Anda di halaman 1dari 43

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Kimia Kertas Karya Diploma

2017

Analisis Kadar Logam Besi (Fe) pada


Air Minum dalam Kemasan
Menggunakan Metode
Spektrofotometeri Serapan Atom

Faridayanti, Widya
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4455
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS KADAR LOGAM BESI (Fe) PADA AIR MINUM
DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

TUGAS AKHIR

WIDYA FARIDAYANTI
142401051

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS KADAR LOGAM BESI (Fe) PADA AIR MINUM
DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

WIDYA FARIDAYANTI
142401051

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERSETUJUAN

Judul : Analisis Kadar Logam Besi (Fe) Pada Air Minum


Dalam Kemasan Menggunakan Metode
Spektrofotometeri Serapan Atom
Kategori : Tugas Akhir
Nama : Widya Faridayanti
Nomor Induk Mahasiswa : 142401051
Program Studi : Diploma (D3) Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, Agustus 2017

Disetujui Oleh
Program Studi D3 Kimia FMIPA USU Pembimbing,
Ketua,

Dr. Minto Supeno, MS Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc


NIP. 196105091987031002 NIP. 195504051983031002

Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si


NIP. 197404051999032001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

ANALISIS KADAR LOGAM BESI (Fe) PADA AIR MINUM


DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETERI SERAPAN ATOM

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2017

WIDYA FARIDAYANTI
142401051

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang telah memberikan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan agar dapat menyelesaikan pendidikan
Diploma III Kimia. Serta shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah
Muhammad SAW sebagai tauladan hidup.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua saya. Serta kepada abang dan kakak saya. Pada kesempatan ini penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis selama proses penulisan karya ilmiah ini.

2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku ketua Program Studi D3 Kimia serta seluruh
dosen dan staff pegawai jurusan Kimia FMIPA USU yang telah memberikan ilmu dan
membantu penulis selama masa studi penulis.
4. Bapak Martias, Bapak Dicky Hariadi Pratama dan Ibu Marisa Naufa selaku
pembimbing PKL.
5. Dan semua teman-teman D-3 kimia 2014 khususnya untuk kelas b yang telah
mendukung dan membantu penulis selama masa perkuliahan.

Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan dan kesehatan, Amin.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan penulis baik dalam literatur maupun pengetahuan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan karya ilmiah ini agar dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang kadar logam Besi (Fe) pada air minum dalam kemasan
dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Sampel yang dianalisa
adalah air minum dalam kemasan. Dimana sampel yang dianalisa dilakukan di Laboratorium
Instrument Baristand Industri Medan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar logam
Besi (Fe) pada air minum dalam kemasan adalah 0,0044 mg/L. Kadar logam Besi (Fe)
tersebut memenuhi standar kualitas air minum yang telah ditetapkan pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010. Kadar maksimum logam yang diperbolehkan
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010, dimana kadar
maksimum logam Besi (Fe) adalah 0,3 mg/L.

Kata Kunci : Air Minum dalam Kemasan, Besi, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALYSIS OF IRON (Fe) METAL CONTENT IN BOTTLED
DRINKING WATER USING ATOMIC ABSORPTION
SPECTROPHOTOMETRIC METHOD

ABSTRACT

A research of Iron (Fe) metal content in bottled drinking water by using Atomic Absorption
Spectrophotometric (AAS) equipment. The analyzed samples are bottled drinking water.
Where the analyzed samples were performed in the field laboratory instrument Baristand
Industri Medan. The results obtained show that of Iron (Fe) metal content in bottled drinking
water is 0,0044 mg/L. The levels of the Iron (Fe) metals do not meet the drinking water
quality standard set forth in the regulatiton of the minister of health number 492/
Menkes/Per/VII/2010. The permissible level of maximum according in the regulation to
minister of health number 492/ Menkes/Per/VII/2010, where the maximum amount of Iron
(Fe) metals is 0,3 mg/L.

Keywords : In Bottled Drinking Water, Iron, Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran x

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Permasalahan 3
1.3 Batas Permasalahan 3
1.4 Tujuan 3
1.5 Manfaat 3

BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Air 4
2.2 Macam – Macam Kandungan Air 4
2.3 Sifat – Sifat Air 5
2.4 Kualitas Air 5
2.5 Syarat Air Minum 6
2.6 Sumber – Sumber Air 6
2.6.1 Air Tanah 7
2.6.2 Air Permukaan 7
2.7 Standar Baku Air 8
2.8 Pencemaran Air 8
2.9 Logam 9
2.10 Besi (Fe) 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.10.1 Sifat – Sifat Besi 10
2.10.2 Efek Toksik Logam Besi(Fe) 11

2.11 Spektrofotometer Serapan Atom 12


2.11.1 Cara kerja Spektrofotometer Serapan Atom 12
2.11.2 Peralatan (Instrumentasi) Spektrofotometer Serapan Atom 13

2.12 Teknik – Teknik Analisa 14

BAB 3 Bahan dan Metode

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat yang Digunakan 15
3.1.2 Bahan yang Digunakan 15

