Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN TEORI
1.1.2 ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri Penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpessvirus (Depkes RI, 2000).
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri
tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat
perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
1
1.1.3 PATOFISIOLOGI
Invasi kuman
2
1.1.4 MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis infeksi saluran pernafasan akut bergantung pada tempat
infeksi serta mikroorganisme penyebab infeksi. Semua manifestasi klinis
terjadi akibat proses peradangan dan adanya kerusakan langsung akibat
mikroorganisme. Manifestasi klinis antara lain :
a. Batuk
b. Bersin dan kongesti nasal
c. Pengeluaran mukus dan rabas dari hidung
d. Sakit kepala
e. Demam
f. Malaise (Corwin, 2008)
3
7) Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika
anak menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari
390C, gizinya kurang, umurnya empat bulan atau kurang maka anak
tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan petugas
kesehatan.
c. Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA
ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernapas
3) Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
4) Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
5) Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
6) Nadi lebih cepat dari 60x/menit
7) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
8) Tenggorokan berwarna merah
4
berbagai tempat yang mengandung bakteri atau pun zat-zat yang
menimbulkan alergi. Selain itu dari segi kesehatan kepadatan penghuni
juga sangat bermakna pengaruhnya, karena sebetulnya kepadatan sangat
menentukan insidensi penyakit maupun kematian dimana penyakit
menular masih banyak sekali terdapat penyakit pernafasan dan semua
penyakit yang menyebar lewat udara menjadi mudah sekali menular.
Kemudian asap dari dapur maupun dari udara kotor diluar rumah
juga menentukan terjadinya penyakit saluran pernafasan (Slamet,1998).
Berkaitan dengan bagian-bagian rumah, ventilasi rumah mempunyai
banyak fungsi. Fungsi pertama adalah agar aliran udara dalam rumah
tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang
diperlukan penghuni rumah tersebut terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kurangnya oksigen didalam rumah, yang berarti kadar
karbondioksida yang bersifat rawan bagi penghuninya menjadi
meningkat. Disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara didalam ruangan naik. Kelembaban ini akan menjadi
baik bagi 10 patogen-patogen (bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua
dari pada ventilasi udara adalah masuknya cahaya matahari pada ruangan
dan bakteri-bakteri terutama bakteri patogen mati karena disitu selalu
terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara
akan selalu mengalir.
Rumah yang sehat juga memerlukan cahaya yang cukup, tidak
kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya udara yang masuk ke dalam
ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman,
juga merupakan media/tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Cahaya ini sangat penting karena
dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen di dalam rumah. Luas lantai
bangunan rumah sehat harus cukup, untuk penghuni di dalamnya artinya
luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan penghuninya
akan menyebabkan penjubelan (over croweded ). Hal ini tidak sehat
sebab di samping menyebabkan kurangnya oksigen juga bila salah satu
keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota
keluarga yang lain.
3. Kondisi keadaan sosial ekonomi
Dengan adanya alasan keadaan ekonomi yang kurang akan
menyebabkan menurunya kemampuan menyediakan lingkungan
5
pemukiman yang sehat, serta kurangnya untuk memenuhi hidup sehat
mendorong peningkatan jumlah balita yang rentan terhadap berbagai 11
serangan penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan
mendorong meningkatnya penyakit ISPA pada balita (Depkes RI, 2002).
4. Gizi (nutrisi)
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh
terhadap penyakit-penyakit infeksi, tetapi sebaliknya berkurangnya gizi
berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit – penyakit infeksi
5. Imunisasi
Upaya pencegahan merupakan komponen strategi dalam
pemberantasan pneumonia pada anak terdiri atas pencegahan melalui
upaya imunisasi dan pencegahan non imunisasi. Progam pengembangan
imunisasi (PPI) yang meliputi imunisasi DPT dan campak yang telah
dilaksanakan pemerintah selama dapat menurunkan proporsi kematian
balita akibat pneumonia. Hal ini dapat dimengerti karena campak,
pertusis difteria bisa juga menyebabkan pneumonia, merupakan penyakit
penyerta terjadi pneumonia balita.
6. Perilaku keluarga
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama dalam
pencegahan penyakit ISPA. Perilaku yang sehat dan bersih sangat
dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan pendidikan keluarga. Dengan
makin meningkatnya tingkat pendidikan pada keluarga akan berpengaruh
positif terhadap meningkatnya pemahaman masyarakat dan keluarga
dalam menjaga kesehatan bayi dan balita agar tidak terkena penyakit
ISPA 12 yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan
lingkungan sehat (Depkes RI, 2002).
