Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SYOK KARDIOGENIK


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pembimbing : Brigitta Ayu, S.Kep,. Ns,. M.Kep,.

Disusun Oleh :

3A

1. Eva Ayu Elisa 2720162822 7. Nia Uswatun Alfiaji 2720162845


2. Dewi Lestyo Febriyanti M 2720162824 8. Rizqki Pratiwi Wulandari 2720162858
3. Dwestri Octavinda 2720162828 9. Tri Suci Rahmawati 2720162866
4. Hera Ayu Saputri 2720162834 10. Wahyu Hidayat 2720162868
5. Mei Dita Vera Teana 2720162841 11. Winda Junita Dewi 2720162870
6. Murti Widyastuti 2720162843 12. Rizta Okstya Pradani 2620152706

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, taufik serta hidayahNya lah kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Asuhan Keperawatan dengan Syok Kardiogenik ini sebatas kemampuan
yang dimiliki. Kami berterimakasih kepada Ibu Brigitta Ayu, S.Kep,. Ns,.
M.Kep,. selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan dengan Syok Kardiogenik
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kamu berharap
adanya ktirik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat dipahami siapapun yang membacanya.

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................. 4
A. Definisi ................................................................................................... 4
B. Klasifikasi .............................................................................................. 4
C. Etiologi .................................................................................................... 4
D. Manifestasi Klinis ................................................................................... 5
E. Patofisiologi dan Pathway ....................................................................... 6
F. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 8
G. Komplikasi .............................................................................................. 8
H. Pencegahan ............................................................................................. 9
I. Managemen Keperawatan ...................................................................... 10
J. Penanganan Syok ................................................................................... 10
K. Penanganan Syok di Rumah Sakit ......................................................... 11
L. Penanganan Syok di Luar Rumah Sakit ................................................. 12
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................ 13
A. Pengkajian .............................................................................................. 13
B. Diagnosa ................................................................................................. 14
C. Intervensi ................................................................................................ 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 22
A. Kesimpulan ............................................................................................ 22
B. Saran ....................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shock adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi
yang menyebabkan ketidak cukupan perfusi jaringan dan oksigenasi
jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis. Salah satu
bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya
adalah syok kardiogenik (Toni Ashadi, 2006).
Syok kardiogenik adalah gangguan hemodinamik yang
disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memberikan asupan
darah yang adekuat kepada jaringan untuk memenuhi kebutuhan basal.
Syok kardiogenik merupakan suatu kondisi hipotensi persisten
dan hipoperfusi jaringan akibat kegagalan fungsi jantung dengan
volume intravaskular dan tekanan pengisian ventrikel kiri yang
memadai. Dengan kata lain pada syok kardiogenik terjadi penurunan
curah jantung sistemik yang dapat mengakibatkan hipoksemia jaringan
dalam kondisi volume intravaskular yang cukup (Califf & Bengston,
2008)
Insiden syok kardiogenik dalam komunitas tidak
mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa waktu
terakhir. Walaupun angka mortalitas sempat menurun berkaitan
dengan tindakan revaskularisasi, syok kardiogenik masih merupakan
penyebab kematian tersering pada pasien rawat inap dengan infark
miokard akut. Meskipun syok kardiogenik muncul segera setelah
kejadian infark, hal ini tetap tidak terdeteksi pada penanganan awal di
rumah sakit (Menon and Hotchman, 2013).
Menurut berita dari Durham, North Carolina oleh
koresponden NewsRx, menyatakan bahwa syok kardiogenik
masih menjadi penyebab kematian paling umum pada pasien
dengan infark miokard akut meskipun kematiannya bisa