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Preparasi Sampel 16
3.2.2 Analisis Sampel Air Minum dalam Kemasan dengan Parameter Fe 16
3.2.3 Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) dengan Spektrofotometeri 16
Serapan Atom (SSA)
3.2.3.1 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 100 mg/L 16
3.2.3.2 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 10 mg/L 16
3.2.3.3 Pembuatan Larutan Seri Standar Besi (Fe) 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 17
0,8 ; dan 1 ppm
3.2.3.3 Pembuatan Kurva Standar Besi (Fe) 17
3.2.4 Pembuatan Aquabidest Asam 17
3.2.5 Pembuatan Aquadest Asam 18
3.2.6 Standard Operasi Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) 18

BAB 4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil
4.1.1 Logam Besi (Fe) 20
4.1.2 Pengolahan Data Logam Besi (Fe)
4.1.2.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode 22
Least Square
4.1.2.2 Penentuan Koefisien Korelasi 23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.1.2.3 Perhitungan Kadar Logam Besi (Fe) 24

4.2 Reaksi 25
4.3 Pembahasan 26

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 27
5.2 Saran 27

Daftar Pustaka 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

Tabel 4.1 Kondisi Alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) 20

Shidmazu AA-7000 Pada Pengukuran Konsentrasi Logam Besi (Fe)

Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Besi (Fe) 21

Tabel 4.3 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi 22

Logam Besi (Fe) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan

Seri Standar Logam Besi (Fe)

Tabel 4.4 Sampel Air Minum dalam Kemasan 24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Parameter Persyaratan Kualitas Air Minum 30

Lampiran 2 Daftar Kadar Maksimum Untuk Air Minum, Air Bersih 32

Dan Air Baku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain dalam Sistem Tata Surya dan
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Wujudnya bisa berupa cairan, es (padat) dan
uap/gas. Manusia dan semua makhluk hidup lainnya butuh air. Air merupakan material yang
membuat kehidupan terjadi di bumi. Tumbuhan dan binatang juga mutlak membutuhkan air.
Tanpa air keduanya akan mati. Sehingga dapat dikatakan air merupakan salah satu sumber
kehidupan. Dengan kata lain air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan oleh
makhluk hidup. Air juga merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai
karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya lainnya. (Kodoatie, 2010)

Air sangat penting untuk kehidupan bukanlah suatu yang baru, karena telah diketahui
bahwa tak satu pun kehidupan di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air yang
cukup. Bagi manusia, kebutuhan air sangat mutlak, karena zat pembentuk tubuh manusia
sebagian besar terdiri dari air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 73% dari berat
badan manusia dewasa terdiri dari air. (Azwar, 1996)

Orang dewasa rata-rata tersusun dari 55% air, 19% protein, 19% lemak, kurang dari
1% karbohidrat, dan 7% unsur anorganik. Air tubuh terbagi antara 2 komponen utama, air
yang terdapat dalam sel (cairan intrasel) dan air yang terdapat di luar sel (cairan ekstrasel).
Cairan tubuh rata-rata menyusun 65% sampai 70% masa tubuh tanpa lemak, yakni berat
seseorang sesudah dikurangi kelebihan lemak tubuhnya. (Montgomery, 1993)

Ditinjau dari ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari
berkisar 150 – 200 L atau 35 – 40 galon.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kebutuhan air tersebut bervariasi bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan,
dan kebiasaan masyarakat. Secara langsung air diperlukan untuk minum, memasak, mandi,
mencuci, dan lain-lain. Secara tidak langsung air dibutuhkan sebagai bagian dari ekosistem
yang dengannya kehidupan di bumi dapat berlangsung. Selain penggunaan air secara
konvensional, air juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk
menunjang kegiatan industrian teknologi. Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat terlepas
dari kebutuhan air. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi
air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan
oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar.
(Chandra, 2005)

Terbatasnya ketersediaan air bersih adalah salah satu masalah yang dihadapi dalam
penyediaan layanan air bersih di Indonesia. Masyarakat di Indonesia banyak yang
menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan mereka akan air bersih. (Yaman, 2012)

Cemaran logam juga dapat diperoleh dari proses pengolahan yang tidak steril,
menggunakan peralatan yang terbuat dari logam – logam berat yang berbahaya, mudah
terkontaminasi sehingga sedikit banyaknya produk yang dihasilkan masih terdapat logam –
logam berat untuk proses selanjutnya ataupun pada saat dikonsumsi manusia. Metode
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) sangat tepat untuk mengukur kadar logam pada
konsentrasi yang sangat rendah. (Darmono, 1995)

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan analisa mengenai “Kadar
Logam Besi (Fe) yang Terdapat pada Air Minum Dalam Kemasan dengan Menggunakan
Meteode Spektrofotometeri Serapan Atom (SSA)”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2 Permasalahan

1. Berapakah kadar logam Besi (Fe) pada air minum dalam kemasan yang dianalisis di
Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan?
2. Apakah kadar logam dari air minum dalam kemasan telah memenuhi standar kualitas air
minum dan apakah masih dalam batas aman untuk dikonsumsi masyarakat sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 497/Menkes/Per/VII/2010?

