e-mail: 1)
ABSTRAK
Minyak sawit dalam bentuk Crude Palm Oil merupakan komoditi ekspor unggulan
Indonesia.Indonesia merupakan produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia.Uni
Eropa merupakan pengimpor minyak sawit Indonesia terbesar kedua setelah India, sehingga
dapat mempengaruhi kondisi ekspor minyak sawit Indonesia.Pada tahun 2009 Uni Eropa
mengeluarkan kebijakanRenewable Energy Directive yang dapat berdampak kepada ekspor
minyak sawit Indonesia.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendekripsikan gambaran
umum minyak sawit, menganalisis posisi daya saing minyak sawit Indonesia menggunakan
metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamics (EPD) serta
menganalisis dampak kebijakan Renewable Energy Directive terhadap terhadap kinerja ekspor
minyak sawit Indonesia dengan menggunakan gravity model. Hasil analisis RCA menunjukkan
bahwa minyak sawit Indonesia memiliki keunggulan komparatif (nilai RCA>1). Analisis EPD
minyak sawit Indonesia di pasar Uni Eropa berada pada posisi“Rising Star”, Jepang berada di
posisi “Retreat” dan Jerman berada pada posisi“Lost Opportunity”. Hasil analisis gravity model
menunjukkan GDP perkapita Indonesia, populasi negaratujuan, jarak ekonomi, dan kebijakan
Renewable Energy Directive signifikan memengaruhi nilai ekspor minyak sawit, sedangkan nilai
tukar riil Indonesia tidak berpengaruhsignifikan.
Kata kunci: minyak sawit, Renewable Energy Directive,RCA, EPD, gravity model
PENDAHULUAN
Indonesia saat ini merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia diikuti
terbesar minyak sawit di seluruh dunia dengan Malaysia, Ekuador, Kolombia, dan
(GAPKI, 2013). Sebagai produsen terbesar Thailand dengan nilai ekspor yang
minyak sawit, Indonesia melihat mencapai 4.2 milyar USD pada tahun 2014
kebutuhan akan konsumsi dan pangsa (UNComtrade 2016).
pasar minyak sawit yang terus meningkat
sebagai peluang untuk melakukan ekspor.
Nilai ekspor sawit Indonesia selama
periode 2007-2014 mengalami
fluktuasi.Nilai ekspor minyak sawit
terbesar pada tahun 2011 dan terendah
pada tahun 2007.Minyak sawit merupakan
komoditi unggulan dari subsektor
perkebunan yang kinerja ekspornya
dipengaruhi daya saing dan perubahan
pangsa pasar yang terjadi di pasar
domestik maupun pasar internasional.
Sebagai komoditi ekspor, minyak sawit
menjadikan Indonesia sebagai pengekspor
Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti
104 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
5000000 10000000
4000000 9000000
3000000
8000000
2000000
7000000
1000000
6000000
Ribu USD
0
5000000
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Tahun 4000000
3000000
Ekspor Impor Neraca 2000000
Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116 105
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti
106 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116 107
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
Gravity Model
Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti
108 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
1000000
800000
Ribu USD
600000
400000
200000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Belanda Denmark Inggris Italia
Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116 109
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
2014 minyak sawit Indonesia memiliki Belanda namun nilai RCA yang dihasilkan
keunggulan komparatif/berdaya saing tergolong rendah dibandingkan negara
kuat di tujuh negara tujuan ekspor. Nilai tujuan lainnya dikarenakan perbandingan
indeks RCA minyak sawit Indonesia yang nilai ekspor Indonesia terhadap nilai
tertinggi berada di pasar Yunani, ekspor dunia ke negara tersebut rendah
sedangkan yang terendah berada di pasar sehingga nilai RCA yang dihasilkan kecil.
