KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang sederhana ini dengan predikat terbilang lancar.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini,terutama Bapak Dr. Noudy R.P Tendean, S.ip, M.si selaku dosen
pengajar analisis kebijakan publik yang telah membimbing penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah analisis kebijakan publik.
Selain itu, penulis juga ingin memberikan wawasan kepada semua pihak yang berkenan
membaca makalah ini mengenai elektronik Kartu Tanda Penduduk, sehingga makalah ini
bukan hanya sebagai kumpulan kertas tak berguna sebagai penghias meja belajar, melainkan
dapat dijadikan sebuah referensi.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman. Dalam
penyusunan tugas ini penulis sadar jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan tugas-tugas selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Permasalahan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, orientasi pada kekuasaan yang amat kuat selama
ini telah membuat birokrasi menjadi semakin jauh dari misinya untuk memberikan pelayanan
publik. Birokrasi dan para pejabatnya lebih menempatkan dirinya sebagai penguasa dari pada
sebagai pelayan masyarakat. Akibatnya sikap dan perilaku birokrasi dalam penyelegaraan
pelayanan publik cenderung mengabaikan aspirasi dan kepentingan masyarakat.
Berkembangnya budaya paternalistik ikut memperburuk sistem pelayanan publik melalui
penempatan kepentingan elite politik dan birokrasi sebagai variabel yang dominan dalam
penyelengaraan pelayanan publik. Elite politik dan birokrasi, dan atau yang dekat dengan
mereka, seringkali memperoleh perlakuan istimewa dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Akses terhadap pelayanan dan kualitas pelayanan publik sering berbeda tergantung pada
kedekatannya dengan elite birokrasi dan politik. Hal seperti ini sering mengusik rasa keadilan
dalam masayrakat yang nerasa diperlakukan secara tidak wajaroleh birokrasi publik.
Ada banyak penjelasan yang bisa digunakan untuk memahami mengapa pemerintah dan
birokrasinya gagal mengembangkan kinerja pelayanan yang baik. Dengan menggunakan
metafora biologi, Osborn dan Plastrik (1998)menjelaskan lima DNA, kode genetika, dalam
tubuh birokrasi dan pemerintah yang mempengaruhi kapasitas dan perilakunya. Sikap dan
perilaku dari suatu birokrasi dan pemerintah dalam menyelengarakan pelayanan publik akan
sangat ditentukan oleh bagaimana kelima DNA dari birokrasi itu dikelola, yaitu misi (purpose),
akuntabilitas, konsekuensi, kekuasaan dan budaya. Kelima sistem DNA ini akan saling
mempengaruhi satu sama lainnya dalam membentuk perilaku birokrasi publik. Pengelolaan
dari kelima sistem kehidupan birokrasi ini akan menentukan kualitas sistem pelayanan publik.
Kemampuan dari suatu sistem pelayanan publik dalam merespons dinamika yang terjadi
dalam masyarakatnya secara tepat dan efisien akan sangat ditentukan oleh bagaimana misi dari
birokrasi dipahami dan dijadikan sebagai basis dan kriteria dalam pengambilan kebijakan oleh
birokrasi itu. Birokrasi publik diIndonesia sering kali tidak memiliki misi yang jelas sehingga
fungsi-fungsi dan aktifitas yang dilakukan oleh birokrasi itu cenderung semakin meluas,
bahkan mungkin menjadi semakin jauh dari tujuan yang dimiliki ketika membentuk birokrasi
itu. Perluasan misi birokrasi ini sering kali tidak didorong oleh keinginan birokrasi itu agar
dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya, tetapi
didorong oleh keinginan birorasi unr\tuk memperluas aksesnya terhadap kekuasaandan
anggaran. Dalam situasi yang fragmentasi birokrasi amat tinggi, maka kecenderungan
semacam ini tidak hanya akan membengkakkan birokrasi publik, tetapi juga menghasilkan
duplikasi dan konflik kegiatan dan kebijakn antar departemen dan berbagai non departemen.
Dalam sistem penyelenggaraan pelayanan publik, konflik kebijakan antar departemen dan
lembaga non departemen b8kan hanya melahirkan inefisiaensi, tetapi juga membingungkan
masyarakat pengguna jasa birokrasi.
Ketidakpastian misi juga membuat orientasi birokrasi dan pejabatnya pada prosedur dan
peraturan menjadi amat tinggi. Apalagi dalam birokrasi publik diIndonesia yang cenderung
menjadikan prosedur dan peraturan sebagai panglima, maka ketidakjelasan misi birokrasi
publik mendorong para pejabat birokrasi publik menggunakan prosedur dan peraturan sebagai
kriteria utama dalam penyelenggaraan pelayanan. Para pejabat birokrasi sering mengabaikan
perubahan yang terjadidalam lingkungan dan alternatif cara pelayanan yang mungkin bisa
mempermudah para pengguna layanan untuk bisa mengakses pelayanan secara lebih mudah
dan murah. Ketaatan dan kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan menjadi indikator kinerja
yang dominan sehingga keberanian untuk mengambil inisiatif dan mengembangkan kreatifitas
dalam merespons perubahan yang terjadi dalam masyarakat menjadi amat rendah. Rutinitas
dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan benar dalam penyelengaraan pelayanan publik.
