang maksimum 16
halaman dan diserahkan dalam bentuk prit-out sebanyak 3 eksemplar beserta soft copy-nya.
Pengiriman naskah juga dapat dilakukan sebagai Iattachment e-mail ke alamat:
mppunib@yahoo.com

2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia. Sistematika artikel hasil penelitian adalah judul, nama
penulis, abstrak disertai kata kunci, pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan, simpulan,
serta daftar rujukan.

3. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul
artikel. Dalam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis
utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama.

4. Abstrak dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Panjang masing-
masing abstrak 75-100 kata, sedangkan jumlah kata kunci 3-5 kata. Abstrak minimal berisi
judul, tujuan, metode, dan hasil penelitian.

5. Bagian pendahuluan berisi latar belakang, konteks penelitian, hasil kajian pustaka, dan tujuan
penelitian. Seluruh bagian pendahuluan dipaparkan secara terintegrasi dalam bentuk
paragraf-paragraf, dengan panjang 15-20% dari total panjang artikel.

6. Bagian metode berisi paparan dalam bentuk paragrap tentang rancangan penelitian, sumber
data dan analisa data yang secara nyata dilakukan peneliti, dengan panjang 10-15% dari total
panjang artikel.

7. Bagian kesimpulan berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian
atau berupa intisari hasil pembahasan. Simpulan disajikan dalam bentuk paragraf.

8. Daftar rujukan hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk, dan semua sumberyang dirujuk
harus tercantum dalam daftar rujukan. Sumber rujukan minimal 80% berupa pustaka
terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang digunakan adalah sumber-sumber primer berupa
artikel-artikel penelitian dalam jurnal atau laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis,
disertasi). Artikel yang dimuat di jurnal Ekonomi dan Perencanaan pembangunan disarankan
untuk digunakan sebagai rujukan.

9. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama akhir, tahun).
Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor
halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Devis, 2003: 47).
Jurnal Ekonomi Dan Perencanaan Pembangunan (JEPP)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu
Gedung Pascasarjana Ilmu Ekonomi FEB UniB Jl. Raya Kandang Limun Kota Bengkulu
Telp. 0736-28481 Fax: 0736-28481 E-mail: mppunib@yahoo.com

Bengkulu, 19 Maret 2016

Yth.
No : 01/JEPP/03/2016 Di_
Lampiran: -
Prihal : Permohonan menjadi
Mitra Bestari

Assalamu`alaikum wr. wb.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas publikasi/jurnal ilmiah dibutuhkan mitra bestari yang
berkopeten. Keberadaan mitra bestari ini juga menjadi syarat utama dan langkah awal bagi
publikasi/jurnal ilmiah untuk dapat mengajukan akreditasi.

Mengingat pentingnya peran mitra bestari bagi publikasi/jurnal ilmiah, kami memohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk menjadi mitra bestari bagi publikasi/jurnal yang kami kelolah. berikut kami
samapikan informasi umum Jurnal yang kami maksud.

1. Nama jurnal: Jurnal Ekonomomi dan Perencanaan Pembangunan (JEPP)


2. Sesuai dengan nama publikasi/jurnal ini memuat hasil kajian, penelitian dan telaah tentang
ekonomi dan perencanaan ekonomi pembangunan.
3. Terbitan pertama Tahun 2010 (dua terbitan per tahun (terbit setiap semester yakni bulan
Juni dan Desember)
4. Sekretariat: Gedung Pascasarjana Ilmu Ekonomi FEB UniB Jl. Raya Kandang Limun Kota Bengkulu

Demikian surat permohonan ini dibuat dengan sebenarnya, besar harapan kami agar Bapak/Ibu
bersedia menjadi mitra bestari publikasi/jurnal yang kami kelolah. Terima kasih.

Wassalamu`alaikum wr. wb.

Ketua penyunting,

Drs. Handoko Hadiyanto, MS., Ph.D


NIP.195906161986031027
JURNAL
EKONOMI DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

VOLUME: 06. NO. 02, JULI – DESEMBER 2015


ISSN: 1979-7338

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBKELOMPOK BAHAN MAKANAN


PEMBENTUK INFLASI DI KOTA BENGKULU
Afif Afandi, Sigit Nugroho, Sunoto 1-14

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KESEJAHTERAAN


MASYARAKAT NELAYAN DI PROVINSI BENGKULU
Dian Mardiati Sari, Mochamad Ridwan, Yusnida 15-32

STRATEGI PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN


KOTA BENGKULU
Ragowo, Retno A. Ekaputri, Aris Almahmudi 33-43

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENERIMAAN


PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN BENGKULU UTARA
Mintargo 44-51

PERANCANGAN STRATEGI PENGENDALIAN LAJU ALIH FUNGSI LAHAN


PERTANIAN SAWAH DALAM RANGKA SWASEMBADA BERAS
DI KABUPATEN LEBONG
Suci Franeka, Ketut Sukiyono, Benardin 52-64

ANALISIS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN


KESEHATAN PROGRAM JAMKESDA (STUDI KASUS PASIEN
RUJUKAN RSUD Dr. M. Yunus BENGKULU)
Suswati Nasution 65-74

EFEKTIVITAS PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA


KENDARAAN BERMOTOR DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH DI PROPINSI BENGKULU
Ranti Ayudina, Lizar Alfansi, Antoni Sitorus 75-88

EFEKTIVITAS PENYUSUNAN PELAPORAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA


PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN SELUMA
Veny Yunita, Syaiful, Lela Rospida 89-94
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI PROVINSI BENGKULU

Dian Mardiati Sari, Mochamad Ridwan, Yusnida

ABSTRACT
The purpose of this study is to identify the factors that affect the welfare of fishing communities in
the province of Bengkulu, both of the factors of internal and external factors. This study uses the
analysis of SEM (Structural Equation Modeling), which checks the validity and reliablitas instrument
(equivalent to a confirmatory factor) model testing the relationship between latent variables
(equivalent to Parth analysis), and a useful model for forecasting (equivalent to the structural models
or regression analysis). From the results obtained that the factors that affect the welfare of fishermen
are catching technology, working capital, social capital is viewed from the aspect of trust (trust) to
the institution, work motivation, and partnerships, and income of fishermen. Factors that do not
affect the welfare of fishing communities in the province of Bengkulu is that productivity is
determined by the age of fishermen, fishing education, fishing experience, and skills of fishermen,
dann local government policies are reviewed from the aspect of capital assistance, provision of
training, and outreach activities.

Key word : fiehermen, welfare, sem

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan masyarakat nelayan di Provinsi Bengkulu, baik dari faktor internal maupun dari faktor
eksternal. Penelitian ini menggunakan metode analisis SEM (Structural Equation Modeling), yaitu
pemeriksaaan validitas dan reliablitas instrument (setara dengan faktor konfirmatori), pengujian
model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis parth), dan mendapatkan model yang
bermanfaat untuk prakiraan (setara dengan model structural atau analisis regresi). Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat
nelayan adalah teknologi tangkap, modal kerja, modal sosial yang ditinjau dari aspek kepercayaan
(trust) terhadap kelembagaan, motivasi kerja, dan kemitraan, dan pendapatan nelayan. Faktor-faktor
yang tidak mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Provinsi Bengkulu adalah
produktivitas yang ditentukan oleh umur nelayan, pendidikan nelayan, pengalaman nelayan, dan
keterampilan nelayan, dann kebijakan pemerintah daerah yang ditinjau dari aspek pemberian bantuan
modal, pemberian pelatihan, dan kegiatan penyuluhan.

Kata Kunci : nelayan, kesejahteraan, sem

PENDAHULUAN kekayaan yang demikian besar ternyata tidak


Indonesia merupakan negara kepulauan dapat menyejahterakan.
terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau
dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan Masyarakat nelayan yaitu suatu masyarakat
luas Laut 3,1 juta km2. Konvensi PBB tahun yang tinggal di wilayah pesisir dengan mata
1982, Indonesia memiliki potensi sumber daya pencaharian utama mereka adalah
hayati dan non hayati yang melimpah. Hal ini memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat
menyebabkan sebagian besar masyarakat di lautan baik berupa ikan, udang, rumput laut,
tinggal dan menempati daerah sekitar wilayah terumbu karang dan kekayaan laut lainnya.
pesisir serta menggantungkan hidupnya sebagai Kehidupan di lautan membentuk karakteristik
nelayan. Sebagai bangsa yang memiliki wilayah mereka menjadi karakteristik yang sangat keras
laut yang luas dan daratan yang subur, Sudah dan penuh dengan resiko terutama resiko yang
semestinya Indonesia menjadi bangsa yang berasal dari faktor alam.
makmur. Menjadi tidak wajar manakala