Belanda.Meskipun Indonesia memiliki nilai
ekspor minyak sawit yang tinggi ke
Tabel 2 Nilai RCA minyak sawit Indonesia ke Uni Eropa
Nilai RCA
Negara Rata-rata
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Belanda 67.8 67.4 59.05 69.10 76.26 74.70 34.78 49.14 60.12 51.23 60.95
Denmark 194 187 182.08 69.97 306.17 311.47 323.84 318.93 171.64 280.72 234.60
Inggris 70.9 80.4 97.35 13.54 22.51 67.70 119.90 27.16 55.61 135.30 69.04
Italia 243 259 336.69 246.86 228.90 166.07 112.50 157.22 164.86 152.97 206.85
Jerman 229 225 279.60 231.14 233.35 223.60 174.15 134.01 196.00 130.67 205.61
Spanyol 97.5 111 75.89 189.76 121.93 108.97 82.62 63.37 138.48 94.68 108.45
Yunani 483 476 295.11 361.56 379.49 354.17 336.87 160.71 132.23 173.08 315.14
Sumber: UNComtrade 2016 (diolah)
Pada hasil analisis indeks RCA di Uni Eropa.Namun pada tahun 2005,
minyak sawit Indonesia (Tabel 6), bahwa 2009-2010 dan 2013-2014 indeks RCA
minyak sawit Indonesia di Uni Eropa pada minyak sawit Indonesia mempunyai nilai
tahun 2007-2008 dan tahun 2011-2012 rata-rata >1, yang mengindikasikan bahwa
mempunyai nilai rata-rata< 1, ini ekspor minyak sawit Indonesia ke Uni
mengindikasikan bahwa pada tahun Eropa terjadi perbaikan kinerja ekspor.
tersebut tidak terjadi perbaikan kinerja
ekspor minyak sawit Indonesia. Hal ini
dapat disebabkan oleh munculnya
kebijakan Renewable Energy Disertive (RED)
Indeks RCA
Negara
2006 2007
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Belanda 0.994 0.876 1.170 1.104 0.979 0.466 1.413 1.223 0.852
Denmark 0.965 0.973 0.384 4.376 1.017 1.040 0.985 0.538 1.636
Inggris 1.133 1.211 0.139 1.663 3.007 1.771 0.227 2.047 2.433
Italia 1.064 1.300 0.733 0.927 0.726 0.677 1.398 1.049 0.928
Jerman 0.980 1.245 0.827 1.010 0.958 0.779 0.770 1.463 0.667
Spanyol 1.141 0.682 2.500 0.643 0.894 0.758 0.767 2.185 0.684
Yunani 0.986 0.620 1.225 1.050 0.933 0.951 0.477 0.823 1.309
Rata-rata 1.038 0.987 0.997 1.539 1.216 0.920 0.862 1.333 1.215
Sumber: UNComtrade 2016 (diolah)
Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti
110 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
Kuadran EPD
0.4
0.35
0.3
Pangsa pasar Komoditi
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
-0.1 -0.05 -0.05 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
-0.1
Nilai ekspor komoditi
Hasil estimasi EPD minyak sawit Hasil estimasi EPD menyatakan bahwa
Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa minyak sawit Indonesia yang rata-rata
menunjukkan bahwa Belanda menempati berada pada posisi Rising Star, walaupun
posisi retreat.Hasil ini mengindikasikan di negara Belanda berada pada posisi
bahwa terjadi penurunan pangsa pasar Retreat dan di negara Denmark berada
ekspor minyak sawit Indonesia di negara pada posisi Falling Star. Kondisi Retreat
tersebut dan diikuti dengan penurunan dan Falling Star ini mengindikasikan
permintaan terhadap produk minyak sawit penurunan permintaan minyak sawit
Indonesia sehingga pertumbuhan pasar Indonesia di Uni Eropa.Hal ini
dan produk komoditi minyak sawit membuktikan bahwa kualitas dari minyak
Indonesia tidak dinamis lagi. sawit Indonesia masih belum mampu
Hasil estimasi EPD minyak sawit Indonesia bersaing sehingga tidak terjadi permintaan
yang menempati posisi falling star adalah minyak sawit Indonesia di pasar Uni Eropa.
