LP Trauma Esktremitas
LP Trauma Esktremitas
TRAUMA EKSTREMITAS
B. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen adalah kondisi kedaruratan yang terjadi
ketika tekanan didalam kompartemen otot meningkat sampai tingkat
yang mempengaruhi sirkulasi mikrovaskular dan merusak integritas
neurovascular. Setelah beberapa jam tekanan jaringan nintersitial
meningkat diatas dasar kapiler, yang mengakibatkan iskemia saraf
dan jaringan otot.
C. Dislokasi
Dislokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang
terjadi. Dislokasi terjadi bila sendi lepas dan terpisah, dengan ujung-
ujung tulang tidak lagi menyatu. Bila ujung tulang hanya berubah
posisi secara parsial, cedera disebut subluksasio. Bahu, siku, jari,
panggul, lutut dan pergelangan kaki merupakan sendi-sendi yang
paling sering mengalami dislokasi
Gejala :
Nyeri hebat pada daerah sendi yang sakit
Deformitas sendi
Pembengkakan sendi
Kehilangan rentang sendi
Kebas, kehilangan sensasi dan tidak terabanya nadi pada bagian
distal cedera (dislokasi dapat mengganggu fungsi arteri dan
saraf dibagian proksimal)
D. Sprain (keseleo)
Sprain (keseleo) merupakan cedera pada sendi yang sering
terjadi. Pada keadaan tersebut, ligament dan jaringan lain rusak
karena peregangan atau puntiran yang keras. Usaha untuk
menggerakkan atau menggunakan sendi meningkatkan rasa nyeri.
Lokasi yang sering mengalami sprain (keseleo) meliputi pergelangan
kaki, pergelangan tangan, atau lutut.
Gejala:
Derajat I Peregangan atau robekan kecil pada
ligament
Pembengkakan dan hemoragi minimal,
nyeri tekan lokal
Tidak ada gerakan sendi abnormal
Derajat II Robekan parsial ligament
Nyeri
Gerakan sendi abnormal
Derajat III Ligament terputus komplet
Sendi secara nyata mengalami deformasi
Nyeri tekan dan bengkak
Sendi tidak dapat menopang beban
Gerakan sendi sangat abnormal
E. Strain (peregangan)
Strain otot, dikenal juga sebagai tarikan otot, terjadi bila otot
terlalu meregang atau robek. Otot punggung sering mengalami strain
bila seseorang mengangkat benda berat.
Gejala :
Derajat I Peregangan ringan-robekan minor
Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, spasme otot
ringan
Derajat II Peregangan sedang-peningkatan jumlah serat
yang robek
Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, dislokasi
dan ketidakmampuan untuk menggunakan
tungkai untuk periode lama
Derajat III Peregangan hebat-pemisahan komplet otot
dari otot, otot dari tendo, atau tendon dari
tulang
Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, pucat
F. Vulnus (Luka)
Terdapat beberapa jenis luka terbuka :
Abrasi : lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit
kehilangan darah. Nama lain untuk abrasi adalah goresan
(scrape), road rush, dan rug burn.
Laserasi : kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis
luka ini biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit
secara paksa
Insisi : potongan dengan pinggir rata seperti potongan pisau
atau teriris kertas
Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es
atau peluru). Benda yang menembus dapat merusak organ-
organ internal. Resiko infeksi tinggi. Benda yang
menyebabkan cedera tersebut dapat tetap tertanam dalam
luka.
Avulse : potongan kulit yang robek lepas dan menggantung
pada tubuh.
Amputasi : terpotong atau robeknya bagian tubuh
V. PENATALAKSANAAN
Tujuan tindakan penanggulangan cedera musculoskeletal menurut definisi
orthopedic adalah untuk mencapai rehabilitasi pasien secara maksimum
dan utuh dilakukan dengan cara medic, bedah dan modalitas lain untuk
mencapai tujuan terapi. Ada 4 hal yang harus diperhatikan :
a. Recognition
Pada trauma ekstremitas perlu diketahui kelainan yang terjadi
sebagai akibat cedera tersebut, baik jaringan lunak atau tulangnya.
Dengan mengenali gejala dan tanda pada penggunaan fungsi jaringan
yang terkena cedera.
Fraktur merupakan akibat suatu kekerasan yang menimbulkan
kerusakan tulang disertai jaringan lunak sekitarnya.
Dibedakan pada trauma tumpul dan trauma tajam, langsung dan
tidak langsung. Pada umumya trauma tumpul akan memberikan
kememaran yang difus pada jaringan lunak termasuk ganggguan
neurovaskuler yang menentukan vitalitas ekstremitas bagian distal dari
bagian yang cedera.
b. Reduction atau reposisi
Reposisi adalah tindakan untuk mengembalikan jaringan atau
fragmen tulang pada posisi semula. Tindakan ini diperlukan guna
mengembalikan kepada bentuk semula sebaik mungkin agar fungsi
dapat kembali semaksimal mungkin.
ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
fiksasi internal dengan pembedahan terbuka akan
mengimmobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan
dengan memasukan paku, sekrup atau pin ke dalam tempat
fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur
secara bersamaan.
OREF (Open Reduction External Fixation)
c. Retaining
Retaining adalah tindakan imobilisasi atau fiksasi untuk
mempertahankan hasil reposisi dan memberi istirahat pada spasme otot
pada bagian yang sakit agar mencapai penyembuhan dengan baik.
Imobilisasi yang tidak adekuat dapat memberikan dampak pada
penyembuhan dan rehabilitasi.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak
yang cedera untuk dapat berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai
rehabilitasi adalah tindakan setelah tindakan kuratif dalam mengatasi
kendala kecacatan. Rehabilitasi menekan upaya pada fungsi dan akan
lebih berhasil dilaksanakan sedini mungkin.
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
A. Pengkajian
a. Mengkaji ABCD
Airway
Kaji : bersihan jalan nafas, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,
distress pernafasan, tanda-tanda perdarahan dijalan nafas,
muntahan, edema laring
Breathing
Kaji : frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada, suara
pernafasan melalui hidung atau mulut, udara yang dikeluarkan dari
jalan nafas
Circulation
Kaji : denyut nadi karotis, tekanan darah, warna kulit, kelembaban
kulit, tanda – tanda perdarahan eksternal dan internal
Disability
Kaji : tingkat kesadaran dengan AVPU (alert, verbal, pain,
unrespon), gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan respon
pupil terhadap cahaya
b. Kaji riwayat dan kondisi pasien
Riwayat SAMPLE (Sign and symptom, Allergy, Medication, Past
medical history, Last oral intake, Event Preceding the injury)
Tentukan mekanisme cedera untuk membantu memperkirakan
kelanjutan cedera
Kaji disfungsi segera atau lambat atau nyeri yang dialami
Perhatikan adanya riwayat cedera musculoskeletal
Singkirkan benda yang berpotensi menekan ekstremitas yang
cedera, seperti pakaian, perhiasaan
Evaluasi adanya luka terbuka pada ekstremitas. Tentukan panjang
dan dalamnya luka. Laserasi diatas tempat yang dicurigai fraktur
ditangani sebagai fraktur terbuka sampai pengkajian selanjutnya
membuktikan sebaliknya.
Perhatikan adanya hematoma
Evaluasi stabilisasi tulang-krepitasi tulang indikasi adnaya fraktur
Inspeksi apakah ada pembengkakan, deformitas, rotasi abnormal
atau pemendekan tulang
c. Mengevaluasi ekstremitas apakah ada 5 P
Pain (nyeri)
Keluhan paling umum pada cedera musculoskeletal adalah nyeri.
Titik nyeri tekan dapat menunkukkan fraktur dibawahnya. Nyeri
yang tidak konsisten dengan perluasan cedera menunjukkan
terjadinya sindrom kompartemen.
Pallor (pucat)
Iskemik menimbulkan perubahan warna dan suhu
Pulse (nadi)
Palpasi nadi pada semua ekstremitas. Nadi harus diperiksa dengan
palpasi, atau dengan Doppler bila tidak dapat diraba.
Parestesia
Paralisis
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih melalui perdarahan masif
D. Intervensi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih melalui perdarahan masif
No Intervensi Rasional
No Intervensi Rasional
1 Berikan balutan dan pembidaian Untuk menjaga stabilitas bagian
atau traksi pada ekstremitas yang yang sakit dan mengurangi gerakan
mengalami deformitas yang dapat menciderai jaringan dan
menyebabkan nyeri
2 Tinggikan daerah ekstremitas yang Untuk mengurangi nyeri
sakit
3 Istirahatkan bagian yang Meminimalisir gerakan yang
mengalami cedera dapat memperberat nyeri
No Intervensi Rasional
1 Ambulasi Meningkatkan dan membantu
berjalan untuk mempertahankan
atau memperbaiki fungsi tubuh
2 Mobilitas Sendi penggunaan untuk mempertahankan atau
pergerakan tubuh aktif memperbaiki fleksibilitas sendi
3 perubahan posisi memindahkan untuk memberikan kenyamanan,
pasienatau bagian tubuh menurunkan resiko kerusakan
kulit mendukung integritas kulit
dan meningkatkan
penyembuhan.
No Intervensi Rasional
1 Kaji adanya tanda-tanda sianosis Menilai ketidakadekuatan
dan perlambatan CRT perfusi
2 Anjurkan pasien untuk Memperlancar sirkulasi darah
menurunkan ekstremitas dibawah ke ekstremitas
jantung
3 Pemberian cairan intravena Meningkatkan sirkulasi ke
perifer
No Intervensi Rasional
1 Pertahankan teknik anti septik Meminimalkan kesempatan
bila mengganti balutan / introduksi bakteri
perawatan luka
2 Inspeksi balutan dan luka Deteksi dini terjadinya infeksi
memberi kesempatan
intervensi tepat waktu dan
mencegah komplikasi serius
3 Berikan antibiotic (kolaborasi) Penggunaan antibiotic dapat
disesuai kan dengan organisme
penyebab
E. Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang
meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
F. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai
setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan. Bentuk evaluasinya antara lain terjadi peningkatan mobilitas
fisik,peningkatan koping individu, serta mampu melakukan aktivitas
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
HS Lubis - 2012
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33107/5/Chapter%20I.pdf
Hermawan, hery.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-heryhermaw-6200-2-