Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1

Kata Pengantar 2

Bab 1 Pendahuluan 3

Bab 2 Pembahasan 4

A. Hakikat Haji 4
B. Sejarah Haji 8
C. Mencapai Haji Mabrur 10
D. Hikmah Melaksanakan Haji 12
E. Makna Spiritual Haji Bagi Kehidupan Sosial 13

Bab 3 Kesimpulan 15

Daftar Pustaka

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Tiada sepatah katapun yang pantas diucapkan melainkan Tahmid dan tasyakur
ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kita
semua sebagai makhluk-Nya, sehingga dengan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang Haji.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak dan
harapan kami agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.Kurang
lebihnya kami ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Haji merupakan rukun islam yang kelima. Kita sebagai umat Islam yang
mampu menjalankan Haji bagi yang mampu, seperti firman Allah SWT dalam surat
Al-Imran 97; yang artinya menyatakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah
SWT yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.

Pada bulan Dzulhijah tahun 9 Hijriah Nabi Muhammad SAW mengutus


sahabat Abu Bakar Sidiq yang memimpin ibadah nabi pada saat itu Rasul sendiri tidak
ikut melaksankan dikarenakan sedang menghadapi Perang Tabuh melawan pasukan
Romawi.

Berdasarkan firman Allah SWT dalam surah AT-Taubah yang baru diterima
Nabi bahwa mulai tahun depan kaum musyrikin dilarang mendekati Masjidil Haram
dan menunaikan ibadah Haji karena sesungguhnya mereka bukanlah pengikut ajaran
Tauhid dari Nabi Ibrahim SAW.

Pada hakikatnya haji adalah proses evolusi manusia menuju Allah SWT.
Ibadah Haji merupakan sebuah demokrasi simbolis dan falsafah pencinta Adam.
Gambaran selanjutnya ibadah haji dapat dikatakan sebagai suatu pertunjukan banyak
secara serempak. Ibadah haji sebagai petunjuk tentang pencinta sejarah, keesaan Islam
dan Umroh.

Haji memiliki makna yang lebih Universal dengan nilai-nilai kemanusiaan.


Jamaah Haji pergi menuju Mekah dengan hanya berbekal terbatas di tanah air.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Haji
1. Pengertian Haji

Haji (Bahasa Arab : Hajj) adalah rukun Islam yang kelima. Menunaikan ibadah haji adalah
bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslimin sedunia yang mampu (material, fisik
dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat
di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini
berbeda dengan ibadah Umroh yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.Secara lughowi, haji
berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi.Menurut istilah syara’, haji ialah menuju
ke Baitullah dan tempat–tempat serta waktu tertentu untuk melaksanakan amalan – amalan
ibadah tertentu pula.

2. Hukum Ibadah Haji

Mengenai hukum - hukum ibadah haji asal hukumnya adalah wajib ‘ain bagi yang mampu.
Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita “nazar” yaitu
seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya, kemudian untuk haji sunat,
yaitu dikerjakan pada kesempatan selanjutnya, setelah pernah menunaikan haji wajib.

Haji merupakan rukun Islam yang kelima, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu
untuk mengerjakan.Jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari’atkan ibadah haji
tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun kesembilan
Hijrah.

3. Syarat, Rukun, Wajib, Sunat Haji


1) Syarat Haji
a. Islam
b. Baligh (dewasa)
c. Aqil (berakal sehat)
d. Merdeka (bukan budak)
e. Istita’ah (mampu)

4
2) Rukun Haji
a. Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niat ihram dan haji.
b. Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah : yakni hadirnya seseorang yang
berihram untuk haji, sesudah tergelincirnya matahari yaitu pada hari ke-9 Dzulhijjah.
c. Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf ifadhah).
d. Sa’i yaitu lari-lari kecil antara Shafa dan Marwah 7 (tujuh) kali.
e. Tahallul : artinya mencukur atau menggunting rambut sedikitnya 3 helai untuk
kepentingan ihram.
f. Tertib yaitu berurutan.
3) Wajib Haji