Volume VI Nomor 02 JEPP 15


Nelayan mempunyai peran yang sangat menangkap ikan menggunakan alat seperti
substansial dalam memajukan kehidupan pukat.
manusia. Mereka termasuk agent of development
yang paling reaktif terhadap perubahan Menurut Sadili (2011) perikanan tangkap di
lingkungan. Sifatnya yang lebih terbuka Provinsi Bengkulu, sebenarnya memiliki
dibandingkan kelompok masyarakat yang potensi yang cukup besar. Dalam klasifikasi
hidup di pedalaman menjadi stimulator untuk wilayah pengelolaan perikanan (WPP) sesuai
menerima perkembangan peradaban yang lebih permen KP No.Per.01/MEN/09 tentang
modern. Dalam konteks yang demikian timbul WPP, perairan Provinsi Bengkulu masuk dalam
sebuah stereotip yang positif tentang identitas WPP 2 dengan kode WPP-RI 572. WPP-RI
nelayan khususnya dan masyarakat pesisir pada 572 atau WPP 2 itu sendiri adalah perairan
umumnya. Mereka dinilai lebih berpendidikan, Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan
wawasannya tentang kehidupan jauh lebih luas, Selat Sunda, yaitu terdiri dari perairan laut Prov
lebih tahan terhadap cobaan hidup dan toleran Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
terhadap perbedaan. Bengkulu, Lampung dan sebagian perairan
Banten. Produksi perikanan tangkap secara
Secara umum ada 2 (dua) kategori nelayan di keseluruhan di WPP 2 ini sekitar 510.215 ton
Indonesia yaitu nelayan tradisional dan nelayan yang didominasi oleh ikan pelagis kecil (selar,
modern. Nelayan tradisional merupakan layang, bawal hitam, japuh, tembang, lemuru,
nelayan yang proses bekerjanya dibantu dengan kembung, teri dll) sebanyak 204.602 ton atau
menggunakan peralatan yang kurang memadai sekitar 40,10%, kemudian dari jenis ikan
atau masih menggunakan peralatan manual demersal (kuwe, bawal putih, kakap putih,
seperti menggunakan sampan dengan cara peperek, lencam, layur, pari dll) sebesar
mendayung dengan tenaga manusia atau 133.029 ton atau sekitar 26,07%, disusul dari
menangkap ikan dengan menggunakan jaring. jenis ikan pelagis besar (setuhuk/marlin,
Sedangkan nelayan modern merupakan nelayan tongkol, cakalang, tenggiri, albakor, cucut, dll)
yang proses bekerjanya menggunakan peralatan sebesar 126.899 ton atau sekitar 24,87% dan
canggih seperti menggunakan kapal boat atau sisanya terdiri dari jenis udang-udangan, ikan
karang, cumi-cumi, kerang-kerangan, dll.

Tabel 1. Produksi Perikanan Laut Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu (Ton)


Produksi Perikanan Laut
Kabupaten/ Kota
2006 2007 2008 2009 2010
Bengkulu Selatan 1.871 1.965 1.115.3 1.032.6 1.135.80
Rejang Lebong - - - - -
Bengkulu Utara 4.336 4.552 4.971.2 4.455.5 4.733.00
Kaur 3.343 3.510 1.139.4 1.960.0 1.137.50
Seluma 819 860 624 879.8 918.80
Muko-Muko 32.360 3.423.10 4.965.6 5.575.9 14.187.70
Lebong - - - - -
Kepahiang - - - - -
Bengkulu Tengah - - - 3.164.5 2.311.10
Kota Bengkulu 27.120 28.476 29.032 25.465.3 24.226.80
Jumlah 69.849 42.786.10 41.8477.5 42.533.6 48.650.70
Sumber: BPS Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2011

Secara rata-rata pendapatan nelayan di Provinsi angsuran kredit, maka pengeluaran bulanan
Bengkulu, tanpa keterlibatan anggota keluarga rata-rata mencapai 1,4 juta. Di sini perbedaan
dalam kegiatan ekonomi, berjumlah Rp. antara uang masuk dan keluar sekitar Rp
731.500,- per bulan. Sedangkan pengeluaran 700.000,- yang artinya keluarga nelayan miskin
bulanan mereka untuk konsumsi mencapai pada umumnya mengalami defisit keuangan
kurang lebih Rp 1,2 juta. Dengan ditambah (Pramudyasmono,2011).
pengeluaran untuk membayar listrik, air dan

Volume VI Nomor 02 JEPP 16


Sebesar 42,80% nelayan dan pembudidaya ikan menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat
miskin di Provinsi Bengkulu, dan miskin juga nelayan masih jauh dari indikator kesejahteraan
di Indonesia. Artinya dari sejumlah nelayan atau dikatakan termasuk golongan masyarakat
dan petani ikan Provinsi Bengkulu sebanyak miskin.
11.873 orang (terdiri dari nelayan 7.832 orang
dan pembudidaya ikan 4.041 orang) adalah Potensi sumberdaya alam laut yang besar
miskin, dan angka tersebut adalah angka belum memiliki hubungan yang positif dengan
persentase terbesar dari seluruh Provinsi yang tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan,
ada (lihat tabel 2). kondisi masyarakat nelayan masih hidup pada
tingkat kesejahteraan yang rendah atau miskin.
Tabel 2. Persentase Orang Miskin Berdasarkan Hal ini menunjukkan bahwa potensi sumber
Lapangan Usaha Perikanan daya alam yang cukup tinggi di wilayah pesisir
No Provinsi % Miskin tersebut belum mampu dikelola secara optimal.
1 Bengkulu 42,80 Dampak yang dirasakan saat ini adalah kurang
2 Papua 40,79 berdayanya masyarakat nelayan tersebut
3 Papua Barat 40,17 terutama dalam hal pengetahuan, sikap dan
4 Maluku 37,14 keterampilan mereka.
5 DI Yogyakarta 30,08
Sumber: Didi Sadili Blog 2011 Rumusan Masalah
Sehubungan identifikasi faktor-faktor yang
Kemiskinan mencerminkan kondisi kehidupan mempengaruhi tingkat kesejahteraan
yang dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat masyarakat nelayan di Provinsi Bengkulu
penghasilan mereka terima untuk memenuhi menjadi fokus pertanyaan dalam penelitian ini
kebutuhan hidup yang diperlukan. Masyarakat adalah Faktor-faktor apa saja yang
nelayan Provinsi Bengkulu masih memperoleh mempengaruhi kesejahteraan nelayan di
penghasilan yang masih belum mencukupi Provinsi Bengkulu baik dari faktor internal
untuk membelanjakan pendapatannya guna maupun faktor eksternal?
memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti
makanan, pakaian, perumahan serta untuk Tujuan Penelitian
membiayai pendidikan anak-anak mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Persoalan kemiskinan yang mereka hadapi melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor
adalah persoalan ketidak mampuan atau yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan di
ketidak berdayaan mereka untuk mengenali Provinsi Bengkulu, baik dari faktor internal
serta memanfaatkan potensi, baik potensi maupun faktor eksternal.
sumberdaya manusia seperti pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dimiliki maupun TINJAUAN PUSTAKA
potensi sumberdaya alam khususnya Potensi Sektor Kelautan
sumberdaya laut. Sektor kelautan, selama ini dapat dikatakan
hampir tidak tersentuh, meski kenyataannya
Rendahnya tingkat pengetahuan, sikap serta sumber daya kelautan yang dimiliki Indonesia
keterampilan para nelayan dalam memberikan sangat beragam, baik jenis maupun potensinya.
kontribusi terhadap proses peningkatan Potensi sumber daya tersebut terdiri dari
kehidupan sosial ekonomi mereka dan juga sumber daya yang dapat diperbaharui, seperti
peran pemerintah daerah yang masih kurang sumber daya perikanan baik perikanan tangkap
dalam memberikan lingkungan usaha yang maupun budi daya laut dan pantai, energi serta
kondusif bagi masyarakat nelayan, seperti sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
ketersediaan sarana dan prasarana fisik seperti minyak dan gas bumi serta berbagai
maupun modal merupakan penyebab dari jenis mineral. Selain dua jenis sumber daya
berbagai kondisi kehidupan masyarakat nelayan tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa
sekarang ini. Dampak dari semuanya ini adalah lingkungan lautan yang dapat dikembangkan
rendahnya produksi yang mampu dihasilkan untuk pembangunan kelautan dan perikanan
oleh nelayan guna mencukupi kebutuhan hidup seperti pariwisata bahari, industri maritim, dan
mereka. Dengan kondisi yang demikian jasa angkutan.

