Anda di halaman 1dari 2

BER [AKSI & GERAK]

Selamatkan Taman Budaya dan Museum

Jumat 27 April 2018 tepat pukul 16.00 Wita bertempat di trotoar lampu merah Mtq Kota Kendari di gelar
Aksi Bersama Komunitas - Komuntitas yang berada di kota kendari untuk menyelamatkan Taman Budaya
dan Museum Kota Kendari.

Aksi tersebut terselenggara sebab ruang kreatifitas para kreator di tutup oleh Pemerintah Daerah dalam
hal ini kepala UPTD Taman Budaya dan Museum. Dengan dalil menjaga aset daerah dan menjalankan
amanat dari Undang - Undang. Bukan hanya para kreator, para mahasiswa yang pernah
menyelenggarakan kegiatan di tempat tersebut merasakan hal yang sama. Tersandra oleh kebijakan yang
salah arah dan jauh dari asas kemanfaatan.

Indonesia saat ini sedang mengalami krisis dalam kebijakan - kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah. Dengan dalih menjalankan aturan yang berlaku kebijakan yang dikeluarkan jauh dari nilai
kemanfaatan dan keadilan. Secara kasat mata di Kota Kendari, semenjak awal Januari 2018 hingga saat
ini, April 2018 Rumah Pengetahuan (RuPa) tak lagi menjadi titik pertemuan para kereator, komunitas,
mahasiswa dan masyarakat dalam berkegiatan. Pangung - panggung para seniman, budayawan dan
musisi tak lagi terselenggara. Sebab selembaran yang terbungkus amplop yang ditujukan kepada Rumah
Pengetahuan (RuPa) menjadi bukti bahwa gaya diktator orde baru masih terwariskan.

Rumah Pengetahuan (RuPa) berhasil dibungkus oleh selembar kertas yang berlindung pada kekuasaan.
Menjadi riuk diperbincangkan oleh komunitas - komunitas yang bergerak pada bidang kesenian,
kebudayaan dan kesusastraan kota kendari. Hingga turun kejalan dengan gerakan yang masif, terstruktur
dan beresensi.

Tertuliskan didalam surat tersebut "Sesuai dengan PP Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah serta untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana kantor UPTD Museum dan
Taman Budaya Prov. Sulawesi Tenggara, maka saudara (Komunitas Rupa) diharapkan pada bulam Maret
2018 sudah tidak menempati fasilitas bangunan milik pemerintah dalam lingkup UPTD Museum dan
Taman Budaya Prov. Sulawesi Tenggara".

Jika kita menelisik ada beberapa catatan dalam surat yang di keluarkan oleh Pimpinan UPTD Museum
dan Taman Budaya Sultra; Pertama, menjalankan amanah PP nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah, Kedua Optimalisasi sarana dan prasarana kantor UPTD Museum dan Taman
Budaya Sultra, dan Ketiga Memerintahkan Komunitas Rumah Pengetahuan (RuPa) yang bertempat di
dalam Kompleks Museum Sulawesi Tenggara untuk tidak lagi menempati fasilitas bangunan, dan yang
terakhir Fasilitas Bangunan adalah milik pemerintah dalam lingkup UPTD Museum dan Taman Budaya
Prov. Sulawesi Tenggara.

Inilah bentuk dari kebijakan yang tidak terarah, real kebijakan yang seharus mengutamakan nilai
kemanfaatan telah keluar jalur. Dalam surat yang di keluarkan oleh Kepala UPTD Museum dan Taman
Budaya dengan dalil menjalankan amanah dari Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah telah salah ditafsirkan oleh kepala UPTD Taman Budaya dan
Museum Prov. Sultra. Pertama, dalam konsideran poin A dalam PP tsb menuliskan bahwa pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah yang semakin berkembang dan kompleks perlu dikelola secara optimal.
Selanjutnya bahwa didalam pasal 1 angka 3 di tuliskan pula Pengelola Barang adalah pejabat yang
berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah. Atas dasar itulah kebijakan yang di keluarkan oleh Kepala UPTD Taman
Budaya dan Museum Prov. Sultra justru tidak menjalankan amanah dari PP yang di maksud. Sebab
pengelolaan barang milik negara/daerah wajib hukum nya di kelola secara optimal. Tercatat bahwa
Komunitas RuPa sangatlah produktif dalam menggelar kegiatan dalam rangka mengembangkan nilai -
nilai kesenian dan kebudayaan. Sehingga hampir 30 komunitas yang berada di kota kendari telah
melakukan hubungan kerja sama dalam melaksanakan kegiatan yang bertempat di kompleks museum
itu.

Kedua, dalam surat tersebut tidaklah jelas menguraikan alasan - alasan mengapa Komunitas Rumah
Pengetahuan (RuPa) harus meninggalkan tempat tersebut. Kepala UPTD Taman Budaya dan Museum
Prov. Sultra yang bertindak sebagai Pejabat Tata Usaha Negara seharus nya lebih jelas dan telili
mengambil suatu keputusan. Sebab Pejabat Tata Usaha Negara dalam mengeluarkan suatu keputusan
atau kebijakan harus mencerminkan asas - asas umum pemerintahan yang baik salah satu nya adalah
asas Asas Kepentingan Umum yang mendahulukan tenaga umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif
dan kolektif, Selanjutnya adalah Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan, setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negera harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan-peraturan yang berlaku.

Terakhir, perlu dicermati pula esensi dari taman budaya. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “Taman”
adalah Kebun yang ditanami dengan bunga-bungaan atau tempat yang menyenangkan,,sedang
pengertian “Budaya” ialah Pikiran; akal budi atau kegiatan(usaha) batin (akal) untuk menciptakan
sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan jika pengertian di atas kita meramu atau menggabungkannya
menjadi Taman Budaya kita akan mendapatkan pengertian yang lebih komplet yaitu “Tempat yang bukan
saja hanya menyenangkan tapi juga tempat beraktivitasnya manusia-manusia : Kreatif,Inovatif yang
senantiasa berusaha untuk berkarya,dengan kata lain Taman Budaya adalah tempat “Rekreasi dan
Berkreasi”. Taman budaya kini tak pada mauruah nya. Ruang berkreasi malah dipangkas dalam ambisi
kekuasaan.

Gerakan selamatkan taman budaya dan museum yang berapa di provinsi Sulawesi Tenggara yang di gelar
oleh komunitas - komunitas seni dan budaya menjadi bukti kepedulian terhadap taman budaya dan
museum yang telah kehilangan muruah.

Anda mungkin juga menyukai