Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HEMORAGIC FEVER

DI RUANG LAVENDER LAMA

RS DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

DISUSUN OLEH :

Kurniawan Alim Prayoga (P1337420217021)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyph (Sri Rezeki H.
Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2004).
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes
Albopictus (Titik Lestari, 2016)
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus.
Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di
daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk diseluruh
pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 m
diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak
manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya
dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono 2012).
B. ETIOLOGI
Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia :
Demam berdarah dengue (DBD) / DHF adalah penyakit demam yang berlangsung
akut menyerang baik dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan
korban pada anak-anak berusia > 15 tahun (Thomas Surusa, Ali Imran Umar, 2004).
Nyamuk aedes aegyph maupun aedes aibopictus merupakan vektor penular virus
dengue dari penelitian kepada orang lain dengan melalui gigitannya. Nyamuk betina
lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu
pagi hari dan senja hari (Alan R. Tumbelaka, 2004).
C. PATOFISIOLOGI
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma
keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegli) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan
renjatan (syok).
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit
> 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena.
D. PATHWAYS
Virus Dengue

Viremia

Hipertermia Hepatomegali Depresi sum-sum Permebilitas


tulang kapiler meningkat

Manifestasi
Permebilitas kapiler
- Anoreksia
- Muntah meningkat
perdarahan

Kehilangan Plasma

Ketidakseimbangan nutisi < Resti Kekurangan


keb tubuh Volume cairan Hipovolemi

Resiko tjd Efusi pleura asites


perdarahan hemokonsentrasi
Resiko syok
hipovolemia

Ketidakefektifan
Syok perfusi jaringan
perifer

Kematian
E. TANDA DAN GEJALA
Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997)

1. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis demam
disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung,
tulang, persendian dan kepala.

2. Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis,


hematemosis, melene.

3. Hepatomegali

4. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHghipotensi disertai
gelisah dan akral dingin.

5. Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal)

(Alan R. Tumbelaka, 2004).

Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran lain
yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :

a. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.

b. Keluhan pada saluran pernapasan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia),
diare, konslipasi.

c. Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada
seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka,
pembengkakan sekitar mata, lakrinasi dan fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit
bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

1. Hb dan PCV meningkat (> 20%)


2. Trombositopenia (< 100.000 /ml)
3. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4. 19 D. Dengue positif
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
6. Urium dan PH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolic P CO2 < 35-40 mmHg dan HCO2 rendah.
8. SGot /SGPT mungkin meningkat.
(Nursalam, 2005).

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

1. Tirah baring atau istirahat baring.


2. Diet, makan lunak.
3. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan
beri penderita oralit.
4. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi
ketat tiap jam.
5. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
6. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk
menurunkan suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial
/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis,
perdarahan atau asidosis.
7. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan
untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
8. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).

H. KOMPLIKASI
1. Ensefalopatif
2. Perdarahan intraktranial
3. Hernia batang otak
4. Sepsis
5. Pneumonia
6. Hidrasi berlebihan
7. Syok
8. Perdarahan otak
(Monica Ester, 1999).
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien yang meliputi :
 Nama
 Umur
 Jenis kelamin
 Kebangsaan / suku
 Berat badan, tinggi badan
 Tingkat pendidikan
 Pekerjaan
 Status perkawinan
 Anggota keluarga
 Agama
 Kondisi medis, prosedur pembedahan
 Masalah emosional
 Di rawat RS sebelumnya
 Pengobatan sebelumnya
 Alergi
 Review sistem tubuh
b. Identitas penanggung jawab yang meliputi :
 Nama
 Umur
 Jenis kelamin
 Pendidikan
 Agama
 Pekerjaan
 Alamat
 Hubungan dengan pasien
c. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama : keluhan yang paling pasien rasakan yang membuat pasien
masuk RS.
 Keluhan tambahan : keluhan lain yang pasien rasakan.
 Riwayat kesehatan sekarang : berisikan informasi rinci kesehatan sekarang.
 Riwayat kesehatan dahulu : penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya.
 Riwayat kesehatan keluarga : riwayat yang berisikan informasi keluarga
pasien yang pernah menderita penyakit yang sama atau yang lainnya.
d. Pola fungsional Gordon
 Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
 Pola eliminasi
 Pola nutrisi
 Pola aktivitas dan latihan
 Pola persepsi dan kognitif
 Pola konsepsi diri dan persepsi diri
 Pola istirahat dan tidur
 Pola peran dan hubungan
 Pola reproduksi seksual
 Pola koping
 Pola keyakinan dan nilai
e. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
 Tanda-tanda vital
 Pemeriksaan head to toe
f. Pemeriksaan penunjang
g. Terapi
h. Analisa data
2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermi hubungan dengan proses penyakit.
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia dan sakit menelan.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
d. Intervensi
NO. Dx NOC NIC
2. Ketidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (1100)
seimba keperawatan selama 3x24 jam 1. Tentukan status gizi pasien
ngan diharapkan klien dapat terpenuhi dan kemampuan (pasien)
nutrisi kebutuhan nutrisinya dengan untuk memenuhi kebutuhan
kurang kriteria hasil. gizi.
dari Status nutrisi (1004) 2. Identifikasi adanya alergi
kebutuh Indikator Awal Akhir atau intoleransi makanan
an 1. Asupan 2 4 yang dimiliki pasien.
tubuh gizi 3. Beri obat-obatan sebelum
b.d 2. Asupan 2 4 makan (misalnya,penghilang
mual makanan rasa sakit,antimietik),jika
muntah 3. Asupan 2 4 diperlukan.
anoreks cairan 4. Anjurkan pasien untuk
ia duduk pada posisi tegak
dikursi,jika memungkinkan.
Skala : 5. Pastikan diet mencakup
1. Sangat menyimpang dari makanan tinggi kandungan
rentang normal serat untuk mencegah
2. Banyak menyimpang dari konstipasi.
rentang normal
3. Cukup menyimpang dari
rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari
rentang normal
5. Tidak menyimpang dari
rentang normal