Volume VI Nomor 02 JEPP 17


Selanjutnya, menurut Dahuri (2009) tentang organisasi, penentuan program, dan prosedur
otonomi pengelolaan sumber daya laut ini: serta standar yang dibutuhkan untuk mencapai
”Banyak faktor yang telah menyebabkan tujuan”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut,
kinerja pembangunan kelautan nasional pada dapat dipahami bahwa perencanaan adalah
masa lalu belum seperti yang diharapkan, salah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
satu faktor yang terpenting adalah bahwa secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan
proses perencanaan dan pengambilan di masa yang akan datang dalam rangka
keputusan tentang pembangunan kelautan pencapaian yang telah ditentukan.
sangat sentralistik. Karena itu, lahirnya
Undang-Undang tentang Pemerintahan Menurut Tjokroamidjojo (1996),
Daerah yang juga mencakup kewenangan pembangunan adalah upaya suatu masyarakat
daerah dalam mengelola sumber daya kelautan bangsa yang merupakan perubahan sosial yang
merupakan angin segar bagi pembangunan besar dalam berbagai bidang kehidupan ke arah
kelautan yang lebih baik”. masyarakat yang lebih maju dan baik sesuai
dengan padangan masyarakat bangsa itu. Maka,
Berarti, dengan potensi wilayah laut yang perencanaan pembangunan merupakan usaha
sangat luas dan sumber daya alam serta sumber pencapaian tujuan-tujuan pembangunan, yang
daya manusia yang dimiliki Indonesia. Sektor berkaitan juga dengan peranan pemerintah
kelautan sesungguhnya memiliki keunggulan sebagai pendorong pembangunan (agent of
komparatif, kooperatif dan kompetitif untuk development).
menjadi sektor unggulan dalam kiprah
pembangunan di daerah-daerah. Sedangkan proses dan siklus perencanaan
pembangunan, merupakan rangkaian kegiatan
Secara umum, sumber daya kelautan terdiri yang dilakukan untuk menyusun perencanaan
atas sumber daya dapat pulih (renewable pembangunan yang berlangsung terus menerus
resources), sumber daya tiak dapat pulih (non- dan saling berkaitan, sehingga membentuk
renewable resources) dan jasa-jasa lingkungan suatu siklus perencanaan pembangunan
kelautan (environment services). Sumber daya laut ekonomi. Proses perencanaan pembangunan
dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan, dimulai dari pengumpulan informasi untuk
udang, rumput laut, termasuk kegiatan dianalisis dan perumusan kebijaksanaan hingga
budidaya pantai dan budidaya laut (mariculture). peramalan (forecasting) sebagai berikut:
Sumber daya tidak dapat pulih meliputi 1. Pengumpulan informasi untuk perencanaan
mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi (input untuk analisis dan perumusan
dan gas. Sedangkan yang termasuk jasa-jasa kebijaksanaan).
lingkungan kelautan adalah pariwisata dan 2. Analisis keadaan dan identifikasi masalah.
perhubungan laut. Potensi sumber daya 3. Penyusunan kerangka makro perencanaan
kelautan ini belum banyak digarap secara dan perkiraan sumber-sumber
optimal, karena selama ini upaya kita lebih pembangunan.
banyak terkuras untuk mengelola sumber daya 4. Kebijaksanaan dasar pembangunan.
yang ada di daratan yang hanya sepertiga dari 5. Perencanaan sektoral, kebijaksanaan
luas negeri ini. program dan kegiatan.
6. Perencanaan regional.
Perencanaan Pembangunan Sektor Budi 7. Fungsi pengaturan pemerintah.
Daya Laut 8. Kebijaksanaan-kebijaksanaan stabilisasi
Perencanaan memiliki banyak makna sesuai jangka pendek.
dengan pandangan masing-masing ahli. 9. Komunikasi pendukung dan pengendalian
Menurut Siagian (1994), ”perencanaan adalah pelaksanaan.
pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan 10.Pengawasan dan tinjauan pelaksanaan.
atau perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai
persiapan untuk melaksanakan tindakan- Proses dan siklus perencanaan pembangunan
tindakan kemudian”. Sedangkan menurut tersebut, sebelumnya harus mempunyai unsur-
Handoko (1999), ”perencanaan adalah unsur pokok, antara lain: 1) kebijaksanaan
pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan dasar atau strategi dasar rencana

Volume VI Nomor 02 JEPP 18


pembangunan, serta 2) adanya kerangka tetapi seringkali menyebabkan suburnya
rencana yang menunjukkan hubungan variabel- kemiskinan.
variabel pembangunan dan implikasinya.
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di
Perikanan budidaya adalah usaha manipulasi mana seseorang tidak sanggup memelihara
yang dilakukan oleh manusia pada suatu dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan
perairan sebelum dipanen. Menurut Dahuri kelompok dan juga tidak mampu
(2002), Perikanan budidaya laut baru dimulai memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya
awal tahun 1980, sehingga tingkat dalam kelompok tersebut. Kemiskinan tidak
pemanfaatannya masih sangat rendah. bisa hanya dilihat dari sudut ekonomi saja
Produksi yang dicapai belum optimal karena kemiskinan ternyata berkaitan dengan
dibandingkan dengan potensi yang ada di berbagai aspek, diantaranya aspek sosial
perairan laut dan pantai. Di sisi lain, komoditi budaya, bahwa persoalan kemiskinan sangat
perikanan budidaya laut memiliki nilai erat hubungannya dengan budaya. Dari sudut
ekonomis tinggi di pasar lokal dan ekspor, ini, kita dapat melihat bahwa budaya turut
seperti ikan kerapu, kakap, kerang mutiara dan ambil bagian dalam membuat seseorang
rumput laut. menjadi miskin.

Keterlibatan pelaku pembangunan perikanan Menurut teori konservatif, kemiskinan berasal


budidaya laut juga harus didukung oleh dari karakteristik khas orang-orang miskin.
ketepatan dalam melakukan lahan/lokasi Seseorang menjadi miskin bukan hanya karena
budidaya ikan, jenis ikan yang dibudidayakan, masalah mental atau tiadanya kesempatan
sumberdaya air tawar yang memadai, teknologi untuk sejahtera, tetapi juga karena adanya
budidaya ikan yang unggul, sumberdaya perspektif masyarakat yang menyisihkan dan
manusia perikanan budaya yang terampil, memiskinkan orang. Secara garis besar, dapat
perkembangan pasar. dikatakan bahwa penyebab kemiskinan
setidaknya terkait dengan tiga dimensi, yaitu :
Dengan memperhatikan uraian diatas, maka 1. Dimensi Ekonomi
pembangunan perikanan budidaya laut yang Kurangnya sumber daya yang dapat
membutuhkan suatu pendekatan perncanaan digunakan untuk meningkatkan
yang komprehensif yang akan mengoptimalkan kesejahteraan orang, baik secara finansial
semua sumber daya yang kita miliki sehingga ataupun segala jenis kekayaan yang dapat
pemanfaatan sumberdaya perikanan budidaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
laut akan efisien, efektif, kompetitif, 2. Dimensi Sosial dan Budaya
menguntungkan dan optimal. Kekurangan jaringan sosial dan struktur
yang mendukung untuk mendapatkan
Pembangunan perikanan budidaya laut kesempatan agar produktivitas seseorang
selayaknya melalui proses perencanaan meningkat.
pembangunan mulai dari pengumpulan data 3. Dimensi Sosial dan Politik
hingga peramalan. Kegiatan itu diupayakan Rendahnya derajat akses terhadap kekuatan
berlangsung dengan benar dan tepat pada yang mencakup tatanan sistem sosial politik.
setiap kegiatan pada penyusunan perencanaan
dengan mengintegralkan potensi sumberdaya Di dunia bagian manapun, rasanya kita akan
perikanan budidaya laut, komponen stakeholders sulit menemukan ada suatu negara tanpa orang
yang strategis dan taktis. miskin. Bahwa pengelompokkan golongan
berdasarkan suatu kualifikasi miskin dan kaya
Kemiskinan Struktural memang menjadi suatu fitrah dan oleh
Kemiaskinan struktural adalah situasi miskin karenanya akan selalu ada dalam kehidupan
yang disebabkan karena rendahnya akses manusia. Namun, akan menjadi sebuah
terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu masalah apabila kemiskinan diartikan
sistem sosial budaya dan sosial politik yang sedemikian rupa sehingga menimbulkan
tidak mendukung pembebasan kemiskinan, perbedaan diantara para warga masyarakat
secara tegas. Disinilah diperlukan peran hukum

Volume VI Nomor 02 JEPP 19


untuk menjamin adanya suatu persamaan di 5. Ketergantungan yang tinggi terhadap
hadapan hukum tanpa memandang status dan okupasi melaut.
derajat seseorang. 6. Gaya hidup yang kurang berorientasi ke
masa depan.
Masalah kemiskinan nelayan merupakan
masalah yang bersifat multi dimensi sehingga Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang
untuk menyelesaikannya diperlukan sebuah berhubungan dengan kondisi di luar diri dan
solusi yang menyeluruh, dan bukan solusi aktivitas kerja nelayan, meliputi:
secara parsial. Untuk kita, terlebih dahulu harus 1. Masalah kebijakan pembangunan yang lebih
diketahui akar masalah yang menjadi penyebab berorientasi pada produktivitas untuk
terjadinya kemiskinan nelayan. menunjang pertumbuhan ekonomi nasional,
parsial dan tidak memihak nelayan
Secara umum, kemiskinan masyarakat pesisir tradisional.
ditengarai disebabkan oleh tidak terpenuhinya 2. Sistem pemasaran hasil perikanan yang
hak-hak dasar masyarakat, antara lain lebih menguntungkan pedagang perantara.
kebutuhan akan pangan, kesehatan, 3. Kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena
pendidikan, pekerjaan, inftastruktur. Di pencemaran dari wilayah darat.
samping itu, kurangnya kesempatan berusaha, 4. Praktek penangkapan dengan bahan kimia,
kurangnya akses terhadap informasi, teknologi perusakan terumbu karang, dan konversi
dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang hutan bakau dikawasan pesisir.
cenderung boros, menyebabkan posisi tawar 5. Penggunaan peralatan tangkap yang tidak
masyarakat miskin semakin lemah. Pada saat ramah lingkungan.
yang sama, kebijakan Pemerintah selama ini 6. Terbatasnya pengolahan teknologi
kurang berpihak pada masyarakat pesisir pengolahan hasil tangkapan pasca tangkap.
sebagat salah satu pemangku kepentingan di 7. Terbatasnya peluang-peluang kerja disektor-
wilayah pesisir. sektor non perikanan yang tersedia didesa-
desa nelayan.
Kemiskinan Nelayan 8. Kondisi alam dan fluktuasi musim yang
Isu-isu tentang kemiskinan nelayan di tidak memungkinkan nelayan melaut
Indonesia membuktikan bahwa peluang sepanjang tahun, dan
sumber daya laut yang dimiliki tidak diimbangi 9. Isolasi geografis desa nelayan yang
dengan keberdayaan sumber daya manusia mengganggu mobilitas barang, jasa, modal,
nelayan yang memadai. Keberdayaan sumber dan manusia.
daya manusia nelayan masih sangat lemah.
Menurut Kusnadi (2004), jika diamati secara Pendapatan
seksama kemiskinan nelayan disebabkan oleh Pendapatan merupakan sumber utama dalam
faktor-faktor yang kompleks yang saling terkait berbagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
satu sama lain. Faktor-faktor yang kompleks masyarakat. Semua kebutuhan akan barang
yang saling terkait satu sama lain. Faktor-faktor maupun jasa dapat terpenuhi dengan adanya
tersebut dapat dikategorikan ke dalam faktor pendapatan. Seseorang yang mempunyai
internal dan faktor eksternal. pendapatan dan kekayaan akan cenderung
lebih memilih barang atau jasa yang akan
Faktor internal adalah faktor-faktor yang dikonsumsinya.
berkaitan dengan sumber daya manusia nelayan
dan aktivitas kerja mereka, meliputi: Pendapatan dalam suatu rumah tangga
1. Keterbatasan kualitas sumber daya nelayan. merupakan salah satu faktor yang dominan
2. Keterbatasan kemampuan modal usaha dan dalam pemenuhan dan pemuasan kebutuhan
teknologi penangkapan. sehari-hari. Semakin tinggi tingkat pendapatan
3. Hubungan kerja (pemilik perahu nelayan rumah tangga, semakin banyak kebutuhan
buruh) dalam organisasi penangkapan yang rumah tangga tersebut dapat terpenuhi.
dianggap kurang menguntungkan nelayan.
4. Kesulitan melakukan diversifikasi usaha Menurut Sherrade (2006), pendapatan
penangkapan. merupakan semua uang yang masuk dalam