Yaitu sesuatu yang perlu dikerjakan, tapi sahnya haji tidak tergantung atasnya, karena
boleh diganti dengan dam (denda) yaitu menyembelih binatang. berikut kewajiban haji
yang mesti dikerjakan :

a. Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit), dimulai dari
tempat-tempat yang sudah ditentukan, terus menerus sampai selesainya ibadah haji.
b. Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10 Dzulhijjah.
c. Bermalam di Mina selama 2 atau 3 malam pada hari tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13
Dzulhijjah).
d. Melempar jumrah Aqabah tujuh kali dengan batu pada tanggal 10 Dzulhijjah
dilakukan setelah lewat tengah malam 9 Dzulhijjah dan setelah wukuf.
e. Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha dan Aqabah pada
tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah dan melemparkannya tujuh kali tiap-tiap jumrah.
f. Meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan karena ihram.
4) Sunnah Haji
a. Ifrad, yaitu mendahulukan urusan haji terlebih dahulu baru mengerjakan atas umrah.
b. Membaca Talbiyah yaitu : “Labbaika Allahumma Labbaik Laa Syarikalaka
Labbaika Innalhamda Wanni’mata Laka Walmulka Laa Syarika Laka”.
c. Tawaf Qudum, yatiu tawaf yang dilakukan ketika permulaan datang di tanah ihram,
dikerjakan sebelum wukuf di ‘Arafah.
d. Shalat sunat ihram 2 raka’at sesudah selesai wukuf, utamanya dikerjakan dibelakang
makam nabi Ibrahim.
e. Bermalam di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah.

5
f. Thawaf wada’, yakni tawaf yang dikerjakan setelah selesai ibadah haji untuk
memberi selamat tinggal bagi mereka yang keluar Mekkah.
g. Berpakaian ihram dan serba putih.
h. Berhenti di Mesjid Haram pada tanggal 10 Dzulhijjah.
5) Macam – Macam Haji

Ditinjau dari cara pelaksanaannya, ibadah haji dibedakan dalam tiga jenis berdasarkan
tata cara atau urutan plaksanaannya yaitu :

a. Haji Ifrad. Yaitu melaksanakan secara terpisah antara haji dan umroh, dimana
masing–masing dikerjakan tersendiri, dalam waktu berbeda tetapi tetap dalam satu
musim haji. Pelaksanaan ibadah haji dilakukan terlebih dahulu, selanjutnya
melakukan umroh dalam satu musim haji atau waktu haji.
b. Haji Qiran. Qiran artinya bersama–sama adalah melaksanakan ibadah haji dan
umroh secara bersamaan. Dengan cara ini, berarti seluruh pekerjaan umrohnya sudah
tercakup dalam pekerjaan haji.
c. Haji Tamattu. Tamattu yang artinya bersenang-senang, adalah melakukan umroh
terlebih dahulu dan setelah selesai baru melakukan haji. Banyak jamaah yang
memilih haji Tamattu karena relatif lebih mudah karena selesai tawaf dan sa’i
langsung tahallul agar terbebas dari larangan sesama ihram.
6) Cara Pelaksanaan Haji
a. Di Mekkah (pada tanggal 8 Djulhijjah)
a) Mandi dan berwudhu
b) Memakai kain ihram kembali
c) Shalat sunat ihram dua raka’at
d) Niat haji : “Labbaika Allahumma Bihajjatin”
e) Berangkat menuju ‘Arafah, membaca talbiyah, shalawat dan do’a Talbiyah :
“Labbaika Allahumma Labbaik Laa Syarikalaka Labbaika, Innalhamda
Wanni’mata Laka Walmulka Laa Syarika Laka”.
b. Di Arafah
a) Waktu masuk Arafah hendaklah berdo’a
b) Menunggu waktu wukuf
c) Wukuf (pada tanggal 9 Djulhijjah)

6
Sebagai pelaksanaan rukun haji seorang jamaah harus berada di Arafah pada tanggal
9 Djulhijjah meskipun hanya sejenak. Waktu wukuf dimulai dari waktu Dzuhur
tanggal 9 Djulhijjah sampai terbit fajar tanggal 10 Djulhijjah.