1.3 Batas Permasalahan

1. Penulis hanya membahas analisa kadar logam Besi (Fe) pada air minum dalam kemasan
2. Dalam menganalisa penulis hanya menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA)

1.4 Tujuan

Untuk mengetahui apakah kadar logam Besi (Fe) pada air minum dalam kemasan yang
dikonsumsi masyarakat sudah memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010.

1.5 Manfaat

Memberikan informasi dan manfaat kepada masyarakat tentang kadar logam Besi (Fe) pada
air minum dalam kemasan dan apakah sudah memenuhi persyaratan kualitas air minum
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan
oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk
berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. (Effendi, 2002)

2.2 Macam - Macam Kandungan Air

1. Air yang terikat secara fisik

Untuk menghilangkan air yang terikat secara fisik diperlukan panas rendah, sekedar untuk
menguapkannya. Umumnya suhu 100 - 105 mencukupi, kadang-kadang malah cukup
membiarkannya bahan yang bersangkutan terkena udara bebas/angin, tapi ada kalanya suhu
lebih tinggi lagi. Jumlah air yang terikat tak tertentu.

2. Air yang terikat secara kimia

a. Air Kristal atau air hidratasi yaitu air yang terikat sebagai molekul atau ion-ion dalam
Kristal; air ini berbentuk H2O. Bentuk air ini penting dianalisa, karena pembentukan air
kristal banyak digunakan dalam eksikator untuk pengeringan.

b. Air konstitusi yaitu air yang merupakan bagian molekul zat padat yang bersangkutan
tetapi tidak berbentuk H2O, akan tetapi bila padatan itu terurai, maka H dan O itu keluar
sebagai molekul H2O. Untuk mengeluarkannya sering diperlukan suhu yang tinggi.
(Harjadi, 1990)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3 Sifat – Sifat Air

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain.
Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0ºC (32ºF) – 100ºC, air berwujud
cair. Suhu 0ºC merupakan titik beku dan suhu 100ºC merupakan titik didih.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan
panas yang sangat baik.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi)
adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam
jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cair (kondensasi)
melepaskan energi panas yang besar.
4. Air merupakan pelarut yang baik, air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memliki tegangan
permukaaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi. (Effendi, 2002)

2.4 Kualitas Air

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 1990 mengelompokkan kualitas air


menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun pembagian tersebut adalah
sebagai berikut :

a. Golongan A : air dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B : air dapat digunakan sebagai air baku air minum.
c. Golongan C : air dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan perternakan.
d. Golongan D : air dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan,
industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5 Syarat Air Minum

1. Parameter Fisik

Air yang sebaiknya dipergunakan untuk minum ialah air yang tidak berwarna, tidak berasa,
tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa
nyaman. Jika semua syarat diatas terpenuhi, belum tentu air tersebut baik untuk diminum,
karena mungkin mengandung zat ataupun bibit penyakit yang membahayakan kesehatan.

2. Parameter Biologis

Secara teoritis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan
terkontaminasinya dengan bakteri, terutama yang bersifat pathogen. Dipakainya E.Coli
sebagai patokan utama untuk menemukan apakah air minum memenuhi syarat bakteriologis
atau tidak ialah karena pada umumnya bibit penyakit ini ditemui pada kotoran manusia serta
secara relative lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air.

3. Parameter Kimia

Air minum yang baik ialah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia
ataupun mineral, terutama oleh zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya
diharapkan pula zat ataupun bahan kimia yang terdapat dalam air minum, tidak sampai
menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air, sebaliknya zat ataupun bahan kimia
yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam
sumber air minum. (Azwar, 1996)

2.6 Sumber – Sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber dan secara garis
besar dapat dikatakan, air bersumber dari laut yaitu air laut, dari darat yaitu air tanah, dan dari
udara yaitu air hujan. Sumbrer air tersebut pada hakikatnya berasal dari air dikenal sebagai
air tanah. Jika air tanah dalam kondisi tekanan tinggi, air tanah tersebut dapat mengalir ke
permukaan tanah secara otomatis sebagai mata air (spring).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.6.1 Air Tanah

Air tanah disebut pula air tawar oleh karena tidak terasa asin. Pada dasarnya air tanah dapat
berasal dari air hujan baik melalui proses infiltrasi secara langsung ataupun tidak langsung
dari air sungai, danau, rawa, dan genangan air lainnya.

Air tanah secara umum terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal umumnya terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan
tanah. Air tanah dangkal dimanfaatkan sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
Sebagai air minum, air tanah dangkal dari segi kualitas agak baik. Kualitas air tanah dangkal
ini kurang cukup dan tergantung musim.

2. Air tanah dalam

Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik daripada air tanah dangkal karena
penyaringannnya lebih sempurna.

3. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke atas permukaan tanah. Mata air
ini berasal dari tanah dalam dan hampir tidak terpengaruh oleh adanya musim serta kualitas
air dari mata air sama dengan keadaan air dalam. (Sutrisno, 2004)

2.6.2 Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa yang tidak mengalami
infiltrasi ke bawah tanah. Air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai.

Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar bahan -
bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya bersifat asam, dengan
nilai pH sekitar 4,2. (Novotny, at all, 1994)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.7 Standar Baku Air

Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang
persyaratan kualitas air minum. Standarisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara,
melindungi, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengelolaan air
atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat umum.
Adanya standarisasi tersebut, dapat dinilai kelayakan pendistribusian sumber air untuk
keperluan rumah tangga maupun industri. (Kusnaedi, 2010)

2.8 Pencemaran Air

Pencemaran air dapat merupakan masalah, dan sangat berhubungan dengan pencemaran
udara serta penggunaan lahan atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi
bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk
pupuk dan pestisida pada lahan pertanian akan terbawa ke air sehingga mencemari air pada
permukaan lokasi yang bersangkutan. Dengan demikian banyak sekali penyebab terjadinya
pencemaran air, yang akhirnya akan bermuara ke laut yang menyebabkan pencemaran pantai
dan laut sekitarnya. (Darmono, 2001)

Pencemaran air karena ketidaktahuan manusia, seperti pembuangan air limbah, tinja,
dan lain sebagainya. Pembangunan berbagai pabrik ataupunn penggunaan berbagai zat kimia
dalam industri yang sisanya dibuang begitu saja ke alam menyebabkan timbulnya
pencemaran air.

Beberapa macam polutan yang menimbulkan pencemaran air misalnya :

1. Sisa – sisa benda organik


2. Makhluk hidup tingkat rendah
3. Zat kimia anorganik dan mineral
4. Radio aktif
5. Minyak
6. Suhu

(Azwar, 1996)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.9 Logam

Logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik, dan anorganik.
Dalam kehidupan sehari-hari logam digunakan sebagai alat perlengkapan rumah tangga
seperti sendok, garpu, pisau, dan lain-lain, sampai pada tingkat perhiasan mewah seperti
emas, dan perak.

Logam dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada makhluk hidup. Hal ini
terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam-logam tertentu sangat berbahaya
bila ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan karena logam tersebut mempunyai
sifat yang dapat merusak jaringan tubuh makhluk hidup. Kandungan logam akan berubah-
ubah tergantung pada kadar pencemaran oleh ulah manusia atau oleh perubahan alam, seperti
erosi.

Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang
beratnya lebih dari 5g. Logam berat dapat dibagi kedalam dua jenis yaitu logam berat
esensial dimana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme
hidup, namun dalam jumlah banyak dapat menimbulkan efek. Contoh logam berat ini adalah
Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya, sedangkan jenis kedua logam tidak esensial adalah
logam berat yang keberadaannya dalam tubuh manusia belum diketahui manfaatnya atau
bahkan dapat bersifat racun seperti : Hg, Cd, Cr, dan lain-lain. Logam berat dapat
menimbulkan efek bagi kesehatan makhluk hidup jika dikonsumsi melebihi batas kadar
maksimum yang telah ditentukan berdasarkan SNI.

Toksik logam pada manusia menyebabkan beberapa akibat negative, tetapi yang
terutama adalah timbulnya kerusakan jaringan, terutama jaringan detoksikasi dan ekskresi
(hati dan ginjal. (Darmono, 1995)

2.10 Besi (Fe)

Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia melebur pada
1535 . Jarang terdapat besi komersial yang murni; biasanya besi mengandung sejumlah
kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Besi dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dimagnitkan. Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi. (Svehla,
1985)

Besi merupakan logam dalam kelompok makromineral di dalam kerak bumi, tetapi
termasuk kelompok mikro dalam sistem biologi. Logam ini mungkin logam yang pertama
ditemukan dan digunakan oleh manusia sebagai alat pertanian. (Darmono, 2001)

2.10.1 Efek Toksik Logam Besi (Fe)

Unsur besi dibutuhkan dalam darah, berikatan dengan Hb darah membentuk hemoglobin
yang berfungsi sebagai pengikat oksigen darah. Banyaknya Fe di dalam tubuh dikendalikan
pada fase absorpsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresi Fe, karenanya mereka yang
sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe.
Sekalipun Fe dibutuhkan oleh tubuh , tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus.

Toksisitas Fe pada anak kemungkinan besar terjadi karena banyak obat maupun vitamin
yang banyak mengandung Fe diberikan kepada anak. Disamping itu, kebiasaan anak makan
sembarangan di lingkungan sekitarnya juga mempengaruhi hal tersebut. Toksisitas Fe ini bila
berlanjut akan menyebabkan kerusakan lambung, hati, ginjal, dinding pembuluh darah, dan
otak. (Darmono, 2001)