Volume VI Nomor 02 JEPP 20


sebuah rumah tangga atau unit terkecil lainnya jumlah output yang dihasilkan, misalnya: faktor
dalam suatu masa tertentu, ini disebut sebagai produksi tenaga kerja, bahan mentah dapatlah
arus mengalirnya (flow) uang. diklasifikasikan sebagai faktor produksi yang
bersifat variabel.
Pada umumnya pendapatan nelayan tergolong
ke dalam pendapatan yang masih rendah. Hal Nilai produksi adalah nilai produksi minimal
ini disebabkan karena teknologi yang dimiliki yang dihasilkan oleh suatu industri. Produk
masih minim atau tidak mendukung tersebut diperoleh dari jumlah produk yang
penangkapan ikan skala besar. Padahal dihasilkan dikalikan dengan harga produk yang
pendapatan yang diperoleh nelayan sangat berlaku dan dinyatakan dalam satuan rupiah
tergantung pada hasil tangkap (Dahuri (Bengkulu Dalam Angkah, 2005). Menurut
dkk,2000). sukirno (2000) faktor-faktor produksi
dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu tenaga
Teori Produksi kerja, modal, tanah dan kewirausahaan. Fungsi
Dalam teori produksi, hal yang selalu produksi menunjukkan sifat perkaitan diantara
mendapat perhatian dan tekanan adalah output faktor-faktor produksi dan tingkat produksi
selalu merupakan fungsi dari faktor-faktor yang diciptakan faktor-faktor produksi dikenal
produksi yang digunakan dalam proses pula dengan istilah input dan jumlah produksi
produksi. Hubungan antara output yang selalu juga disebut sebagai output. Fungsi
digunakan ini sering dinyatakan dengan suatu produksi selalu dinyatakan dalam bentuk
fungsi produksi (Production Function). rumus, yaitu seperti berikut:

Fungsi produksi adalah suatu skedul (atau Q = f(K,L,R,T)


tabel/persamaan matematis) yang
mengambarkan jumlah output maksimum yang Dimana:
dapat dihasilkan dari 1 set faktor produksi Q = Jumlah Produksi Yang Dihasilkan,
tertentu, dan pada tingkat teknologi tertentu K = Modal,
pula. Dalam jangka pendek, fungsi produksi L = Tenaga kerja,
menunjukkan jumlah output maksimal yang R = Kekayaan Alam,
dapat dihasilkan dari berbagai jumlah faktor T = Tingkat Teknologi Yang Digunakan.
produksi variabel dan jumlah faktor produksi
tetap yang tertentu. Untuk menganalisa proses Artinya bahwa tingkat produksi suatu barang
produksi baik secara fisik maupun dalam tergantung kepada modal, tenaga kerja,
hubungan dengan ongkos produksi, maka akan kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang
lebih mudah bila faktor produksi digunakan. Dari pengertian diatas dapat
diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu faktor disimpulkan bahwa produksi dapat diartikan
produksi tetap dan faktor produksi variabel. segala kegiatan/ proses yang dilakukan untuk
menciptakan nilai suatu barang/ memperbesar
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi daya guna barang yang ditunjukkan untuk
dimana jumlah yang digunakan dalam proses memenuhi kebutuhan manusia lewat
produksi tidak dapat diubah secara cepat, bila pertukaran.
keadaan pasar menghendaki perubahan jumlah
output, misalnya: gedung, mesin-mesin, dan Modal
tenaga pimpinan perusahaan (Managerial Dalam ilmu ekonomi pengertian modal adalah
personal) dapat disebutkan sebagai contoh kekayaan, terutama dalam bentuk atau
faktor produksi yang bersifat tetap. Faktor- perlengkapan yang digunakan dalam proses
faktor produksi ini tidak dapat ditambah/ produksi atau dalam penciptaan nilai dengan
dikurangi jumlahnya dalam waktu yang relatif tujuan meningkatkan pendapatan. Pada
singkat. dasarnya modal merupakan penyangga faktor-
faktor alam dan tenaga kerja dalam faktor
Faktor produksi variabel adalah faktor produksi, dan sebagaimana yang telah
produksi dimana jumlahnya dapat diubah-ubah diungkapkan terjadinya modal adalah hasil
dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan kerja sama antara faktor alam dan tenaga kerja.

Volume VI Nomor 02 JEPP 21


Jadi teknologi/ Sarana dan prasarana adalah
Hasibuan (1993) mendefinisikan modal sebagai semua yang dapat menunjang/ mendukung
semua potensi yang dimiliki untuk menambah kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan
pendapatan pada masa yang akan datang. tertentu. Berbagai sarana yang mendukung
Faktor modal, nelayan mengalami kendala kegiatan masyarakat nelayan untuk menangkap
dalam penggunaan perahu dan alat tangkap. ikan dilaut, diantaranya adalah penggunaan
Sedangkan Mubyarto (1997) mengartikan teknologi yang modern seperti kapal motor
modal sebagai uang atau barang yang bersama- dan alat tangkap. Selain itu prasarana yang lain
sama faktor produksi untuk menghasilkan seperti tempat pelelangan ikan (TPI),
barang-barang baru. pelabuhan, pendaratan kapal, dan sebagainya
yang bisa mendukung kegiatan nelayan untuk
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan modal mencapai kesejahteraan kehidupannya.
yang besar maka dapat memungkinkan
seseorang untuk menaikan pendapatannya, Waktu Kerja
sehingga dengan pendapatan besar dapat Waktu kerja dapat diartikan sebagai banyaknya
memenuhi kebutuhan keluarganya. Sedangkan waktu kerja yang dicurahkan tenaga kerja
apabila modal yang dimiliki kecil maka hasil dalam menghasilkan barang dan jasa guna
tangkapan yang diperoleh akan sedikit sehingga memperoleh pendapatan. Menurut Kanwil
pendapatan yang kecil tidak mencukupi untuk Tenaga Kerja Propinsi Bengkulu, waktu kerja
memenuhi kebutuhan keluarga. merupakan waktu efektif kerja yang dinyatakan
dalam satuan jam yang digunakan untuk
Teknologi melakukan suatu kegiatan usaha.
Penggunaan ilmu pengetahuan untuk Untuk pekerja Indonesia rata-rata jumlah jam
kebutuhan manusia dinamakan teknologi. kerjanya perminggu saat ini adalah sekitar 35
Penggunaan ilmu pengetahuan untuk jam setiap minggunya, namun jika diatas atau
kebutuhan manusia dapat dilakukan dengan dibawah rata-rata jam kerja nasional besar
berbagai cara/ dengan kata lain dapat kemungkinan mereka bekerja pada sektor
menggunakan berbagai jenis teknologi maupun informal.
sarana prasarana pendukung. Mardikanto
(1994) mengatakan bahwa, teknologi bukanlah Dalam banyak pekerjaan “Marginal” intensitas
sekedar alat atau benda (material) yang hanya kerja dan produktifitas perjam kerja sangat
digunakan untuk jangka waktu tertentu saja rendah, sehingga pendapatan (Keuntungan)
melainkan merupakan seluruh perangkat ide, hanya dapat diperoleh melalui jam kerja yang
metode, dan teknik. sangat panjang, yaitu lebih dari 60 jam ke atas
perminggu. Sehingga dalam kenyataan
Sedangkan Mubyarto (1986), mengatakan menunjukan bahwa perjuangan pekerja sektor
bahwa teknologi adalah ilmu pengetahuan yang informal untuk memperoleh pendapatan
berhubungan dengan keterampilan di bidang minimal menentukan jumlah jam kerjanya
industri untuk menciptakan sarana dan perminggu.
prasarana yang mendukung suatu kegiatan agar
dapat mempermudah manusia dalam Pengalaman
memperingan usahanya, meningkatkan hasil Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,
dan menghemat tenaga. pengalaman nelayan dapat diartikan apa yang
sudah dialami nelayan yang bekerja dilaut
Pengertian teknologi yang utama adalah proses dengan hitungan tahun. Dalam hal
yang meningkatkan nilai tambah. Proses pengalaman, nelayan yang bekerja yang di ikuti
tersebut menggunakan atau menghasilkan dengan pendidikan dapat juga menjadikan
suatu produk tertentu. Produk yang digunakan seseorang menjadi mandiri, dengan
atau dihasilkan tidak terpisah dari produk lain kemandirian seseorang dapat mempunyai
yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian kemampuan untuk mengetahui persoalan yang
integral dari suatu sistem. dihadapi dan mampu mengenal kelebihan
ataupun kekurangnya.

Volume VI Nomor 02 JEPP 22


Orang yang mempunyai pengalaman akan mengantisipasi, melihat, dan memahami
menjadi orang lebih terampil dan mempunyai permasalahan kehidupan.
kecakapan hal, ini seperti yang dialami oleh 2. Secara demokratis, mengembangkan proses
nelayan, dimana nelayan mempunyai adopsi inovasi yang lebih menguntungkan
pengalaman melaut atau bekerja dilaut akan masyarakat sasaran penyuluhan.
lebih terampil dan mempunyai kecakapan 3. Mengdampingi sasaran penyuluhan dalam
dalam mencari ikan dibandingkan mereka yang proses pemecahan masalah (saling belajar
belum mempunyai pengalaman atau sedikit dan saling berbagi pengalaman).
mempunyai pengalaman. Dengan pengalaman 4. Menjadi mediator antara pembuat kebijakan
ini akan menjadikan seseorang nelayan lebih dengan kelayan (sasaran), penyuluh sebagai
mengerti bagaimana cara menjadi nelayan yang fasilitator, dan masyarakat sebagai pelaku
baik secara tidak langsung. (subjek).
5. Mengembangkan kesadaran masyarakat atas
Sumber Daya Manusia peluang-peluang yang ada, untuk
Sumber daya manusia adalah usaha kerja atau merencanakan pembangunan,
jasa yang dapat diberikan dalam proses melaksanakan, dan menikmati hasilnya
produksi, artinya kualitas usaha yang diberikan secara optimal.
oleh seseorang dalam waktu tertetu untuk 6. Mengembangkan kemampuan masyarakat
menghasilkan barang dan jasa. Sumber daya untuk menentukan program pembangunan,
manusia menyangkut manusia yang mampu berasal lokal serta berorientasi global, dan
bekerja untuk memberikan jasa atau usaha 7. Mengembangkan kemampuan masyarakat
kerja tersebut, artinya mampu melakukan dalam menguasai dan beradaptasi terhadap
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan Hubungan pemberdayaan dan penyuluhan
masyarakatnya. dapat dilihat dari aspek aktivitas pemberdayaan
dan fungsi penyuluhan, seperti dikemukakan
Pemberdayaan dan Penyuluhan oleh Satria (2009) bahwa ”aktivitas
Secara konseptual, hubungan antara pemberdayaan tidak terlepas dari fungsi-fungsi
penyuluhan dengan pemberdayaan sangatlah penyuluhan, karena prinsip-prinsip
erat. Seperti yang dikemukakan oleh Satria pemberdayaan sama saja dengan prinsip-
(2009), ”bagi ahli penyuluhan maka prinsip penyuluhan yang bertujuan pada to help
pemberdayaan adalah bagian dari penyuluhan. them help themselves”. Masih menurut Satria,
Sementara bagi ahli pemberdayaan maka bahwa istilah pemberdayaan dan penyuluhan
penyuluhan merupakan bagian dari sering dibedakan dilapangan karena power
pemberdayaan”. Hal ini terkait dengan yang diberikan dalam program pemberdayaan
pengertian pemberdayaan yang berarti to tidak semata pengetahuan, tetapi juga uang dan
empower atau memberikan power kepada penguatan organisasi. Disinilah peran
masyarakat sehingga masyarakat menjadi kuat penyuluhan yang dilakukan oleh para penyuluh
dan mandiri. Power bisa berupa modal usaha, banyak berperan sebagai pendamping dan
ilmu pengetahuan, jaringan, organisasi, dan katalis. Sebagai pendamping karena mereka
seterusnya. Sementara itu penyuluhan adalah diharapkan dapat memberi solusi masalah
proses pendidikan nonformal yang sebenarnya dengan membantu mengenai cara-cara
merupakan bentuk pemberdayaan secara mengenali keperluan, identifikasi masalah, dan
sosial, yakni memberikan power melalui penetapan tujuan perubahan yang ingin
pendidikan. Seperti dikemukakan oleh Slamet dicapai, memperoleh sumber-sumber
(2000) bahwa pendidikan yang diberikan informasi, sarana dan prasaran yang
kepada masyarakat adalah pendidikan diperlukan, memodifikasi solusi, serta
nonformal atau penyuluhan yang berperan mengevaluasi dan mengantisipasi permasalahan
memberdayakan sasaran dengan cara sebagai yang mungkin timbul di masa mendatang.
berikut: Sebagai katalis, karena mendorong terjadinya
1. Mengembangkan kemampuan masyarakat keinginan perubahan dari masyarakat. Ini
menjadi semakin kritis dalam

Volume VI Nomor 02 JEPP 23


biasanya diawali dengan rasa ketidakpuasan yang diukur melalui skala rasio dengan
masyarakat terhadap kondisi yang ada. satuan rupiah.
4. Pendapatan nelayan adalah besarnya uang
METODE PENELITIAN yang diperoleh nelayan dari menjual hasil
Jenis Penelitian tangkap setelah dikurangi dengan biaya yang
Sejalan dengan tujuan penelitian yang telah dikeluarkan, yang diukur melalui skala rasio
ditetapkan, jenis penelitian yang akan dengan satuan rupiah.
digunakan adalah penelitian deskriptif 5. Produktivitas adalah hasil yang diperoleh
eksplanatori yaitu jenis penelitian yang nelayan ketika melaut (Output) dibagi
dimaksud untuk mendeskripsikan dan menguji dengan input yang dikeluarkan saat
hubungan antara faktor internal dan faktor melakukan pelayaran kelaut. Yang diukur
eksternal dalam mengidentifikasi faktor-faktor dengan hasil tangkapan dan biaya yang
yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan dikeluarkan.
masyarakat nelayan di Provinsi Bengkulu. 6. Pendidikan adalah jenjang pendidikan
formal yang pernah diikuti oleh nelayan
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian yaitu antara lain: SD, SMP, SMA hingga
ini adalah metode survei dengan teknis analisis perguruan tinggi. Yang diukur melalui skala
deskriptif kualitatif dari fakta-fakta dan rasio:
informasi yang diperoleh di lapangan, baik Jenjang Pendidikan Nilai Skala Rasio
langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini Tidak Tamat SD 5
ingin memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala Tamat SD 6
yang ada dan mencari keterangan-keterangan Tidak SMP 8
secara faktual. Tamat SMP 9
Tidak SMA 11
Penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk Tamat SMA 12
menggambarkan secara tepat sifat seseorang Dilpoma/ D3 15
individu, gejala, keadaan atau kelompok Perguruan Tinggi/ S1 17
tertentu atau untuk menentukan frekuensi/
penyebaran suatu gejala lain dalam masyarakat 7. Pengalaman adalah lamanya waktu yang
(Faisal,1992). Dukungan analisis kualitatif sudah digunakan sebagai nelayan, yang
dapat memberikan kejelasan serta kedalaman diukur melalui skala rasio dengan satuan
dari hubungan dan pengaruh antar perubahan, tahun.
sehingga dapat dirumuskan hasil analisis model 8. Keterampilan adalah kemampuan/ keahlian
keberdayaan yang menunjang keberhasilan yang dimiliki nelayan yang dapat bermanfaat
pemberdayaan bagi masyarakat nelayan. bagi masyarakat nelayan lainnya. Yang
diukur dari banyaknya jumlah pelatihan dan
Definisi Operasional kegiatan penyuluhan.
1. Nelayan adalah individu atau orang yang 9. Teknologi adalah alat yang digunakan
mata pencaharian utamanya adalah nelayan untuk menangkap ikan, seperti
melakukan penakapan ikan di laut. armada kapal, perahu, alat jaring, pancing
2. Nelayan tradisional adalah nelayan yang maupun pukat. Yang diukur melalui skala
secara turun temurun menjadikan kegiatan interval.
penangkapan ikan sebagai mata pencaharian 10.Modal kerja adalah uang yang digunakan
utama dan pada saat ini masih oleh nelayan untuk membeli kebutuhan
menggunakan armada. Pola kebiasaan melaut guna menghasilkan hasil tangkapan,
masyarakat nelayan tersebut adalah seperti solar, makanan, dan kebutuhan
berusaha mewariskan secara turun temurun lainnya, yang diukur melalui skala rasio
kepada anak cucunya. dengan satuan rupiah/bulan.
3. Kesejahteraan masyarakat nelayan adalah 11.Kebijaksanaan pemerintah daerah adalah
kondisi/ keadaan sosial ekonomi upaya yang dilakukan pemerintah kepada
masyarakat nelayan di Provinsi Bengkulu masyarakat nelayan dalam memberikan
yang di proksikan melalui pendapatan yang bantuan modal, alat/teknologi serta
diketahui perbulan/ perminggu/ perhari, pemberian pelatihan penyuluhan agar

Volume VI Nomor 02 JEPP 24


masyarakt nelayan dapat bersikap, terampil, pada diri pribadi maupun lingkungan para
dan berpengatahuan luas tentang cara-cara nelayan Provinsi Bengkulu kearah yang
menangkap ikan dan mengolah ikan dengan lebih baik
baik dan benar sehingga terjadi perubahan

Skala Interval teknologi


Nilai Skala
Jenis Teknologi
Interval
Tidak Punya Sampan/ Armada Tapi Mempunyai Alat Jaring dan Pancing 1
Memiliki Sampan, Pancing, dan Jaring 2
Memiliki Perahu Tanpa Motor, Pancing dan Jaring 3
Memiliki Perahu/ Kapal Motor Kekuatan < 5 GT, Pancing, Jaring, dan
4
Pukat
Memiliki Perahu/ Kapal Motor Kekuatan 5-10 GT, Pancing, Jaring, dan
5
Pukat

Skala Interval Program Bantuan:


Nilai Skala
Program Bantuan
interval
Tidak Dapat Bantuan Modal, Alat Dan Tidak Dapat Pelatihan dan
1
Penyuluhan
Dapat Bantuan Modal, Alat Tetapi Tidak Mendapatkan Pelatihan
2
Penyuluhan
Tidak Dapat Bantuan Modal, Alat Tetapi Mendapatkan Pelatihan
3
Penyuluhan
Dapat Bantuan Modal, Alat Dan Dapat Pelatihan Penyuluhan 4

12. Modal sosial adalah keterkaitan sosial nelayan yang terikat dalam kebersamaan
yang menjadikan seseorang mampu untuk mencapai tujuan bersama.
melakukan tindakan untuk mencapai Idikatornya adalah kelompok nelayan/
tujuan yang diinginkan. kelembagaan dan lembaga keuangan yang
13. Kelembagaan adalah kelompok berkaitan dengan koperasi, BANK, dan
masyarakat yang beranggota masyarakat lain-lain.