1.1.6 KOMPLIKASI
Kondisi yang memberat dan tujuan penanganan pada ISPA adalah ISPA
merupakan self limited disiese yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi
invasi kuman lain. Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal,
penutupan tuba eustachi, dan penyebaran infeksi. Sinusitis paranasal :
komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil
sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih berat, nyeri kepala
bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya di daerah sinus frontalis dan
maksilaris. Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan foto rontgen dan
transluminasi (pada anak besar). Kadangkadang disertai sumbatan hidung,
6
nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen
dapat unilateral maupun bilateral. Bila didapatkan pernafasan mulut yang
menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu
dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis. Sinusitis paranasal ini dapat
diobati dengan diberikan antibiotic.
Penutupan tuba Eustachi : Tuba Eustachi yang buntu memberi gejala tuli,
dan infeksi dapat menembus langsung ke daerah telinga tengah dan
menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan
bayi dapat disertai suhu badan yang 18 tinggi (Hiperpireksia), kadang
menyebabkan kejang demam, anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala
digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat
diketahui dengan cara menekan telinganya dan bayi biasanya akan menangis
dengan keras). Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah juga
disertai muntah atau diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering
menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya
OMA dan juga dapat menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu
dikonsulkan di bagian THT. Biasanya bayi dilakukan parasintesis jika setelah
48-72 jam diberikan antibiotika jika keadaan tidak membaik. Parasintesis
(penusukan selaput telinga) dimaksudkan untuk mencegah membrana
tympani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP).
Penyebaran infeksi : penjalaran infeksi skunder dari nasofaring kearah
bawah dapat menyebabkan radang saluran nafas bagian bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronchitis dan bronkopnemonia. Selain itu dapat pula
terjadi komplikasi jauh misalnya terjadi meningitis purulenta.
1.1.7 PENATALAKSANAAN
1. Nonfarmakologi
Penatalaksanaan ISPA menurut (MTBS, 2005) menurut jenis dan
derajat keparahanya yaitu:
a. Bukan pneumonia
1) Ibu diminta memperhatikan timbulnya tanda-tanda yang
mengarah pada pneumonia selain 3 gejala pokok yaitu : nafas
cepat, sukar bernafas, tidak bisa minum atau menetek, bertambah
parah, timbul demam. Jelaskan dengan kata-kata yang dimengerti
ibu jika ibu tidak mengerti mungkin ibu tidak akan kembali pada
waktu anak menderita pneumonia dan anak mungkin akan
meninggal.
7
2) Kunjungan anak sehat berikutnya Nasehati ibu kapan harus
kembali ke klinik untuk pemberian imunisasi dan suplemen
vitamin A kecuali jika telah terlalu banyak hal yang harus diingat
ibu dan ibu memang harus kembali.
3) Menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri
Pada kunjungan sewaktu anak sakit, tanyakan apakah ibu sendiri
mempunyai masalah. Ibu mungkin membutuhkan pengobatan
atau rujukan untuk masalah kesehatannya sendiri yaitu : jika ibu
sakit beri perawatan untuk ibu atau dirujuk, jika ibu mempunyai
permasalahan dengan payudaranya (pembengkakan, nyeri pada
putting susu, infeksi payudara) beri perawatan atau dirujuk untuk
pertolongan lebih lanjut, nasehati pada ibu untuk makan makanan
yang bergizi untuk memjaga kekuatan dan kesehatan dirinya.
b. Pneumonia
1) Kunjungan ulang untuk pneumonia
Setiap anak dengan pneumonia harus kembali ke petugas
kesehatan setelah 2 hari untuk kunjungan ulang yaitu : periksa
adanya tanda bahaya umum, periksa untuk batuk atau adanya
sukar bernafas. Tanyakan pada ibu : apakah anak bernafas lebih
lambat? Apakah nafsu makan anak membaik?