1
dikurngi dari sebelumnya 80% menjadi 40 -50% (ProQuest,
2015). Menurut Wolfe RE dan Fischer CM (2007), mortalitas penderita
syok kardiogenik sangat tinggi, mencapai 50-80%. Menurut Fauci AS, et
al. (2008), syok kardiogenik merupakan penyebab utama dari kematian
pasien dengan infark miokard (myocardial infarct; MI) yang dirawat di
rumah sakit. Terapi reperfusi dini untuk infark miokard akut (acute MI)
menurunkan insidens syok kardiogenik.Penderita syok kardiogenik
dengan komplikasi infark miokard akut sekitar 20 % pada tahun 1960-an,
namun telah berfluktuasi sekitar 8 persen selama lebih dari 20 tahun.
Syok terutama berhubungan dengan ST elevation MI (STEMI) dan
kurang umum berkaitan dengan non-ST elevation MI. Dua pertiga
penderita syok kardiogenik memiliki flow-limiting stenoses di ketiga
arteri koronaria mayor (major coronary arteries), dan 20%
meninggalkan (left) stenosis di arteri koronaria utama (main coronary
artery stenosis).
Dari uraian diatas, maka perawat berperan penting untuk
mencegah komplikasi yang lebih parah. Adapun peran perawat dalam
penanganan kasus Syok kardiogenik terbagi atas, prefentiv yaitu
mencegah terjadinya komplikasi dari penyakit Syok kardiogenik agar
tidak menjadi lebih parah, promotif yaitu memberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit Syok kardiogenik dan penanggulanganya
dan rehabilitative yaitu perawat berperan memulihkan kondisi kesehatan
sesuai dengan masalah yang dihadapi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Syok Kardiogenik?
2. Apa saja klasifikasi Syok Kardiogenik?
3. Bagaimanakah Etiologi Syok Kardiogenik?
4. Bagaimanakah Manifestasi klinis Syok Kardiogenik?
5. Bagaimanakah Patofisiologi Syok Kardiogenik?
6. Bagaimanakah Pemeriksaan penunjang Syok Kardiogenik?
7. Bagaimanakah Komplikasi Syok Kardiogenik?

2
8. Bagaimanakah Pencegahan Syok Kardiogenik?
9. Bagaimanakah Management Keperawatan Syok Kardiogenik?
10. Bagaimanakah Penanganan Syok Krdiogenik?
11. Bagaimanakah Penanganan Syok Kardiogenik di Rumah Sakit?
12. Bagaimanakah Penanganan Syok Kardiogenik di luar Rumah Sakit?
13. Bagaimana Asuhan Keperawatan Syok Kardiogenik?
C. Tujuan
1. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat memahami tentang penyakit dan penanganan
kegawatdaruratan tentang penyakit syok kardiogenik
2. Tujuan umum
a. Mahasiswa mengetahui definisi Syok Kardiogenik
b. Mahasiswa mengetahui klasifikasi Syok Kardiogenik
c. Mahasiswa mengetahui etiologi Syok Kardiogenik
d. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis Syok Kardiogenik
e. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang Syok Kardiogenik
f. Mahasiswa mengetahui patofisiologi Syok Kardiogenik
g. Mahasiswa mengetahui komplikasi Syok Kardiogenik
h. Mahasiswa mengetahui pencegahan Syok Kardiogenik
i. Mahasiswa mengetahui management keperawatan Syok
Kardiogenik
j. Mahasiswa mengetahui penanganan Syok Krdiogenik
k. Mahasiswa mengetahui penanganan Syok Kardiogenik di Rumah
Sakit
l. Mahasiswa mengetahui penanganan Syok Kardiogenik di luar
Rumah Sakit
m. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan Syok Kardiogenik

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Syok kardiogenik adalah gangguan fungsi sirkulasi mendadak
dan kompleks yang mengakibatkan hipoksia jaringan akibat
berkurangnya curah jantung pada keadaan volume intravaskular yang
cukup ( Djener, 2015 )
Syok kardiogenik adalah gangguan hemodinamik yang disebabkan oleh
ketidakmampuan jantung untuk memberikan asupan darah yang adekuat
kepada jaringan untuk memenuhi kebutuhan basal. Syok kardiogenik
merupakan suatu kondisi hipotensi persisten dan hipoperfusi jaringan akibat
kegagalan fungsi jantung dengan volume intravaskular dan tekanan pengisian
ventrikel kiri yang memadai. Dengan kata lain pada syok kardiogenik
terjadi penurunan curah jantung sistemik yang dapat mengakibatkan
hipoksemia jaringan dalam kondisi volume intravaskular yang cukup
(Califf & Bengston,2008)