2.11 Spektrofotometer Serapan Atom

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika mengamati garis-garis
hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada
bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun 1955. Sebelumnya
ahli kimia banyak bergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau metode analisis
spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu, kemudian segera digantikan
dengan spektroskopi serapan atom atau Spektrofotometeri Serapan Atom (SSA). Metode ini
sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Metode serapan atom sangatlah
spesifik. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisis dan selain itu
tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar. (Khopkar, S.M, 2008)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Spektrofotometri serapan atom (SSA) bukan merupakan metode analisis yang absolut.
Suatu perbandingan dengan baku merupakan metode yang umum dalam melakukan metode
analisis kuantitatif. Kurva kalibrasi dalam spektrofotometri serapan atom (SSA) dibuat
dengan memasukkan sejumlah tertentu konsentrasi larutan dalam sistem dilanjutkan dengan
pengukuran. Dalam prakteknya disarankan untuk membuat paling tidak 4 baku dan suatu
blanko untuk membuat kurva kalibrasi linear yang menyatakan hubungan antara absorbansi
dengan konsentrasi analit untuk melakukan analisa. Disarankan absorbansi sampel tidak
melebihi dari absorbansi baku tertinggi dan tidak kurang dari absorbansi baku rendah dengan
kata lain absorbansi sampel harus terletak pada kisaran absorbansi kurva kalibrasi. Jika
absorbansi terletak diluar kisaran absorbansi kurva kalibrasi, maka diperlukan pengenceran
atau pemekatan. (Sudjadi, M.S, 2000)

2.11.1 Cara kerja Spektrofotometri Serapan Atom

Cara kerja spektrofotometri serapan atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan
sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom
tersebut mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda yang
mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur
pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya. (Anonim, 2003)

Jika radiasi elektromagnetik dikenakan pada suatu atom, maka akan terjadi eksitasi
electron dari tingkat dasar ketingkat teriktitasi. Maka setiap panjang gelombang memiliki
energi yang spesifik untuk dapat teriksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom
tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (groundstate). Atom-atom groundstate
ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat oleh unsur-
unsur yang bersangkutan panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah
sama dengan panjang gelombang yang di absorbs oleh atom dalam nyala. (Anonim, 2003)

2.11.2 Peralatan (Instrumen) Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

1. Sumber Cahaya

Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu wolfram. Baterai
lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada daerah UV. Lampu
wolfram adalah energi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Monokromator

Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak
diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh hallow cathode lamp.

3. Detektor

Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang
memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh
permukaan yang peka.

4. Sel absorpsi

Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi
untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak
tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya 10 mm, tetapi yang lebih kecil
ataupun yang lebih besar dapat digunakan.

5. Rekorder

Rekorder berfungsi untuk menerima dan merekam sinyal yang disampaikan oleh detektor dan
menyampaikannya ke sistem read out.

6. Sistem Pencatat (Sistem Read-Out)

Sistem pencatat merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencatat
sistem hasil. Pencatat hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah dikalibrasi untuk
pembacaan absorbansi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau kurva. (Rohman, 2007)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.12 Teknik – Teknik Analisa

Dalam analisa secara spekrometri teknik yang biasa dipergunakan antara lain :

1. Metode Kurva Kalibrasi

Dalam metode kurva kalibrasi ini, dibuat seri larutan seri standar dengan berbagai konsentrasi
dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan SSA.

2. Metode Standar Tunggal

Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya.

3. Metode Adisi Standard

Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan
oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. (Syahputra, 2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat - Alat yang Digunakan

1. Pipet Volume Fisherbrand 10 mL


2. Labu Ukur Pyrex 50 mL, 100 mL
3. Beakerglass Pyrex 200 mL
4. Gelas Ukur Pyrex 100 mL
5. Waterbath
6. Kuvet
7. Buret
8. Bola Karet
9. Pipet Tetes
10. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Shidmazu AA-7000

3.1.2 Bahan – Bahan yang Digunakan

1. HNO3(p) p.a (E.Merck)


2. Larutan standar Fe 1000 mg/L p.a (E.Merck)
3. Sampel Air Minum dalam Kemasan
4. Aquabidest asam(aq)
5. Aquadest asam(aq)
6. Aquadest(l)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Preparasi Sampel

- Diukur 100 mL sampel Air Minum dalam Kemasan (AMDK)


- Dimasukkan kedalam beakerglass
- Ditambahkan 5 mL HNO3(p)
- Diuapkan diatas waterbath sampai volumenya berkurang

3.2.2 Analisis Sampel Air Minum dalam Kemasan dengan Parameter Fe

- Dipipet 5 mL sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)


- Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
- Ditambahkan aquadest asam sampai garis tanda
- Dihomogenkan
- Diuji dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) AA-7000 SHIDMAZU

3.2.3 Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) dengan Spektrofotometeri Serapan Atom
(SSA)

3.2.3.1 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 100 mg/L

- Dipipet 10 mL larutan induk Fe 1000 mg/L


- Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
- Diencerkan dengan aquabidest asam hingga garis tanda
- Dihomogenkan (100 ppm)

3.2.3.2 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 10 mg/L

- Dipipet 10 mL larutan induk Fe 100 mg/L


- Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
- Diencerkan dengan aquabidest asam hingga garis tanda
- Dihomogenkan (10 ppm)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2.3.3 Pembuatan Larutan Seri Standar Besi (Fe) 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1 ppm

- Dari buret di ambil 1 mL larutan standar Fe 10 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50
mL. Diencerkan dengan aquabidest asam lalu dihomogenkan. Didapat larutan standar Fe
0,2 ppm.
- Dari buret diambil 2 mL larutan standar Fe 10 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50
mL. Diencerkan dengan aquabidest asam lalu dihomogenkan. Didapat larutan standar Fe
0,4 ppm.
- Dari buret diambil 3 mL larutan standar Fe 10 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50
mL. Diencerkan dengan aquabidest asam lalu dihomogenkan. Didapat larutan standar Fe
0,6 ppm.
- Dari buret diambil 4 mL larutan standar Fe 10 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 50
mL. Diencerkan dengan aquabidest asam lalu dihomogenkan. Didapat larutan standar Fe
0,8 ppm.
- Dari buret diambil 10 mL larutan standar Fe 10 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 100
mL. Diencerkan dengan aquabidest asam lalu dihomogenkan. Didapat larutan standar Fe
1,0 ppm.