Denmark.Hasil ini mengindikasikan bahwa Penurunan permintaan minyak sawit
minyak sawit Indonesia di Denmark Indonesia yang terjadi ini diduga
mengalami pertumbuhan pangsa pasar disebabkan oleh terjadinya krisis global
ekspor tetapi permintaan ekspor minyak baik yang terjadi di Amerika Serikat pada
sawit di Denmark mengalami tahun 2008, maupun yang terjadi di
penurunan.Sedangkan di empat negara Uni kawasan Uni Eropa pada tahun 2011,
Eropa lainnya yaitu Inggris, Italia, Jerman, kebijakan Renewable Energy Directive
Spanyol, dan Yunani minyak sawit yang di terbitkan oleh otoritas Uni Eropa
Indonesia yang menempati posisi rising terhadap produk minyak sawit yang dinilai
star.Hal ini mengindikasikan bahwa sebagai salah satu bentuk kebijakan
komoditi minyak sawit berada pada pasar hambatan non-tarif, dan juga faktor-faktor
yang ideal, yaitu meningkatnya lainnya yang dinilai mampu memengaruhi
pertumbuhan pangsa ekspor pada kelima ekspor minyak sawit Indonesia
negara tersebut diikuti dengan peningkatan
pangsa pasar komoditi minyak sawit Analisis Faktor yang Memengaruhi
Indonesia.Posisi ini perlu dipertahankan Ekspor Minyak Sawit Indonesia
agar komoditi minyak sawit Indonesia
dapat dijadikan sebagai sumber Pemilihan kesesuaian model
pendapatan ekspor bagi Indonesia. dilakukan dengan melakukan uji Chow dan
Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116 111
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
uji Hausman. Hasil uji Hausman (Lampiran) adalah model yang digunakan. Model yang
menunjukkan nilai probabilitas dari digunakan dalam penelitian ini adalah
Hausman sebesar 0.0000 (lebih kecil dari model Fixed Effect dengan metode
taraf nyata lima persen) sedangkan hasil uji Generalized least square (GLS) dengan
Chow (Lampiran) menunjukkan bahwa nilai pembobot Cross-section SUR.
probabilitas dari uji Chow sebesar 0.0000
(lebih kecil dari taraf nyata lima persen)
maka tolak H0. Artinya, model Fixed Effect
Tabel 4 Hasil Estimasi Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Uni Eropa
Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti
112 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116 113
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
pendek ataupun jangka panjang (Ratana, et berpengaruh secara nyata terhadap nilai
al, 2012).Nilai tukar rupiah memengaruhi ekspor minyak sawit.Tidak signifikannya
daya saing ekspor suatu negara.Banyak pengaruh jarak ekonomi diduga
penelitian yang telah mempelajari dampak disebabkan oleh semakin canggih dan
perubahan mata uang terhadap modernnya alat transportasi, serta
ekspor.Penelitian sebelumnya, hasil dari pendapatan perdagangan yang cukup
tiap-tiap penelitian tidak memberikan hasil tinggi membuat jarak ekonomi tidak
yang konsisten. Beberapa memberikan hasil menjadi suatu masalah (Zahro 2013).
yang negatif seperti yang dilakukan oleh
Sekantsi (2007) dan Tas (2003), dan tidak Dampak Renewable Energy DirectiveUni
berpengaruh seperti yang dilakukan oleh Eropa
Hondroyiannis et al. (2005). Karena hasil
yang ditemukan berbeda maka Persyaratan pengurangan emisi gas
diperlukanpenelitian lebih lanjut terhadap rumah kaca dalam Renewable Energy
dampak perubahan nilai tukar mata uang Directiveartikel 17 ayat 2
terhadap volume ekspor.Perubahan nilai merupakandiskriminasi terhadap
mata uang dapat memengaruhi harga produsen bahan baku dan biofuel asing
barang yang kemudian memengaruhi daya karena emisi transportasi juga dihitung.