3. Hiperte Setelah dilakukan tindakan Perawatan hipertermi (3786)


rmi keperawatan selama 3x24 jam, 1. Monitor tanda tanda vital.
berhub pasien tidak mengalami 2. Hentikan aktifitas fisik
ungan hipertermia dengan kriteria 3. Jauhkan pasien dari sumber
dengan Termoregulasi (0800) panas, pindahkan ke
penyaki Indikator Awal Akhir lingkungan yang lebih dingin
t 1. Berkeringat 2 4 4. Berikan cairan rehidrasi oral
saat panas atau cairan dingin lain.
2. Denyut 2 4 5. Monitor suhu tubuh
jantung menggunakan alat yang
apikal sesuai
3. Denyut 2 4
nadi radial
4. Melaporkan
kenyamana 3 4
n suhu

Skala :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Srdikit terganggu
5. Tidak terganggu

4. Resiko Setelah dilakukan tindakan Fluid manajement (6540)


kekuran keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitir status hidrasi
gan diharapkan klien dapat terhindar 2. Monitor vital sign
volume dari resiko kekurangan volume 3. Pertahankan catatan intake
cairan cairan dengan kriteria hasil. dan output yang akurat
berhub Keseimbangan cairan (1902) 4. Monitor masukan makanan
ungan Indikator Awal tujua intake kalori harian
dengan n 5. Olaborasi pemberian cairan
berpind 1. Tekanan 3 5 IV
ahnya darah 6. Dorong masukan oral
cairan 2. Denyut nadi 2 5
intravas radial
kuler 3. Keseimbang 2 5
ke an intake
ekstrav output dalam
askuler 24 jam
4. Tugor kulit 2 5

Skala :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Srdikit terganggu
5. Tidak terganggu

7. Evaluasi
1. S (subjektif) : Data subektif Berisi data dari pasien melalui anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung
2. O (objektif) : Data objektif Data yang dari hasil observasi melalui
pemeriksaan fisik
3. A (assesment) : Analisis dan interpretasi Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau
masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.
4. P (plan) : Perencanaan Merupakan rencana dari tindakan yang akan
diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau labolatorium, serta
konseling untuk tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Rezeki Sri H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, 2004. Tatalaksana Demam Dengue


/Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta : FKUI.

Tumbelaka Alan R, 2004. Diagnosis Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue. Jakarta :
FKUI.

Mansjoer Arif, Triyanti Kaspuji, Savitri Rokimi, Wardhani Wahyu Ika, Setiawulan
Wiwiek, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius.

Soedarmo Sumarno Poorwo, 2004. Masalah Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.


Jakarta : FKUI.

Effendi, Christantie. (1995). Ensiklopedia Demam Berdarah. Edisi Revisi. Jakarta : Insan
Utama.

Wartona Tarwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Ester Monica, 1999. Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue. Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai