Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pajak penghasilan” dalam
memenuhi tugas mata kuliah perpajakan

Saya mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu saya untuk
menyusun makalah ini baik bantuan secara materil maupun non material / moril sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Akhirnya saya menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dari semua kalangan dan dapat memberikan motivasi yang lebih
nyata dalam peningkatan kemajuan pendidikan di Indonesia

Medan, 10 Maret 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A.LATAR BELAKANG...........................................................................................................................3
B.RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................................3
C.TUJUAN PENULISAN........................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................................4
A. PAJAK PENGHASILAN.................................................................................................................4
1. Pengertian..............................................................................................................................4
2. Sejarah Pajak Penghasilan......................................................................................................4
3. Pajak Penghasilan Di Indonesia..............................................................................................5
B. SUBJEK PAJAK PENGHASILAN.....................................................................................................6
a) Tidak Termasuk Subyek Pajak................................................................................................7
c. OBJEK PAJAK PENGHASILAN......................................................................................................7
a) TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK.............................................................................................9
D. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK...........................................................................................10
e. TARIF PAJAK PENGHASILAN (PPh)............................................................................................11
a. Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)..................................................12
BAB III..................................................................................................................................................14
KESIMPULAN.......................................................................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pengenaan pajak penghasilan secara eksplisit yang diatur dalam satu undang-undang
sebagai income tax baru dapat ditemukan di inggris pada tahun 1799. Dalam undang-undang
pph mengatur cara menghitung dan melunasi pajak terutang, sehingga UU Pph tersebut
menjamin kepastian umum. Demikian juga UU Pph memberikan fsilitas kemudahan dan
keringanan bagi wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan

B.RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian pajak penghasilan


2. Bagaimana sejarah pajak penghasilan
3. Apa saja subyek pajak penghasilan
4. Apa objek pajak penghasilan
5. Apa PTKP?
6. Apa saja jenis-jenis tarif pajak penghasilan

C.TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa itu pengertian pajak penghasilan


2. Mengetahui sejarah terjadinya pajak penghasilan
3. Mengetahui maksud dan jenis-jenis dari subyek pajak penghasilan pajak
4. Mengetahui maksud dan jenis-jenis dari objek penghasilan
5. Mengetahui apa itu ptkp
6. Mengetahui jenis-jenis dari tarif pajak penghasilan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PAJAK PENGHASILAN
1. Pengertian
Pajak penghasilan (PPh) dikenakan Terhadap orang Pribadi dan badanYang Berkenaan
Dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.Yang menurut
undang-undang No. 17 Tahun 2000.

Pada undang-undang No.17 tahun 2000 tersebut PPh ialah pajak atas penghasilan (Laba)
yang dipeoleh orang Pribadi Maupun Badan Undang-Undang PPh mengatur cara menghitung
dan melunasi pajak terutang, sehingga UU PPh Tersebu tmenjamin kepastian umum
Demikian juga UU PPh memberikan fasilitas kemudahaan dan keringanan bagi wajib pajak
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

2. Sejarah Pajak Penghasilan


Pengenaan Pajak Langsung Sebagai cikal bakal dari pajak penghasilan sudah terdapat
pada zaman Romawi Kuno, antara lain dengan adanya pungutan yang bernama “Tributum”
yang Berlaku sampai dengan tahun 167 sebelumMasehi.

Pengenaan pajak penghasilan secara eksplisit yang diatur dalam UU sebagai Income Tax
baru dapat ditemukan di Inggris pada tahun 1799. Di AmerikaSerikat, PPh untuk pertama kali
dikenal di New Plymouth pada tahun 1643, dimana dasar pengenaan pajak adalah“ a person’s
faculty, personal faculties, and abilities.

Pada tahun 1646 di Massachusett dasar pengenaan pajak didasarkan “Returns and Gain”
“Personal faculties and abilities” secara implisi adalah pengenaan pajak penghasilan atas
orang pribadi, sedangkan “Returns and Gain” berkonotasi pada pajak Penghasilan badan
usaha. Tonggak-tonggak penting dalam sejara hpajak AmerikaSerikat adalah UU Pajak
Federal tahun 1861 yang selanjutnya telah beberapa kali mengalami tax reform, terakhir
dengantex reform act tahun 1986. Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (tex returns) yang

4
dibuat Pada tahun 1860-an Berdasarkan Undang-undang Pajak Federal tersebut telah
dipergunakan sampai dengan tahun 1962.

3. Pajak Penghasilan Di Indonesia


Di Indonesia penggenaan pajak dimulai dengan adanya tenement tax (huistaks) pada
tahun 1816, Yakni sejenis pajak yang Dikenakan sebagai sewa terhadap mereka Yang
Menggunakan Bumi sebagai tempat berdirinya rumah atau bangunan. Pada priode sampai
dengan tahun 1908 terdapat perbedaan perlakuan perpajakan antara penduduk pribumi
dengan orang Asia Dan Eropa, dengan kata lain terdapat banyak perbedaan dan tidak
uniformitas dalam perlakuan perpajakan .Tercatat beberapa jenis pajak yang hanya
diperlakukan kepada orang Eropa seperti “Patent duty”, Sebaliknya Business tax atau
bedrijfsbelasting untuk orang pribumi. Disamping itu, sejaktahun 1882 hingga 1916 dikenal
adanya Poll Tax yang pengenaannya berdasarkan status pribadi pemilik rumah dan tanah.

Pada tahun1908 Terdapat Ordonansi Pajak Pendapatan yang diperlakukan untuk orang
Eropa, Dan badan-badan yang melakukan usaha bisnis tanpa memperhatikan kebangsaan
pemegang sahamnya. Dasar pengenaan pajak penghasilannya yang berasal dari barang
bergerak maupun barang tak gerak, penghasilan dari usaha, penghasilan pejaba tpemerintah,
pension dan pembayaran berkala. Tarifnya bersifat Proporsional dari 1%, 2%, dan 3% atas
dasar criteria tertentu. Selanjutnya tahun 1920 dianggap sebagai tahun unifikasi, dimana
dualisti kyang selama ini ada jadi dihilangkan dengan diperkenalkannya General Income Tax
yakni Ordonansi Pajak Pendapatan yang diperbaharui tahun 1920 yang berlaku baik bagi
penduduk pribumi, orang Asia maupun orang Eropa. Dalam Ordonansi Pajak Pendapatan ini
telah diterapkan asas-asas pajak penghasilan yakni asas keadilan domisili dan asas sumber.

Karena desakan kebutuhan dengan makin banyaknya perusahaan yang didirikan di


Indonesia seperti perkebunan-perkebunan (Ondememing), pada tahun 1925 ditetapkan
Ordonansi Pajak Perseroan tahun 1925 (Ordonantie op de Vennootschapbelasting)yakni pajak
yang dikenakan terhadap laba perseroan, yang terkenal dengan nama PPs. Ordonansi ini telah
mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan antara lain dengan UU No. 8 tahun
1967 tentang Pesnibahan dan penyempurnaan Tatacara Pemungutan Pajak Pendapatan 1944,
pajak kekayaan 1932 dan pajak perseroan tahun 1925 yang dalam praktek lebih dikenal
dengan UU MPO dan MPS. Perubahan penting lainnya adalah dengan UU No. 8 tahun 1970

5
dimana fungsi pajak mengatur/regulerend dimaksukan kedalam Ordonansi PPs 1925,
khususnya tentang ketentuan tax Holiday.

B. SUBJEK PAJAK PENGHASILAN


Menurut UU Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, subyek pajak
penghasilan adalah sebagai berikut :

1. Subyek Pajak Pribadi

Yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempatan di Indonesia.

2. Suyek Pajak Harta Waraisan Belum Dibagikan

Yaitu warisan dari seorang yang sudah meninggal da belum dibagikan tetapi
menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak.

3. Subyek Pajak Badan

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. Kecuali unit tertentu
dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

a. Pembentukannnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-


undangan.

b. Pembiyaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan belanja


negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

c. Penerimaanya dimasukan dalam anggaran pemerintah pusat atau


pemerintah daerah.

d. Pembukuannya diperiksa leh aparat pengawasan fungsional negara.

e.

4. Bentuk Usaha Tetap

6
Yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orrang pribadi yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau badan yang tidak didirikan dan kendudukannya di Indonesia yang
melakukan kegiatan di Indonesia.

a) Tidak Termasuk Subyek Pajak


1. Badan perwakilan negara asing.

2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau penjabat-penjabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang berkerja sama pada
dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat :

a. Bukan warga Negara Indonesia.

b. Di Indonesia tidak menerima atau memperboleh penghasilan lain diluar


jabatan atau pekerjaannya tersebut.

c. Dan negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

3. Organisasi –organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Mentri


Keuangan dengan syarat :

a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.

b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh


penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah
yang dananya berasal dari iuran para anggota.

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan


Keputusan Mentri Keuangan dengan syarat :

a. Bukan warga Negara Indonesia.

b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan pekerjaan lain untuk memperoleh


penghasilan darin Indonesia.

c. OBJEK PAJAK PENGHASILAN


Objek pajak penghasilan adalah penghasilan setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP). Baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak yang berssangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk :

7
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-
undang pajak penghasilan.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan

c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :

 Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan


lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaraan modal.

 Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan lainnya karena pengalihan


harta kepda pemegang saham, sekutu atau anggota.

 Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau


pengambil alihan usaha.

 Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali
yangdiberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan
badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau pengusaan antara pihak yang
bersangkutan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

f. Bunga termasuk premium diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polisi dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

h. Royalti.

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

j. Penerimaan atau perolehan pembayran berkala.

k. Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

m. Selisih lebih karena penilaian kembah aktiva


8
n. Premi asuransi.

o. Iuran yang di terima atau di peroleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

Objek Pajak Yang Dikenakan PPh Final Atas Penghasilan Berupa :

a) Bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya.

b) Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek.

c) Penghsilan dari pengalihan harta berupa tanah atau bangunan.

d) Penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan


pemerintah.

a) TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK


1. Bantuan atau sumbungan termasuk zakat yangn diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima
zakat yang berhak.
Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial
atau pengusahan kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh menteri keuangan,
diperpanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak ybs.
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natural dan kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah;
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan
asuransi beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP
dalam negeri, Koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengans yarat :
 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan

9
 Bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal
yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh menteri keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pension dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan
kongsi;
10. Bunga Obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura.

D. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK


Besar kecilnya beban pajak yang dibebankan kepada WP dipengaruhi oleh besar
kecilnya PKP. Menghitung PKP adalah Penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya-
biaya yang diperkenankan memperoleh penghasilan bersih. Dalam hal penghasilan bersih
lebih besar daripada PTKP akan menghasilkan PKP. Jadi PTKP merupakan penentu untuk
menghitung PKP. Besarnya PTKP adalah sebagaiberikut :

a. Untuk WP sendiri sebesar Rp.2.880.000,- setahun


b. Status kawin mendapat tambahan PTKP sebesar Rp.1.440.00,- setahun
c. Istri yang memiliki penghasilan yang digabung mendapat tambahan PTKP sebesar
Rp. 2.880.000,- setahun
d. Untuk masing-masing anak, anak tiri, anak angkat, dan keluarga sedarah dan semenda
dalam garis keturunan lurus, maksimal 3 orang Rp.440.000,-setahun.

Ketentuan PTKP ini dapat diubah sesuai dengan perkembangan tingkat biaya hidup.
Melalui Surat Keputusan Menteri Kuangan. Ketentuan PTKP ini berlaku untuk seluruh
Indonesia sehingg amemungkinkan jumlah PTKP tidak sesuai dengan tingkat biaya hidup
di daerah yang bersangkutan.

10
e. TARIF PAJAK PENGHASILAN (PPh)
1. Tarif WP orang Pribadi (Berlaku sampai dengan 31 Desember 2008)

No. LapisanPenghasilan Tariff


1 s/d Rp 25.000.000,- 5%
2 Di atasRp 25.000.000,- s/d Rp 50.000.000,- 10%
3 Di atasRp 50.000.000,- s/d Rp 100.000.000,- 15%
4 Di atasRp 100.000.000,- s/d Rp 200.000.000,- 25%
5 Di atasRp 200.000.000,- 35%

Perubahan (mulai berlaku 1 Januari 2009)

No. Lapisan Penghasilan Tarif


1 S.d Rp 50.000.000,- 5%
2 Di atas Rp 50.000.000,- s/d Rp 250.000.000,- 15%
3 Di atas Rp 250.000.000,- s/d Rp 500.000.000,- 25%
4 Di atas Rp 500.000.000,- 30%

2. Tarif WP Badan
Berlaku sampai dengan 31 Desember 2008

No. Lapisan Penghasilan Tarif


1 S.d Rp 50.000.000,- 10%
2 Di atas Rp 50.000.000,- s/d Rp 100.000.000,- 15%
3 Di atas Rp100.000.000,- 30%

Perubahan (Berlaku mulai 1 Januari 2009)


Tarif tunggal 30%
Diturunkan menjadi 28% pada tahun 2009,dan menjadi 25% pada tahun 2010. Untuk
WP Badan Masuk Bursa diberikan tariff 5% lebih rendah dari tariff yang berlaku.

a. Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


1. Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

11
LapisanPenghasilanKenaPajak TarifPajak

Sampai denganRp. 50.000.000,- 5%

Diatas Rp 50.000.000,- s/d Rp 250.000.000,- 15%


Diatas Rp 250.000.000,- s/d Rp 500.000.000,- 20%
Diatas Rp 500.000.000,- 30%
Tarif Deviden 10%
Tidak memiliki NPWP (untuk PPh Pasal 21) 20% lebih tinggi
dari seharusnya
Tidak mempunyai NPWP untuk yang dipungut/potongan 100% lebih tinggi
(untuk PPh Pasal 23) dari seharusnya
Pembayaran Fiskal untuk yang memiliki NPWP Gratis

2. Wajib Pajak Badan dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap

Tahun Tari fPajak


2009 28%
2010 danselanjutnya 25%
PT yang 40% sahamnya diperdagangkan di bursa efek 5% lebih rendah dari
yang seharusnya
Predaran Bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,- Pengurangan 50% dari
yang seharusnya

3. Penghasilan Tidak Kena Pajak

No. Keterangan Setahun


1 Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp
15.840.000,-
2 Tambahan untuk Wajib pajak yang kawin Rp
1.320.000,-
3 Tambahan untuk seorang istri yang Rp
penghasilannya digabung dengan 15.840.000.-
penghasilan suami
4 Tambahan untuk setiap anggota keturunan Rp
sedarah semenda dalam garis keturunan 1.320.000,-

12
lurus serta anak angkat yang ditanggung
sepenuhnya, maksimal 3 orang untuk setiap
keluarga

13
BAB III

KESIMPULAN
Pajak penghasilan (PPh) dikenakan Terhadap orang Pribadi dan badanYang
Berkenaan Dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.Yang
menurut undang-undang No. 17 Tahun 2000.

Pengenaan Pajak Langsung Sebagai cikal bakal dari pajak penghasilan sudah terdapat
pada zaman Romawi Kuno, antara lain dengan adanya pungutan yang bernama “Tributum”
yang Berlaku sampai dengan tahun 167 sebelumMasehi. Di Indonesia penggenaan pajak
dimulai dengan adanya tenement tax (huistaks) pada tahun 1816, Yakni sejenis pajak yang
Dikenakan sebagai sewa terhadap mereka Yang Menggunakan Bumi sebagai tempat
berdirinya rumah atau bangunan.

14

Anda mungkin juga menyukai