8
c. Kepala : bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk
kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
d. Wajah : bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak
e. Mata : bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak,
sklera ikterik/tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan
dalam penglihatan
f. Hidung : bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/tidak dan apakah ada
gangguan dalam pencimuan
g. Mulut : bentuk mulut, membran mukosa kering/lembab, lidah
kotor/tidak, apakah ada kemerahan/tidak pada lidah, apakah ada
gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara
h. Leher : apakah terjadi pembengkakan kelenjar tiroid, apakah
ditemukan distensi vena jugularis
i. Thoraks : bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan,
apakah ada wheezing/ ronchi, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
KetidakefektifanbersihanJalanNafas
Definisi :
Ketidakmampuanmembersihkansekresiatauobstruksidarisalurannafasuntukmemperta
hankanbersihanjalannafas
BatasanKarakteristik Faktor yang berhubungan
Batuk yang tidakefektif Lingkungan
Dipsnea Perokok
KesulitanVerbalisasi Perokokpasif
Mata terbukalebar Terpajan asap
Ortopnea Obstruksijalannafas
Penurunanbunyinafas Adanyajalannafasbuatan
Benda asingdalamjalannafas
Eksudatdalam alveoli
Hyperplasia padadindingbronkus
Mucus berlebihan
PPOK
Sekresi yang tertahan
9
Spasmejalannafas
Fisiologis
Asma
Disfungsi neuromuscular
Infeksi
Jalannafasalergik
NOC
Status Pernafasan : KepatenanJalanNafas0410
Definisi : SaluranTrakeobronkialyagterbukadanlancaruntukpertukaranudara
041004 Frekuensipernafasan
041015 Iramapernafasan
041017 Kedalamaninspirasi
041012 Kemampuanuntukmengeluarkan secret
041002 Ansietas
041011 Ketakutan
041003 Tersedak
041007 Suaranafastambahan
041013 Pernafasancupinghidung
041014 Mendesah
041015 Dipsneasaatistirahat
041016 Dipsneadenganaktivitasringan
041018 Penggunaaanotot bantu nafas
041019 Batuk
04102 Akumulasi sputum
NIC
10
Mintapasienuntukmenariknafasdalam, bungkukkankedepan, Dukun
lakukantigaatauempat kali hembusan (untukmembuka area glottis) Dampi
lipatun
Hipertermi 00007
Definisi :suhutubuhinti di ataskisaran normal diurnal
karenakegagalantermoregulasi
Batasankarakteristik
Apnea Kulitkemerahan
Bayitidakdapatmempertahankanmenyusui Kulitterasagatal
Gelisah Letargi
Hipotnsi Postur abnormal
Kejang Supor
Koma Takikardia
] Takipnea
Faktor yang berhubungan Vasodilatasi
Ages farmaseutikal
Aktivitasberlebihan Penurunanperspirasi
Dehidrasi Pnyakit
Iskemia Sepsis
Pakaianlyangtidakssuai Suhulingkungantinggi
Peningkatanlaju metabolism trauma
NOC
Termoregulasibayibarulahir 0801
Definisi :keseimbanganantaraproduksipadanmendapatkanpanas, dankehilangnpanas,
selama 28 haripertamasetelahmelahirkan
Sangatterg Banyakter Cukupterg Sedikitterg Tidakterga
SKALA OUTCOME KESELURUHAN
anggu ganggu anggu anggu nggu
080106 Beratbadan 1 2 3 4 5 NA
080107 Thermogensesis yang tidakmenggigil 1 2 3 4 5 NA
080108 Mengambilposturretensipanasuntukhi
1 2 3 4 5 NA
potermia
080109 Mengambilposturretensipanasuntukhi
1 2 3 4 5 NA
pertermia
080110 Penyapihandari incubator 1 2 3 4 5 NA
080113 Keseimbanganasambasa 1 2 3 4 5 NA
Cukupber
Berat sedang ringan Tidakada
at
080116 Suhutidakstabil 1 2 3 4 5 NA
080117 Hipertermia 1 2 3 4 5 NA
080118 Hipotermia 1 2 3 4 5 NA
080119 Nafastidakteratur 1 2 3 4 5 NA
080120 takipnea 1 2 3 4 5 NA
080103 Kegelisahan 1 2 3 4 5 NA
11
080104 Kelesuan 1 2 3 4 5 NA
080105 Perubahanwarnakulit 1 2 3 4 5 NA
080111 Dehidrasi 1 2 3 4 5 NA
080112 Glukosadaarahtidakstabil 1 2 3 4 5 NA
080114 hiperbilirubinemia 1 2 3 4 5 NA
NOC
Termoregulasi 0800
Definisi :keseimbanganantaraproduksipanas, mendapatkanpaans, dankehilanganpanas
Sangatterg Banyakter Cukupterg Sedikitterg Tidakterga
SKALA OUTCOME KESELURUHAN
anggu ganggu anggu anggu nggu
080009 Merasamerindingsaatdingin 1 2 3 4 5 NA
080010 Berkeringatsaatpanas 1 2 3 4 5 NA
080011 Menggigitsaatdingin 1 2 3 4 5 NA
080017 Denyutjantung apical 1 2 3 4 5 NA
080012 Denyutnadi radial 1 2 3 4 5 NA
080013 Tingkat pernafasan 1 2 3 4 5 NA
080015 Melaporkankenyamanansuhu 1 2 3 4 5 NA
Cukupber
berat sedang ringan Tidakada
at
080001 Peningkatansuhukulit 1 2 3 4 5 NA
080018 Penurunansauhukulit 1 2 3 4 5 NA
080019 Hipertermia 1 2 3 4 5 NA
080020 Hipotermia 1 2 3 4 5 NA
080003 Sakitkepala 1 2 3 4 5 NA
080004 Sakitotot 1 2 3 4 5 NA
080005 Sifatlekasmarah 1 2 3 4 5 NA
080006 Mengantuk 1 2 3 4 5 NA
080007 Perubahanwarnakulit 1 2 3 4 5 NA
080008 Ototberkerut 1 2 3 4 5 NA
080014 Dehidrasi 1 2 3 4 5 NA
080021 Krampanas 1 2 3 4 5 NA
080022 Store panas 1 2 3 4 5 NA
080023 Radangdingin 1 2 3 4 5 NA
NIC
Perawatandemam 3740
Definisi : manajemengejalandankondisiterkait yang
berhubungandenganpeningkatansuhutubuhdimediasiolehpirogen endogen
Aktivitasaktivitas :
pantausuhudantandatadna vital pantaukomplikasi yang
monitor warnakulitdansuhu berhubungandengandemam
monitor pastikantand lain dariinfeksi
asupandankeluaransadariperubahankehilangan yang terpantaupada orang tua
cairan yang tidakdirasaakn pasitkanlangkahkeamananpasi
beriobatataucairan iv en yang
janganberi aspirin untukanakanak gelisahataumengalami
tutuppaiendenganselimutataupakaianringan delirium
dorongkonsumsicairan lelbabkanbibirdanmukosahidu
fasilitasiistirahattetapkanbatasanaktivbitas ng yang kering
berikanoksigen yang sesuai
12
mandikanpasiendengan air hangat
tingkatkansirkulasiudara
NIC
Pengatueransuhu 3900
Definisi : mencapaiataumemeliharasuhutubuhdalambatas normal
Aktivitasaktivitas :
monitor suhu paling tidaksetiap instruksikanpasienmengenaitindkanuntuk
2 jam sesuaikebutuhan mencgahhipotermiadanhipertermikarenap
monitor aparan
suhubayibarulahirsampaistabil informasikanpadapasienmengenaiindikasi
pasangalat monitor adanyakelelahanakibatpanas
suhusecarakontinu informasikanmengenaiindikasiadanyahipo
monitor suhudanwarnakulit termiadanpenangananemergensi yang
monitor tepat
danlaporkanadanyatadnadangej gunakanmatraspenghangatataudingin
alahipotermiadanhipertermia sesuaikansuhuruanganuntukkebutuhanpas
tingkatkan intake ien
cairandannutrisi yang adekuat berikanmedikasi yang
tepatuntukmencegahdanmengontrolmeng
13
selimutibayiberatbadanrendahd gigil
enganselimutberbahandariplasit berikanpengobatanantipiretiksesuaikebutu
k han
berikantopiuntukmecnegahkehi peliharasuhutubuh yang normal
langanpanasbayibarulahir padapasien yang barumeninggal yang
tempatkanbayibarulahir di mendonorkan organ
bwahpenghangat denganmenongkatkansuhuudarasegera
pertahankankelembabanpada
50% ataudalam incubator
sebelumnyahangatkanselimut
yang ditempatkan di dekat
incubator
intruksikanpasienbagaimaname
ncegahkeluarnyapnasdanseanga
npanas
diskusikanpentingnyatermoreg
ulasidankemungkinanefek
negative daridemam yang
berlebihan
14
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. 2007. Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta.
Rahmawati, dwi & Hartono. 2012. Gangguan Pernafasan pada Anak : ISPA.
Yogyakarta : Nuha Medika.
15