B. Klasifikasi
Syok dapat dapat dibagi dalam tiga tahap yang semakin lama
semakin berat.
1. Tahap I, syok berkompensasi (non-progresif), ditandai dengan respons
kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, mencegah kemunduran
lebih lanjut.
2. Tahap II, tahap progresif, di tandai dengan manifestasi sistemis dari
hipoperfusi dan kemunduran fungsi organ.
3. Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang
hebat tidak dapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju kematian
(Muttaqin, 2009).

4
C. Etiologi
Syok Kardiogenik dapat disebabkan oleh iskemia ventricular
primer, masalah struktural dan disritmia. Penyebab paling utama adalah
infark miokard akut yang menyebabkan kehilangan 40% atau lebih fungsi
miokardium mungkin terjadi setelah salah satu infark miokard besar
(biasanya dinding anterior), atau mungkin kumulatif sebagai akibat dari
beberapainfark miokard yang lebih kecil atau infarkmiokard pada pasien
dengan disfungsi ventrikel yang sudah ada sebelumnya. Masalah structural
pada sistem kardiopulmonari dan disritmia juga menyebabkan syok
kardiogenik. Jika mereka mengganggu aliran darah ke jantung.
Faktor penyebab syok kardiogenik adalah :
1. Gangguan kontrakilitas miokardium
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti
paru dan/ atau hipoperfusi iskemik
3. Infark miokard akut
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti ruptur otot papilla, ruptur
septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi
(menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan
infark yang lebih kecil
5. Stenosis katup
6. Miokrditis (inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
7. Kardiomiopati (miokardiopati, gangguan otot jantung yang tidak
diketahui penyebabnya)
8. Trauma jantung
9. Tamponade jantung akut
10. Komplikasi bedah jantung (Reny, 2010)

D. Manifestasi Klinis
Gambaran syok pada umumnya, seperti takikardi, oligouri,
vasokontriksi perifer, asidosis metabolik merupakan gambaran klinik pada
kardiogenik syok(Rilantoro,2008).

5
Arythmia akan muncul dalam bentuk yang bervariasi yang
merupakan perubahan ekstrem dari kenaikan denyut jantung, ataupun
kerusakan miokard. Dengan adanya kerusakan miokard, enzim-enzim
kardiak pada pemeriksaan laboratorium akan meningkat (Rilantoro,2008).
Sebagian besar penderita kardiogenik syok dengan edema paru
disertai naiknya PCWP, LVEDP (Left Ventrikel Diastolic Pressure).
Edema paru akan mencetuskan dyspnoe yang berat ditunjukkan dengan
meningkatnya kerja nafas, sianosis, serta krepitasi. Sedang kardiogenik
syok yang tidak tertangani akan diikuti gagal multi organ, metabolik
asidosis, kesadaran yang menurun sampai koma, yang semakin
mempersulit penanganannya(Rilantoro,2008).
Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah
berdasarkan:
Keluhan Utama Syok Kardiogenik
1. Oliguri (urin < 20 mL/jam)
2. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut)
3. Nyeri substernal seperti IMA.
Tanda Penting Syok Kardiogenik
1. Tensi turun < 80-90 mmHg.
2. Takipneu dan dalam.
3. Takikardi.
4. Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.
5. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.
6. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
7. Sianosis.
8. Diaforesis (mandi keringat).
9. Ekstremitas dingin.
10. Perubahan mental.

E. Patofisiologi dan Pathway

6
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi
patofisiologi gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan
curah jantung, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke
organ-organ vital. Aliran darah ke arteri koroner berkurang, sehingga
asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan
iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa.
Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat
dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan
agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada
gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur
tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji
beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan.
Peningkatan tekananakhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan
(LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa
jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.