Birorasi yang seperti ini tentu amat sulit menghadapi dinamika yang amat tinggi, yang muncul
sebagai akibat dari krisis ekonomi dan politik yang sekarang ini terjadi diIndonesia. Krisis ini
mengajarkan kepada kita betapa rapuhnya sistem birokrasi publik diIndonesia dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang cepat dalam lingkungannya.Tentunya kegagalan
birokrasi dalam merespons krisis ekonomi dan politik secara baik juga amat ditentukan oleh
bagaimana sistem kekuasaan, akuntabilitas, intensif dan budaya yang berkembang dalam
birokrasi selama ini. Uraian diatas menjelaskan bahwa kemempuan pemerintah dan
birokrasinya dalam menyelenggarakan pelayanan publik amat dipengaruhi oleh banyak faktor
yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Untuk memahami kinerja birokrasi dalam
penyelengaraan pelayanan publik, tentu tidak cukup hanya dengan menganalisisnya dari satu
aspek yang sempit, tetapi harus bersifat menyeluruh dengan memperhatikan semua dimensi
persoalan yang dihadapi oleh birorasi serta keterkaitan sati dengan yang lainnya. Dengan cara
p-andang seperti ini, maka informasi tepat dan lengkap mengenai kinerja birokrasi dapat
diperoleh dan kebijakan reformasi birokrasi yang holistik dan efektif bisa dirumuskan dengan
mudah. Dengan melaksanakan kebijakan seperti ini, maka diharapkan perbaikan kinerja
birokrasi dalam penyelengaraan pelayanan publik akan bisa segera dinikmati oleh masyarakat
luas.
Makalah ini sedikit mengupas bagaimana berbagai faktor tersebut berhubungan dengan
kinerja penyelengaraan pelayanan publik yaitu kebijakan dalam pembuatan E-KTP, yakni
suatu kartu tanda penduduk yang dibuat dari mesin elektronik dan ditulis dengan data digital.
E-KTP sengaja diadakan guna untuk mempermudah pemerintah dalam mengambil data
penduduk, karena dengan E-KTP pemerintah bisa langsung melihat data dari KTP elektronik
tersebut tanpa harus menunggu data yang harus disensus terlebih dahulu. E-KTP bisa terbilang
lebih efektif dan efesien dibanding dengan KTP biasa.
2. Rumusan Masalah
· Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dr.Noudy R.P Tendean, S.IP,Msi selaku
dosen mata kuliah Analisis Kebijakan Publik.
· Agar selaku praja,kita dapat menganalisis permasalahan analisis kebijakan publik yang
terjadi di sekitar kita.
BAB II
PEMBAHASAN
Penerapan E-KTP yang baru-baru ini diterapkan di Jakarta dan menyusul kota lainnya
merupan langkah awal dalam penerapan SIN (Single Identify Number). Dengan SIN nantinya
satu orang hanya memiliki satu identitas/ Nomor Induk Kependudukan (NIK) saja sampai yang
bersangkutan meningal. Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam
penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis
Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU
No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk).
Dengan penerapan E-KTP ini sebenarnya ada banyak kemajuan, dimana sudah ada data
kependudukan yang lebih lengkap.
Beberapa fungsi dari E-KTP antara lain :
1. Sebagai identitas jati diri;
2. Berlaku Nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk pengurusan izin,
pembukaan rekening Bank, dan sebagainya;
3. Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP; Terciptanya keakuratan data penduduk untuk
mendukung program pembangunan.
Dengan berbagai kelebihan dari E-KTP, hendaknya program ini tidak hanya berhenti
sampai dengan ini saja, karena dengan keakuratan data kependudukan diharapkan program
pemerintah bisa lebih tepat sasaran, misalnya dalam hal belanja subsidi dan dalam hal
pendidikan dan pelayanan kesehatan.
Dalam hal subsidi seharusnya dengan E-KTP bisa diketahui mana penduduk yang layak untuk
mendapat subsidi dan mana yang seharusnya sudah tidak mendapat subsidi. Misalnya,jika kita
berandai-andai ketika kita akan mengisi BBM, maka harus menunjukkan E-KTP tersebut.
Sehingga masyarakat yang layak mendapat subsidi bisa mengisi dengan premium sedangkan
yang tidak layak mendapat subsidi maka harus mengisi dengan pertamax. Hal ini juga berlaku
untuk pelayanan kesehatan, mana masyarakat yang harus mendapat jankesmas, mana yang
tidak harus bisa dilihat dari E-KTP tersebut. Dalam hal pendidikan, sudah seharusnya
masyarakat miskin di Indonesia mendapat pendidikan yang gratis. Hal ini seharusnya bisa
dilihat juga dari E-KTP tersebut. Dengan demikian maka pelaksanaan keadilan dalam
penyelenggaraan pendidikan bisa tercapai. Masyarakat yang miskin sekolahnya gratis,
masyarakat menengah sekolahnya bayar setengah saja, sedangkan masyarakat yang kaya sudah
selayaknya bayarnya lebih mahal (premium). Sehingga ada subsidi silang dari masyarakat yang
kaya ke masyarakat yang miskin.
1. Kesimpulan
Adapun simpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah:
· E KTP (Elektronik Kartu Penduduk) adalah suatu kartu tanda penduduk yang dibuat dari
mesin elektronik dan ditulis dengan data digital.
· Hambatan utama dalam penerapan E-KTP adalah listrik, minimnya koneksi internet,
jangkauan wilayah yang begitu luas, ketersediaan alat yang memadai, dan ketepatan waktu
pelayanan.
· E-KTP memang perlu diterapkan di semua kecamatan.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pembaca adalah diharapkan hasil penulisan ini dapat
dijadikan sebagai bahan bacaan dan ilmu pengetahuan.