Skala Interval Kelembagaan:


Nilai Skala
Kelembagaan
Interval
Tidak Ada Kelembagaan 1
Ada Kelembagaan Tetapi Tidak Penting 2
Ada Kelembagaan Dan Penting 3
Ada Kelembagaan Dan Sangat Penting 4

14. Motivasi kerja nelayan adalah kemauan yang saling menunjang dan saling
nelayan untuk berbuat sesuatu, yang menguntungkan serta saling menghidupi
diproksikan oleh waktu kerja nelayan. berdasarkan asas kesejahteraan dan
Indikatornya adalah semakin lama kebersamaan. Yang diukur dengan
nelayan bekerja ke laut, berarti semakin banyaknya kerja sama antara pengumpul/
tinggi motivasi kerjanya. Ukurannya pengambil ikan dan hubungan dengan
adalah jam per melaut. lembaga.
15. Kemintraan adalah hubungan antar 16. Cuaca adalah keadaan udara pada saat
nelayan yang bertumpu pada ikatan usaha tertentu yang relatif sempit yang

Volume VI Nomor 02 JEPP 25


digunakan sebagai pedoman nelayan untuk melakukan aktivitas melautnya.
Skala Interval Keadaan Cuaca:
Keadaaan Cuaca Nilai
Cuaca Cerah 1
Cuaca Kurang Cerah (Ada Hujan Tapi Tidak Ada Badai) 2
Cuaca Buruk (Ada Hujan dan Sedikit Badai) 3
Cuaca Sangat Buruk (Ada Hujan dan Banyak Badai) 4

Metode Analisis tangkapan yang lebih baik dan banyak. Modal


Teknik analisis data yang dipergunakan dalam kerja nelayan yang baik untuk biaya operasional
mengolah data dalam penelitian ini adalah dalam melaut sehingga masyarakat nelayan
dengan menggunakan SEM (Structural Equation dapat menghasilkan produksi yang lebih baik.
Modeling). Ada yang menyebutnya dengan
Linear Structural Relations (LISREL) merupakan Faktor eksternal terdiri dari kebijakan
pendekatan terintegrasi analisis faktor, model pemerintah daerah, dimana pemerintah daerah
struktural dan analisis path. Di sisi lain, SEM kurang atau jarang memberikan bantuan
atau LISREL juga merupakan pendekatan yang modal, pemberian pelatihan, kegiatan
terintegrasi antara analisis data dengan penyuluhan kepada masyarakat nelayan kurang
kontruksi kosep. Di dalam SEM peneliti dapat dilakukan dan modal sosial seperti tingkat
melakukan tiga kegiatan secera serempak, yaitu kepercayaan (Trust) masyarakat nelayan kepada
pemeriksaaan validitas dan reliablitas kelembagaan tinggi, motivasi kerja nelayan
instrument (setara dengan faktor analisis yang tinggi dalam menentukan waktu kerja dan
konfirmatori), pengujian model hubungan kondisi cuaca dalam melaut sehingga mereka
antar variabel laten (setara dengan analisis tidak perlu mengambil resiko yang besar/
path), dan mendapatkan model yang hambatan dalam melaut, dan kemitraan yang
bermanfaat untuk prakiraan (setara dengan tinggi nelayan antar nelayan, nelayan dengan
model structural atau analisis regresi). kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

HASIL DAN PEMBAHASAN Selain itu jumlah pedapatan masyarakat nelayan


Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat (produksi hasil tangkap) mempengaruhi
ditarik beberapa implikasi yang perlu ditindak kesejahteraan masyarakat nelayan, semakin
lanjuti dengan beberapa kebijakan. Penilaian banyak hasil tangkapan nelayan yang
responden dengan beberapa pertanyaan yang dihasilakn/ didapatkan semakin sejahterah
diberikan kepada responden. Tanggapan hidupnya. Masalah kesejahteraan masyarakat
responden tersebut terhadap identifikasi nelayan ini harus menjadi perhatian serius bagi
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pihak-pihak terkait dalam hal ini Pemerintah,
kesejahteraan masyarakat nelayan di Provinsi LSM, dan masyarakat nelayan itu sendiri yang
Bengkulu bukan hanya ditentukan oleh faktor bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
internal tetapi juga ditentukan oleh faktor masyarakat nelayan.
eksternal.
Pembahasan Hasil
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pada hasil penelitian dengan pendekatan SEM
kesejahteraan masyarakat nelayan di Provinsi diperoleh identifikasi faktor-faktor yang
Bengkulu yaitu faktor internal terdiri dari mempengaruhi tingkat kesejahteraan
produktivitas yang rendah yang mempengaruhi masyarakat nelayan di Provinsi Bengkulu
tingkat umur nelayan, tingkat pendidikan diperoleh faktor internal dan eksternal yang
nelayan yang rendah, pengalaman yang dimiliki secara langsung maupun tidak langsung
nelayan belum bisa mengoptimalisasi mempengaruhi kesejahteraan masyarakat
kesejahteraan nelayan tersebut dan penggunaan nelayan. Dengan demikian identifikasi faktor-
keterampilan nelayan dalam melaut kurang faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
digunakan. Teknologi yang baik/ cangih lah masyarakat nelayan di pengaruhi oleh
yang dapat meningkatkan kesejahteraan produktivitas, teknologi tangkap, modal kerja
masyarakat nelayan dalam mendapatkan hasil

Volume VI Nomor 02 JEPP 26


nelayan, kebijakan pemerintah daerah, modal yang digunakan nelayan, modal kerja nelayan,
sosial nelayan, dan jumlah pendapatan nelayan. dan jumlah pendapatan nelayan dilihat dari
hasil produksinya terbanyak berpengaruh
Dari hasil olahan PLS Smart Gambar 1, positif terhadap kesejahteraan masyarakat
menjelaskan bahwa variabel teknolgi tangkap nelayan di Provinsi Bengkulu.

X1 0.686

X2 -0.341
Y1
-0.710
X3

X4
0.493 0.031

Y2
X5
0.602 0.807

X6

X7
0.881

0.539
Y4 0.125
Y 0.872

0.703
Y3

Y6
0.511
X8
X 0.891
11 0.927
X9 0.706 Y5
0.877
X
12 0.890
X
10

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Provinsi


Bengkulu

Koefisien variabel teknologi tangkap (Y2) pendapatan yang rendah. Hal ini disebabkan
sebesar 0.807 dengan persyaratan diatas 0.70. karena teknologi yang dimiliki masih minim
Hasil ini menunjukan bahwa teknologi tangkap sebanyak 47.4% masih menggunakan teknologi
yang digunakan nelayan berpengaruh positif yang masih sederhana atau kurang mendukung
terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan di penangkapan ikan skala besar dari Tabel 4.13.
Provinsi Bengkulu. Dengan demikian dapat Padahal pendapatan yang diperoleh nelayan
diartikan bahwa semakin canggih teknologi sangat tergantung pada hasil tangkap. Oleh
tangkap atau semakin besar kapasitas kapal dan karena itu teknologi yang digunakan
alat tangkap yang digunakan nelayan semakin masyarakat nelayan harus lah lebih baik lagi/
besar atau semakin banyak hasil produksi yang lebih mendukung untuk dapat meningkatkan
didapatkan nelayan. hasil tangkapnya sehingga dapat meningkatkan
kesejateraan masyarakat nelayan di Provinsi
Teknologi dapat meningkatkan produktifitas Bengkulu. Variabel teknologi ini sejalan dengan
sehingga pendapatan meningkat dan teori Mubyarto dan hasil penelitian sari dimana
kesejahteraan nelayan di Provinsi Bengkulu teknologi adalah proses yang meningkatkan
juga meningkat. Karena variabel teknologi nilai tambah yang berhubungan dengan
berpengaruh positif terhadap output, artinya keterampilan dibidang industri untuk
dengan penggunaan teknologi yang semakin menciptakan sarana dan prasarana yang
baik mengakibatkan produksi semakin mendukung suatu kegiatan agar dapat
meningkat. Peningkatan produksi akan mempermudah manusia dalam memperingan
mengakibatkan pendapatan sehingga usahanya, meningkatkan hasil dan menghemat
kesejateraan masyarakat nelayan lebih baik lagi tenaga.
dari sebelumnya. Tapi pada kenyataan
pendapatan nelayan tergolong ke dalam