7
F. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG ; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan
aksis, iskemia dan kerusakan pola.
2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi
atrium, ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3. Rontgen dada; menunjukan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam
pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
4. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
gerakan jantung.
5. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis
katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.

8
6. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan
fungsi ginjal, terapi diuretic.
7. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
memperburuk PPOM.
8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,misalnya infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK,
isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH)
(Bakta, 2009).

G. Komplikasi
Penderita cedera sedang hingga kepala berat sangat rentan mengalami
komplikasi, baik sesaat setelah trauma atau beberapa minggu setelahnya
jika tidak ditangani dengan baik. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi
adalah:
1. Penurunan kesadaran, seperti penurunan kesadaran hingga koma,
kematian sel otak (brain death), locked-in syndrome, dan kondisi
2. Kejang-kejang berulang atau disebut juga dengan epilepsi pasca-
trauma.
3. Kerusakan saraf yang dapat memicu masalah lainnya seperti
kelumpuhan otot wajah, penglihatan ganda hingga kehilangan
kemampuan melihat, sulit menelan, dan kerusakan pada indra
penciuman.
4. Kerusakan pembuluh darah yang berpotensi memicu stroke dan
pembekuan darah.
5. Infeksi akibat bakteri yang masuk diantara luka atau tulang yang patah.
Jika tidak diobati, kondisi ini dapat menyerang sistem saraf lainnya
dan menyebabkan penyakit meningitis.
6. Pembendungan cairan otak di mana cairan serebrospinal terkumpul
pada ruang ventrikel otak dan menimbulkan peningkatan tekanan otak.

9
7. Penyakit degenerasi otak, meliputi demensia pugilistika, penyakit
Alzheimer, dan penyakit Parkinson (Bakta, 2009).

H. Pencegahan
Mencegah serangan jantung merupakan langkah utama untuk
menghindari syok kardiogenik. Terdapat banyak langkah pencegahan
sederhana yang bisa kita lakukan. Diantaranya adalah :
1. Mengontrol tekanan darah tinggi (hipertensi) dengan membatasi
garam dan alkohol membantu menjaga hipertensi.
2. Jangan merokok.
3. Mempertahankan berat badan yang sehat (ideal).
Kelebihan berat badan berkontribusi untuk serangan jantung dan gagal
jantung, seperti tekanan darah tinngi, penyakit jantung dan diabetes.
4. Menjaga pola makan.
Menurunkan kolesterol dan lemak jenuh dalam diet anda. Makan
kurang kolesterol dan lemak terutama lemak jenuh dapat menguranggi
resiko penyakit jantung .
5. Berolahraga secara teratur.
Latihan dapat menurunkan tekanan darah anda, meningkatkan tingkat
high-density lipoprotein (HDL) kolesterol dan meningkatkan
kesehatan jantung dan pembuluh darah anda. Hal ini juga dapat
membantu mengontrol berat badan, mengendalikan diabetetes dan
menguranggi stress.

I. Managemen Keperawatan
Pencegahan syok kardiogenik adalah salah satu tanggung jawab utama
perawat di area keperawatan kritis. Tindakan pencegahan termasuk
mengidentifikasi pasien pada risiko dan pengkajian serta manajemen status
kardiopulmuner pasien. Pasien dalam syok kardiogenik mungkin memiliki
sejumlah diagnosis keperawatan, tergantung pada perkembangan penyakit.
Prioritas keperawatan diarahkan terhadap :

10
1. Membatasi permintaan oksigen miokard.
2. Peningkatan pasokan oksigen miokard.
3. Mempromosikan kenyamanan dan dukungan emosional.
4. Mempertahankan pengawasan terhadap komplikasi.
Langkah-langkah untuk membatasi kebutuhan oksigen miokard
meliputi :
1. Pemberian analgesik, sedatif, dan agen untuk mengontrol afterload dan
disritmia.
2. Posisi pasien untuk kenyamanan.
3. Membatasi aktivitas.
4. Menyediakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
5. Memberikan dukungan untuk mengurangi kecemasan.
6. Memberikan pemahaman terhadap pasien tentang kondisinya (Idrus A,
2010).