saing suatu negara.Komoditi minyak sawit Pesaing biofuel Uni Eropa berasal dari
merupakan barang yang bersifat inelastis Amerika atau Asia Tenggara yang
sehingga apabila terjadi peningkatan atau memerlukan transportasi jarak jauh, jika
penurunan harga maka konsumen tetap emisi pada proses pengiriman
akan mengkonsumsi minyak sawit menggunakaan kapal tanker yang sebagian
Indonesia. besar berbahan bakar batu bara maka
bahan baku biofuel yang berasal dari
Berdasarkan hasil estimasi negara lain yang tidak dapat bersaing
diketahui bahwa tanda koefisien pada dengan bahan baku Uni Eropa. Selain itu,
variabel tersebut bernilai positif dan sesuai sebagian besar bagian dari kelapa sawit
dengan hipotesis.Selain itu, jarak ekonomi dapat digunakan untuk memenuhi semua
juga tidak berpengaruh signifikan dalam kebutuhan terutama selama proses
model ini Tidak signifikannya pengaruh produksi seperti tandan buah kosong dan
jarak ekonomi diduga disebabkan oleh dahan, sehingga hampir tidak ada bahan
semakin canggih dan modernnya alat bakar fosil dibutuhkan dalam proses
transportasi, serta pendapatan produksi. Kelemahan dari Renewable
perdagangan yang cukup tinggi membuat Energy Directive Uni Eropa adalah tidak
jarak ekonomi tidak menjadi suatu memperhitungkan penggunaan bahan
masalah.Dari hasil estimasi diketahui bakar fosil yang digunakan dalam proses
bahwa tanda koefisien pada variabel jarak produksi pabrik minyak sehingga nilai
ekonomi bernilai negatif dan sesuai dengan penghematan karbon yang dihitung oleh
hipotesis yaitu 1.559325. Apabila terjadi Uni Eropa, biofuel yang berbasis minyak
peningkatan jarak ekonomi sebesar satu sawit memiliki nilai yang rendah. Uni
persen akan menurunkan ekspor minyak Eropa juga menganggap Indonesia tidak
sawit Indonesia di pasar Uni Eropa sebesar memenuhi RED artikel 17 ayat 3 dan 5
1.559325 persen. Perhitungan jarak karena 27 persen perkebunan minyak sawit
ekonomi yang digunakan memiliki berada pada hutan gambut. Hal ini
komponen jarak geografis yang merupakan menyebabkan pada hipotesis awal
proksi dari biaya transportasi Krugman kebijakan Renewable Energy Directive ini
(1991).Semakin jauh jarak negara tujuan diduga dapat mengurangi nilai ekspor
ekspor minyak sawit Indonesia dapat minyak sawit Indonesia.
menurunkan ekspor minyak sawit Hasil estimasi pada model menyatakan
Indonesia karena biaya transportasi yang bahwa kebijakan Renewable Energy
ditanggung menjadi lebih besar. Directive Uni Eropa berpengaruh
signifikan terhadap nilai ekspor minyak
Pada perhitungan didapatkan nilai sawit Indonesia, tetapi nilai koefisiennya
probabilitas ditunjukan sebesar 0.3837 yang positif yang tidak sesuai dengan teori
menunjukan bahwa jarak ekonomi tidak hipotesis awal.Hal ini dapat terjadi karena
Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti
114 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116 115
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti
116 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 103-116
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594
Porter, ME. 1990. The Competitive Advantage [UNComtrade] United Nations Commodity
of Nation. New York (US) : The Trade Statistic.Database. 2016. Data
Free Press. Query of Import and Export.
[internet]. [diunduh Januari 2015].
Dhany surya Ratana, D, Achsani N dan
Andati T. 2012.Dampak Perubahan
Zarzoso IM, Lehmann FN. 2003.
Nilai Tukar Mata Uang Terhadap
Augmented Gravity Model: An
Ekspor Indonesia. Jurnal
Empirical Application to
Manajemen & Agribisnis, Vol. 9
Mercosur-European Union Trade
No. 3, November 2012.
Flows.Journal of Applied Economics,
Vol. VI, No. 2 (Nov 2003), 291-316.
Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional.
Munandar H, penerjemah. Sumiharti Zahro BA. 2013. Analisis Dayasaing dan
Y, editor. Edisi ke-5, Jilid ke-1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Jakarta (ID) : Erlangga. Ekspor Alas Kaki Indonesia di
Kawasan ASEAN dan China
Sekantsi L. 2007. The Impact of Real [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Exchange Rate Volatility on South Ekonomi dan Manajemen, Institut
African Exports to the United States: Pertanian Bogor.
A Bounds Test Approach. National
University of Lesotho.
Gisa Rachma Khairunisa, dan Tanti Novianti Daya Saing Minyak Sawit dan Dampak Renewable Energy Directive