PENDAHULUAN
Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan
kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu faktor bagi menurunnya derajat
kesehatan masyarakat, terganggunya sektor pariwisata dan kehilangan lahan produktif yang berakibat
menurunkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs)
yang mengandung 8 tujuan sebagai respon atas perkembangan global dengan target pencapaian pada
tahun 2015. Salah satu target MDGs adalah mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak
memiliki akses terhadap kebutuhan air minum yang aman dan sanitasi dasar, dengan indikator :
Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan
pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Pemerintah mendorong kota dan
kabupaten di Indonesia untuk menyusun Strategi Sanitasi Perkotaan atau Kabupaten (SSK) yang memiliki
prinsip:
Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan
kondisi aktual yang mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan,
pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan
para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan “database sanitasi kota atau
kabupaten” yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPK dan pemangku
kepentingan terkait pembangunan sanitasi yang secara umum mengandung substansi:
1) Status (potret) terkini situasi sanitasi meliputi aspek teknis dan non teknis
2) Gambaran kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan kedepan
3) dan Rekomendasi awal/usulan penetapan area beresiko terkait peluang pengembangan
layanan sanitasi.
Prioritas pembangunan sektor sanitasi merupakan sebagai salah satu aspek penting pembangunan
daerah dalam mewujudkan wilayah kabupaten, lingkungan kota dan permukiman yang bersih indah dan
sehat. Sanitasi yang baik akan;
Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan
sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah
tangga maupun di lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu: i)
air limbah; ii) persampahan; dan iii) drainase tersier.
Air limbah rumah tangga adalah air sisa proses dari kegiatan rumah tangga. Berkaitan dengan
pengelolaan air limbah rumah tangga, maka limbah yang muncul dari rumah tangga dikelompokkan dalam
dua bagian. Bagian pertama adalah limbah yang berasal dari metabolisme tubuh manusia ( excreta) berupa
air kencing (urine) dan tinja. Kelompok pertama ini biasa disebut sebagai blackwater. Sedangkan kelompok
kedua adalah air limbah yang berasal selain dari metabolisme tubuh manusia, antara lain berasal dari sisa
pencucian pakaian, dapur, dan sisa air mandi. Bagian kedua ini dikenal sebagai greywater.
Sektor lain yang terkait dengan sanitasi adalah sektor sampah. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Di dalam pengelolaan sampah dikenal istilah
sampah spesifik dan sampah non spesifik.
Sektor terakhir yang berhubungan dengan sanitasi adalah sektor drainase lingkungan. Drainase
lingkungan adalah suatu sistem penanganan atau pengaliran air hujan. Secara konvensional, hujan yang
turun pada suatu wilayah diusahakan secepat mungkin mengalir melalui saluran-saluran air hujan menuju
badan air penerima. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya genangan di pemukiman atau jalan.
Sistem ini sebagian besar berhasil digunakan untuk mengendalikan terjadinya genangan, tetapi menjadi
tidak terkait dengan konservasi air. Konsep penanganan air hujan dengan memperhatikan konservasi air
tanah biasa disebut sebagai konsep drainase berwawasan lingkungan atau ecodrainage. Dengan konsep
ini maka air hujan yang turun diusahakan untuk semaksimal mungkin meresap ke dalam tanah atau
ditampung untuk dimanfaatkan, sedangkan kelebihannya baru dialirkan melalui saluran air hujan.
Peresapan air hujan dapat dilakukan dengan menggunakan kolam retensi atau embung, sumur resapan air
hujan dan biopori. Walaupun sektor air besih/air minum tidak termasuk di dalam sektor-sektor yang terkait
dengan sanitasi, tetapi sektor air minum dianggap sangat mempengaruhi kondisi sanitasi. Oleh karena itu
seringkali sektor air minum disebut beriringan dengan sistem sanitasi, seperti istilah Water and Sanitation
(WATSAN) atau AMPL (Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan)
Berdasarkan peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2009, perumusan tujuan mempunyai
fungsi, dasar dan kriteria tertentu. Pada dasarnya Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan
arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Tujuan
penataan ruang wilayah kabupaten memiliki fungsi :
1. sebagai dasar untuk menformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2. memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam rtrw kabupaten; dan;
3. sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Visi dan misi Daerah ; sebagai bagian dari kebijakan pembangun daerah Kabupaten Padang Pariaman,
maka dalam proses perumusan tujuan penataan ruang harus mempertimbangkan visi dan misi
pembangunan daerah. Adapun visi dan misi pembangunan Kabupaten Padang Pariaman 2005-2025
adalah “Terwujudnya Masyarakat Yang Berkeadilan, Berkualitas Kompentensi dan Berkesejahteraan Lahir
Bathin, Berlandaskan Adat Basandi syarak, Syarak Basandi Kitabullah Serta Bersinergi dengan
Pemerintahan Yang Sehat dan Baik, Tanggap dan Bersimpatik”. Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan
delapan belas Misi Daerah Padang Pariaman yaitu :
Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual
mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Padang Pariaman pada saat ini. Pemetaan kondisi dan
profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya
berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting). Dalam Buku Putih ini, priority
setting dilakukan dengan menggunakan data primer yang tersedia, hasil Penilaian Kesehatan Lingkungan
dari Dinas Kesehatan tahun 2011 dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Padang Pariaman yang menangani secara langsung pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan Buku Putih ini antara lain adalah
pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman beserta stakeholder
lainnya untuk mampu mengidentifikasi, memetakan, menentukan prioritas dan arah pengembangan yang
ditetapkan pemerintah Kabupaten padang Pariaman dan masyarakat yang nantinya menjadi panduan
penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan rencana tindak sanitasi dalam bentuk Memorandum
Program Sektor Sanitasi (MPSS) sebagai upaya percepatan pembangunan sanitasi permukiman secara
komprehensif dan berkelanjutan. Di samping itu, pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat menjadi
embrio entitas suatu badan permanen yang akan menangani dan mengelola program pembangunan dan
pengembangan sanitasi di tingkat Kabupaten.
1.4 Metodologi
Secara umum metode di dalam penyusunan Buku Putih ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu :
1. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder sektor sanitasi digunakan sebagai dasar untuk membuat pemetaan kondisi sanitasi
secara aktual, serta memotret kebutuhan akan layanan sanitasi yang baik, sesuai standar kebutuhan
minimal pembangunan sanitasi. Tidak hanya sekedar kompilasi, tetapi juga dilakukan proses seleksi
dan verifikasi data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai
apa yang terjadi dimasa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini.
2. Pendalaman data Sekunder yang telah diperoleh
Dari data sekunder yang telah diperoleh, maka dilakukan verifikasi lanjutan, pengecekan silang data-
data yang diperoleh dan pendalaman data tersebut dengan melaksanakan:
pertemuan secara berkala dengan anggota Pokja yang dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten
Padang Pariaman selaku Ketua Tim Teknis Pokja
meninjau tempat-tempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari daerah pelayanan di
kawasan perkotaan dan daerah kumuh (survey dan observasi)
diskusi yang bersifat teknis ( focus group discussion) dan mendalam juga akan dilakukan dengan
pihak-pihak yang terlibat dalam sanitasi. Diskusi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas
terkait kondisi yang ada serta upaya-upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk
meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang sanitasi
3. PERATURAN PRESIDEN
1. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014.