Doa wukuf yaitu, Berangkat menuju Muzdalifah sehabis Maghrib agar tidak terlalu
lama menunggu waktu sampai lewat tengah malam (mabit) di Muzdalifah hendaknya
jemaah meninggalkan Arafah sesudah Maghrib (Maghrib–Isya di jamak takdim).
Waktu berangkat dari Arafah hendaknya berdo’a.

c. Di Muzdalifah (pada malam tanggal 10 Djulhijjah)

Waktu sampai di Muzdalifah berdo’a. Mabit, yaitu berhenti di Muzdalifah untuk


menunggu waktu lewat tengah malam sambil mencari batu krikil sebanyak 49 atau 70
butir untuk melempar jumrah.

d. Di Mina

Sampai di Mina hendaklah berdo’a. Selama di Mina kewajiban jama’ah adalah


melontar jumroh dan bermalam (mabit). Waktu melempar jumroh. Melontar jumroh
aqobah waktunya setelah tengah malam , pagi dan sore. Tetapi diutamakan sesudah
terbit matahari tanggal 10 Djulhijjah. Melontar jumroh ketiga-tiganya pada tanggal
11,12,13 Dzulhijjah waktunya pagi, siang, sore dan malam. Tetapi diutamakan sesudah
tergelincir matahari. Setiap melontar 1 jumroh 7 kali lontaran masing-masing dengan 1
kerikil. Pada tanggal 10 Djulhijjah melontar jumroh Aqobah saja lalu tahallul (awal)
Dengan selesainya tahallul awal ini, maka seluruh larangan ihram telah gugur, kecuali
menggauli isteri. Setelah tahallul tanggal 10 Djulhijjah kalau ada kesempatan
hendaklah pergi ke Mekkah untuk thawaf ifadah dan sa’i tetapi harus kembali pada
hari itu juga dan tiba di mina sebelum matahari terbenam

Pada tanggal 11, 12 Djulhijjah melontar jumroh Ula, Wustha dan Aqobah secara
berurutan, kemudian kembali ke Mekkah. Itulah yang dinamakan naffar awal.Bagi
jama’ah haji yang masih berada di Mina pada tanggal 13 Djulhijjah diharuskan
melontar ketiga jumroh itu lagi, lalu kembali ke Mekkah. Itulah yang dinamakan naffar
tsani.Bagi jama’ah haji yang belum membayar dam hendaklah menunaikannya disini
dan bagi yang mampu, hendaklah memotong hewan kurban.

7
Beberapa permasalahan di Mina yang perlu diketahui jama’ah adalah sebagai berikut

a) Masalah Mabit di Mina


b) Masalah melontar jumrah
c) Melontar malam hari
d) Melontar dijamakkan
e) Tertunda melontar jumroh Aqobah
f) Mewakili melontar jumroh

e. Kembali ke Mekkah
a) Thawaf Ifadah
b) Thawaf Wada
c) Selesai melakukan thawaf wada bagi jama’ah gelombang pertama, berangkat ke
Jeddah untuk kembali ke tanah air.

B. Sejarah Haji

Sejarah haji tidak bisa terlepas dari sejarah pembangunan Ka’bah seperti yang
diperintahkan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS. Ketika Nabi Ibrahim AS, selesai
membangun Ka’bah, Allah SWT memerintahkannya untuk menyeru manusia agar
melaksanakan haji. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman, artinya, “Serukanlah kepada
seluruh manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan
berjalan kaki, mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh“.

Nabi Ibrahim AS berkata kepada Allah SWT, “Wahai Tuhan ! Bagaimana suaraku akan
sampai kepada manusia yang jauh ?“, Allah SWT berfirman, “Serulah ! Aku yang akan
membuat suaramu sampai“.

Kemudian Nabi Ibrahim AS naik ke Jabal Qubays (sebuah bukit di selatan Ka’bah) dan
memasukkan jari tangannya ke telinganya sambil menghadapkan wajahnya ke Timur dan
Barat beliau berseru, “Wahai sekalian manusia telah diwajibkan kepadamu menunaikan
ibadah haji ke Baitul Atiq, maka sambutlah perintah Tuhanmu Yang Maha Agung“. Seruan
tersebut telah didengar oleh setiap yang berada dalam sulbi laki-laki dan rahim wanita.
Seruan itu disambut oleh orang yang telah ditetapkan dalam ilmu Allah SWT bahwa ia akan
melaksanakan haji, sampai hari Kiamat mereka berkata, “LABBAIKALLAAHUMMA

8
LABBAIK”, artinya, “Telah saya penuhi panggilan-Mu, Ya Allah! Telah saya penuhi
panggilan-Mu“.

Seusai Nabi Ibrahim AS menyeru manusia untuk melaksanakan haji, malaikat Jibril AS
mengajaknya pergi. Kepada beliau diperlihatkan bukit Safa, Marwah dan perbatasan tanah
Haram, lalu diperintahkan untuk menancapkan batu-batu pertanda. Nabi Ibrahim AS adalah
orang yang pertama menegakkan batasan tanah Haram setelah ditunjukkan oleh Malaikat
Jibril AS. Pada tanggal 7 Dzulhijah, Nabi Ibrahim AS berkhutbah di Mekkah ketika matahari
condong ke Barat (tergelincir), sementara Nabi Ismail AS duduk mendengarkan. Pada esok
harinya, keduanya keluar berjalan kaki sambil bertalbiyah dalam keadaan berihram. Masing-
masing membawa bekal makanan dan tongkat untuk bersandar. Hari itu dinamakan hari
Tarwiah.

Di Mina, keduanya melaksanakan salat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh.
Mereka tinggal di sebelah kanan Mina sampai terbit matahari dari gunung Tsubair (waktu
Dhuha), kemudian keduanya keluar Mina menuju Arafah. Malaikat Jibril ASmenyertai
mereka berdua sambil menunjukkan tanda-tanda batas sampai akhirnya mereka tiba di
Namirah. Malaikat Jibril AS menunjukkan pula tanda-tanda batas Arafah. Nabi Ibrahim AS
sudah mengetahui sebelumnya lalu berkata, : ‫ َع َر ْفت‬, artinya: “Aku sudah mengetahui”, maka
daerah itu dinamakan Arafah.

Ketika tergelincir matahari, Malaikat Jibril AS bersama keduanya menuju suatu tempat
(sekarang tempat berdirinya Masjid Namirah), kemudian Nabi Ibrahim AS berkhutbah dan
Nabi Ismail AS duduk mendengarkan, lalu mereka salat jamak taqdim Dzuhur dan Ashar.
Kemudian malaikat Jibril AS mengangkat keduanya ke bukit dan mereka berdua berdiri
sambil berdoa hingga terbenam matahari dan hilang cahaya merah. Kemudian mereka
meninggalkan Arafah berjalan kaki hingga tiba di Juma‘ (daerah Muzdalifah sekarang).
Mereka salat Maghrib dan Isya di sana, sekarang tempat jamaah haji melaksanakan salat.
Mereka bermalam di sana hingga terbit fajar keduanya diam di Quzah. Sebelum terbit
matahari, mereka berjalan kaki hingga tiba di Muhassir. Di tempat ini mereka mempercepat
langkahnya. Ketika sudah melewati Muhassir, mereka berjalan seperti sebelumnya. Ketika
tiba di tempat jumrah, mereka melontar jumrah Aqabah tujuh kerikil yang dibawa dari Juma’.
Kemudian mereka tinggal di Mina pada sebelah kanannya, lalu keduanya menyembelih
hewan kurban di tempat sembelihan. Setelah itu memotong rambut dan tinggal beberapa hari
di Mina untuk melontar tiga jumrah pulang balik saat matahari mulai naik. Pada hari Shadr,
9
mereka keluar untuk salat Dzuhur di Abthah. Itulah ritual ibadah haji yang ditunjukkan oleh
Malaikat Jibril AS sesuai permintaan Nabi Ibrahim AS,“tunjukkanlah kepada kami cara-cara
dan tempat-tempat ibadah haji kami”. (QS Al Baqarah : 128).

C. Mencapai Haji Mabrur

Pendapat dari Imam Nawawi dalam syarah Muslim: “Haji mabrur itu ialah haji yang
tidak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima Allah SWT.