Volume VI Nomor 02 JEPP 27


Koefisien variabel modal kerja (Y3) sebesar berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan
0.872 dengan persyaratan di atas 0.70. hasil ini masyarakat nelayan di Provinsi Bengkulu.
menunjukan bahwa modal kerja yang Dengan demikian dapat diartikan bahwa
dikeluarkan masyarakat nelayan berpengaruh semakin baik modal sosial yang dimiliki
positif terhadap kesejahteraan masyarakat masyarakat nelayan maka semakin tinggi
nelayan di Provinsi Bengkulu. Semakin banyak tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan.
modal kerja yang dikeluarkan nelayan maka Modal sosial akan meningkatkan produktifitas
semakin banyak hasil produksi yang didapatkan sehingga kesejahteraan masyarakat nelayan
nelayan. meningkat. Modal sosial itu adalah keterkaitan
sosial yang menjadikan seseorang mampu
Modal berpengaruh positif terhadap output, melakukan tindakan untuk mencapai tujuan
artinya semakin besar modal yang dikeluarkan yang diinginkan. Modal sosial itu dipengaruhi
nelayan mengakibatkan jumlah output semakin oleh trust/ kepercayaan terhadap kelambagaan,
meningkat. Dengan penggunaan modal yang motivasi kerja nelayan yang dipengaruhi oleh
besar mengakibatkan produktifitas meningkat. waktu kerja dan keadaan cuaca, dan kemitraan
Peningkatan produktifitas akan mengakibatkan yang dijalin oleh masyarakat nelayan. Oleh
peningkatan pendapatan sehingga karena itu perlu dikembangkan modal sosial
kesejahteraan masyarakat nelayan lebih baik masyarakat nelayan ini agar dapat
lagi dari sebelumnya. Tapi pada kenyataan meningkatkan kesejahteraan kehidupan
faktor modal, nelayan mengalami kendala nelayan.
dalam memperoleh dana atau bantuan untuk
biaya operasional kerjanya. Oleh karena itu Variabel modal sosial ini sejalan dengan teori
modal yang besar dapat memungkinkan Mubyanto dan hasil penelitian Rindawati
seseorang untuk menaikan pendapatannya, dimana modal sosial nelayan adalah suatu
sehingga dengan pendapatan yang besar dapat proses yang secara umum diterima oleh
memenuhi kebutuhan keluarganya. Apabila kelompok nelayan untuk perilaku spesifik
modal yang dimiliki kecil maka hasil tangkap dalam situasi khusus, baik yang bisa diawasi
yang diperoleh akan sedikit sehingga sendiri maupun dimonitor oleh otoritas luar.
pendapatan yang diterima kecil dan tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan Koefisien variabel pendapatan nelayan (Y6)
keluarganya. dalam hal ini hasil produksi sebesar 0.700
dengan persyaratan diatas 0.70. hasil ini
Variabel modal kerja ini sejalan dengan teori menunjukan bahwa pendapatan nelayan dalam
Mubyarto dan hasil penelitian Sari dimana hal produksi berpengaruh positif terhadap
modal yang besar maka memungkinkan kesejahteraan masyarakat nelayan di Provinsi
seseorang untuk menaikan pendapatannya, Bengkulu. Dengan demikian dapat diartikan
sehingga dengan pendapatan besar dapat bahwa semakin besar pendapatan nelayan
memenuhi kebutuhan keluarganya. Sedangkan maka semakin sejahterah hidup masyarakat
apabila modal yang dimiliki kecil maka hasil nelayan di Provinsi Bengkulu.
tangkapan yang diperoleh akan sedikit sehingga
pendapatan yang kecil tidak mencukupi untuk Pendapatan berpengaruh positif terhadap
memeuhi kebutuhan keluargan. kesejateraan, artinya semakin besar pedapatan
(produksi) yang dihasilkan nelayan maka
Untuk variabel modal sosial (Y5) sebesar 0.511 semakin meningkat sejahtera hidup nelayan.
dengan pesyaratan di atas 0.70. Modal sosial Dengan peningkatan produktifitas akan
ditentukan oleh tingkat trust/ kepercayaan mengakibatkan peningkatan pendapatan
terhadap kelembagaan sebesar 0.706, motivasi sehingga kesejahteraan masyarakat nelayan
kerja sebesar 0.890 yang tinggi dalam lebih baik lagi dari sebelumnya.
menentukan jam kerja sebesar 0.927 dan
kondisi cuaca sebesar 0.877, dan banyaknya Variabel pendapatan ini sejalan dengan teori
kemitraan sebesar 0.891 yang dijalin oleh Sherrade dan hasil penelitian Rindawati dimana
masyarakat nelayan. Hasil ini menunjukan pendapatan merupakan uang yang masuk
bahwa modal sosial masyarakat nelayan dalam sebuah rumah tangga atau unit terkecil

Volume VI Nomor 02 JEPP 28


lainnya dalam suatu masa tertentu, ini disebut Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebagai arus mengalir (flow) uang. Farozi, dimana kebijakan pemerintah daerah
Sedangkan variabel produktivitas, dan tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan
kebijakan pemerintah daerah tidak masyarakat nelayan. Kebijakan pemrintah ini
berpengaruh secara signifikan terhadap ditentukan oleh pemberian bantuan modal
kesejahteraan masyarakat nelayan di Provinsi usaha, pemberian pelatihan, kegiatan
Bengkulu. penyuluhan kepada masyarakat nelayan
bertujuan untuk memperkuat pengaruh
Koefisien variabel produktivitas (Y1) sebesar karakter internal dan kapasitas diri nelayan
0.046 dengan persyaratan variabel diatas 0.70. terhadap kesejahteraan nelayan yang masih
hasil ini menunjukan bahwa kebijakan dalam kategori rendah, untuk itu hendaknya
pemerintah daerah terhadap masyarakat pemberian bantuan usaha, pemberian
nelayan tidak berpengaruh signifikan terhadap pelatihan, kegiatan penyuluhan yang
kesejahteraan masyarakat nelayan di Provinsi melibatkan banyak pihak yaitu, pemerintah,
Bengkulu. lembaga pendidikan, swasta, lembaga-lembaga
non pemerintah maupun masyarakat nelayan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sendiri perlu diperkuat lagi perannya di dalam
Farozi, dimana produktivitas tidak meningkatkan kesejahteraan masyarakat
berpengaruh terhadap kesejahteraan nelayan.
masyarakat nelayan. Produktivitas ditentukan
oleh umur, pendidikan, pengalaman, dan Selain pemerintah, masyarakat nelayan juga
keterampilan akan meningkatkan output harus ikut aktif berperan dalam kebijakan
sehingga kesejahteraan juga meningkat. Pada pemerintah daerah. Jangan hanya menyalakan
umumnya tingkat pendidikan berpengaruh pemerintah daerah saja, perlu ada kesadaran
terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan, dari diri nelayan itu sendiri. Jika ingin
dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat mendapatkan bantuan dari pemerintah hanya
pendidikan masyarakat nelayan maka semakin menebang nama saja, atau isi daftar hadir saja
tinggi pula pendapatan. Tetapi kenyataannya jika ada kegiatan pemberian pelatihan dan
pendidikan tidak signifikan terhadap kegiatan penyuluhan. Oleh karena itu haruslah
kesejahteraan masyarakat nelayan. Variabel terjalin kerja sama antar pemerintah daerah,
pendidikan tidak signifikan terhadap LSM, dan masyarakat nelayan agar dapat
kesejahteraan karena untuk meningkatkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
produktifitas masyarakat nelayan tidak nelayan di Provinsi Bengkulu.
membutuhkan pendidikan formal yang tinggi.
Bagi masyarakat nelayan yang lebih dibutuhkan PENUTUP
adalah keterampilan yang dapat diperoleh Simpulan
melalui pengalaman kerja. Pengalaman kerja Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
nelayan signifikan tetapi pengalaman nelayan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di
belum dapat mengoptimalkan kesejahteraan Provinsi Bengkulu adalah
hidup mereka dan keterampilan yang dimiliki a. Teknologi.
nelayan juga tidak signifikan terhadap b. Modal Kerja.
produktivitas nelayan sehingga kesejahteraan c. Modal Sosial yang ditinjau dari aspek
nelayan tidak berpengaruh. kepercayaan (Trust) terhadap kelembagaan,
motivasi kerja, dan kemitraan.
Koefisiensi variabel kebijakan pemerintah d. Pendapatan Nelayan.
daerah (Y4) sebesar 0.160 dengan persyaratan
diatas 0.70. Hasil ini menunjukan bahwa Faktor-faktor yang tidak mempengaruhi
kebijakan pemerintah daerah terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di
masyarakat nelayan tidak berpengaruh Provinsi Bengkulu adalah
signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat a. Produktivitas nelayan yang ditentukan oleh
nelayan di Provinsi Bengkulu. umur nelayan, pendidikan nelayan,
pengalaman kerja nelayan, dan keterampilan
nelayan.