J. Penanganan Syok
Secara umum yaitu sebagai penolong yang berada di tempat kejadian,
hal yang pertama-tama dapat dilakukan apabila melihat ada korban
dalam keadaan syok adalah :
a. Melihat keadaan sekitar apakah berbahaya (danger) , baik untuk
penolong maupun yang ditolong (contoh keadaan berbahaya : di
tengah kobaran api)
b. Buka jalan napas korban, dan pertahankan kepatenan jalan nafas
(Airway)
c. Periksa pernafasan korban (Breathing)
d. Periksa nadi dan Cegah perdarahan yang berlanjut (Circulation)
e. Peninggian tungkai sekitar 8-12 inchi jika ABC clear
f. Cegah hipotermi dengan menjaga suhu tubuh pasien tetap hangat
(misal dengan selimut)
g. Lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selama menunggu
bantuan medis tiba.

11
K. Penanganan Syok di Rumah Sakit
1. Pengawasan dan pencegahan
2. Pengenalan dan pengaktifan sistem tanggap darurat
3. CPR berkualitas tinggi secepatnya
4. Defribilasi cepat
5. Bantuan hidup lanjut dan perawatan pasca serangan jantung
a) Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar
sebaiknya dilakukan intubasi.
b) Berikan oksigen 8 - 15 liter/menit dengan menggunakan
masker untuk mempertahankan PO2 70 - 120 mmHg
c) Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar
syok yang ada harus diatasi dengan pemberian morfin
d) Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan
asam basa yang terjadi.
e) Bila mungkin pasang CVP
f) Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti
hemodinamik (AHA, 2015).
Medikamentosa :
a) Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
b) Anti ansietas, bila cemas.
c) Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
d) Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
e) Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi
jantung tidak adekuat.Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m
f) Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m.bila ada dapat diberikan
amrinon IV
g) Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
h) Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi
jaringan
i) Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel
(Cuculich and Kates,2009).

12
L. Penanganan Syok di Luar Rumah Sakit
1. Pengenalan dan pengaktifan sistem tanggapan darurat.
2. CPR berkualitas tinggi secepatnya
3. Defriblilasi cepat
4. Layanan medis darurat dasar dan lanjut
5. Bantuan hidup lanjut dan perawatan pasca serangan jantung
(AHA, 2015)

13
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi
pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya
benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap
jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas
tambahan seperti snoring.
b. Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara
napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma
pada dada.
c. Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan
cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi
status hemodinamik, warna kulit, nadi.
d. Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
e. Eksposur
1) Paparkan tubuh pasien secara luas
2) Memeriksa dan meraba bagian belakang untuk kelainan,
menggunakan tindakan pencegahan tulang belakang leher
untuk menggulingkan pasien jika ada kemungkinan trauma.
Juga, periksa kulit untuk ruam, lesi jelas lainnya dan tanda-
tanda trauma
3) Perhatikan setiap bau tertentu tentang pasien,
4) Mengukur suhu rektal
2. Pengkajian Sekunder

14
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dapat memanfaatkan format AMPLE (alergi, medikasi,
past illness, last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai
dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan
diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks,dll.
3. Sirkulasi
a. Gejala: riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK,
masalah tekanan darah, diabetes mellitus.
b. Tanda: tekanan darah turun <90 mmHg atau dibawah, perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak
kuat atau lemah, tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas
ventrikel. Gejala hopoperfusi jaringan kulit; dioforesis (kulit
lembab) pucat, akral dingin, sianosa, vena-vena pada punggung
tangan dan kaki kolaps.
4. Eliminasi
a. Gejala: produksi urine <30ml/jam
b. Tanda: oliguri
5. Nyeri atau ketidaknyamanan
a. Gejala: nyeri dada yang timbulnya mendadak dan sangat hebat,
tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada
dada anterio substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan,
rahang, wajah, tidak tentu lokasinya seperti epigastrium, siku,
rahang, abdomen, punggung, leher, dengan kualitas chrusing,
menyempit, berat, tertekan, dengan skala biasanya 10 pada skala 1-
10, mungkin dirasakan pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
b. Tanda: wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang,
mengeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata, perubahan
frekuensi atau irama jantung, tekanan darah, pernafasan, warna
kulit atau kelembaban bahkan penurunan kesadaran.

15
B. Diagnosa
Masalah keperawatan yang muncul :
1. Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung
2. Intoleransi aktivitas ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan, adanya iskemik/nekrotik jaringan miokard
3. Gangguan rasa aman nyaman / nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik, trauma
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan difusi neouromuskular

C. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi

(Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :


efektif b/d menurunnya 1. Circulation status Peripheral Sensation
curah jantung, 2. Tissue Prefusion : cerebral Management
hipoksemia jaringan, Kriteria Hasil : (Manajemen sensasi
asidosis dan 1. Mendemonstrasikan status sirkulasi perifer)
kemungkinan thrombus yang ditandai dengan : 1. Monitor adanya
atau emboli 2. Tekanan systole dandiastole dalam daerah tertentu yang
rentang yang diharapkan hanya peka terhadap
Definisi : 3. Tidak ada ortostatikhipertensi panas/dingin/tajam/tu
Penurunan pemberian 4. Tidak ada tanda tanda peningkatan mpul
oksigen dalam kegagalan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 2. Monitor adanya
memberi makan jaringan mmHg) paretese
pada tingkat kapiler 5. mendemonstrasikan kemampuan 3. Instruksikan keluarga
kognitif yang ditandai dengan: untuk mengobservasi
6. berkomunikasi dengan jelas dan sesuai kulit jika ada lsi atau
dengan kemampuan laserasi
7. menunjukkan perhatian, konsentrasi dan 4. Gunakan sarun tangan
orientasi untuk proteksi
8. memproses informasi 5. Batasi gerakan pada
9. membuat keputusan dengan benar kepala, leher dan
10. menunjukkan fungsi sensori motori punggung

16
cranial yang utuh : tingkat kesadaran 6. Monitor kemampuan
mambaik, tidak ada gerakan gerakan BAB
involunter 7. Kolaborasi pemberian
analgetik
8. Monitor adanya
tromboplebitis
9. Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi

Diagnosa Tujuan Intervensi


1. (00092)Intoleransi NOC NIC
aktivitas berhubungan 1. Self care: ADLs 1. Monitor TTV sebelum
dengan 2. Toleransi aktivitas dan segera setelah
ketidakseimbangan 3. Konservasi energy aktivitas, khusunya bila
antara suplai oksigen Kriteria: pasien menggunakan
dan kebutuhan, 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik vasolidator.
adanya tanpa disertai peningkatan tekanan 2. Membatu pasien dalam
iskemik/nekrotik darah, nadi dan RR melakukan perawatan
jaringan miokard. 2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari diri sesuai indikasi.
Domain 4. (ADLs) secara mandiri 3. Berikan edukasi kepada
Aktivitas/istirahat 3. Tanda-tanda vital dalam batas pasien atau keluarga
Kelas 3. normal(120/90 mmhg) untuk menghindari
Keseimbangan Energi peringatan tekanan
abdomen, contohnya
mengejan pada saat
defekasi.
4. Kolaborasi tentang
mengimplementasikan
program rehabillitasi
jantung atau aktivitas.