Selanjutnya oleh Abu Bakar Jabir al Jazaari dalam kitab, Minhajul Muslimin
mengungkapkan bahwa: “Haji mabrur itu ialah haji yang bersih dari segala dosa, penuh
dengan amal shaleh dan kebajikan-kebajikan.” Berdasarkan rumusan yang diberikan oleh
para Ulama di atas tentang pengertian haji mabrur ini, maka dapat kita simpulkan bahwa haji
mambur adalah haji yang dapat disempurnakan segala hukum-hukum berdasarkan perintah
Allah dan Rasulullah SAW. Sebuah predikat haji yang tidak mendatangkan perasaan riya’
bersih dari dosa senantiasa dibarengi dengan peningkatan amal-amal shalih, tidak ingin
disanjung dan tidak melakukan perbuatan keji dan mungkar.

1. Syarat - Syarat Haji Mabrur


1) Untuk meraih predikat haji mabrur, maka mesti terkumpul di dalamnya hal-hal berikut
Hendaknya haji yang ia lakukan harus benar-benar ikhlas karena Allah, bahwa
motivasinya dalam berhaji tidak lain hanya karena mencari ridha Allah dan bertaqarrub
kepada-Nya. Ia berhaji bukan karena riya’ dan sum’ah, dan bukan pula karena ingin di
gelar dengan sebutan haji. Ia berhaji semata-mata mencari keridhaan Allah.
2) Haji yang ia lakukan mesti serupa dengan sifat haji Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam.
Maksudnya dalam melakukan proses ibadah haji, manusia dengan segenap
kemampuannya mengikuti cara yang dicontohkan Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam.
3) Harta yang ia pakai untuk berhaji adalah harta yang mubah bukan yang haram. Bukan
diperoleh dari hasil transaksi riba, tipuan, judi dan bentuk-bentuk lainnya yang
diharamkan. Tapi, didapat dari usaha halal
4) Hendaknya ia menjauhi rafats (mengeluarkan perkataan yang menimbulkan
birahi/bersetubuh), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan. Allah berfirman:

ِ‫ث َوالَ فسوقَ َوالَ ِجدَا َل فِي ْال َحج‬


َ َ‫ض فِي ِه َّن ْال َح َّج فَالَ َرف‬
َ ‫فَ َمن فَ َر‬

10
Artinya: ‘Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan
haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji. (QS. Al-Baqarah 197).

2. Tanda Haji Mabrur

Sebenarnya yang mempunyai hak menilai kemabruran haji seseorang hanyalah Allah
Ta’ala. Dan sebagai manusia kita hanya bisa menilai mabrur tidaknya haji dari pandangan
manusia saja. Ada beberapa tanda haji mabrur menurut para Ulama Islam berdasarkan akan
keterangan serta nash Al-Qur’an dan As-Sunnah. Berikut beberapa tanda ciri haji mabrur
tersebut :