3.2.3.3 Pembuatan Kurva Standar Besi (Fe)

Larutan blanko (0,0) mg/L diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer


Serapan Atom (SSA) pada spesifik 248,3 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali.
Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar Besi (Fe) 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1 ppm.

3.2.4 Pembuatan Aquabidest Asam

- Disediakan 500 mL aquabidest


- Ditambahkan 0,75 mL HNO3(P)
- Diaduk hingga larut seluruhnya

3.2.5 Pembuatan Aquadest Asam

- Diukur 500 mL aquadest dengan menggunakan gelas ukur


- Ditambahkan 0,75 mL HNO3(p)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Dimasukkan ke dalam beakerglass 500 mL
- Diaduk hingga homogen

3.2.6 Standard Operasi Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

1. Hubungkan steker voltage regulator dan kompresor ke stop kontak 220 volt.
2. Pastikan lampu katoda yang akan digunakan sudah dengan baik (posisinya diingat
urutannya).
3. Hidupkan voltageemulator, computer, dan exhaust system.
4. Buka kran gas asetilen / nitrous oxide (sesuai keperluan) dan hidupkan alat
spektrofotometer serapan atom.
5. Klik “Wizard” pada computer. Pilih “OPERATION” lalu klik gambar AA-7000.
6. Pada menu user tulias “Admin” password tidak perlu diisi lalu OK.
7. Pada menu “Wizzard” selection, pilih “Elemen Selection” lalu OK.
8. Pada menu “Wizard selection” klik “select element”. Lalu ketik parameter yang mau
diujikan. Misalnya Cu. Lalu OK.
9. Jika belum disetting maka akan muncul pertanyaan. Pilih “YES” lalu OK. “Lamp Pos
Setup”. Lalu ketik posisi lampu sesuai dengan socket yang terpasang (jangan tertukar).
Jika sudah selesai pilih OK.
10. Pada menu “Preparation Parameters”, pilih menu “Calibation Curve Setup”. Pada kolom
“cone unit” tulias konsentrasi standar yang dibuat misalnya ppm. Pada kolom “no of
lines” ketik jumlah standar yang dibuat lalu pilih update.
11. Pada kolom “true value” ketik konsentrasi yang dibuat.
12. Klik repeat “conditions” pada kolom sampel, “number of repeats” diisi dengan angka 3.
Lalu pilih OK dan keluar dari menu.
13. Pilih “sampel group setup” pada kolom “actual conc. Unit” pilih konsentrasi sampel
yang dibuat misalnya ppm.
14. Pada “kolom No.Off sampel” ketik jumlah sampel yang ada lalu update.
15. Pada kolom “sampel ID” ketik nama sampel misalnya PM 0030 lalu OK. Kemudian klik
next.
16. Lalu pilih “connect/send parameters”. Jika muncul pertanyaan klik yes.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17. Alat akan melakukan Inzialiting. Jika muncul menu, pilih “purge C 2H2” tunggu sampai
alat selesai. Lakukan sampai 5 kali. Lalu pilih “purge air” tunggu sampai selesai
kemudian close.
18. Jika muncul pertanyaan untuk mengecek N2O, klik yes jika menggunakan gas Nitrous.
Klik No jika tidak menggunakannya.
19. Jika ada pertanyaan apakah akan mengecek drain. Maka jika sudah expired klik yes. Lalu
buka drain, klik yes lalu masukkan kembali dan tutup lalu OK.
20. Jika muncul pertanyaan lagi pilih “check it” lalu OK. Tunggu sampai semua dicek
kemudian close.
21. Pada menu “optick parameter” klik “Lamp ON” tunggu sampai semuanya OK lalu klik
close.
22. Pilih yes kemudian atur posisi atomizer ( harus berada ±10cm). Lalu finish. Tunggu
sampai alat OK.
23. Nyalakan alat dengan menekan “purge” dan “ignite”secara bersama-sama. Tunggu
sampai api menyala. Kemudian masukkan blanko biarkan teaspirasi.
24. Lalu klik “autozera atau F3” tunggu sampai ready lalu klik” blanko atau F4” atur sampai
nilai blanko tidak minus.
25. Lalu masukkan standar dari standar konsentrasi terkecil. Lalu klik “start atau F5/F6”
kemudian lanjutkan dengan sampel.
26. Jika sudah selesai pilih menu file lalu “save as”. Beri nama sesuai tanggal.
27. Jika ingin memprint hasil file lalu “print data parameter” lalu pilih parameter yang ingin
diprint lalu OK.
28. Jika analisa setelah pilih “instrument” klik “connect” lalu OK. Kemudian tutup semua
menu kemudian matikan computer.
29. Tutup kompresor dan gas lalu pada alat tekan purge sampai gas habis.
30. Kemudian matikan exhaust system.
31. Cabut semua steker dari stop kontak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Logam Besi (Fe)