Volume VI Nomor 02 JEPP 29


b. Kebijakan pemerintah daerah yang ditinjau __________. 2009. Perkembangan Sosial
dari aspek pemberian bantuan modal, Ekonomi Masyarakat Perikanan Di
pemberian pelatihan, dan kegiatan Indonesia. Pengetahuan Umum,
penyuluhan. Menguraikan Serta Mendiskripsikan
Tentang Pengetahuan-Pengetahuan
Saran Umum Yang Ada Dan Berkembangan
Perlu adanya upaya peningkatan peran : Saat Ini.
a. Pimpinan daerah dengan kebijakan __________. 2011. BPS Provinsi Bengkulu.
pembangunan yang menguntungkan para Bengkulu.
nelayan, Arfida, Dra. R,M.S. 2003. Ekonomi Sumber Daya
b. Tokoh-tokoh informal seperti tokoh agama, Manusia. Ghalia Indo. Jakarta.
tokoh adat dengan memberikan contoh dan Chaeruman. 2007. Apakah Teknologi Pendidikan
panutan yang baik bagi nelayan, Itu?. http://www. Apakah Teknologi
c. Para peneliti dan para ilmuwan untuk dapat Pendidikan Itu? .T Pers. Net_Mozilla
memberikan informasi dan teknologi Firefox 3 Beta 3.
penangkapan kepada para nelayan, Dahuri, Rochmin, dkk. 2004. Pengelolaan Sumber
d. Lembaga keuangan untuk dapat Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
memberikan kemudahan pinjaman modal Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
kepada para nelayan. Faisal. 1992. Format-Format Penelitian Sosial.
Jakarta. Manajemen PT Raja Grafindo
Perlu adanya kerja sama antar instansi atau Persada.
dinas dalm lingkup pemerintah daerah karena Farozi Agus, Nour. 2009. Keberdayaan Dan
tanggung jawab pemberdayaan masyarakat Strategi Pelaksanaan Penyuluhan Masyarakat
nelayan seolah-olah hanya pada Dinas Nelayan Kota Bengkulu. Desertasi Tidak
Kelautan dan Perikanan. Tugas-tugas Di Terbitkan. Bogor. Sekolah
pembangunan prasarana wilayah, pendidikan, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
kesehatan, pembangunan industri dan jasa Ferdinand, A. T. 2006. SEM Dalam Penelitian
perhubungan, transportasi, komunikasi, serta Manajemen. Badan Penerbit Universitas
pembangunan sosial dalam arti luas bukan Diponegoro Semarang. Indonesia
berada dibawah tanggung jawab Dinas Ghozali, Iman. Prof. Dr. M.Com. 2006.
Perikanan dan Kelautan. Oleh karena itu Structural Equation Modeling Metode
koordinasi lintas dinas seperti Dinas Sosial, Alternatif Dengan Partial Least Square
Departemen Agama, Dinas Pekerjaan Umum, (PLS). Badan Penerbit Universitas
Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan dan Diponegoro.
Kebudayaan perlu diwujudkan. Gunawan. 1996. Masyarakat Nelayan dan
Permasalahan. Surabaya. Grafiti.
Perlu adanya materi pembelajaran pelatihan Handoko, Hani, 1999. “Manajemen”. BPFE-
dan kegiatan penyuluhan yang sifatnya Yogyakarta
langsung berhubungan dengan permasalah Hasbullah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.
yang dihadapi oleh para nelayan seperti PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
penggunaan teknologi tangkap, manfaat Hasibuan. 1991. Ekonomi Indonesia. LPFE UI.
kelompok (trust), dan permodalan. Penggunaan Jakarta.
metode belajar pelatihan dan kegiatan Hoeve, Van. 1986. Ensklopedia Indonesia. Edisi
penyuluhan juga disesuaikan dengan Keempat. Ikhtiar Baru. Jakarta.
karakteristik masyarakat nelayan dan Hudoyo, Sasongko. 2006. Pengaruh
kesempatan waktu untuk mengikuti pelatihan Perkembangan Pendapatan Nelayan Terhadap
dan kegiatan penyuluahn. Kondisi Fisik Permukiman Nelayan Wilayah
Pesisir Kota Pekalongan. Tugas Akhir Tidak
Daftar Pustaka Diterbitkan. Semarang. Fakultas Teknik
__________. 2009. Peran Pemerintah Dalam Universitas Diponegoro.
Skor Perikanan Untuk Pengembangan Irianto, Agus. Prof. Dr. H. 2010. Statistik.
Masyarakat Desa. Konsep Dasar, Aplikasi dan

Volume VI Nomor 02 JEPP 30


Pengembangannya. Kencana Prenada Rindawati, Septi. 2005. Strategi Pengembangan
Media Group. Jakarta. Kapasitas kelembagaan masyarakat Pesisir
Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pembangunan Dalam pengentasan Kemiskinan (Studi Kasus
Untuk Rakyat. Memadukan Pertumbuhan Nelayan Tangkap Kota Bengkulu). Tesis
dan Pemerataan, Penerbit PT. pustaka Tidak Diterbitkan. Jakarta: Program
CIDESINDO, Jakarta. Studi Magister Manajemen Program
Kusnadi, A. 2000. Nelayan Strategi Adaptasi Dan Pasca Sarjana STIE Widya Jayakarta.
Jaringan Sosial. Bandung. Humaniora Rintuh, Cornelis dan Miar. 2005. Kelembagaan
Utama Press. dan Ekonomi Rakyat. BPFE. Yogyakarta.
Kusnadi. 2009. Keberdayaan nelayan dan dinamika Sadili’s Blog, Didi. 2011. Kenapa Nelayan
ekonomi pesisir, Penerbit pusat penelitian Bengkulu Miskin. Memandang Dari
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, KeseharianKu.
Jember. Sari, Dian Mardiati. 2010. Strategi Peningkatan
Mangkuprawiro. 1982. Alokasi Waktu dan Pendapatan Masyarakat Nelayan Di Kota
Kontribusi Kerja Anggota Keluarga dalam Bengkulu. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Kegiatan Ekonomi Rumah Tangga. Forum Bengkulu: Fakultas Ekonomi Universitas
Ekonomi. Jakarta. Bengkulu.
Mardikanto, T. 1994. Bunga Rampai Satria, A. 2001. Dinamika Modernisasi Perikanan:
Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret Formasi Sosial dan Mobiltas Nelayan.
University Press. Surakarta. Bandung. Humaniora Utama Press.
Media. Jakarta. http://www. Teknologi Sherrrade, Michael. 2006. Aset Orang Miskin.
Pembelajaran co.cc: Konsep Teknologi FE UI. Jakarta. Singarimbun, Masri dan
Pendidikan. Mozilla Firefox 3 Beta 3. Sofia Effendi. 1989. Metode Penelitian
Miarso, Yusufhadi. 2005. Menyebar Benih Survei. LP3ES. Jakarta.
Teknologi Pendidikan. Prenada Siagian, SP. 1994. “Analisis serta Perumusan
Moleong, Lexi J. 2007. ”Metodologi Penelitian Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi”.
Kualitatif”, PT. Remaja Rosdakarya, Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1991.
Bandung ”Metode Penelitian Survei”, LP3ES, Jakarta
Mubyanto. 2001. Prospek Otonomi dan Slamet, Margono. 1978. Kumpulan Bacaan
Perekonomian Indonesia Pasca Krisis Penyuluhan Pertanian Bogor. Institut
Ekonomi, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Pertanian Bogor.
Mubyarto, dkk. 1984. Nelayan dan Kemiskinan, Solimun, Dr. M.S. 2002. Multivariate Analysis
Studi Ekonomi Antropologi dari 2 Desa Structural Equation Modelling (SEM) Lisrel
Pantai. CV. Rajawali. Jakarta. dan Amos. Fakultas MIPA Universitas
Mubyarto, Prof. Dr. 2007, Menbangun Sistem Brawijaya. Malang.
Ekonomi, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Sudrajat, Achmad. 2006. Glosarium kelautan dan
Najmu, Laila. 2009. http://www.Bintang Malam perikanan, Pusat riset perikanan budidaya
Kemiskinan Struktural Masyarakat Nelayan. badan riset kelautan dan perikanan,
Mozilla Firefox 3 Beta 3. Peran Pemerintah Jakarta.
Dalam Sktor Perikanan Untuk Sugeng, Budiharsono. 2001. Teknik Analisis
Pengembangan Masyarakat Desa. 2009. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Laut,
Nolan, Brooke. 2011. Ekonomi Politik Cetakan Pertama, PT. Pradnya Paramita,
Masyarakat Nelayan Sakala Kecil (Sebuah Jakarta.
Studi Perbandingan Masyarakat Pendatang Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori
Di Rote Ndao dan Jawa Timur). Laporan Mikroekonomi. PT. Raja Grafindo
Hasil Penelitian Tidak Diterbitkan. Persada. Jakarta.
Malang, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Sukirno, Sadono. 2000. Ekonomi Pembangunan.
Politik Universitas Muhamadiyah LPFE UI. Jakarta.
Malang. Sumardi, Mulyanto. 1982. Kemiskinan dan
Pramudyasmono, Hajar. G. 2011. Perilaku Kebutuhan Pokok. Rajawali Pers. Jakarta.
Masyarakat Miskin dan Alternatif Model Susanti, Hera, dkk. 1995. Indikator-Indikator
Pengentasan Kemiskinan di Kota Bengkulu. Makro Ekonomi. LPEM-FEUI. Jakarta.
Forum Akademi-Sosiologi Indonesia

Volume VI Nomor 02 JEPP 31


Syafikri, Dedi, 2009. ”Peluang Pengembangan
Sektor Perikanan Kelautan di Era Otonomi
Daerah di Nusa Tenggara Barat” Artikel-
Sumbawa News Com.
Tjokroamidjojo, B. 1996. ”Manajemen
Pembangunan”, PT. Gunung Agung,
Jakarta.
Wahyuni, Sri Niniek, 2005. “Manusia dan
Masyarakat-Sosiologi”. Ganeca Exact,
Bandung.
Yunus, M. 2010. Analisis Potensi Hasil laut
Sebagai Dasar Perencanaan Pembangunan
Sektor Kelautan Di Kabupaten Kaur. Tesis
Tidak Diterbitkan. Bengkulu: Universitas
Bengkulu Program magister perencanaan
Pembangunan.
Yustika, Ahmad Erani. 2008. Ekonomi
Kelembagaan, Definisi, Teori, dan Strategi.
Bayumedia Publishing. Malang.
Zahara, Indris. 1982. Dasar-Dasar Pendidikan.
Ikip Bandung. Bandung.

Volume VI Nomor 02 JEPP 32

Anda mungkin juga menyukai