17
Diagnosa Tujuan Intervensi
2. (00132) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Keperawatan Management Nyeri (140)
b.d Agen cedera selama 3X24 Jam, diharapkan nyeri a. Kaji tingkat nyeri,
biologis. berkurang dengan kriteria : meliputi: lokasi,
Domain 12. Kontrol Nyeri (1605) karakteristik, dan
Kenyamanan 1. Pasien dapat mengenal faktor onset , durasi,
Kelas 1. penyebab nyeri frekuensi, kualitas,
Kenyamanan fisik. 2. Pasien dapat melaporkan nyeri intensitas/beratnya
berkurang. nyeri, faktor-faktor
3. Klien dapat mengekspresikan presipitasi
nyeri dengan wajah yang tidak b. Berikan informasi
meringis. tentang nyeri
c. Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
atau distraksi
d. Tingkatkan
tidur/istirahat yang
cukup
e. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
analgetik.

18
Diagnosa Tujuan Intervensi
4. (00032)Pola Nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Buka jalan nafas, gunakan
tidak efektif b.d 3x24 jam, diharapkan pola nafas tidak teknik chin lift atau jaw
Difusi efektif dapat diatasi dengan criteria Hasil : thrust bila perlu
Neouromuskular 1. Mendemontrasikan batuk efektif dan 2. Posisikan pasien untuk
Domain 4. suara nafas yang bersih, tidak ada memaksimalkan ventilasi
Aktivitas/istirahat siapnosis dan dyspneu (mampu 3. Identifikasi pasien
Kelas 4. Respon mengeluarkan sputum,mampu bernafas perlunya
kardiovaskuler/pul dengan mudah, tidak ada pursed lips) pemamasanganalat jalan
monal 2. Menunjukan jalan nafas yang paten nafas buatan
(pasien tidak merasa tertekik,irama 4. Pasang mayo bila perlu
nafas,frekuensi pernafasan,dalam 5. Lakukan fisioterapi dada
rentang normal,tidak ada suara nafas bila perlu
abnormal) 6. Kelurkan batu dengan cara
3. Tanda tanda vital dalam rentang normal batuk atau section
(tekanan darah, pernafasan, nadi) 7. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan section paada
mayo
9. Berikan bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab udara
kasaa basa NACl lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
kesimbangan
12. Monitor respirasi dan
status O2
13. Bersihkan mulut,hidung
dan secret area
14. Pertahankan jalan nafas
yang paten

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok kardiogenik merupakan suatu keadaan penurunan curah jantung dan
perfusi sistemik pada kondisi volume intravaskular yang adekuat, sehingga
menyebabkan hipoksia jaringan. Syok Kardiogenik dapat disebabkan oleh
iskemia ventricular primer, masalah struktural dan disritmia.
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi
patofisiologi gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan
curah jantung, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke
organ-organ vital. Pencegahan syok kardiogenik adalah salah satu tanggung
jawab utama perawat di area keperawatan kritis. Tindakan pencegahan
termasuk mengidentifikasi pasien pada risiko dan pengkajian serta manajemen
status kardiopulmuner pasien.

B. Saran
1. Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya
menjadi seorang perawat profesional agar dapat lebih peka terhadap tanda
dan gejala ketika menemukan pasien yang mengalami syock sehingga
dapat melakukan pertolongan segera.
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk
melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok

20
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/15116125/Klasifikasi_Syok diakses pada tanggal 29


September 2018 pukul 10.00 WIB
https://www.scribd.com/doc/225745447/ASKEP-SYOK-KARDIOGENIK
diakses pada tanggal 29 September 2018 pukul 10.30 WIB
Mubin. 2008. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan terapi, Edisi 2.
EGC: Jakarta
Rack CE. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular. Edisi 3. EGC. Jakarta. 2010.
Hal 243-249
Reny, Yuli. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Rilantoro, L. I, dkk. 2008. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai penerbit Fakultas
Kedokteran UI
http://search.proquest.com/results.bottompagelinks:gotopage/2?t:ac=47468FFF5
94E4F98PQ/1#scrollTo
Bakta, I Made. 2006.Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
sistem Kardiovaskular dan Hematodologi . Jakarta: Salemba Medika

21

Anda mungkin juga menyukai