Pembuatan kurva larutan standar logam besi (Fe) dilakukan dengan menyiapkan larutan seri
standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,0 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ;
dan 1,0 mg/L, kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometr
Serapan Atom (SSA). Untuk kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada
pengukuran konsentrasi logam Besi
(Fe) dapat dilihat pada tabel 4.1. Dan untuk data hasil pengukuran absorbansi larutan seri
standar logam Besi (Fe) dapat dilihat pada tabel 4.2 sehingga diperoleh kurva kalibrasi
larutan seri standar logam Besi
(Fe) pada lampiran.

Tabel 4.1 Kondisi Alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Shidmazu AA-7000 Pada
Pengukuran Konsentrasi Logam Besi (Fe)

No Parameter Logam Besi (Fe)


1 Panjang Gelombang (nm) 248,3
2 Tipe Nyala Udara – C2H2
3 Kecepatan Aliran Gas Pembakar (L/min) 2,2
4 Kecepatan Aliran Udara (L/min) 15
5 Burner Angle (degree) 0
6 Ketinggian Tungku (mm) 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe)

No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-Rata ( ̅)

1 0,0 0,0000

2 0,2 0,0226

3 0,4 0,0469

4 0,6 0,0642

5 0,8 0,0887

6 1,0 0,1082

0,12
0,11 y = 0.1080x + 0.0011
0,1 r = 0.9992
0,09
Absorbansi

0,08
0,07
0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Konsentrasi (mg/L)

4.1.2 Pengolahan Data Logam Besi (Fe)

4.1.2.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam besi (Fe) pada tabel 4.2 diplotkan
terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva berupa garis linear. Persamaan garis regresi
untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada tabel 4.3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.3 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi Logam
Besi (Fe) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar
Logam Besi (Fe)

No Xi Yi (Xi - ̅) (Yi - ̅) (Xi - ̅)(Yi - ̅) (Xi - ̅)2 (Yi - ̅)2

1 0,0 0,0000 -0,5 -0,0551 0,02755 0,25 0,00303

2 0,2 0,0226 -0,3 -0,0325 0,00975 0,09 0,00105

3 0,4 0,0469 -0,1 -0,0082 0,00082 0,01 0,00006

4 0,6 0,0642 0,1 0,0091 0,00091 0,01 0,00008

5 0,8 0,0887 0,3 0,0336 0,01008 0,09 0,00112

6 1,0 0,1082 0,5 0,0531 0,02655 0,25 0,00281

 3,0 0,3306 0,0 0,0000 0,07566 0,70 0,00819


= = = 0,5

̅=  = = 0,0551

Penurunan Persamaan Garis Regresi :

Y = aX + b

Dimana a = Slope

b = Intersept

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Harga a diperoleh dengan mensubstitusikan nilai – nilai yang terdapat pada tabel 4.3

 ̅ ̅
a= ̅

a=

a = 0,1080

Sedangkan Harga b adalah :

b= ̅ ̅

b = 0,0551 – (0,5) (0,1080)

b = 0,0011

Maka Persamaan Garis Regresinya adalah :

Y = 0,1080X + 0,0011

4.1.2.2 Penentuan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

r=  ̅ ̅
̅ ̅
√ (Xi - ) (Yi - )2
2

r = 0,07566
√(0,70)(0,00819)

r = 0,9992

Konsentrasi sampel dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresi,

Y = aX + b, maka X =

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan untuk Fe :

X : Konsentrasi Fe pada sampel

Y : Absorbansi rata – rata

a : 0,1455

b : 0,0176

Konsentrasi Fe =

= 0,5

4.1.2.3 Perhitungan Kadar Logam Besi (Fe)

Tabel 4.4 Sampel Air Minum dalam Kemasan

No Parameter Volume Volume Pembacaan Satuan Hasil uji


Sampel awal akhir SSA
PM Fe 100 mL 100 mL 0,0044 ppm 0,0044
0012

Adapun pengolahan data penetapan kadar logam untuk air yang dimampatkan adalah :

Kadar Logam = Pembacaan SSA (mg/L) x Volume akhir (mL)

100 mL

Kadar Logam = 0,0044 x 100 mL

100 mL

= 0,0044 mg/L

4.2 Reaksi

Besi dengan Larutan Natrium Hidroksida


Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2
4Fe(OH)2 + 2H2O + O2 4Fe(OH)3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3 Pembahasan

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kadar logam Besi (Fe) pada air
minum dalam kemasan yaitu 0,0044 mg/L. Kadar logam Besi (Fe) tersebut memenuhi
standar kualitas air minum yang telah ditetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/VII/2010. Kadar maksimum logam yang diperbolehkan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010 dimana kadar maksimum logam Besi
(Fe) adalah 0,3 mg/L. Kadar logam Besi (Fe) tidak melebihi batas maksimum untuk air
minum sehingga layak untuk dikonsumsi secara langsung karena tidak dapat menyebabkan
gangguan kesehatan bagi tubuh.