1) Segala amalan ibadah haji dilakukan dan berdasarkan atas keikhlasan mendapatkan
keridhoan Allah Ta’ala dan juga dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
Dalam melaksanakan ibadah haji ini kita harus benar-benar meluruskan niatan hati kita
ikhlas karena Allah, bukan karena kita naik haji karena gengsi, untuk status sosial atau
niat keliru lainnya untuk mendapatkan pandangan masyarakat saja. Inilah salah satu ciri
haji yang mabrur.
2) Harta yang digunakan dalam melaksanakan haji tersebut adalah dari hasil harta yang
halal. Karena sesuatu yang baik dalam hal apa pun akan menghasilkan hasil yang baik
bila hal tersebut juga berasal dari yang baik. Untuk itu bila kita memang menginginkan
pergi haji dan melaksanakan ibadah haji maka kita juga harus bisa memastikan harta
yang dipakai kita adalah halal agar bisa bisa nantinya mendapatkan haji yang mabrur.
3) Melaksanakan serangkaian ibadah haji yang telah dituntunkan dan ditambah serta
dipenuhi dengan amalan-amalan ibadah lainnya yang menyertainya seperti halnya
memperbanyak dzikir di Masjidil Haram, memperbanyak sedekah di kala haji dan
berkata-kata yang baik. Point pentingnya adalah dengan banyak melakukan kebaikan di
dalam melaksanakan haji tersebut. Di antara amalan khusus yang disyariatkan untuk
meraih haji mabrur adalah bersedekah dan berkata-kata baik selama haji. Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah ditanya tentang maksud haji mabrur, maka beliau
menjawab :”Memberi makan dan berkata-kata baik.” (HR. Al-Baihaqi 2).
4) Tidak melakukan perbuatan maksiat khususnya dalam melaksanakan ihram. Larangan
berbuat maksiat ini memang dalam setiap tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari,
tidak hanya saat sedang melaksanakan haji, maka meninggalkan perbuatan-perbuatan
maksiat adalah salah satu cara dan tips agar haji kita memperoleh kemabruran. Hal-hal
11
yang termasuk dilarang dalam ihram dan haji adalah rafats, fusuq dan berbantah-
bantahan selama mengerjakan haji. Pengertian rafats adalah semua bentuk kekejian dan
perkara yang tidak berguna. Termasuk di dalamnya bersenggama, bercumbu atau
membicarakannya, meskipun dengan pasangan sendiri selama ihram. Fusuq adalah
keluar dari ketaatan kepada Allah, apapun bentuknya. Dalilnya adalah salah satunya
hadist Rasulullah SAW yaitu :”Barang siapa yang haji dan ia tidak rafats dan tidak
fusuq, ia akan kembali pada keadaannya saat dilahirkan ibunya’’. (HR. Muslim (1350).
5) Kebaikan dan amal sholehnya meningkat setelah selesai melaksanakan ibadah haji dan
tiba di tanah air. Salah satu tanda diterimanya amal seseorang di sisi Allah adalah
diberikan taufik untuk melakukan kebaikan lagi setelah amalan tersebut. Sebaliknya,
jika setelah beramal saleh melakukan perbuatan buruk, maka itu adalah tanda bahwa
Allah tidak menerima amalannya. Sama halnya dengan diterima amalan ibadah puasa
Ramadhan maka bila sebelas bulan berikutnya amalan ibadah kita meningkat maka itu
adalah salah satu tanda ibadah puasa Ramadhan kita diterimaNya. Sehingga tentunya
kita lebih memahami bahwasannya setelah melaksanakan ibadah haji maka amalan
ibadahnya akan semakin baik, banyak kata Haji berasal dari bahasa arab dan
mempunyai arti secara bahasa dan istilah. Dari segi bahasa haji berarti menyengaja,
dari segi syar’i haji berarti menyengaja mengunjungi Ka’bah untuk mengerjakan ibadah
yang meliputi thawaf, sa’i, wuquf dan ibadah-ibadah lainnya untuk memenuhi perintah
Allah SWT dan mengharap keridhoan-Nya dalam masa yang tertentu.

D. Hikmah Melaksanakan Haji


1. Setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti
ihrom sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa manusia harus melepaskan
diri dari hawa nafsu dan hanya menghadap diri kepada Allah Yang Maha Agung.
2. Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena dalam ibadah tersebut
diliputi dengan penuh kekhusyu’an
3. Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang tinggi
4. Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan akhlak yang mulia.
5. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi umat
yang satu karena mempunyai persamaan atau satu akidah.

12
6. Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat Islam sedunia, yang peserta-pesertanya
berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka’bahlah yang menjadi simbol kesatuan
dan persatuan.
7. Memperkuat fisik dan mental, karena ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah
yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar dan memerlukan
kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan rintangan.
8. Menumbuhkan semangat berkorban, karena ibadah haji maupun umrah, banyak
meminta pengorbanan baik harta, benda, jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu
untuk melakukannya.
9. Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membina persatuan dan
kesatuan umat Islam sedunia.

E. MAKNA SPIRITUAL HAJI BAGI KEHIDUPAAN SOSIAL

Ketika melaksanakan ibadah haji, seseorang mestinya menyadari bahwa haji merupakan
sebuah panggilan untuk merendahkan hati di hadapan Allah. Penghambaan kepada Allah,
menolah penghambaan kepada selain-Nya, jelas termanifestasikan dalam ritual-ritual Haji.
Bagaimana ibadah ini dikombinasikan dengan shalat-shalat dan doa-doa, membuatnya
menjadi ibadah yang mensyaratkan penghambaan kepada Allah dalam bentuknya yang paling
utama.

Haji adalah bentuk kerendahan hati di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Haji merupakan
bentuk penelusuran dan ekspresi terhadap tanda-tanda Allah dalam bentuknya yang paling
dalam. Haji adalah ibadah yang beragam manusia dari jenis yang berbeda datang bersama-
sama untuk menyatakan pengabdian, penghambaan dan kerendahan hati dihadapan Allah.
Kesucian, kebebasan dari nafsu, keterpisahan dari materi secara penuh dapat disaksikan di
sana.

Mengunjungi rumah Allah (Ka’bah) dengan mengenakan dua helai pakaian sederhana,
menunjukkan kemerdekaan mereka dari objek-objek material dan berusaha untuk melupakan
segala sesuatu bahkan anak-anak, keluarga, dan tanah air mereka. Dan satu-satunya hal yang
terlintas dalam pikiran mereka adalah perkataan “ya” untuk menyambut proklamasi Allah.
Inilah mengapa haji dipandang sebagai salah satu bentuk terpenting dari penghambaan dan
bimbingan spiritual. Lebih lanjut, sebuah pertanyaan muncul, apakah haji memiliki aspek
politik dan sosial, ataukah ia hanya dapat direduksi dalam penghambaan kepada Allah,
13
seperti halnya shalat di waktu malam, tidak memiliki hubungan apapun dengan persoalan-
persoalan Islam yang telah berhubungan dengan sesama Muslim.

Dengan kata lain, apakah Haji dimaksudkan Allah semata-mata sebagai penghambaan
kepada-Nya oleh seluruh Muslim, tua dan muda, dan tidak ada aspek politik dan sosial yang
dapat disematkan ke dalam ibadah ini Atau apakah ajaran ini titik temu antara aspek
penghambaan dan politik ; sebuah pusat bersatunya bentuk penghambaan dengan aspek-
aspek ekonomi dan sosial, Al Quran, hadis dan sunah-sunah para pendahulu yang saleh
ternyata membenarkan pandangan yang kedua.

14
BAB III

KESIMPULAN
Dalam proses penyusunanmakalah yang kami lakukanStudiKepustakaan,
yaitumengumpulkanbeberapa literature menjadisatusesuaidenganjudulyaitu “Haji”.
Berkaitandengan Haji adalah rukun Islam yang kelima. Menunaikan ibadah haji adalah
bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslimin sedunia yang mampu (material, fisik
dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat
di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah).

Macam – Macam HajiyaituHaji Ifrad. Yaitu melaksanakan secara terpisah antara haji dan
umroh, dimana masing – masing dikerjakan tersendiri, dalam waktu berbeda tetapi tetap
dalam satu musim haji Pelaksanaan ibadah haji dilakukan terlebih dahulu, selanjutnya
melakukan umroh dalam satu musim haji atau waktu haji.Haji Qiran. Qiran artinya bersama –
sama adalah melaksanakan ibadah haji dan umroh secara bersamaan. Dengan cara ini, berarti
seluruh pekerjaan umrohnya sudah tercakup dalam pekerjaan haji.Haji Tamattu. Tamattu
yang artinya bersenang – senang, adalah melakukan umroh terlebih dahulu dan setelah selesai
baru melakukan haji. Banyak jamaah yang memilih haji Tamattu karena relatif lebih mudah
karena selesai tawaf dan sa’i langsung tahallul agar terbebas dari larangan sesama ihram.

Adapun hikmah Melaksanakan Hajiyaitu setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya
mengandung rahasia, contoh seperti ihrom sebagai upacara pertama maksudnya adalah
bahwa manusia harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri kepada
Allah Yang Maha Agung, memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena dalam
ibadah tersebut diliputi dengan penuh kekhusyu’an, Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid
yang tinggi, Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan akhlak yang mulia,
memperkuat fisik dan mental, karena ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah yang
berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar dan memerlukan kesabaran serta
ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan rintangan dan menumbuhkan semangat
berkorban, karena ibadah haji maupun umrah, banyak meminta pengorbanan baik harta,
benda, jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk melakukannya.Dengan
melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membina persatuan dan kesatuan umat
Islam sedunia.

15

Anda mungkin juga menyukai