Untuk parameter Fe kami mendapatkan hasil yang positif. Sedangkan pada air baku,
konsentrasi logam Besi (Fe) telah memenuhi standar kualitas air minum yang telah ditetapkan
pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010. Air yang dipergunakan
oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari tersebut masih banyak yang belum memenuhi
persyaratan kesehatan dan itu harus memenuhi standar kualitas air minum yang telah
ditetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010. Beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi air untuk layak di konsumsi, baik secara fisik, kimia,
maupun mikrobiologi. Dari segi kimiawi, air minum itu boleh mengandung cemaran logam,
tetapi harus sesuai dengan kadar maksimum yang digunakan. Cemaran logam yang dimaksud
seperti : timbal (Pb) ; cadmium (Cd) ; raksa (Hg) ; perak (Ag). Sedangkan dari segi
mikrobiologinya, air minum sama sekali tidak boleh mengandung cemaran mikrobiologi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan alternative terhadap


penyediaan air bersih dengan adanya air minum dalam kemasan (AMDK) yang diproduksi
dalam kemasan gelas, botol, dan galon. Tentu saja, air minum dalam kemasan (AMDK) ini
memiliki ketentuan sendiri dan harus memenuhi standar yang telah ditetapkan sesuai dengan
SNI 01-3553-2006 untuk bisa dikonsumsi dengan aman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Kadar logam Besi (Fe) pada air minum dalam kemasan yang digunakan masyarakat
sebagai air minum telah memenuhi syarat kualitas air minum menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010. Kadar maksimum logam yang
diperbolehkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010
dimana kadar maksimum logam Besi (Fe) adalah 0,3 mg/L. Kadar logam Besi (Fe) tidak
melebihi batas maksimum untuk air minum sehingga layak untuk dikonsumsi secara
langsung karena tidak dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi tubuh. Sedangkan
pada air baku, konsentrasi logam Besi (Fe) telah memenuhi standar kualitas air minum
yang telah ditetapkan sesuai dengan SNI 01-3553-2006 untuk bisa dikonsumsi dengan
aman.

5.2 Saran

1. Dalam penentuan kadar Logam besi (Fe) sebaiknya digunakan parameter-parameter yang
lain untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
2. Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar dapat membandingkan alat Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) dengan menggunakan alat titrasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Penelitian Peningkatan Kualitas Batubara Peringkat Rendah. UBC. Situs
www.tekmira.esdm.go.id/kp/batubara/pengalaman-pengaman.26 januari 2011

Azwar, A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : PT Mutiara Sumber


Widya

Chandra, B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta : UI-Press

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta : UI-Press

Effendi, H. 2002. Telah Kualitas Air. Yogyakarta : Penerbit Konsius

Effendi, H. 2003. Telah Kualitas Air. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Penerbit Konsius

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia

Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press

Kodoatie, R.J. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta : Penerbit Andi

Kusnaedi, H. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta : Penebar Swadaya

Montgomery, R. 1993. Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Yogyakarta : Gadjah Mada


University

Novotny, V. And Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, and Management
of Diffuse Pollution. New York : Van Nostrans Reinhold

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sudjadi, M.S. 2000. Kimia Farmasi. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sutrisno, C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan Kelima. Jakarta : Rineka Cipta

Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro. Bagian I.
Edisi Kelima. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka

Syahputra, R. 2004. Modul Pelatihan Instrumental AAS. Universitas Islam Indonesia :


Jakarta. Laboratorium Instrumentasi Terpadu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Yaman, A. 2012. Meningkatkan Akses Air dan Sanitasi Masyarakat. The Globe Journal : PT
Apatindo Perkasa

Hal : 1-7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Parameter Persyaratan Kualitas Air Minum

No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang


Diperbolehkan
1 Parameter yang
berhubungan langsung
dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1. E. Coli Jumlah per 0
100 mL
sampel
2. Total Bakteri Koliform Jumlah per 0
100 mL
sampel
b. Kimia Anorganik
1. Arsen mg/L 0,01
2. Florida mg/L 1,5
3. Total Kromium mg/L 0,05
4. Kadmium mg/L 0,003
5. Nitrit (sebagai NO2-) mg/L 3
6. Nitrit (sebagai NO3-) mg/L 50
7. Sianida mg/L 0,07
8. Selenium mg/L 0,01
2 Parameter yang tidak
berhubungan langsung
dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1. Bau Tidak Berbau
2. Warna TCU 15
3. Total zat padat terlarut mg/L 500
4. Kekeruhan NTU 5
5. Rasa Tidak Berasa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Suhu ºC Suhu Udara ± 3ºC
b. Parameter Kimiawi
1. Aluminium mg/L 0,2
2. Besi mg/L 0,3
3. Kesadahan mg/L 500
4. Klorida mg/L 250
5. Mangan mg/L 0,4
6. Ph 6,5 – 8,5
7. Seng mg/L 3
8. Sulfat mg/L 250
9. Tembaga mg/L 2
10. Amonia mg/L 1,5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai